BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ayam Pedaging (Ayam Broiler) Istilah ayam broiler merupakan istilah asing yang menunjukan cara memasak ayam di negara-negara barat. Hingga kini belum ada istilah yang tepat untuk menggantikanya, sama halnya dengan menggantikan istilah ”ayam kampung”. Sementara itu yang popular ke seluruh pelosok hingga pedesaan tetap istilah ayam broiler. Untuk masa kini kita dapat mengidentikkan ayam pedaging ini dengan ayam broiler, tetapi kita tidak dapat mengganti istilah ayam broiler itu sendiri sebab di masa yang akan dating kemungkinan anggota ayam pedaging tidak hanya ayam broiler. Sama halnya dengan istilah ayam buras yang merupakan singkatan dari ayam bukan ras dan anggotanya banyak sekali. Karenanya istilah ayam kampung tidak bias digantikan dengan ayam buras karena ayam kampung hanyalah salah satu anggota dari kelompok ayam buras, Rasyaf (2004 : 4). Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Adapun istilah broiler yang dipotong usia kurang dari 8 bulan, dengan ciri khas daging masih lunak, kulit agak licin, tulang dada agak keras disebut istilah roaster (Murtidjo, 1987: 9). Bagian-bagian tubuh ayam pedaging tidak sama rasanya satu dengan lainnya. Bagian punggung tentu lebih banyak tulangnya. Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Pada umumnya konsumen lebih menyukai untuk mengkonsumsi bagian dada karena daging pada bagian dada lebih empuk dan lebih sedikit mengandung lemak. Pada bagian dada memiliki komponen terbesar adalah otot sehingga besarnya dada dapat dijadikan ukuran untuk membandingkan kualitas daging ayam. Daging ayam memiliki kandungan kolesterol dan lemak yang lebih rendah dibandingkan daging sapi dan babi (Amrullah, 2002:16). Pada akhir periode 1980-an itulah pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan atau membantu
konsumsi daging ruminansia yang saat itu sangat sulit keberadaanya. Kondisi pun membalik, kini banyak peternak ayam broiler bangkit dan peternak musiman muncul. Dari sinilah ayam broiler komersial atau ayam broiler final stock mulai dikenal dan secara mulai diterima orang. Kekaguman orang dan minat pemodal muncul setelah mengetahui bahwa ayam broiler dapat dijual sebelum usia 8 minggu dan pada usia itu bobot tubuhnya hamper sama dengan tubuh ayam kampong berusia sekitar satu tahun. Masarakat juga mengenal ayam broiler sebagainayam pedaging saingan baru bagi ayam kampong karena mempunyai rasa yang khas, empuk dan dagingnya banyak. Kelebihan dan kekurangan ayam broiler dan ayam kampung dikemudian hari ternyata saling melengkapi bukan sebagai saingan (Rasyaf, 2004 : 3).
B. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan keputusan beli a taumelakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya (Kanuk,2 000:9).Perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai “ Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka (American Marketing Assosiation,
1999:6) .
