BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Pemahaman Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004). Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004): a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis,
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
c. ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja.Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut: 1. Bekerja dalam posisi atau postur normal. 2. Mengurangi beban berlebihan. 3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan. 4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh. 5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan. 6. Minimalisasi gerakan statis. 7. Minimalisasikan titik beban. 8. Mencakup jarak ruang. 9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. 10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja. 11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti. 12. Mengurangi stress.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
2.2 Tujuan Ergonomi Tujuan utama ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki perfomance kerja manusia seperti menambahkan kecepatan dan ketepatan (accuracy), meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi energi kerja yang
berlebihan
serta
mengurangi
kelelahan.Ergonomi
mampu
memperbaiki pemanfaatan sumber daya manusia atau human error (Wignjosoebroto, 2003). Menurut Suma’mur (1996), tujuan utama ergonomi ada 2 (dua), yaitu: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lain, termasuk meningkatkan kenyamanan penggunaan untuk mengurangi kelelahan (penyebab kesalahan) dan meningkatkan produktivitas 2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang dapat diamati dan dirasakan namun sulit diukur, seperti keamanan, mudah diterima oleh pemakai, kepuasan kerja, dan kualitas hidup. Penerapan ergonomi pada umumnya baru dilaksanakan pada perusahaanperusahaan menengah dan besar sedangkan pada perusahaan kecil dan sektor informal belum mendapat perhatian yang layak .Interaksi antara sarana dan prasarana dengan tenaga kerja tidak sepenuhnya diperhatikan (Pamuji, 1988). 2.3
Pengaruh Postur Kerja Terhadap Ergonomi SistemErgonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas. Postur kerja sangatlah erat kaitannya dengan keilmuan ergonomi dimana pada keilmuan ergonomi dipelajari bagaimana untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera akibat postur kerja yang salah dan penyakit akibat kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan mental, oleh karena itu perlu dipelajari tentang bagaimana suatu postur kerja dikatakan efektif dan efisien.Sebab masalah postur kerja sangatlah penting untuk diperhatikan karena langsung berhubungan ke proses operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan operator akan mengalami beberapa gangguan-gangguan otot (Musculoskeletal) dan gangguan-gangguan lainnya sehingga dapat mengakibatkan jalannya proses produksi tidak optimal (Andrian, 2013).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
2.4
Musculoskeletal Disorders (MsDs)
2.4.1 Pengertian Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dandiscus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi.Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua cara: 1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis; 2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga. Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk atau memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran seluruh tubuh), pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau tanpa kekuatan besar. Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain, diantaranya: 1.
Repetitive Strain Injuries (RSIs);
2.
Cumulative Trauma Disorders (CTDs);
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
3.
Overuse Injuries;
4.
Repetitive Motion Disorders;
5.
Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs).
Terdapat
beberapa
faktor
yang
dapat
menyebabkan
penyakit
Musculoskeletal disorders, antara lain: a) Peregangan otot yang berlebihan (overexxertion) Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang berat. b) Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Seperti mencangkul, membelah kayu, angkat-angkut dan sebagainya. c) Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak ilmiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi ilmiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk dan sebagainya. d) Faktor penyebab sekunder Beberapa faktor penyebab sekunder, antara lain adalah:
Tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.
Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
peredaran darah tidak ancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
Mikroklimatadalah paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkankelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga pergerakan pekerjamenjadi lamban, sulit bergerak disertai dengan menurunnya kekuatan otot.
e) Penyebab kombinasi Penyebab kombinasi yang dapat mendasari penyakit Musculoskeletal Disorders (MSDs), adalah sebagai berikut: 1)
Umur Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dengan usia. 2) Jenis kelamin Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dan lebih menonjol pada wanita dibandingkan pria (3:1). 3) Kebiasaan merokok Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi merokok, semakin tinggi pula keluhan otot yang dirasakan. 4) Kesegaran jasmani Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.
5)
Kekuatan fisik
6)
Ukuran tubuh (antropometri)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kroemer (2000), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu : Tahap 1
: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat;
Tahap 2
: Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performance kerja;
Tahap 3
: Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
Dalam penggambaran rasa sakit pada Musculoskeletal Disorders (MSDs), terdapat beberapa jenis keluhan yang biasa terjadi pada pekerja. Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) tersebut antara lain : a.
