Bab II Kajian Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kerangka Berfikir Penjelasan
mengenai penampang kolom pada pasal 13.6.3.4 dan gambar
S13.6.2.5 pada SNI 2847-2013 bahwa penampang kolom terdiri dari tiga penampang yaitu penampang bulat, penampang persegi empat dan penampang segi enam. Penampang
kolom persegi dan penampang kolom bulat pada
bangunan bertingkat, ukuran kedua penampang tersebut lebih besar dari tebal dinding sehingga ada bagian kolom yang menonjol dan memakan ruang untuk yang tidak terlalu luas. Penampang kolom c-plus merupakan inovasi baru dalam desain elemen penumpu pada struktur bangunan. Penampang kolom tersebut ditemukan pada tahun 2002 C-Plus telah diuji di Balai Struktur dan Konstruksi Bangunan Puskim Kementerian PU. Ditinjau dari segi kekuatan, bentuk kolom yang simetris akan memberikan kekuatan yang sama pada kedua arah sumbu utama kolom baik arah x maupun arah y. Dengan inersia yang sama,bentuk kolom plus membutuhkan volume beton yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk kolom persegi. (Pisca Andalina, 2014) Kolom penampang c-plus dapat dimanfaatkan sebagai alternatif baru yang dapat digunakan dalam poses desain elemen penumpu pada struktur bangunan II - 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
gedung bertingkat. Dimensi yang lebih kecil dibandingkan penampang kolom persegi dapat menjadikan kolom penampang c-plus tidak membutuhkan material beton
yang
banyak
dibandingkan
kolom penampang
persegi.
Selain
itu
penggunaan kolom c-plus akan mengurangi tonjolan sehingga ruang lebih efisien. Kolom penampang c-plus didesain pada tahun 2002 sebagai kolom pracetak yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Perhitungan biaya pada penelitian ini untuk desain kolom penampang c-plus dikerjakan secara konvensional dan dibandingkan dengan kolom penampang persegi. Perhitungan kebutuhan biaya struktur atas dengan menggunakan metode bottom-up estimating yaitu estimasi dilakukan berdasarkan setiap paket kerja terkecil dan menjumlahkan seluruhnya hingga diperoleh biaya total dari sebuah proyek. (Dwi Cahyo, 2012). Proses itu dapat berlangsung setelah proyek digambarkan secara detail. Metode ini menggunakan Work Breakdown Structure (WBS)
yang
dikembangkan selama tahap
perencanaan proyek.
Perkiraan
diciptakan untuk semua tugas pada tingkat terendah WBS dan kemudian ini diakumulasi untuk menentukan perkiraan untuk keseluruhan proyek Penelitian ini ditujukan untuk mengentahui biaya struktur atas bangunan gedung dengan menggunakan desain kolom penampang c-plus dan dibandingkan dengan kolom penampang persegi. Perbanding kedua desain pemampang kolom pada struktur atas bangunan gedung ditinjau dari segi biaya sehingga mengetahui
II - 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
desain mana yang lebih efisien. Kerangka berfikir penelitian ini ditunjukan pada gambar 2.1 Jenis penampang kolom
Jenis penampang kolom
Penampang kolom c-plus
(Penampang persegi)
- litbang.pu.go.id/c-plus-
- SNI 4827-2013 Pasal 13.6.2.5
sistem-struktur.go.id
- Gambar 13.6.3.4 Gambar
penampang kolom
Biaya
Hipotesa
Estiamsi Biaya
Tools
Material
Man Power
Efisiensi Desain
Pengaruh Anggaran Biaya Kesimpulan
Sumber : data olahan
Gambar 2.1 Alur kerangka berfikir
II - 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2.2.
Hipotesa Desain bangunan dengan struktur atas menggunakan kolom c-plus akan
memiliki luasan ruang yang lebih besar dan memiliki biaya yang lebih besar dibandingkan
dengan
struktur
atas
bangunan gedung menggunakan kolom
penampang persegi.
2.3.
Estimasi Biaya
2.3.1
Definis Estimasi Biaya Terdapat beberapa literatur yang membahas mengenai pengertian estimasi
biaya. Dalam AACE International (2004), disebutkan bahwa estimasi merupakan evaluasi dari keseluruhan elemen dari sebuah proyek atau usaha yang diberikan berdasarkan kesepakatan terhadap suatu lingkup pekerjaan. Dysert, Larry R. mengungkapkan bahwa estimasi biaya merupakan sebuah prediksi terhadap biaya yang akan dibutuhkan dari sebuah proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang diberikan yang akan dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu yang telah ditetapkan. Dalam sebuah estimasi biaya terdapat identifikasi dan pertimbangan untuk memperkirakan beberapa alternatif biaya untuk memulai dan menyelesaikan proyek.
Jumlah
biaya
yang
akan
dikeluarkan
dan
risiko
harus
dapat
dipertimbangkan, misalnya seperti membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya menyewanya saja untuk keperluan proyek, berbagi sumber daya dalam rangka mengoptimalkan biaya dalam proyek. Biaya yang disusunII - 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
akan memperhitungkan keseluruhan sumber daya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek, termasuk tenaga kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas dan beberapa kategori spesial seperti faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya merupakan penilaian kuantitatif yang mendekati untuk kebutuhan sumber daya dalam proyek. Tujuan dari dibuatnya suatu estimasi proyek adalah : 1. Sebagai dasar dalam pembuatan anggaran proyek 2. Sebagai alat untuk mengkontrol biaya proyek 3. Untuk memonitor progress, dengan membandingkan anggaran biaya, biaya estimasi dengan actual di lapangan. 4. Untuk membuat suatu acuan biaya yang dapat digunakan untuk estimasi. 5. Estimasi biaya dan penjadwalan merupakan dua aktifitas yang berkaitan erat. 2.3.2 Jenis Estimasi Biaya Dilihat dari kelengkapan datanya dan terhadap tahapan proyek, maka estimasi biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : 1.
Preliminary Estimate Merupakan estimasi biaya pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, desain proyek belum ada, hanya ada dalam bentuk gagasan. Estimasi biaya diberikan untuk keperluan studi kelayakan. Estimasi dihitung secara kasar berdasarkan informasi harga dari proyek sejenis per satuan kapasitas produksi atau per satuan fungsinya atau per satuan luasnya. II - 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2.
Semi Detail Estimate Estimasi ini ada pada tahap conceptual engineering. Estimasi biaya sudah dapat dihitung secara detail karena basic design proyek sudah ada. Hasil estimasi
biaya
pada
tahap
ini
dapat
dipergunakan
sebagai
dasar
pertimbangan untuk menyiapkan dana yang diperlukan bagi proyek tersebut, oleh karena itu sering juga disebut sebagai budget estimate bagi owner. 3.
Definitive Estimate Estimasi ini ada pada tahap detailed engineering, dimana semua informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan sudah lengkap. Estimasi biaya sudah dapat dihitung secara detail karena gambar konstruksi sudah ada. Beberapa hal dipertimbangkan dalam estimasi ini antara lain metode konstruksi, kondisi lokasi proyek, preliminary work yang akan dilakukan, penggunaan sumber daya tenaga, alat dan material serta subkontraktor sesuai spesifikasi yang ada. serta waktu pelaksanaan proyek
2.3.3 Metode Estimasi Berdasarakan Rimmy Julianty Buranda terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengolahan data untuk menyusun suatu estimasi biaya yaitu 1.