Perilaku
konsumen
(consumer
behavior)
dapat
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mepergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha 2000 : 10). Amirullah (2002 : 3) Perilaku konsumen juga merupakan sejumlah tindakantindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi faktor-faktor kejiwaan (psikologis) dan faktor-faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya. Engel
(1994 : 3) juga mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam menciptakan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Menurut (Nugroho, 2002 : 5 ) Perilaku konsumen di definisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang di lakukan dalam rangka evaluasi, mendapatkan penggunan atau mengatur barang-barang atau jasa. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikolog yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, menggunakan, mengsahabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2003 : 5). Perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan konsumsi, dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman, serta ide-ide (Women, 2006 : 13 ).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 1. Faktor Eksternal Selain dipengaruhi oleh faktor internal, individu masih dipengaruhi adanya faktor eksternal dalam melakukan suatu keputusan pembelian. Menurut (Mangkunegara, 2002 : 33), faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu : (1) kebudayaan (2) kelas social 1.1 Budaya Faktor budaya memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku konsumen dan sangat mendalam, serta dijadikan pertimbangan oleh konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Kebudayaan adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi kegenerasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau perkembangan jaman dari sebuah masyarakat
1.2 Kelas Sosial Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial sebagai pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Dari pendapat-pendapat diatas, kelas sosial dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi diukur sebagai suatu kombinasi suatu pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variabel lainnya. Dalam masyarakat yang hidup teratur adanya sistem lapisan-lapisan sosial itu merupakn ciri yang tetap dan teratur. 1.3. Kelompok Referensi Kelompok referensi dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang berinteraksi untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Sedangkan kelompok referensi (reference group) dapat diartikan sebagai sejumlah orang atau kelompok yang bertindak sebagai pembanding (or reference) terhadap individu dalam setiap bentuk nilai, sikap atau penuntun kearah perilaku. Konsep dasar ini memberikan manfaat terhadap pemahaman mengenai pengaruh orang terhadap sikap, perilaku dan kepercayaan konsumsi individu. 1.4
Keluarga
Anggota di dalam keluarga merupakan kelompok yang berpengaruh dalam perilaku pembelian konsumen. Masing-masing individu akan mempunyai hubungan dengan keluarganya, baik itu keluarga yang terbentuk karena ikatan perkawinan, hubungan darah maupun proses adopsi. Oleh karena itu keputusan membeli seseorang individu seringkali dipengaruhi oleh individu lain dalam keluarganya. Anggota keluarga adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam mengambil keputusan pembelian. Jadi keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang terbentuk oleh ikatan perkawinan, hubungan darah atau proses adopsi. Istilah keluarga dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam bentuk rumah tangga.
2.
Faktor Internal Faktor internal sangat berpengaruh terhadap perilaku pembelian
konsumen. Faktor ini merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri individu (konsumen), dimana akan dapat berubah bila ada pengaruh dari faktor luar (eksternal). Adapun faktor-faktor internal menurut (Mangkunegara, 2002 : 39), adalah sebagai berikut : 1.1 Motivasi Motivasi dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang mana individu didorong untuk melakukan suatu tindakan. Dorongan kekuatan itu dihasilkan melalau proses rangsangan yang kuat dari kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. 1.2 Persepsi Persepsi dapat diartikan sebagai proses dimana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan gambar. Atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah bagaimana orang memandang lingkungan sekelilingnya. Persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. 1.3 Pengalaman Belajar Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan
tindakan
dan pengambilan keputusan pembeli. Sedangkan belajar dapat didefinisikan seba gai perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya pengalaman sebelumnya. 1.4 Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian dan konsep diri merupakan dua gagasan psiko yang telah digunakan dalam mempelajari perilaku konsumen diorganisir secara menyeluruh dari tindakan konsumen. Kepribadian juga dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya. 1.5 Sikap Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung kearah berbagai obyek atau ide. Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula sebaliknya, keyakinan menentukan sikap. Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasif dan pemberian informasi yang efektif kepada konsumen. Dengan demikian konsumen dapat membeli produk atau merek baru, atau produk yang ada pada toko itu sendiri.
D. Pasar Dan Pemasaran Pada dasarnya pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dengan pembeli, atau area yang didalamnya terdapat kekuatan-kekuatan
permintaan dan