Sakit Leher Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai
leher, peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
b.
Nyeri Punggung Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri
punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan komputer; c.
Carpal Tunnel Syndrome Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan
tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus.Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus; d.
De Quervains Tenosynovitis Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan
bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari pergelangan tangan.Aktivitas berulang seperti mendorong space bar dengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah; e.
Thoracic Outlet Syndrome Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang
ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika limasaraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang dalam menggunakan keyboard dan mouse; f.
Tennis Elbow Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon
yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor. g.
Low Back Pain Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4
dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus. Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja. Proses pengolahan data menjadi informasi selalu diidentikkan dengan Database Management System (DBMS). DBMS ini identik dengan manajemen data, dimana data yang ada harus dijamin akurasi, kemutakhiran, keamanan, dan ketersediaannya bagi pemakai. Kegiatan yang terjadi di dalam manajemen data adalah : 1. Pengumpulan (pendokumentasian) data 2. Pengujian data, agar tidak terjadi inkonsistensi data 3. Pemeliharaan data, untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data. 4. Keamanan data, untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan data. 5. Pengambilan data, bisa dalam bentuk laporan, untuk memudahkan pengolahan data yang lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Seperti halnya data input, pengolahan data menjadi informasi memerlukan proses khusus dengan menggunakan metode perhitungan yang sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan. Apabila kita belum mengetahui keinginan informasi dari pihak eksekutif, pengolahan data yang ada dapat menimbulkan cost yang inefektif dan inefisiensi.Output Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu diklasifikasikan berdasarkan beberapa subsistem. Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan output data menjadi 3 bagian yaitu persediaan, produksi dan kualitas, dimana ketiganya ini tidak meninggalkan unsur biaya yang terjadi di dalamnya. 2.4.2 Anatomi Sistem Muskuloskeletal Disorder (MsDs) Dalam
menganalisis
postur
tubuh
diperlukan
pengetahuan
mengenaikarakteristik otot dan kerangka, berikut adalah pemaparanya. a.
Sistem Rangka Sistem rangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh, Penentuan tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak, sebagaitempat melekatnya otot, mengganti sel-sel yang telah rusak, memberikansistem sambungan untuk gerak pengendali, dan menyerap reaksi dari gayaserta beban kejut (Nurmianto, 2004). Sistem rangka terdiri dari rangka atautulang-tulang ekstremitas atas, tulang-tulang ekstremitas bawah, danlengkung kaki. Tulang-tulang ekstremitas atas terdiri dari: skapula danklavikula yang membentuk gelang bahu, humerus, radius dan ulnar yangmembentuk lengan bawah, 8 tulang karpal,
5 tulang
metakarpal,
serta 14
falanges.Tulang-tulang
ekstremitas bawah terdiri dari tulang pinggul yangmembentuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
sebagian dari panggul (pelvis), femur, patella, tibia dan fibulayang membentuk tungkai bawah, 7 tulang tarsalia, 5 tulang metatarsal, serta14 falanges. Lengkung kaki terdiri dari: lengkung medial yang sangat elastis, lengkung lateral yang kuat dan terbebas geraknya, serta terdapat sejumlahlengkung transversal (Watson, 1997). b. Sistem otot Watson (1997) menyatakan bahwa sistem otot (muskular) terdiri dari Sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh. Otot Terbentuk atas fiber yang berukuran panjang dari 10 hingga 400 mm danberdiameter 0,01 hingga 0,1 mm. Pengujian mikroskopis menunjukan bahwafiber terdiri dari myofibril yang tersusun atas selsel filament dari molekulmyosin yang saling tumpang tindih dengan filament dari molekul aktin.Serabut otot bervariasi antara satu otot dengan yang lainnya.Beberapadiantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat dari yang lainnya dan halini terjadi pada otot yang dipakai untuk mempertahankan kontraksi badan,seperti otot pembentuk postur tubuh (Nurmianto, 2004). Otot utama tubuhterdiri atas: otot kepala, otot leher, otot tubuh, otot anggota gerak atas, danotot anggota gerak bawah (Watson, 1997). c. Jaringan Penghubung Jaringan-jaringan penghubung yang terpenting pada sistem kerangka ototadalah ligamen, tendon, dan fasciae.Jaringan ini terdiri dari kolagen danserabut elastis dalam beberapa proporsi. Tendon berfungsi sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Penghubung antara otot dan tulang terdiri dari sekelompok serabut kolagenyang letaknya parallel dengan panjang tendon.Ligamen berfungsi sebagaipenghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas sambungan.Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak parallel.Oleh karena itu, tendon dan ligamen bersifat inelastis dan berfungsi pula untuk menahandeformasi. Adanya tegangan yang konstan akandapat memperpanjangligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan sambungan.Sedangkan jaringan fasciase berfungsi sebagai pengumpul dan pemisahotot, yang terdiri dari sebagian
besar
serabut
elastis dan
mudah sekaliterdeformasi
(Nurmianto, 2004).