Judgement Setelah memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai suatu proyek, maka proses estimasi akan dilanjutkan dengan pengolahan data tersebut. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengolahan II - 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
data untuk menyusun suatu estimasi biaya yaitu judgment dari para ahli dapat diperoleh informasi historikal berdasarkan pengalaman mereka terutama bagi proyek-proyek sejenis. Dari para ahli juga diperoleh pertimbangan untuk
menggabungkan beberapa metode dalam proses
estimasi dan bagaimana menyelaraskan perbedaan yang ada dalam metode tersebut. 2.
Analogous Estimating Menggunakan
nilai
dari sebuah
parameter,
seperti lingkup,
biaya,
anggaran dan waktu maupun menggunakan skala perbandingan terhadap ukuran, kompleksitas proyek sebelumnya yang dijadikan dasar untuk menyusun estimasi biaya proyek yang serupa. 3.
Parametric Estimating Digunakan sebagai statistik dari hubungan antara data historikal dengan variabel lainnya seperti luas area untuk menghitung estimasi beberapa parameter seperti biaya, anggaran dan masa pelaksanaan.
4.
Bottom-Up Estimating Merupakan metode dalam mengestimasi komponen pekerjaan. Biaya dan akurasi dari tipe ini dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas dari aktiftas individual maupun paket pekerjaan.
5.
Three-Point Estimates Keakuratan
dalam
sebuah
mempetimbangkan aspek
estimasi
dapat
ditingkatkan
dengan
ketidaktentuan dan risiko. Dalam Program II - 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Evaluation and Review Technique (PERT) digunakan tiga estimasi untuk memperkirakan biaya dari sebuah aktifitas, yaitu : -
Most Likely (CM), biaya aktifitas berdasarkan penilaian usaha yang realistik terhadap suatu pekerjaan
-
Optimistic (CO), biaya aktifitas berdasarkan pertimbangan yang optimis untuk aktifitas tersebut
-
Pessimistic (CP), biaya aktifitas berdasarkan pertimbangan pesimis terhadap suatu aktifitas
Ketiga parameter diatas dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut : πΆπΈ=πΆ0 +4.ππ +ππ 6
Untuk
metode ini biasanya digunakan untuk perkiraan biaya yang
mengandung unsur ketidakpastian seperti estimasi biaya penelitian karena menggunakan pertimbangan optimistik, pesimistik. 6.
Reserve Analysis Estimasi biaya yang termasuk biaya tak terduga. Biaya tak terduga tersebut dapat berupa prosentase dari nilai estimasi, nilai yang tetap, atau dapat dikembangkan dari metode analisis kuantitatif.
7.
Cost of Quality Menyangkut
perhitungan
seluruh
biaya
yang
dipersiapkan
untuk
mencegah adanya ketidakpuasan terhadap kualitas produk yang akan mengakibatkan rework pengulangan pekerjaan. II - 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
8.
Project Management Estimating Software Beberapa
program komputer
dapat
digunakan
sebagai alat
untuk
membantu dalam mengestimasi biaya. 9.
Vendor Bid Analysis Metode estimasi biaya, termasuk analisis biaya dari sebuah proyek yang dimenangkan
tanpa
melalui
proses
persaingan
karena
memperoleh
informasi dari rekanan, tentunya akan diperlukan tambahan biaya. Dalam penelitian
ini metode estimasi yang digunakan adalah bottom
up
estimating. Karena dalam mengestimasi biaya proyeknya pihak kontraktor menghitungnya setiap
paket maupun item pekerjaan dan kemudian
dijumlahkan atau digabungkan dengan item lain yang termasuk lingkup pekerjaan hingga diperoleh nilai keseluruhan proyek. Menurut Iman Soeharto dalam βManajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional Edisi Kedua, 2003β, salah satu metode perkiraan biaya yang sering
dipakai
adalah
metode
menganalisis
unsur-unsurnya.
Pada
metode
elemental analysis cost estimating, lingkup proyek diuraikan menjadi unsur-unsur sesuai fungsinya. Struktur yang diperoleh menjadi sedemikian rupa sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan - kemajuan proyek, dalam arti masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh, dapat ditampung dalam rangka meningkatkan kualitas perkiraan biaya. Klasifikasi fungsi menurut unsur-unsurnya menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang berfungsi sama. II - 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tabel. 2.1 Pengelompokan Berdasarkan Fungsi Untuk Proyek Gedung Oleh Means Dan Engineering News Record. Means Engineering News Recodrs -
Subststruktur
-
Pekerjaan lahan (site)
-
Super struktur
-
Pondasi
-
Eksterior
-
Lantai
-
Interior
-
Kolom interior
-
Sistem conveying
-
Atap
-
Sistem pemipaan
-
Dinding eksterior
-
Sistem HVAC
-
Glazed opening
-
Listrik
-
Dinding interior
-
Pondasi
-
Pintu
-
Fired equipment
-
Pemipaan
-
Persiapan site
-
Listrik
-
Kontingensi
-
Sistem HVAC
-
Sistem conveying
-
Mark Up
(Sumber : Muhamad Khalid, studi analisa harga satuan pekerjaan pada konstruksi gedung dengan metode BOW, SNI dan lapangan, 2008)
2.3.4 Proses Estimasi Proses estimasi biaya dimulai dari input lingkup proyek, penjadwalan, perencanaan SDM hingga mengidentifikasi risiko dapat dilihat pada gambar 2.2.
II - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Create WBS
Project Document Up Date
Estimate, Cost
Activity Cost
Develop Schedule
Project Documents
Estimate Basis of
Estimate
Develop Human
Plan
Procurement
Resource Plan
Determine budget
Identify Risks
Identify Risk
Enterprise/ Organization Sumber : PMBoK, 2008 dalam Buranda, 2009
Gambar 2.2: Alur estimasi biaya Tahapan input dalam suatu proses estimasi mencakup beberapa hal yang diperlukan untuk mendukung proses pelaksanaan estimasi seperti: 1.
Scope Baseline Menggambarkan pernyataan lingkup pekerjaan seperti deskripsi produk,
kriteria yang dapat diterima, hasil yang diharapkan, batasan proyek dan asumsi. Dalam scope baseline terdapat pula WBS yang menggambarkan hubungan dari semua komponen dalam proyek.
II - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2.
Penjadwalan Proyek Jenis dan jumlah dari sumber daya serta waktu yang dibutuhkan dalam
rangka peyelesaian proyek merupakan faktor yang penting dalam menentukan biaya proyek. 3.
Perencanaan Sumber Daya Atribut staff proyek, biaya personel, dan bonus bagi karyawan merupakan
komponen yang penting dalam menyusun estimasi biaya. 4.
Penyusunan Daftar Risiko Identifikasi risiko diperlukan untuk pengendalian biaya akibat adanya
risiko. Risiko dapat memberikan dampak dalam aktifitas maupun biaya proyek. 5.
Pertimbangan Faktor diluar Lingkungan Perusahaan Faktor β faktor yang dapat mempengaruhi antara lain kondisi pasar dan
informasi komersial yang ada. Kondisi pasar yang dimaksud adalah ketersediaan produk, jasa yang diperlukan dalam penyelesaian proyek dan yang dimaksud dengan informasi komersil adalah database komersil yang memberikan data tentang keahlian dan upah dari sumber daya, serta biaya standard untuk material dan peralatan. 6.