penawaran saling bertemu untuk membentuk suatu harga. pasar dapat diartikan sebagai suatu kelompok orang-orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar dan melakukan tempat bagi penawaran dan permintaan sehingga dengan demikian terbentuk harga (Mursid, 2010 : 25). Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakanya (Wiliiam 2010 : 5 ). Pasar adalah tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Para ahli ekonomi menggambarkan pasar sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas sebuah produk atau kelompok produk tertentu, misalnya pasar perumahan atau bahan makanan (Kotler, 2006 : 12). Pemasaran melibatkan banyak kegiatan berbeda, yang menambah nilai produk pada saat bergerak melalui sistem tersebut. Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan dan masyarakat. Salah satu dari definisi pemasaran terpendek adalah memenuhi kebutuhan secara menguntunkan (Kotler, 2007 : 5). Pemasaran tidak lain dari pada suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ketangan konsumen atau dapat pula dikatakan bahwa pemasaran
adalah semua kegiatan usaha dari produsen ke konsumen. Dalam arti luas pemasaran meliputi hal-hal yang bersifat abstrak seperti asuransi, surat-surat saham dan surat-surat obligasi. konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan (needs) manusia adalah pernyataan dari perasaan kekurangan. Kebutuhan meliputi kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, kehangatan dan rasa aman; kebutuhan sosial akan rasa memiliki dan kasih sayang; serta kebutuhan individual akan pengetahuan dan ekspresi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak diciptakan oleh pemasar, mereka merupakan bagian mendasar dari diri manusia (Mursid 2006 : 5). Keinginan (wants) adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya atau kepribadian seseorang. Misalnya seorang yang lapar menginginkan big mac, kentang goreng dan sebotol coke. Seseorang yang lapar di Bali menginginkan nasi putih, daging dan sayuran. Keinginan digambarkan dalam bentuk objek yang akan memuaskan kebutuhan manusia (Amstrong, 2008 : 6). Konsep pemasaran adalah keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi, memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan
sasaran
perusahaan (McDaniel, 2001 : 8 ). Inti dari
pemasaran
(Marketing) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara menguntungkan (Kottler, 2008 : 5). Pemasaran adalah suatu fungsi
organisasi
dan
serangkaian
proses untuk
menciptakan,
mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan untuk mengelola hubungan
pelanggan
dengan
cara
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentinganya Marketing
yang Associat
ion (2001 : 8). Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain (Kottler, 2009 : 5). Menurut McDaniel (2001 : 6 ) Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan
organisasi, dan pemasaran merupakan filosofi, sikap, perspektif atau orientasi manajmen yang menekankan pada kepuasan konsumen. Pemasaran adalah sekumpulan aktivitas yang digunakan untuk mengimplementasikan filosofi ini. Sedangkan Menurut Marketing Association (Ama, 2001 : 6 ) Pemasaran adalah merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi. Pemasaran adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen, atau dapat dikatakan pula bahwa pemasaran adalah barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen, dalam arti luas pemasaran meliputi hal-hal yang bersifat abstrak seperti asuransi, surat-surat saham, dan surat-surat obligasi (Mursid 2010 : 26 ) Dalam sistem pemasaran terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi tergantung sama lain: 1. Organisasi dalam pemasaran 2. Sesuatu yang sedang dipasarkan 3. Pasar yang dituju 4. Para perantara (pedagang, agen)
E. Riset Pemasaran Menurut Malhotra (2009 : 7 )
Riset pemasaran adalah
fungsi yang
menghubungkan konsumen, pelanggan, dan masyarakat dengan pemasar melalui informasi-informasi digunakan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan peluang dan masalah pemasaran, membuat, memperbaiki, dan mengevaluasi tindakan pemasaran. Memantau, kinerja pemasaran, serta memperbaiki pengertian mengenai pemasaran sebagai sebuah proses. Riset pemasaran adalah identifikasi, pengumpulan, analisis, diseminasi, serta penggunaan informasi secara sistematik dan obyektif untuk membantu manajmen membuat keputusan yang berhubungan dengan identifikasi dan penyelesaian masalah (dan peluang) dalam bidang pemasaran. American Marketing Association (McDaniel, 2001) riset pemasaran secara formal didefinisi sebagai fungsi yang menghubungkan konsumen, pelanggan dan publik dengan pemasar melalui informasi-informasi digunakan
untuk
mengidentifikasi
dan
mendefinisi
peluang
dan
masalah
pemasaran;menghasilkan, menyempurnakan dan mengevaluasi upaya pemasaran; memantau kinerja pemasaran; memperbaiki pengertian pemasaran sebagai suatu proses. Menurut Churchill, (2001 : 10) Riset pemasaran adalah suatu fungsi yang menghubungkan konsumen, pelanggan, dan masyarakat dengan para pemasar melalui informasi-informasi yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan masalah pemasaran: menghasilkan, menyaring, dan mengevaluasi aktivitasaktivitas pemasaran: memonitoring kerja pemasaran, dan meningkatkan pemahaman kita atas pemasar sebagai suatu proses. American Marketing Association (1987 : 1) memberikan definisi resmi mengenai riset pemasaran adalah kegiatan penelitian dibidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, perumusan tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi data,hasil penelitian. Riset pemasaran merupakan rancangan yang sistematis dan obyektif terhadap pengembangan penyediaan informasi untuk proses pengambilan keputusan dalam manajmen pemasaran. Maksud utama riset pemasaran adalah menyediakan informasi, bukan data, bagi pengambilan proses keputusan. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam riset pemasaran yaitu: „Sistematis‟ yaitu menujukan bahwa proyek riset harus benar-benar direncanakan dan diorganisir dengan rapi, aspek-aspek taktis dan strategisdari disain riset harus dirinci terlebih dahulu dan hakikat data yang akan dikumpulkan serta model analisis yang akan diterapkan perlu juga diantisipasikan. „Obyektif‟ yaitu mengimplikasikan bahwa riset pemasaran harus diusahakan jauh dari factor biasa (pengelabuan) dan tidak emosional dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Sering terdengar bawha riset pemasaran merupakan “penerapan metode ilmiah kedalam pemasaran, Kinnear Taylor (2000 : 19).