2.4.3 Keluhan MsDs Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai keluhan sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat amenyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen,
tendon.
Keluhan
inilah
yang
disebut
denga
keluhan
muskuloskeletal atau muskuloskeletal Disorders (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar, keluhan pada otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis . Namun, keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2. keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan , namun rasa sakit pada otot terus berlanjut. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan waktu pembebanan yang panjang. Keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah dari otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Sehingga suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada otot (Suma’mur, 1989).
2.4.4 Penyebab Keluhan Muskuloskeletal MenurutMenurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu : 1.
Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh
pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat,
mendorong,
menarik
dan
menahan
beban
yang
berat.Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.Apabila hal serupa sering
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal. 2.
Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain.Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3.
Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 4.
Faktor penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu: a. Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. c. Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot.Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun,
proses
metabolism
karbohidrat
terhambat
dan
terjadi
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. 5.
Penyebab kombinasi. Selain faktor – faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli
menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal. Disamping
kelima
faktor
penyebab
terjadinya
keluhan
sistem
muskuloskeletal,beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin,kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan ukuran tubuh juga menjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
penyebabterjadinya keluhan otot skeletal.(Nala 1994; Pujiani, 2011) menyatakan bahwa sikapkerja yang tidak alamiah menimbulkan konstraksi otot secara statis pada sejumlahbesar sistem otot tubuh manusia dan konstraksi otot statis dapat mengakibatkan: (1) tenaga atau energi yang diperlukan lebih tinggi dalam usaha yang sama; (2) denyut nadi meningkat lebih tinggi; (3) cepat merasa lelah dan (4) Setelah bekerja, otot memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama. Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi pada hampir semua jenis pekerjaan baik dalam kategori ringan, sedang, berat maupun sangat berat. Beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengelompokkan keluhan ini adalah : (1) cumulative traumadisorders (CTDs); (2) repetitive trauma injuries (RSIs); (3) repeated motiondisorders; dan (4) overuse syndromes (Beynon et al. 1998 dalam Sutajaya, 1998). Untuk itu perlu dilakukan pengkajian pada pengendara sepeda motoryang tidak ergonomi yang dilihat dari keluhan muskuloskeletal yang ditimbulkan. Menurut(Merwe
1998
dalam
Susila
2002),
beberapa
jenis
keluhan
muskuloskeletal adalahsebagai berikut: 1) De Quervain’s tenosynositis adalah gangguan pada tendo yang diakibatkan oleh gerakan abduksi dan ekstensi ibu jari tangan dan terjadi pada pekerja yang pekerjaannya memerlukan kekuatan untuk memegang dan memutar. 2) Carpal tunnel syndrome (CTS) yaitu gangguan yang terjadi akibat dari terjepitnya nervus medianus yang lewat pergelangan tangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
3) Tendonitis yaitu peradangan pada tendo yang terjadi pada pekerja yang bekerja secara repetitif. 4) Tendosynovitis yaitu peradangan pada selaput synovial yang terjadi pada pekerja yang bekerja secara repetitif. 5) Rotator cuff tendoitis dan bursitis yaitu gangguan pada otot bahu karena adanya peradangan pada otot supraspinatus yang diakibatkan oleh pekerjaan berat yang dilakukan secara berulang – ulang. 6) Thorachic outlet syndrome yaitu gangguan yang terjadi karena tertekannya saraf dan pembuluh darah yang ada pada tulang Vertebrae cervicalis 5 – 8 dan Vertebrae thoracalis 1. Tandanya adalah terjadi kesemutan pada lengan dan jari tangan, rasa nyeri pada leher dan otot – otot agak lemas. 7) Wrist ganglion yaitu hermiasi pada selaput sendi atau tendo dan dapat berbentuk kista yang berisi cairan. 8) Trigger finger yaitu peradangan pada tendo dan membran karena terjadi vasokontriksi sehingga gerakan menjadi terbatas.