Kebijakan Organisasi Kebijakan organisasi yang berpengaruh terhadap estimasi biaya adalah
kebijakan perusahaan dalam estimasi biaya itu sendiri, informasi historikal serta pelajaran maupun pengalaman dari proyek sebelumnya.
II - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Sumber : PMBoK, 2008 dalam Buranda, UI 2009
Gambar 2.3: Estimasi Biaya; Input, tools, teknik dan output Adanya input dari database management system dalam penyusunan estimasi akan sangat membantu terutama untuk proyek dengan skala besar dan sangat kompleks. Dalam database ini mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan berdasarkan parameter dari proyek-proyek sebelumnya maupun data baru baik itu mengenai harga, lokasi, tenaga kerja dan lain sebagainya. Seringkali diperlukan revisi harga sehubungan dengan anggaran yang disediakan oleh owner. Oleh karena itu diperlukan revisi kembali harga satuan dan mengoreksi quantity pekerjaan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada saat mengubah harga satuan yaitu: 1. Melakukan construction economy yaitu upaya yang dilakukan dalam proses pra konstruksi maupun masa konstruksi dengan tujuan menekan
biaya
konstruksi
termasuk
juga
untuk
menekan
kemungkinan terjadinya pembengkakan biaya.
II - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2. Merubah metode konstruksi 3. Mengubah durasi proyek (bila memungkinkan). 4. Mengganti pemasok sumber daya yang digunakan. 5. Mengubah kebijakan keuangan (pembiayaan). 2.3.5
Kualitas dan Keakurasian Estimasi Biaya Kualitas estimasi berkaitan erat dengan keakuratan estimasi. Kualitas
estimasi dapat dilihat dari kelengkapan data, informasi, teknik dan metode estimasi yang digunakan, kecakapan, dan pengendalian estimator, serta tujuan pemakaian estimasi biaya. Didalam bukunya William R. Park dalam Rimmy Julianty Buranda 2009, tahap awal dalam prosedur estimasi adalah mengetahui persyaratan kualitas yang diminta. Oleh karena itu, gambar proyek dan data lainnya yang berkaitan harus dipelajari lebih dalam. Hal-hal yang disebutkan diatas dapat membantu proses penyusunan estimasi biaya dengan tingkat kepastian yang tinggi. Berikut ini adalah beberapa dampak dari estimasi yang buruk: 1. Terjadi Cost Overrun (pembengkakan biaya) terhadap nilai estimasi awal, 2. Terjadi hasil yang tidak konsisten, 3. Estimasi biaya yang dihasilkan kurang detail, 4. Dokumentasi yang buruk atau lemah, 5. Tidak dapat diandalkan untuk alokasi dana, 6. Tidak dapat diandalkan untuk mengontrol biaya pada saat pelaksanaan proyek. II - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Hal yang menyebabkan buruknya estimasi biaya adalah : 1. Estimator yang tidak atau kurang qualified, 2. Estimator yang belum terbiasa dengan obyek bangunan, 3. Data yang kurang lengkap dan metode yang buruk. Peran seorang estimator dalam menyusun estimasi biaya merupakan kunci dari suatu pekerjaan atau proyek yang mengendalikan biaya. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang estimator, antara lain : 1. Dapat membaca dan memperkirakan rencana-rencana 2. Mengetahui pengetahuan matematika untuk volume 3. Mengetahui pengetahuan matematika untuk biaya material 4. Dapat memvisualisasikan suatu gambar kerja serta dapat memberikan solusi untuk beberapa masalah 5. Mempunyai
pengalaman
kerja
pada
bidang
konstruksi sehingga
dapat
menggambarkan proyek yang sesungguhnya 6. Mengetahui tentang kinerja tenaga kerja dan operasionalnya 7. Mengetahui pengetahuan tentang harga-harga yang berkaitan dengan proyek 8. Mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer baik software maupun hardware 9. Mempunyai kemampuan untuk memenuhi tenggat waktu penawaran. Terdapat pula beberapa karakteristik dasar yang telah terbukti berpengaruh terhadap keakuratan dan kenyataan dalam pengembangan estimasi biaya menurut
II - 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
The Government Accountability Office (GAO). Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi secara jelas terhadap tugas Seorang estimator harus mengetahui tentang aturan dasar, asumsi, dan karakteristik teknik dari sebuah data proyek. Estimator harus memahami batasan dan kondisi yang ada untuk menyiapkan suatu dokumen estimasi yang baik. 2. Partisipasi dalam menyiapkan estimasi Perlu melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut untuk memahami misi dan kebutuhan dari proyek. Data sebaiknya diverifikasi untuk keakuratan, kelengkapan dan keandalannya. 3. Ketersediaan data yang valid Perlu mengetahui sumber yang dibutuhkan dalam mengestimasi, baik itu data historikal yang memiliki kemiripan dengan proyek yang baru, maupun yang memiliki hubungan. 4. Standarisasi dalam struktur estimasi Sebuah standard WBS (Work Breakdown Structure) harus digunakan dalam penyusunan estimasi. WBS membantu agar dalam suatu proses estimasi tidak terdapat
item
yang
terlupakan
dan
juga
membantu
untuk
membuat
perbandingan dengan beberapa proyek. Tentunya hal ini disesuaikan dengan jenis atau tipe proyek yang akan dikerjakan.
II - 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
5. Ketentuan-ketentuan dalam mengatasi ketidakpastian Sebuah ketidakpastian harus dapat diidentifikasi dan harus diperhitungkan dalam membuat estimasi biaya. 6. Pemahaman tentang inflasi Estimator harus memastikan perubahan ekonomi seperti inflasi yang akan berpengaruh terhadap life cyle estimasi biaya. 7. Pemahaman tentang biaya-biaya yang tidak termasuk dalam estimasi bila terdapat biaya yang tidak dimasukkan harus dapat dijelaskan dalam kondisi estimasi serta diberikan alasan yang rasional. 8. Mengkaji estimasi oleh pihak lain secara independen Dengan mengkaji estimasi secara independen dapat memberikan rasa percaya terhadap hasil estimasi. Pihak independen akan memverifikasi, modifikasi, dan mengkoreksi sebuah estimasi untuk memastikan bahwa estimasi tersebut realistik, lengkap dan konsisten. 9. Revisi estimasi bila terdapat perubahan yang signifikan Estimasi harus diperbaharui untuk setiap perubahan yang ada, misalnya perubahan dalam desain. Selain karakteristik menyebutkan
faktor-faktor
dasar tersebut diatas, yang
beberapa penelitian juga
mempengaruhi keakurasian
estimasi biaya
seperti pemahaman kompleksitas proyek, lokasi proyek, informasi tentang kondisi tanah, ketersediaan data maupun gambar yang lengkap, perencanaan metode pelaksanaan serta komunikasi antar estimator dan tim proyek. II - 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Prosedur kegiatan yang dilakukan dalam tahap
tender yang akan
mempengaruhi kualitas dan keakurasian estimasi biaya, maka berikut ini adalah pengelompokan variabel dalam proses estimasi biaya hasil kajian literatur : 1. Pemahaman dokumen, hal ini tergantung dari seberapa kompleksnya proyek tersebut dan pemahaman terhadap gambar dan spesifikasinya. 2. Pelaksanaan survey, mencakup deskripsi proyek (lokasi proyek, kondisi tanah dan topografi, pekerjaan pembongkaran, pengembangan lokasi proyek, regulasi di daerah setempat, kondisi iklim, keamanan lingkungan, data existing utilitas), site visit (personil yang melakukan site visit, survey material, tenaga kerja dan sewa peralatan). 3. Perhitungan volume pekerjaan termasuk di dalamnya adalah penyusunan checklist dari gambar dan spesifikasi serta perhitungan quantity. 4. Identifikasi kebutuhan sumber daya yaitu peralatan, tenaga kerja dan material. 5. Perencanaan asumsi-asumsi yang dilakukan berdasarkan pengalaman dari proyek sebelumnya dan informasi lainnya yang diperoleh. 6. Perencanaan metode pelaksanaan. 7. Analisis teknik yaitu menghitung kapasitas dan koefisien produksi sumber daya. 8. Kelengkapan data (lesson learned dari proyek sejenis) yaitu referensi mengenai harga satuan pekerjaan, produktifitas alat dan tenaga kerja serta referensi mengenai subkontraktor.
