4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pasir Besi Pasir besi merupakan bahan hasil pelapukan yang umum dijumpai pada sedimen disekitar pantai dan tergantung proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan suatu sedimen. Endapan ini biasanya terdapat pada permukaan sampai ke kedalaman 15 meter. Proses pengambilan pasir besi dilakukan dengan cara membongkar dan mengangkut endapan ke alat pemisah yang bersifat magnet untuk memisahkan pasir besi dari komponen non logam (seperti pasir, tanah dan batuan). Magnet pemisah ini biasa disebut sebagai processing magnet sparator. Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan pasir besi antara lain berupa perubahan bentang alam, kerusakan ekosistem, penurunan produktivitas tanah, serta terganggunya flora dan fauna (Jatam, 2011). Potensi tambang pasir besi di kawasan pantai selatan Purworejo dan sekitarnya, diperkirakan kandungan deposit konsentrat pasir besi sebanyak 84 juta ton. Target eksploitasi yang dipatok adalah 300 juta metrik ton. Hasil yang ditambang kemudian langsung diekspor atau dikirim ke pabrik semen sebagai bahan penunjang produksi semen (Anonim, 2011). Secara alamiah pasir besi umumnya selalu bercampur dengan butiranbutiran mineral yang belum melapuk seperti, kuarsa, kalsit, dan feldspar. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Kegunaan pasir besi selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. Penyebaran pasir besi terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor (Anonim, 2011). 2.2. Bahan Humat Bahan humat adalah zat organik yang memiliki struktur molekul kompleks dengan berat molekul tinggi (makro molekul) atau dapat disebut sebagai polimer organik yang mengandung gugus aktif (Anonim, 2009). Sumber bahan organik alami dalam tanah subur berasal dari substansi humus (humic substances) yang biasanya terakumulasi pada bagian lapisan atas tanah (top soil). Zat aktif dalam
5
humus yang berperan terhadap kesuburan tanah adalah bahan humat (Anonim, 2009). Bahan organik adalah bahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Manfaat bahan organik antara lain memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Tukar
Kation
tanah
menjadi
tinggi),
sumber
energi
bagi
organisme
(Hardjowigeno, 2007). BAHAN ORGANIK TANAH DENGAN ALKALI
BAHAN HUMAT (larut)
HUMIN + BAHAN BUKAN HUMAT (tidak larut)
DENGAN ASAM
ASAM FULVAT (larut) Disesuaikan ke ASAM FULFAT (larut)
ASAM HUMAT ( tidak larut)
pH 4.8
dengan alkohol HUMUS ß (tidak larut)
ASAMHUMAT (tidak larut)
ASAM HIMATOMELANIK (larut)
Dengan garam netral HUMAT COKLAT (larut)
HUMAT KELABU (tidak larut)
Gambar 1. Diagram alur untuk pemisahan senyawa-senyawa humat ke dalam fraksi-fraksi humat yang berbeda Bahan organik tanah dipisahkan menjadi bahan terhumifikasi dan tak terhumifikasi. Fraksi terhumifikasi dikenal sebagai humus, atau sekarang disebut sebagai senyawa humat, dan dianggap sebagai hasil akhir dekomposisi bahan tanaman di dalam tanah. Istilah asam humat berasal dari Berzelius pada
6
tahun1830, yang menggolongkan asam humat termasuk dalam fraksi yang larut dalam basa. Asam humat disebut juga asam ulmat oleh Mulder pada tahun 1840 (Tan, 1991). Bahan-bahan humat bertanggung jawab atas sejumlah aktivitas kimia tanah. Mereka terlibat dalam reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung ataupun tidak langsung. Secara tidak langsung mereka diketahui memperbaiki kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik dan kimia dalam tanah. Secara langsung bahan humat dapat merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap metabolisme dan terhadap sejumlah proses fisiologi lainnya (Tan, 1991). Beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan bahan humat antara lain memperbaiki struktur tanah secara fisik maupun kimia (menggemburkan tanah, pH, pengikatan air), mempercepat pertumbuhan akar serta tunas muda sehingga tanaman lebih cepat tumbuh (Anonim, 2011). Bahan humat memiliki kandungan karbon berkisar antara 41-57 %, kadar oksigen antara 33-46%, serta kandungan nitrogen sebesar 2-5% (Tan, 1992). Keuntungan menggunakan bahan humat yaitu penghematan penggunaan pupuk kimia, peningkatan ketersediaan air, mengoptimalkan penggunaan lahan berpasir, peningkatan ketersediaan unsur hara dan produktivitas lahan, peningkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di lahan kritis atau berpasir (Anonim, 2011). Lestari (2006) yang menyatakan semakin tinggi bahan humat yang diberikan maka akar tanaman akan semakin panjang sehingga akan memberi efek yang baik bagi tanaman, karena daya jerap dan jelajah akar akan semakin optimal untuk mencari unsur hara dalam tanah menyebabkan kebutuhan nutrisi tanaman akan semakin terpenuhi sehingga semakin besar bobot buah yang diproduksi. 2.3. Kapur dan Pengapuran Pengapuran