2.5
Metode Penilaian Postur Kerja Penilaian
postur
kerja
diperlukan
ketika
postur
kerja
pekerja
memilikirisiko menimbulkan cedera muskuloskeletal yang diketahui secara visual ataumelalui keluhan dari pekerja itu sendiri. Penilaian dan analisis perbaikan posturkerja dapat diterapkan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko cederamuskuloskeletal yang dialami pekerja (Pangaribuan, 2010).Penilaian kembali postur kerja diperlukan ketika terjadi perubahanspesifikasi produk atau penambahan jenis produk baru. Kedua hal tersebut akanmemungkinkan terjadinya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
perubahan metode kerja yang dilakukan pekerja dalammenghasilkan produk, dan metode
baru
tersebut
kemungkinan
juga
dapatmenimbulkan
cedera
muskuloskeletal, sehingga perlu dilakukan penilaian posturkerja kembali (Pangaribuan, 2010). Penilaian kembali postur kerja juga diperlukan saat dilakukan rotasi kerja.Rotasi kerja dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa kebosanan pekerjakarena melakukan pekerjaan yang sama dan terus-menerus (monoton). Maka saatterjadi rotasi kerja, perlu dilakukan penilaian postur kerja kembali. Hal inidikarenakan pekerja tersebut akan beradaptasi terlebih dahulu terhadap pekerjaandan postur kerja dalam melakukan pekerjaan tersebut akan berbeda dengan pekerjaan yang sebelumnya, sehingga perlu dilakukan penilaian kembali p osturkerja dari pekerja. Namun jika tidak terjadi perubahan spesifikasi produk, atau penambahan jenis produk baru, atau rotasi kerja,
tidak
perlu
dilakukan
penilaian kembali postur kerja dari pekerja yang ada (pangaribuan, 2010). 2.5.1 Metode Nordic Body Map Metodenordic body mapmerupakan metode penilaian yang sangat subjektif artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukan penelitian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman pengamat yang bersangkutan. Kuesionernordic body mapini telah digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2010). Penerapan metode nordic body mapmenggunakan lembar kerja berupa peta tubuh dengan cara yang sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan memerlukan waktu yang sangat singkat ±
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
5 menit per individu. Pengamat dapat langsung melakukan wawancara atau menanyakan kepada responden otot skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit dengan menunjuk langsung pada setiap otot skeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kerja kuesionernordic body map. Kuesionernordic body mapmeliputi 28 bagian otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri. Dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan otot pada kaki. Melalui kuesioner ini akan dapat diketahui bagian-bagian otot mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau keluhan dari tingkat rendah (tidak ada keluhan atau cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit) (Tarwaka, 2010). Pengukuran gangguan otot skeletal dengan kuesionernordic body mapdigunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yangmereprensentasikan populasi secara keseluruhan. Jika metode ini dilakukan hanya untuk beberapa pekerja di dalam kelompok populasi kerja yang besar, maka hasilnya tidak akan valid. Penilaian dengan menggunakan kuesioner nordic body mapdapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan 2 jawaban sederhana yaitu Ya (adanya keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal) dan Tidak (tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit pada otot skeletal). Tetapi lebih utama untuk menggunakan desain penelitian dengan skor misalnya 4 skala Likert. Apabila menggunakan skala Likert maka setiap skor atau nilai harus mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden (Tarwaka, 2010). Penggunaan nilai subjektif ini telah mencakup beberapa fenomena yang terjadi dalam psikologis, biomekanis dan pengukuran teknik, serta menjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
carayang paling mudah untuk dinilai dan diinterpretasikan.Kuesioner Nordic merupakan kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan
atau
cedera
pada
tubuh.Kuesioner
ini
sudah
cukup
terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu: 1. Leher 2. Bahu 3. Punggung bagian atas 4. Siku 5. Punggung bagian bawah 6. Pergelangan tangan/Tangan 7. Pinggan/Pantat 8. Lutut 9. Tumit/Kaki Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada atau tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut.Jika diperlukan, gambar tubuh ini dapat dibagi menjadi lebih teliti lagi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Gambar 2.1 Bagian Tubuh Nordic Body Map Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja (Wilson and Corlett, 1995).Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi. Kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk
mengetahui
ketidaknyamanan
pada
para
pekerja
karena
sudah
terstandarisasi dan tersusun rapi.Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Berikut ditampilkan tabel Nordic Body Map besertaindikator keterangan diri objek operator yang diteliti dan 28 keluhan anggota tubuh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Tabel 2.1 Kuesioner Worksheet Nordic Body Map WORKSHEET NORDIC BODY MAP Nama : Umur : Stasiun Kerja : No 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Tahun Keluhan
Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit
pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada pada
Tinggi Badan : cm Berat Badan : kg Waktu Kerja : jam Tingkat Keluhan 0 1 2
3
leher bagian atas leher bagian bawah bahu kiri bahu kanan lengan atas bagian kiri bagian punggung lengan atas bagian kanan pinggang bokong pantat siku kiri siku kanan lengan bawah bagian kiri lengan bawah bagian kanan pergelangan tangan kiri pergelangan tangan kanan tangan bagian kiri tangan bagian kanan paha kiri paha kanan lutut kiri lutut kanan betis kiri betis kanan pergelangan kaki kiri pergelangan kaki kanan kaki kiri kaki kanan
Selanjutnya setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuesionermaka langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu dari seluruh ototskeletal (28 bagian otot skeletal) yang diobservasi. Hasil desain 4 skala Likertakan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 28 dan skor tertinggi adalah112. Langkah terakhir dari metode ini adalah melakukan upaya perbaikan pada pekerjaan maupun sikap kerja, jika diperoleh hasil tingkat keparahan pada ot otskeletal yang tinggi. Tindakan perbaikan yang harus dilakukan tentunya sangat bergantung
dari risiko otot skeletal
mana yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengalami adanya
29
gangguan. Halini dapat dilakukan dengan melihat persentase jumlah skor pada setiap bagian ototskeletal dan kategori tingkat risiko. Tabel 2.3 merupakan pedoman sederhanayang dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tingkat risiko otot skeletal. Tabel 2.2Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu Skala
Tingkat Total SkorIndividu
Likert
Tindakan Perbaikan Risiko Belum diperlukan adanya
1
28 –49
Rendah tindakan perbaikan Mungkin diperlukan tindakan
2
50–70
Sedang dikemudian hari
3
71 –91
4
92 - 112
Tinggi
Diperlukan tindakan segera
Sangat
Diperlukan tindakan menyeluruh
Tinggi
sesegera mungkin
Sumber : Tarwaka (2010)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
2.6
Pengujian Data secara Statistik
2.6.1 Uji Keseragaman Data Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan cepat.Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”.Yang dimaksudkan dengan data ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trenrata-ratanya.Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.Didalam melakukan Uji keseragaman data dapat kita lakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata Rumus:
X
=
Dimana:
2.
X
= Rata – rata data hasil pengamatan
Σxi
= Data pengukuran
N
= Jumlah data
Menghitung Standar Deviasi Standar deviasi yaitu besar perbedaan dari nilai sampel terhadap rata-rata. Rumus:
x σ
=
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Dimana : σ
= Standar deviasi
xi
= data pengukuran
x
= rata-rata data pengamatan
n
= jumlah data
3. Menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) digunakan sebagai pembatas pada keseragaman data. jika data yang masuk termasuk dalam BKA dan BKB maka data dianggap seragam, sedangkan apabila ada data yang keluar dari BKA dan BKB maka data dianggap tidak seragam. Rumus: BKA
= x + kσ
BKB
= x - kσ
Dimana : x
= Rata-rata data pengamatan
σ
= Standar deviasi
k
= Koefisien tingkat kepercayaan, ada 3 yaitu:
Tingkat kepercayaan 68 % harga k adalah 1.