II - 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
9. Analisis harga satuan pekerjaan 10. Perencanaan jadwal peralatan, material, tenaga kerja dan subkontraktor. 11. Rangkuman perhitungan biaya umum proyek atau perhitungan total biaya. 12. Perencanaan cash flow proyek termasuk didalamnya memperhitungkan sistem pembayaran owner, bunga bank dalam proses pembiayaan proyek. 13. Justifikasi/finalisasi mencakup mark up, pertimbangan nilai tukar mata uang dan eskalasi, strategi pasar, kajian kembali keseluruhan item dalam estimasi. 14. Untuk faktor-faktor internal perusahaan mencakup SDM dan fasilitas pendukungnya. estimator
Dalam
dan
SDM
tim proyek,
dilihat
pengetahuan
pengalamannya
dan
kemampuan
dalam proyek
sejenis,
pemahaman tentang lingkup proyek, komunikasi antar tim dan kebijakan dalam bidang procurement. Sedangkan dalam fasilitas pendukung dibahas tentang penggunaan software sebagai alat bantu dalam proses estimasi. 15. Untuk faktor-faktor eksternal perusahaan, risiko dapat saja timbul dari pihak owner & konsultan dan dari pihak subkontraktor. Dari pihak owner, risiko mungkin ditimbulkan dari ketidaklengkapan data dan kerjasama yang diberikan terhadap pihak kontraktor. Dan dari pihak subkontraktor. dipengaruhi
oleh
kemampuan
subkontraktor
dalam
memberikan
penawaran harga yang tepat.
II - 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2.4.
Biaya Konstruksi Proyek
2.4.1
Biaya Langsung
1.
Biaya Material Biaya material adalah salah satu komponen biaya yang terbesar dalam
suatu proyek dimana porsinya dapat mencapai 50-60% dari total nilai proyek. Penyimpangan sedikit saja atas komponen biaya ini, maka akan sangat terasa secara keseluruhan. Sehingga sangat penting untuk memahami, merencanakan, dan
mengendalikan
biaya
ini
dengan
lebih
baik.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi biaya material diantaranya; a. Harga material yang tergantung dari jenis dan spesifikasi yang telah ditentukan, b. Biaya pengangkutan (transportation) merupakan biaya pengangkutan material dari tempat penjuualan ke lokasi proyek. Analisis pada biaya material meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang digunakan untuk setiap komponen bangunan baik material pokok maupun penunjang. 2.
Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah
tenaga kerja. Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari keseluruhan analisis biaya konstruksi. Menurut Dwi Cahyo dalam βProject Cost Managementβ terdapat faktor yang
harus diperhitungkan seperti kondisi tempat II - 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
kerja,
ketrampilan,
lama
waktu
kerja,
kepadatan
penduduk,
persaingan,
produktivitas dan indeks biaya hidup setempat. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: 1.
Indeks biaya hidup, yang dipengaruhi oleh indeks harga bahan pokok dan indeks tingkat kemamkmuran yang diukur dengan pendapatan rata-rata perkapita pertahun,
2.
Produktivitas tenaga kerja,
3.
Jenis tenaga kerja , terampil tidak terampil,
4.
Jangka waktu kontrak kerja,
5.
Waktu kerja, malam, lembur,
6.
Lokasi pekerjaan,
7.
Persaingan tenaga kerja,
8.
Persaingan tenaga kerja,
9.
Kepadatan penduduk,
10. Tenaga kerja pinjaman/ tenaga kerja pendatang. 3.
Biaya Peralatan Biaya peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan dan
operasional peralatan berat dan peralatan ringan , faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih peralatan adalah:
II - 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
a.
Membeli alat - Dengan mempertimbangakan biaya yang harus dikeluarkan adalah
yang meliputi biaya bunga modal, pajak. asuransi, penyimpanan, perbaikan dan depresiasi. - Biaya Operasional, yang meliputi biaya operator, biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan ringan ,dan lain-lain. b.
Menyewa alat, atau, sewa β beli alat, dengan beban biaya operasional merupakan kesepakatan dalam kontrak sewa/ sewa beli.
2.4.2
Biaya Tidak Langsung Biaya tidak
langsung atau indirect cost adalah pengeluaran untuk
manajemen, supervisi serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi bangunan permanen tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung terdiri dari : 1)
Overhead umum Overhead umum biasanya tidak dapat segera dimasukkan ke suatu jenis
pekerjaan dalam proyek itu, misalnya sewa kantor, peralatan kantor dan alat tulis, air, listrik, telepon, asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya notaris, biaya perjalanan dan pembelian berbagai macam barang-barang kecil. 2)
Overhead proyek Overhead proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi
tidak dapat dibebankan kepada biaya bahan-bahan, upah tenaga kerja atau biaya II - 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
alat-alat seperti misalnya; asuransi, telepon yang dipasang di proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan, pengukuran (survey), surat-surat ijin dan lain sebagainya. Jumlah overhead dapat berkisar antara 12 sampai 30 %. 3)
Profit Biasanya keuntungan dinyatakan dengan prosentase dan jumlah biaya
berjumlah sekitar 8 sampai 15 % tergantung dari keinginan pemborong untuk mendapatkan proyek itu. Prosentase ini juga tergantung dari besarnya resiko pekerjaan, kesukaran-kesukaran yang akan timbul yang tidak tampak dan cara pembayaran dari pemberi pekerjaan. 4)
Pajak Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi
perusahaan.
2.5.
Rencana Anggaran Biaya Menurut Bachtiar Ibrahim dalam bukunya βRencana dan Estimate Real of
Cost, 1993β, yang dimaksud rencana anggaran biaya (begroting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut. Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek (M Khalid, 2008).
II - 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
John W. Niron menjelaskan dalam bukunya βPedoman Praktis Anggaran dan Borongan Rencana Anggaran Biaya Bangunan, 1992β, rencana anggaran biaya mempunyai pengertian sebagai berikut : Rencana :
Himpunan perencanaan termasuk detail dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.
Angaran :
Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar rencana) pada suatu bangunan.
Biaya
:
Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja . Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masingmasing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan (M Khalid, 2008). Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut : RAB = Ξ£ (Volume) x Harga Satuan Pekerjaan
Menurut Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja (1984), dalam bukunya βAnalisa Anggaran Pelaksanaanβ, bahwa rencana anggaran biaya dibagi menjadi dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan rencana anggaran biaya kasar.