F. Persepsi Menurut Kotler (2000 : 3) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan meninterpretasikan masuka-masukan informasi untuk mencapai gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkumanegara (2002 : 1 ) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau
makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins ( 2003 : 3 ) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan
dan
menafsirkan
kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Walgito ( 1 993 : 3 ) Mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu
yang
akan
membuat
respon
bagaimana
dan
dengan apa seseorang akan bertindak. Leavitt (2001 : 10 ) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali,
dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita
miliki
untuk
mengenali
bahwa
yang
kita
lihat
itu
adalah
mangga ( Taniputra 2005 : 10 ). Menurut Amirullah ( 2002 : 42 ) persepsi dapatpersepsi dapat diartikan sebagai proses dimana individu memilih , mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan gambar. Atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah bagaimana orang memandang lingkungan sekelilingnya. Sedangkan menurut Kotler (1997 : 240) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti.
G. Sikap Perilaku Dan Kepuasan Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Sikap memainkan peranan penting dalam membentuk suatu perilaku. Pada umumnya, sikap digunakan untuk menilai efektifitas kegiatan pemasaran. Sikap merupakan evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon secara konsisten berkenaan dengan atau alternatif-alternatif pilihan yang diberikan. Sikap menempatkan seseorang kedalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhi sesuatu tersebut (Umar, 2001 : 12). Perilaku konsumen tidak dapat secara langsung dikendalikan perusahaan.Oleh karena itu informasi mengenai perilaku ini perlu dikumpulkan sebanyak mungkin. Perilaku konsumen merupakan tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Umar, 2001 : 12). Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis
yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mankunegara, 2002 : 13). Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang diterimanya dengan apa yang diharapkannya. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinanya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama (Umar, 2001). “Proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap. Adapun proses pengambilan keputusan dapat terlihat pada gambar berikut ini: Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi berbagai alternatif
Keputusan membeli
Perilaku pasca pembelian
Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian menurut Amstrong (2001 : 10).
1. Pengenalan kebutuhan Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan (need recognition). Pada tahap ini, seorang pemasaran harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana kebutuhan atau masaalah tadi mengarahkan konsumen pada produk tertentu. 2. Pencarian informasi Seorang konsumen yang telah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang memuaskan dalam jangakauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi (information reserch) yang berkaitan dengan kebtuhan itu. 3. Evaluasi berbagai alternatif Konsep-konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen pertama yaitu atribut produk. Konsumen akan bervariasi dalam menentukan mana dari atribut-atribut ini yang menurut pertimbangan mereka relevan dan mereka akan menaruh perhatian terbesar pada atribut yang berhubungan dengan kebutuhan mereka. Kedua konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan
keinginanya
yang
unik.
Ketiga
konsumen
kemungkinan
akan
mengembangkansatu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut. Seperangkat keyakinan mengenai merek tertentu dikenal sebagai citra merek (brand image). 4. Keputusan pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat atau merek dan membentuk nilai untuk membeli. Biasanya, keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor yang dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan pembelian. 5. Perilaku pasca pembelian Tugas orang pemasaran tidak terakhir ketika produknya dibeli orang. Setelah membeli produk tersebut konsumen bisa puas bisa juga tidak puas dan akan
terlibat pada perilaku pasca pembelian (postpurchase behaviour). Yang menentukan pembeli puas atau tidak adalah hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk. Jika produk gagal memenuhi harapan, konsumen kecewa, jika harapan terpenuhi, konsumen puas, jika harapan terlampaui, konsumen amat puas.
H. Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Faktor-faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan keluarga, sedangkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri dari motivasi, persepsi, pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap. Faktor kebudayaan yang ada pada masyarakat merupakan faktor yang bersifat komplek dan luas. Kebudayaan ini merupakan kebudayaan induk yang mempengaruhi kebudayaan khusus dari setiap kelompok atau golongan masyarakat, termasuk kelas-kelas sosial yang ada didalamnya, termasuk juga kelompok referensi sebagai kelas sosial yang menjadi acuan bagi individu dalam membentuk perilaku dan kepribadiannya. Akhirnya pengaruh tersebut sampai kepada keluarga sebagai kelompok kelas sosial terkecil yang juga merupakan kelompok referensi yang bersifat primer. Dalam lingkungan keluargalah perilaku seseorang terbentuk, termasuk perilaku dalam membeli dan mengkonsumsi sehingga keputusan pembelian yang dibuat seorang individu tidak terlepas dari pengaruh keluarga (Rofiza, 2007 : 33 ).
I.
Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini di antaranya : Tamri (2011) meneliti dengan Judul Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan
Pembelian Minyak Goreng Bimoli Di Kota Gorontalo. Dengan tujuan penelitian yaitu melihat pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo dan melihat bauran pemasaran yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian minyak goreng bimoli di Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan
teknik purposiv sampling. Adapun hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa
bauran
pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat dan
promosi secara berama-sama berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo. Variabel produk, harga dam promosi secara sendiri-sendiri berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goring bimoli di kota gorontalo, sedangkan tempat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo. Wati (2011) meneliti dengan judul Analisis perilaku konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Akses Internet Telkomsel Flash.
Merode
penelitian dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan teknik nonprobability sampling berupa quota sampling. Adapun Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen Telkomsel flash di Institut Pertanian Bogor sebagian besar adalah perempuan, berasal dari Jabodetabek dengan pengeluaran rata-rata Rp 500.001Rp 1.000.000. Telkomsel
Proses pengambilan keputusan pembelian akses internet
flash pada tahap pengenalan kebutuhan, kebanyakan konsumen
menggunakan internet sebagai penunjang kegiatan belajar dan konsumen menilai bahwa Telkomsel flash dapat dijadikan alternatif sebagai pemenuhan kebutuhan akan internet. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi utama konsumen mengenai produk Telkomsel flash berasal dari iklan di televisi dan teman. Pada tahap evaluasi alternatif, pertimabangan utama konsumen dalam menggunakan akses internet Telkomsel flash adalah ketersediaan sinyal dan kecepatan akses. Konsumen membeli akses internet ini atas pengaruh
dari diri sendiri sesuai
dengan kebutuhan. Sebagian besar konsumen mengeluarkan Rp. 50.001–Rp. 100.000 untuk menikmati akses internet Telkomsel flash. Kebanyakan konsumen mengkategorikan kepuasanya terhadap Telkomsel flash dalam kategori biasa saja. Rofiza (2007) meneliti dengan judul Analisis perilaku konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Sandal dan Sepatu Mr. Pienk. Pendekatan dalam penelitian ini adalah dilakukan penelitian explanatory atau penelitian uji hipotesis, Menurut Singarimbun dan Efendi (1995:5), penelitian
explanatory
adalah penelitian yang menjelaskan hubungasn antara variabel-variabel penelitian dan penguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Hasil pengujian uji F
secara simultan dihasilkan bahwa variabel kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, motivas, persepsi, pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh cukup kuat terhadap keputusan pembelian. Hal ini terbukti dengan F hitung lebih besar yaitu 45,615 dibanding dengan F tabel sebesar 1,97. Dan besarnya variabel kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, motivasi, persepsi, pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap juga dikatakan kuat dalam mempengaruhi keputusan pembelian yang ditunjukkan dengan Adjusted R Square sebesar 80,2%, sedangkan sisanya 19,8% dipengaruhi oleh variabelvariabel bebas lain yang tidak dikaji dalam penelitian. Khairiyah (2007)
meneliti dengan judul
Analisis
Perilaku Konsumen
dalam Proses Keputusan Pembelian Susu Merek Nesvita (Studi Kasus Toserba Yogya
Plaza
Indah
Bogor)
menggunakan
analisis
Angka
Ideal
dan
Importance Performance Analysis (IPA), mendapatkan bahwa berdasarkan analisis Angka Ideal (nilai total sikap responden terhadap susu merek Nesvita adalah 41,69) Nesvita termasuk dalam kategori baik, sedangkan merek Anlene sebagai pembanding dengan nilai total sikap responden adalah 21,64, termasuk dalam kategori sangat baik dimana secara keseluruhan atribut dari Anlene dipersepsikan sangat baik dimata responden. Maka, PT Nestle Indonesia selaku produsen Nesvita diharapkan melakukan perbaikan produk terhadap
rasa,
iklan, kualitas produk, komposisi dan ketersediaan produk.