Tingkat kepercayaan 95 % harga k adalah 2.
Tingkat kepercayaan 99 % harga k adalah 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Keterangan : Pi
= prsentase produktif di waktu ke-i
K
= Jumlah waktu pengamatan
Ni
= jumlah pengamatan di waktu ke-i
2.6.2 Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data telah cukup atau belom. Uji kecukupan data dihitung setelah semua nilai data berada dalam batas kendali, jumlah pengukuran dikatakan cukup apabila N’ (jumlah data yang diperlukan sesuai dengan tingkat kepercayaan (Z) dan tingkat etelitian (s) yang telah ditentukan lebih kecil atau sama dengan N (Jumlah data yang diperlukan dari pengukuran sebelumnya).Rumus:
N’=( )2. (
)
)
2.6.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut diunakan untuk mengukur apa yang seharsunya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran (sarwono, 2011: 249). Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu disetiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Oleh karena itu, reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya (Sarwono, 2011:250). Untuk menentukan butir-butir pertanyaan sudah valid, maka nilai koefesien korelasi (r1) hasil perhitungan harus lebih besar dari nilai koefisien dari tabel.Jika nilai koefesien korelasi lebih kecil dari nilai tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid dan harus dihilangkan untuk analisis selanjutna.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan ketentuan bahwa suatu butir pertanyaan memiliki nilai reliabelitas jika nilai Cronbach’s Alpha hasil perhitungan sama dengan atau lebih besar dari 0,8 (Sarwono.2011:25 Untuk menguji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment: Keterangan : r
= Koefisien validitas item yang dicari
n
= jumlah responden
X = skor yang diperoleh subjek dalam setiap item Y = skor total keseluruhan (Arikunto, 2005:72)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Untuk menguji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach : Cara Uji Reliabilitas dengan SPSS: 1. Klik Analyze > Scale > Reliability Analysis 2. Masukkan seluruh item Variabel X ke Items 3. Pastikan pada Model terpilih Alpha 4. Klik OK Sedangkan untuk melakukan pengujian reliabilitas di SPSS adalah : 1. Analyse > pilih sub menu scale > Reliability Analysis 2. Pindahkan semua butir pertanyaan yang akan dianalisis ke kolom items. 3. Pada bagian model pilih Alpha 4. Pada bagian statistik : pilih item. Scale. Scale IF Item Deleted >Continue ? OK. Hasil keluaran yang diperlukan adalah reliability Statistik dan Item Total Statistics. Reliability Statistic digunakan untuk melihat nilai Cronbach’s Alpha secara keseluruhan. Sedangkan Item Item Total Statistics untuk validitas digunakan angka-angka yang terletak pada kolom “Corrected Item Total Correlation” dan untuk reliabilitas digunakan angka-angka pada kolom “ Cronbach’s Alpha IF Item Deleted (Sarwono,2011 :260).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
2.7
Statistik Deskriptif Statistika deskriptif merupakan ilmu pengetahuan statistika yang
mempelajaritata cara penyusunan dan penyajian data yang dikumpulkan dalam
suatupenelitian, misalnya dalam bentuk tabel frekuansi atau grafik, dan
selanjutnyadilakukan pengukuran nilai-nilai statistiknya seperti arithmetic mean dan standardeviasi. Menurut Suliyanto (2006). 1.
Distribusi frekuensi digunakan untuk meringkas dan memadatkan data dengan cara mengelompokan kedalam kelas-kelas dan mencatat berapa banyak poin-poin data yang jatuh di masing-masing kelas tersebut (Sarwono, 2005:7).
2.
Mean meerupakan rata-rata. Rata-rata npopulasi diberi lambing π untuk sampel lambing nya x.
3.
Median adalah nilai tengah yang membatasi setengah frekuensi bagian bawah dan setengah frekuensi bagian atas bila dta disusun secara berurutan.
4.
Modus merupakan nilai yang mempunyai frekuensi paling besar.
5.
Standar deviasi merupakan nilai yang digunakan untuk menunjukan seberapa besar dan bervariasi.
6.
Varians menggambarkan seberapa jauh suatu nilai terletak dari posisi ratarata.
7.