II - 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
1)
Rencana Anggaran Biaya Kasar Merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung
tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya secara kasar, hasil dari penafsiaran ini apabila dibandingkan dengan rencana anggaran yang dihitung secara teliti didapat sedikit selisih. Secara sistematisnya, dapat dilihat pada gambar 2.4 Bagan perhitungan anggaran biaya kasar.
Sumber : Khalid, Muhamad, studi analisa harga satuan pekerjaan pada konstruksi gedung dengan Metode bow, SNI dan lapangan
Gambar 2.4: Bagan perhitungan anggaran biaya kasar 2)
Rencana Anggaran Biaya Terperinci Dilaksanakan
pekerjaan
yang
dengan
dilaksanakan
menghitung agar
volume
pekerjaan
dan dapat
harga
dari
seluruh
diselesaikan
secara
memuaskan. Cara perhitungan pertama adalah dengan harga satuan, dimana semua harga satuan dan volume tiap jenis pekerjaan dihitung. Yang kedua adalah dengan harga seluruhnya, kemudian dikalikan dengan harga serta dijumlahkan -
II - 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
seluruhnya.
Secara
sistematisnya,
dapat
dilihat
pada
Gambar 2.5
dalam
menghitung anggaran biaya suatu pekerjaan atau proyek.
Sumber : Khalid, Muhamad, studi analisa harga satuan pekerjaan pada konstruksi gedung dengan Metode bow, SNI dan lapangan
Gambar 2.5: skema perhitungan anggaran biaya terperinci J. A. Mukomoko menjelaskan dalam bukunya βDasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, 1987β dalam menyusun biaya diperlukan gambargambar bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan. Bachtiar Ibrahim menerangkan dalam bukunya βRencana dan Estimate Real of Cost, 1993β, peyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan teliti, didasarkan atau didukung oleh gambar bestek. Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar pra rencana, dan gambar detail dasar dengan skala (PU = Perbandingan Ukuran) yang lebih besar. Gambar bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekarjaan.
II - 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Gambar bestek dan bestek merupakan kunci pokok (tolak ukur) baik dalam menentukan kualitas dan skop pekerjaan, maupun dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya. Gambar bestek terdiri dari : 1) Gambar situasi, PU 1 : 200 atau 1 : 500 terdiri dari : - Rencana letak bangunan. - Rencana halaman - Rencana jalan dan pagar. - Rencana saluran pembuangan air hujan. - Rencana garis batas tanah dan roylen. 2) Gambar denah PU 1 : 100. Gambar denah melukiskan gambar tapak (tampang) setinggi Β± 1,00 m dari lantai, hingga gambar pintu dan jendela terlihat dengan jelas, sedangkan gambar penerangan atas (bovenlicht) digambar dengan garis putus. Pada denah juga digambar garis atap dengan garis-garis putus lebih tebal dan jelas sesuai dengan bentuk atap. Lantai rumah induk dengan duga (peil) ditandai dengan Β± 0.00. Gambar kolom (tiang) dari beton dibedakan dari pasangan tembok. Semua ukuran arah vertikal dari lantai diberi tanda ( + ) dan ukuran di bawah lantai diberi tanda ( - ). 3) Gambar Potongan PU 1 : 100 Gambar
potongan
terdiri
dari
melintang
dan
membujur
menurut
keperluannya. Untuk menjelaskan letak atau kedudukan sesuatu konstruksi, pada
II - 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
gambar potongan harus tercantum duga (peil) dari lantai, misalnya : dasar pondasi,
letak
tinggi
jendela
dan
pintu,
tinggi
langit-langit,
nok
reng
balok/muurplat. 4) Gambar pandangan PU 1 : 100 Pada gambar pandangan tidak dicantumkan ukuran-ukuran lebar maupun tinggi bangunan. Gambar pandangan lengkap dengan dekorasi yang disesuaikan dengan perencanaan. 5) Gambar rencana atap PU 1 : 100 Gambar rencana atap menggambarkan bentuk konstruksi rencana atap lengkap dengan kuda-kuda, nok gording, muurplat/reng balok, hooker, keilkeper, talang air, usuk/kasau dan konstruksi penahan, dengan jelas. 6) Gambar konstruksi PU 1 : 50 Gambar konstruksi terdiri dari : - Gambar konstruksi beton bertulang. - Gambar konstruksi kayu. - Gambar konstruksi baja. - Lengkap dengan ukuran-ukuran dan perhitungan konstruksinya. 7) Gambar pelengkap. Gambar pelengkap terdiri dari : - Gambar listrik dari PLN - Gambar sanitair. - Gambar saluran pembuangan air kotor.
II - 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
- Gambar saluran pembuangan air hujan. Dibawah ini diberikan daftar gambar bestek yang telah diberi nomor seri A sampai N dengan perincian sebagai berikut : 1. Denah
=A
8. Potongan II β II
=H
2. Tampak muka
=B
9. Potongan III-III
=I
3. Tampak belakang
=C
10. Rencana kap
=J
4. T. Samping kanan
=D
11. Rencana plafond
=K
5. Tampak samping kiri
=E
12. Denah kusen
=L
6. Denah pondasi
=F
13. Denah listrik
=M
7. Potongan i β i
=G
14. Rencana sanitasi
=N
2.6.
Analisis Harga Satuan
2.6.1
Analisis Harga Satuan Bahan Analisis
bahan
suatu pekerjaan,
masing-masing
bahan,
serta
besarnya
bahan/material
ialah
besarnya
ialah menghitung banyaknya/volume biaya
jumlah
yang
bahan
dibutuhkan.
yang
Kebutuhan
dibutuhkan
untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan (Bachtiar Ibrahim, 1994 dalam Dani Kurniawan, 2004). Kebutuhan bahan dapat dicari dengan rumus umum sebagai berikut : Ξ£ Bahan = Volume pekerjaan x Koefisien analisis bahan Indeks bahan merupakan indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Analisis bahan dari suatu II - 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
pekerjaan merupakan kegiatan menghitung banyaknya / volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan sedangkan indeks satuan bahan menujukkan banyaknya bahan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 m3 , 1 m2 , volume pekerjaan yang akan dikerjakan. (Bachtiar Ibrahim, 1993). 2.6.2
Analisis Harga Satuan Upah Analisis upah suatu pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang
diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. (Bachtiar Ibrahim, 1993) Kebutuhan tenaga kerja ialah besarnya jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan, kecepatan pekerjaannya dan penyelesaian suatu pekerjaan tergantung dari kualitas dan kuantitas (Dani Kurniawan, 2004). Secara umum jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu dapat dicari dengan rumus : Ξ£ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisien analisis tenaga kerja Indeks
satuan
tenaga
kerja
adalah
besarnya jumlah tenaga yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satuan pekerjaan. (Bachtiar Ibrahim, 1993). Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing-masing metode adalah sebagai berikut:
II - 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
a. Pekerja, jenis tenaga kerja ini adalah tingkatan tenaga kerja yang paling rendah. Upah yang diterima jenis tenaga ini pun paling rendah. Tugasnya hanya membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus. b. Tukang batu, adalah tenaga kerja yang bertugas dalam hal pemasangan batu
pada adukan atau menempelkan adukan pada konstruksi
pekerjaan. c.
Kepala tukang, selain bertugas sebagai tukang batu, jenis tenaga ini juga bertugas mengepalai tukang batu yang lain.
d.
Mandor, jenis tenaga ini adalah tingkatan tenaga kerja yang paling tinggi dan tugasnya hanya mengawasi pekerjaan.