Sedangkan hasil analisis IPA kelima atribut tersebut termasuk dalam kuadran I, sehingga kelima atribut tersebut harus menjadi prioritas utama perusahaan guna meningkatkan kepuasan konsumen. Prawaka (2007) yang melakukan Analisis perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian Virgin Coconut Oil (VCO) PT Bogor Agro Lestari, menemukan bahwa nilai total sikap responden terhadap produk Visio dari hasil analisis Angka Ideal adalah 36,05 artinya produk Visio termasuk dalam kategori baik dimana secara keseluruhan atribut Visio dipersepsikan baik dimata konsumen. Sedangkan
hasil
analisis
Importance
Performance
Analysis
menjelaskan bahwa atribut ketersediaan produk dan rasa atau aroma berada pada
kuadran I dengan demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama. Perusahaan harus meningkatkan kinerja atribut produknya seperti atribut ketersediaan produk, rasa, atau aroma karena masih jauh dari ideal yang diinginkan konsumen yaitu dengan penambahan tenaga penjual dan penambahan jumlah outlet apotik.
J. Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan pustaka maka disusun suatu kerangka pikir dalam penelitian ini seperti disajika sebagai berikut :
Persepsi Konsumen
Lingkungan Sekitar
Kapasitas Pribadi
Faktor Eksternal
Faktor Internal
1. Budaya 2.Kelas Sosial
1. Motivasi 2. Persepsi
Pendekatan Statistik
Keputusan Pembelian Daging Ayam Pedaging Di Pasar Sentral Limboto
Gambar 2. Kerangka Pikir Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pengambilan Keputusan Membeli Daging Ayam Pedaging di Pasar Sentral Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Perilaku Konsumen terbagi atas lingkungan sekitar dan kapasitas pribadi, dari lingkungan sekitar terdiri dari faktor ekternal yaitu budaya dan kelas sosial, sedangkan kapasitas pribadi terdiri dari faktor internal yaitu motivasi dan persepsi. Dari lingkungan sekitar dan kapasitas pribadi dapat membentuk pendekatan
statistic sehingga dapat menghasilkan suatu keputusan pembelian daging ayam pedaging di Pasar Sentral Limboto. Kelurahan Kayubulan merupakan salah satu Kelurahan yang memiliki potensi pertanian yang besar. Sebagian besar masyarakatnya adalah laki-laki maupun perempuan ada yang berprofesi sebagai petani dan ada juga yang berpfofesi sebagai pegawai bahkan ada yang pengangguran. dalam penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kayubulan akan diidentifikasi bagaimana persepsi konsumen dalam pengambilan
keputusan
pembelian
daging
ayam
pedaging.
Dalam
mengidentifikasi persepsi konsumen, dapat dilihat dari faktor eksternal dan internal. Adapun Faktor eksternal yang mencakup hal-hal seperti: (1) Budaya, (2) Kelas sosial. Dan adapun yang menjadi Faktor einternal mencakup hal-hal seperti: (1) Motivasi, (2) Persepsi. Dari faktor ini dapat diketahui persepsi konsumen terhadap pengambilan keputusan membeli daging ayam pedaging dapat meningkatkan pendapatan bagi setiap pedagang daging ayam pedaging.
K. Hipotesis 1.
Di duga bahwa Persepsi Konsumen berpengaruh terhadap pembelian daging ayam pedaging di Pasar Sentral Limboto.
2.
Di duga bahwa Faktor-faktor keputusan pembelian daging ayam pedaging sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian daging ayam pedaging di Pasar Sentral Limboto.