Range adalah jarak antara nilai tertinggi dengan nilai terendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.8
Regresi dan Korelasi Analisis regresi banyak digunakan karena ada beberapa keistimewaan
didalamnya, diantaranya di dalam analisis regresi sudah termasuk analisis korelasi antara variabel independen (X) yang sering disebut factor penyebab dengan variabel dependen (Y).salah satu khas dari analisis regresi yaitu adanya persamaan yang dihasilkan. Persamaan tersebut berguna untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas (indpenden) terhadap variabel bergantung (dependen). Yang selalu erat dengan analisis regresi adalah analisis korelasi, karena jika variabel independen (x) berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (y) maka disebut berkorelasi kuat.Analisis keeratan hubungan sangat penting untuk dapat menentukan keputusan yang tepat. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui
apakah
ada
hubungan
antara
dua
variabel
(Suwarno,2011:205). Regresi linier sederhana mengikuti persamaan dibawah ini : Y
= a+ bx
Keterangan : Y
= variabel dependen (bergantung)
X
= variabel independent (bebas)
A
= konstanta regresi
a
B
= kemiringan garis regresi
b =
=
-
(∑
) (∑ ∑ ) [ ∑
http://digilib.mercubuana.ac.id/
]
atau
lebih
37
Rumus yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi :
r
=
(∑ √{
² – (
) (∑ ∑ ) )²} {
– (
) }
keterangan : r
= korelasi antara X dan Y
Y
= variabel dependen (bergantung)
X
= variabel independent
N
= jumlah responden
Interpretasi angka korelasi menurut Prof. Sugiyono (2007):
2.9
0
-
0,199 : Sangat lemah
0,20
-
0,399 : Lemah
0,40
-
0,599 : Sedang
0,60
-
0,799 : Kuat
0,80
-
1,00 : Sangat Kuat
Penelitian Sebelumnya Tabel 2. 3Jurnal Penelitian
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
o 1
Kabir,
S. Modifikasi Alat Bantu Angkut M., Boby, Belerang untuk mengurangi Lutfi. Injury
Alat Angkut,
Menggunakan kuesioner
Injury,Nordic
Nordic Body Map dapat
Body Map,
mengurangi kecelakaan
(2013)
kerja dan bisa mencegah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
o terjadinya ciderat. 2
Triwulanda ri
Identifikasi
Berdasarkan
S. Resiko Ergonomi risk, percent Nordic
Dewayana,
Pada Pekerja Di Exposure
Nora Azmi, PT. Riviana
ergonomics’
ASABA Level,
INDUSTRY
Kuesioner
Body
Map
diketahui bahwa keluhan yang banyak diderita para
technical
pekerja adalah pada leher
Riviana
supervision,
bagian atas, pinggang.
(2013)
Nordic Body Map Kuesioner
3
Jaka
Identifikasi
Halibona
Resiko Ergonomi QEC, Nordic keparahan
(2011)
Dengan QEC,
Ergonomi,
Metode Body
tingkat Exposure
Map, Score pada bagian tubuh
NORDIC Fishbone.
BODY
Mengetahui
MAP
dan mengevaluasi hasil tingkat keparahan cidera
DAN REBA
pada
otot-otot
pekerja
kinerja. 4
IWayan
Identifikasi
Nordic body Hasil pengukuran sigma
Sukania,
Keluhan
maps,
Lamto
Biomekanik
widodo,
Kebutuhan
menunjukkan erdasarkan
dan questionnaire kuesioner persepsi s
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ditemukan bahwa
39
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
Desica
Operator
Natalia(201
Packing
Menunduk relative sering
1)
di PT X
akibat pallet terlalu
o Proses
aktifitas kerja
rendah sehingga operator memerlukan pallet yang dapat disesuaikan dengan ketinggian kerja. 5
Anita Dewi Identifikasi
usculoskeleta
Prahastuti S Keluhan
l
(2013)
Muskuloskeletal
Nordic Body mampu
Dengan Nordic
Map,
indikator
Body Map
Occupational
muskuloskeletal
Ditinjau Dari
Safety
Kesalahan
Health
Pengunaan
Disorders, Nordic
metode Body
Map
mengetahui nyeri dan
And memberikan penanganan
Posisi Duduk Dan Indeks Kesegaran Jasmani Pada Perajin Perak Di Desa Pulo Kecamatan Tempeh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk cidera.