2.6.3
Analisis Harga Satuan Alat Harga satuan dasar alat terdiri dari : -
Biaya pasti (initial cost atau capital cost)
-
Biaya
operasional
dan
pemeliharaan
(direct
operational
and
maintenance cost). 1) Biaya Pasti Biaya pasti (pengembalian modal dan bunga) setiap bulan dihitung sebagai berikut : G = (B β C) x D + F / (W)............................................................ (Pers. 2-1)
II - 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Dimana; G=
biaya pasti
B=
harga alat setempat -
bila pengadaan alat tidak melalui dealer, yang dimaksud harga setempat adalah harga dari CIF ditambah biaya masuk, biaya sewa gudang, ongkos angkut, dan lain-lain sampai ke gudang pembeli.
-
bila membeli setempat artinya lewat dealer atau agen adalah harga sampai ke gudang pembeli.
C=
Nilai sisa (salvage value) yaitu nilai/harga dari peralatan yang bersangkutan setelah umur ekonomisnya berakhir. Biasanya nilai ini diambil 10% dari initial cost (harga pokok setempat).
D=
Faktor angsuran / pengembalian modal = i x (1 + i)^ / / ( (1 + i) A ) β1
A=
Umur ekonomis peralatan (economics life years) dalam tahun yang lamanya tergantung dari tingkat penggunaan dan standar dari pabrik pembuatnya.
F=
Biaya asuransi pajak dan lain-lain per tahun Besarnya nilai ini biasanya diambil sebesar 2 per mil dari initial cost atau 2% dari nilai sisa alat. = 0,002 x B = 0,003 x c
II - 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
W=
Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun - Bagi peralatan yang bertugas berat (memungkinkan bekerja secara terus menerus sepanjang tahun) dianggap bekerja 8 jam hari dan 250 hari/tahun, maka ; W = 8 x 250 x 1 = 2000 jam/tahun. - Bagi peralatan yang bertugas sedang, dianggap bekerja 8 jam/hari dan 200 hari/tahun, maka ; W = 8 x 200 x 1 = 1600 jam/tahun
2) Biaya Operasi dan Pemeliharaan Cara Teoritis Besarnya biaya operasi dan pemeliharaan tiap-tiap unit peralatan yang dipergunakan dihitung sebagai berikut : a. Biaya bahan bakar (H) Kebutuhan bahan bakar tiap jam diambil dari manual peralatan yang bersangkutan. Kebutuhan bahan bakar merupakan kebutuhan bahan baker untuk mesin penggeraknya, berikut bahan bakar yang digunakan untuk proses produksi (misalnya AMP termasuk bahan bakar untuk pemanasan dan pengeringan agregat). b. Pelumas (I) Bahan pelumas yang meliputi bahan pelumas mesin, pelumas hidrolik, pelumas
transmisi,
pelumas
power
steering,
grease,
dan lain
sebagainya. Kebutuhan pelumas per jam dapat dihitung berdasarkan kebutuhan jumlah oli yang dibutuhkan dibagi beberapa jam oli
II - 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
tersebut harus diganti (sesuai dengan jenis oli dan manual dari peralatan yang bersangkutan). c. Biaya
perawatan
meliputi
biaya
penggantian
saringan
pelumas,
saringan/filter udara dan lain sebagainya. d. Biaya perbaikan / Spareparts (K) Biaya ini meliputi biaya penggantian ban, biaya penggantian bagianbagian yang aus (bukan spareparts) seperti conveyor belt, saringan agregat untuk stone crusher / AMP, penggantian battrey dan perbaikan alat. e. Biaya Operator (M) Upah di dalam biaya operasi biasanya dibedakan antara upah untuk operator/driver dan upah pembantu operator. Adapun besarnya upah untuk operator/driver dan pembantunya tersebut diperhitungkan sesuai dengan besar perhitungan upah kerja per jam diperhitungkan upah 1 jam kerja efektif. 3) Biaya Operasi dan Pemeliharaan Cara Pendekatan Mengingat banyak ragamnya peralatan dan berbagai merek yang akan dipergunakan, estimator akan mengalami kesulitan apabila perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan menggunakan manual tiap alat yang bersangkutan. Untuk memudahkan perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan suatu peralatan dapat digunakan rumus-rumus pendekatan yang berlaku untuk seluruh macam peralatan. Karena rumus sifatnya pendekatan, maka apabila rumus tersebut ditetapkan untuk menghitung biaya operasi dan pemeliharaan satu macam -
II - 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
peralatan hasilnya akan kurang akurat.
Namun kalau dipergunakan untuk
menghitung seluruh peralatan hasilnya masih dalam batas-batas kewajaran. Rumus-rumus perhitungan pendekatan biaya operasi dan pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut : a.
Biaya bahan bakar (H) Besarnya bahan bakar yang digunakan untuk mesin penggerak adalah
tergantung dari besarnya kapasitas mesin yang biasa di ukur dengan HP (horsepower) H = (12,5 s/d 17,5) % x HP .................................................... (Pers. 2-2) Dimana ;
b.
H
= besarnya bahan bakar yang digunakan dalam 1 jam 1 liter
HP
= kapasitas mesin penggerak dalam horsepower
12,5%
= untuk alat yang bertugas ringan
17,5%
= untuk alat yang bertugas berat
Biaya Pelumas (I) Besarnya pelumas (seluruh pemakaian pelumas termasuk grease)
yang
digunakan
untuk
alat yang bersangkutan dihitung berdasarkan
kapasitas mesin yang diukur dengan HP I = (1 s/d 2) % x HP ....................................................................... (Pers. 2-3) Dimana; HP
= kapasitas mesin penggerak dalam horsepower 32
1%
= untuk peralatan sederhana
II - 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2% c.
= untuk peralatan cukup kompleks Biaya Perbaikan dan Perawatan (K) Untuk menghitung biaya spareparts, ban, accu dan perbaikan alat
yang berkaitan dengan perbaikan dalam jam kerja dipakai pendekatan : K = (1,25 s/d 17,5) % x (B/W) .............................................. (Pers. 2-4) Dimana; B
= harga pokok alat
W
= jumlah jam kerja dalam 1 tahun
12,5 %
= untuk alat yang bertugas ringan
17,5 %
= untuk alat yang bertugas berat
Keluaran harga satuan dasar alat adalah harga satuan dasar alat yang meliputi biaya pasti, biaya operasi dan pemeliharaan dan biaya operatornya.
2.7. Perencanaan Umum Elemen Struktur Beton Bertulang 2.7.1 Kolom 2.7.1.1 Pengertian Kolom Kolom merupakan elemen tekan yang menumpu / menahan balok yang memikul beban-beban pada lantai. Sehingga kolom ini sangat berarti bagi struktur. Jika kolom runtuh, maka runtuh pulalah bangunan secara keseluruhan. Elemen struktur beton bertulang dikategorikan sebagai kolom jika; ο·
πΏ
ο·
Jika
π
β₯ 3 , L = panjang kolom , b = lebar penampang kolom πΏ π
< 3 , elemen tersebut dinamakan pedestal. II - 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi juga menerima momen.
Sumber : Bestami R, 2015
Gambar 2.6: kolom beton 2.7.1.2 Jenis-jenis Kolom Beton Bertulang Berdasarkan bentuk dan komposisi material yang umum digunakan, maka kolom bertulang dapat dibagi dalam beberapa tipe berikut : 1.