merupakan
persyaratan
penting
untuk
meningkatkan
kesuburan dan produktivitas lahan kering yang tanahnya bereaksi masam (Santoso et al., 1995). Selain itu, pengapuran menambah ketersediaan unsur hara, menghilangkan senyawa-senyawa yang beracun, meningkatkan aktivitas jasad
7
renik dalam tanah, dan memperbaiki sifat fisik tanah. Kapur juga berarti sumber unsur Ca yang sangat diperlukan tanaman dan fungsi ini tidak dapat digantikan dengan unsur lain (Tim Studi Kapur, 1987). Hardjowigeno (2007) menambahkan pengapuran dapat menambah unsur Ca, menambah ketersediaan unsur P dan Mo, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil akar. Ada beberapa jenis bahan pengapur yaitu kapur kalsit (CaCO3) terdiri dari batu kapur kalsit yang ditumbuk sampai halus, kapur dolomit [CaMg(CO3)2] terdiri dari batu kapur dolomit yang ditumbuk sampai halus, kapur bakar (CaO) adalah batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk CaO. Faktor-faktor yang menentukan banyaknya kapur yang diperlukan yaitu pH, tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, mutu kapur dan jenis tanaman (Harjowigeno, 2007). Soepardi (1977 dalam Tirtoutomo dan Simanungkalit, 1988) menyatakan bahwa pengaruh pemberian kapur meningkatkan pH tanah dan menurunkan Al-dd, meningkatkan serapan N, P, K Ca, dan Mg. Pengapuran biasanya dilakukan sekitar seminggu sampai dua minggu sebelum tanam. Kapur ditaburkan di atas tanah yang telah diolah kemudian dicampur dengan tanah menggunakan cangkul. Dalam waktu tersebut diharapkan kapur dapat bereaksi dengan tanah, yang akan dipercepat bila ada hujan (Hardjowigeno, 2007). 2.4. Sejarah Penyebaran Manfaat Semangka Semangka merupakan tanaman semusim berbatang merambat yang berasal dari Benua Afrika. Keberadaannnya di Indonesia kemungkinan berawal dari para pedagang dan pengungsi dari Cina. Sejak saat itu, buah semangka menyebar dan beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia (Agromedia, 2007). • Morfologi Semangka Semangka tanpa biji tumbuh memanjang mencapai 3-5 m. Semangka tanpa biji memiliki akar serabut yang menyebar tidak jauh dari permukaan tanah. Oleh karena itu, lahan yang diolah harus gembur dan porous. Tanaman ini memiliki batang yang lunak, bulat, dan berwarna hijau. Batang utama membentuk beberapa cabang primer yang sangat produktif menghasilkan buah. Pada batang
8
biasanya dipelihara satu buah, tetapi pengalaman dilapang menunjukkan bahwa tanaman hanya mampu menghasilkan 1-2 buah dari 3 cabang yang dipelihara secara baik (Samadi, 2007) Daun semangka berbentuk caping, berwarna hijau, berbulu, bertangkai panjang, dan tersusun berseberangan. Ukuran daunnya lebih besar dan lebih tebal dibandingkan daun semangka berbiji. Kulit semangka berwarna hijau muda dengan garis-garis hijau tua. Daging buah semangka umumnya berwarna merah dan berair banyak (Agromedia, 2007). Berdasarkan Samadi (2007) bunga semangka tanpa biji tergolong uniseksualis. Artinya, dalam satu bunga hanya terdapat bunga jantan saja atau bunga betina saja. Serbuk sari pada bunga jantan hanya sedikit, bahkan seringkali tidak ada sehingga tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri. Oleh karena itu penyerbukan semangka tanpa biji membutuhkan bunga jantan dari semangka berbiji. • Ekologi Semangka Tanaman semangka ditanam di tanah remah, gembur dan subur. Tanah yang gembur dapat membantu pertumbuhan akar dan memudahkan penyerapan unsur hara. Tanah berpasir sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka. Kemasaman tanah di lahan semangka antara 5-7. Pengapuran sebelum penanaman dilakukan untuk menetralkan pH tanah. Tanaman ini cocok ditanam di dataran rendah. Tanaman semangka membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhannya. Lahan penanaman sebaiknya tidak ditutupi naungan karena dapat menghalangi pancaran sinar matahari. Iklim kering dan panas baik untuk pertumbuhan vegetatif atau generatif. Curah hujan ideal anatara 40-50 mm per bulan (Agromedia, 2007).