menghindarii
40
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil
o Kabupaten Lumajan 6
Rovanaya
Hubangan Posisi
Menggunaka
Nurhayunin
Kerja Dengan
n
Rapid penelitian dapat
g Jalajuwita Keluhan
Entire Body disimpulkan bahwa
dan Indriati Muskuloskeletal
Assessment
posisi kerja pekerja
Paskarini
Pada Unit
(REBA),
pengelasan memiliki
(2010)
PENGELASAN
Nordic Body hubungan yang signifikan
PT. X BEKASI
Map (NBM),
dengan keluhan muskuloskeletal. Adanya hubungan yang signifikan (pvalue = 0,005) pada posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pekerja pengelasan, dengan tingkat hubungan menunjukkan korelasi sedang. Disarankan untuk memberikan training mengenai posisi kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
o yang ergonomis ketika melakukan pengelasan 7
Wahyu
Perbaikan Metode Menggunaka
Susihono,
Kerja
n
Endah
Berdasarkan
Entire Body disimpulkan bahwa
Rubiati
RAPID
(2015)
LIMB
(REBA),
ASSESSMENT
Nordic Body pekerja, seperti sakit atau
Rapid dilakukan telah
UPPER Assessment
(RULA)
Pada Map (NBM),
diketahui keluhan yang dirasakan oleh
kaku di leher bagian atas sebesar 61%, kaku di
Perusahaan Kontruksi
Dari hasil penelitian yang
Dan
Fabrikasi
leher bagian bawah 53%, sakit di punggung 69%, sakit pada lengan kanan 46%, sakit pada pinggang 53% dansakit di bagian betis 53%, sakitpergelangan kaki 46% dari 13 pekerja. Kondisi ini dapat menimbulkan potensi cidera punggung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
o (low back pain) dan keluhan musculoskeletal yang berkepanjangan,sehingga harus segera dilakukan perbaikan kerja dalam waktu singkat. 8
Akhmad
Analisis Beban
Menggunaka
Hidayanto,
Kerja Fisiologis
n
Ernitua
Operator Di
SigmaRapid
Purba,
StasiunPenggoren
Entire Body disebarkan,
Jabbar
gan Pada Industri
Assessment
bahwa operator wanita
Rambe,
kerupuk
(REBA),
memiliki
Anizar
Berdasarkan
kuisioner
Six Standard
Nordic
Quistionaire (SNQ) yang diketahui
persentasi
Nordic Body kategori
sangat
sakit
Map (NBM),
tertinggi
yaitu
47,4%,
operator
pria
sebesar
28,2%. Pengukuran untuk operator
wanita
menunjukkan bahwa 80% konsumsi energi operator
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berada
dalam
kategori
berat
yaitu
351-379
43
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
o KKal/jam
sedangkan
operator laki-laki hanya 20%
berada
dalam
kategori berat. 9
Mardiansya
Analisis Postur
h
Kerja untuk Mengurangi
Rapid Uper Limb Assessment, Nordic Body Map, Ergonomi
Hasil penelitian menggunakan kuesioner Nordic Body Map
Risiko
menunjukkan bahwa
Musculoskeletal
pekerja mengeluhkan rasa
Disorders
sakit sebanyak 71% pada bahu, 71% pada leher bawah, 76% pada punggung, 65% pada bokong, dan 76% pada pinggang. Selain itu, pekerja mengeluhkan agak sakit sebanyak 53% pada lengan atas, 59% pada siku, dan 59% pada pantat
10
RACHMA
Analisis
Rapid
N
Perbandingan
Limb
Uper Pengayuh becak setelah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menggunakan becak
44
N
Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
Keluhan
Assessment,
rancangan Saputro (2008)
Pengayuh Becak
Nordic Body lebih banyak
Menggunakan
Map,
mengeluhkan rasa sakit
KUESIONER
Ergonomi
pada Leher bagian bawah,
o
NORDIC
bahu kanan, lengan atas kanan, pinggang, bokong, pantat, siku kiri, siku kanan, pergelangan tangan kiri, tangan kiri, paha kiri, lutut kiri, lutut kanan, pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan dan kaki kiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
2.6
Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/