Kolom empat persegi dengan tulangan longitudinal dan tulangan pengikat lateral / sengkang. Bentuk penampang kolom bisa berupa bujur sangkar atau berupa empat persegi panjang. Kolom dengan bentuk empat persegi ini merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, mengingat pembuatannya
yang
lebih
mudah,
perencanaannya
yang
relatif lebih
sederhana serta penggunaan tulangan longitudinal yang lebih efektif (jika ada beban momen lentur) dari tipe lainnya. 2.
Kolom bulat dengan tulangan longitudinal dan tulangan pengikat spiral atau tulangan pengikat lateral. Kolom ini mempunyai bentuk yang
II - 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
lebih bagus disbanding bentuk yang pertama di atas, namun pembuatannya lebih sulit dan penggunaan tulangan longitudinalnya kurang efektif (jika ada beban momen lentur) dibandingkan dari tipe yang pertama di atas. 3.
Kolom komposit. Pada jenis kolom ini, digunakan profil baja sebagai pemikul lentur pada kolom. Selain itu tulangan longitudial dan tulangan pengikat juga ditambahkan bila perlu. Bentuk ini biasanya digunakan, apabila jika hanya menggunakan kolom bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup besar, dan disisi lain diharapkan ukuran kolom tidak terlalu besar.
4.
Kolom C-plus kolom berbentuk Plus (+), sambungan balok kolomnya menggunakan sambungan khusus/ spesifik yang merupakan sambungan mekanis berupa pelat baja dengan mur dan baut, dicor insitu dengan semen tidak susut. Kolom jenis ini merupak kolom baru dan masih jarang digunakan dalam srtuktur bangunan. Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas : β’
Kolom pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhatian dalam merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil.
β’
Kolom langsing, dimana masalah tekuk perlu diperhitungkan dalam merencanakan kolom.
II - 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Sumber : Bestami R, 2015
Gambar 2.7: Bentuk kolom berdasarkan bentuk dan komposisinya Berdasarkan
arah
longitudinal
kolom,
kolom dapat
diklasifikasikan
kedalam dua jenis yaitu : 1. Kolom pendek 2. Kolom langsing Kategori untuk kolom pendek adalah sebagai berikut: 1.
π.ππ’ π
β€ 34 β (12M1b/M2b) β€ 40, untuk komponen struktur tekan yang
ditahan terhadap goyangan kesamping 2.
π.ππ’ π
β€ 22, untuk komponen struktur tekan yang tidak ditahan terhadap
goyangan ke samping. Keterangan : M1b = Nilai yang lebih kecil dari momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan akibat beban yang tidak menimbulkan goyangan ke samping yang berarti.
II - 39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
M2b = Nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor pada komponen struktur tekan akibat beban yang tidak menimbulkan goyangan ke samping yang berarti. Lu =
Panjang bebas dari komponen struktur tekan atau jarak bersih diantara pelat lantai, balok atau komponen struktur lainnya yang mampu memberikan dukungan lateral terhadap komponen struktur tekan tersebut. Bila terdapat kepala kolom atau voute harus diukur hingga ujug bawah dari kepala kolom pada bidang yang ditinjau.
K=
Faktor panjang efektif, K = 1, untuk komponen struktur tekan yang ditahan terhadap goyangan kesamping K > 1, untuk komponen struktur tekan yang tidak ditahan terhadp goyangan kesamping
r =
Radius girasi
2.7.1.3 Dasar-dasar perhitungan kolom A.
Desain Dimensi Batas luar penampang efektif dari suatu komponen struktur tekan terisolir
dengan dua atau lebih spiral yang saling berkaitan harus diambil pada suatu jarak di luar batas terluar dari spiral sejauh tebal selimut beton minimum yang telah ditentukan dalam pasal 7.7 SNI 2847-2013. Batas luar penampang efektif dari suatu komponen struktur tekan dengan tulangan spiral atau sengkang pengikat yang dibuat monolit dengan suatu dinding atau pilar beton tidak boleh diambil II - 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
lebih dari 40 mm di luar batas tulangan spiral atau sengkang pengikat. Untuk komponen struktur tekan dengan penampang lebih besar dari yang diperlukan oleh peninjauan pembebanan, maka diizinkan mendasarkan tulangan minimum dan kekuatan pada luas efektif tereduksi Ag tidak kurang dari setengah luas total. Ketentuan ini berlaku untuk rangka momen khusus atau dinding struktur khusus didesain sesuai dengan Pasal 21 SNI 2847-2013 mengenai aturan struktur tahan gempa. B.
Desain Tulangan Utama Luas tulangan longitudinal, Ast , untuk komponen struktur tekan non-
komposit tidak boleh kurang dari 0,01Ag atau lebih dari 0,08Ag. Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen struktur tekan adalah empat untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segi empat atau lingkaran, tiga untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segi tiga, dan enam untuk batang tulangan yang dilingkupi oleh spiral yang memenuhi Persamaan 2.5.
.................................................................... (Pers 2-5) Nilai ππ¦π‘ yang digunakan dalam Pers. (2-5) tidak boleh melebihi 700 MPa. Untuk ππ¦π‘ lebih besar dari 420 MPa. C.
Pengaruh Kelangsingan Pengaruh kelangsingan boleh diabaikan dalam kasus-kasus berikut:
II - 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
1.
Komponen
struktur
tekan
yang
tidak
di-breising (braced) terhadap
goyangan menyamping:
............................................................................. (Pers 2-6) 2.
Komponen struktur tekan yang di-breising (braced) terhadap goyangan menyamping:
.......................................................... (Pers 2-7) π1 π1
adalah positif jika kolom dibengkokkan dalam kurvatur tunggal, dan
negatif jika komponen struktur dibengkokkan dalam kurvatur ganda. D.
Prosedur Pembesaran Momen Kolom dan tingkat pada struktur harus ditetapkan sebagai kolom atau
tingkat tidak bergoyang atau bergoyang. Kolom suatu struktur boleh dianggap tak bergoyang bila pembesaran momenmomen ujung kolom akibat pengaruh orde kedua tidak melebihi 5 persen dari momen ujung orde pertama. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila :
..................................................................... (Pers 2-8) οPu dan Vus masing-masing adalah beban vertikal terfaktor total dan gaya geser tingkat horisontal pada tingkat yang dievaluasi, dan οo adalah defleksi lateral relatif orde pertama antara tepi atas dan bawah tingkat tersebut akibat V us. II - 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
D.1
Komponen Bergoyang Komponen struktur tekan harus didesain untuk gaya aksial terfaktor P u dan
momen terfaktor yang diperbesar untuk pengaruh kurvatur komponen struktur Mc dimana
............................................................................ (Pers 2-9) Dimana :
.................................................................. (Pers 2-10)
.............................................................................. (Pers 2-11) EI boleh diambil sebesar
........................................................................ (Pers 2-12) Atau
............................................................................ (Pers 2-13) Bagian ο’dns harus diambil sebagai rasio beban tetap aksial terfaktor maksimum yang dikaitkan dengan kombinasi beban yang sama, tetapi tidak boleh lebih besar dari 1,0. Faktor panjang efektif, k, boleh diambil
II - 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
sebesar 1,0. Untuk komponen struktur tanpa beban transversal di antara tumpuannya, C m harus diambil sebesar
...................................................................... (Pers 2-14) dimana M1 /M2 adalah positif jika kolom dibengkokkan dalam kurvatur tunggal,
dan
negatif jika komponen struktur dibengkokkan dalam
kurvatur ganda. Untuk komponen struktur dengan beban transversal di antara tumpuannya, C m harus diambil sebesar 1,0. Momen terfaktor, M2 , dalam persamaan 2-14 tidak boleh diambil lebih kecil dari persamaan 2-9 berikut
....................................................... (Pers 2-15) D.2
Komponen Bergoyang Momen M1 dan M2 di ujung komponen struktur individu harus diambil
sebesar
...................................................................... (Pers 2-16)
...................................................................... (Pers 2-17) dimana ο€s dapat dihitung seperti pada persamaan berikut
.......................................................................... (Pers 2-18) II - 44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Jika Persamaan 2-14 melebihi 1,5 maka nilai ο€s dapat menggunakan persamaan 2-19.
.......................................................................... (Pers 2-19)
Sumber : SNI 2847-2013
Gambar 2.8: Faktor panjang efektif
Setelah langkah-langkah diatas, untuk menentukan dimensi dan tulangan lentur pada kolom dapat dipakai diagram interaksi. Diagram interaksi adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara kekuatan gaya aksial nominal (P n ), dengan
kekuatan
momen
nominal (Mn ),
sehingga
dapat
diketahui batas
keruntuhan dari kolom.
II - 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Keruntuhan pada kolom dapat terjadi pada lima kondisi regangan, yaitu pada kondisi tekan aksial konsentris, kondisi tarik aksial konsentris, kondisi regangan berimbang, kondisi tekan dominan, dan kondisi tarik dominan. 1)
Kondisi Tekan Aksial Konsentris Pada kondisi ini, momen dan eksentrisitas pada penampang adalah nol.
Dari luas total penampang kolom sebesar Ag, dengan memperhitungkan sebagian luas penampang yang ditempati oleh tulangan dengan luas total Ast , gaya dalam pada beton tekan dapat dinyatakan dengan: Cc = 0,85.f cβ (Ag β Ast) ................................................................. Pers. 2-20) dan gaya tekan pada tulangan dapat dinyatakan dengan: Cs = Ast . fy ................................................................................ (Pers. 2-21) sehingga gaya total atau kuat tekan nominal pada penampang adalah: P0 = [0,85.fcβ (Ag β Ast )] + [Ast . fy ] .......................................... (Pers. 2-22) atau, ΓP0 = Γ{[0,85.fcβ (Ag β Ast )] + [Ast . fy ]} ................................ (Pers. 2-23) 2)
Kondisi Tarik Aksial Konsentris Pada kondisi ini, seluruh penampang kolom menerima tegangan tarik,
sehingga konstribusi beton dalam menahan beban aksial dapat diabaikan. Pada kondisi ini pula, momen maupun eksentrisitas pada penampang adalah nol. Untuk gaya dalam, hanya didapat dari tulangan, sehingga gaya total atau kuat tarik nominal pada penampang adalah: Pt = Ast . fy................................................................................. (Pers. 2-24) II - 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
atau, ΓPt = Γ(Ast . f y) .......................................................................... (Pers. 2-25) 3)
Regangan Berimbang Kondisi ini memberikan regangan leleh yang terjadi bersamaan pada
tulangan tekan dan tulangan tarik. Pada kondisi ini, posisi garis netral diukur dari serat tekan terluar, sesuai persamaan:
........................................................................ (Pers. 2-26) sedangkan regangan tulangan tekan yang terjadi adalah:
..................................................................... (Pers. 2-27) dan regangan tulangan tekan yang terjadi adalah: fs β = Es . Ξ΅sβ ............................................................................ (Pers. 2-28) Nilai regangan tulangan tekan, Ξ΅sβ, yang sama dengan atau lebih besar dari regangan leleh, Ξ΅y, menunjukkan bahwa tulangan tekan telah mencapai tegangan leleh. Pada kondisi tersebut, tegangan tulangan tekan yang diperhitungkan adalah fsβ=fy . Komponen gaya-gaya dalam pada penampang adalah: Cc = 0,85.fcβ.Ξ²1 .Cb.b ................................................................... (Pers. 2-29) Cs = Asβ (fsβ - 0,85.fcβ) ................................................................ (Pers. 2-30) T = As . fy ................................................................................... (Pers. 2-31)
II - 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Kuat tekan nominal penampang pada kondisi regangan berimbang (Pnb) merupakan resultan dari komponen gaya-gaya pada Persamaan (2.29), (2.30), dan Persamaan (2.31), yaitu sebagai berikut: Pnb = Cc + Cs β T ........................................................................ (Pers. 2-32) Kuat lentur nominal penampang pada kondisi regangan berimbang (Mnb) dengan eksentrisitas (eb), yakni sesuai dengan persamaan berikut: Mnb = Pnb . eb.............................................................................. (Pers. 2-33) 4)
Tekan Dominan Pada
kondisi tegangan-regangan
tekan
dominan,
perhitungan
dapat
dilakukan dengan menentukan sembarang garis netral yang mempunyai nilai lebih besar dari garis netral dalam kondisi regangan berimbang (c > c b) Regangan dan tegangan tulangan tekan ditentukan dengan cara yang sama seperti pada kondisi regangan berimbang, dengan menggunakan nilai c yang telah ditentukan (c > cb). 5)
Tarik Dominan Pada
kondisi tegangan-regangan 48arik
dominan,
perhitungan dapat
dilakukan dengan menentukan sembarang garis netral yang mempunyai nilai lebih kecil dari garis netral dalam kondisi regangan berimbang (c < c b) Regangan dan tegangan tulangan 48arik ditentukan dengan cara yang sama seperti pada kondisi regangan berimbang, dengan menggunakan nilai c yang telah ditentukan (c < cb).
II - 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Dari ke-lima kondisi regangan pada kolom, maka dapat dibuat sebuah diagram interaksi untuk menentukan dimensi dan tulangan pada sebuah kolom, yakni dengan cara sebagai berikut: a. Menentukan koordinat titik A (0,P 0 ). Besar P0 dapat dilihat pada persamaan (2.18). b. Menentukan koordinat titik B (Mnb, Pnb). Besarnya Mnb dan Pnb c. Menentukan koordinat titik C (0,Pt ). Besar Pt dapat dilihat. d. Menentukan koordinat titik D (Mn , Pn ), yang mengalami keruntuhan tekan (c > cb). e. Menentukan koordinat titik D (Mn , Pn ), yang mengalami keruntuhan 49arik (c < cb). E.
Diagram Interaksi Diagram interaksi merupakan suatu diagram yang menunjukkan hubungan
antara gaya aksial nominal Pn dengan momen Mn atau eksentrisitas e kolom sehingga dapat diketahui batas daerah aman kolom terhadap kombinasi beban aksial dan momen. Diagram interaksi yang biasa dikenal adalah diagram interaksi yang menggambarkan hubungan antara: - Pn dan Mn - Pn dan e, atau - 1/Pn dan e
II - 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Ketiga hubungan tersebut tergambar pada Gambar 2.9, 2.10 dan Gambar 2.11
Sumber : (Bestami, 2015)
Gambar 2.9: diagram interaksi Pn -Mn Daerah aman dinyatakan dalam daerah I, II, III, dan IV. Daerah I dan II menyatakan kombinasi beban dengan kondisi tekan dominan, sedangkan daerah III dan IV menyatakan kombinasi beban dengan kondisi tarik dominan. Daerah IV menyatakan kombinasi beban dengan beban aksial tarik.Daerah I adalah daerah yang menyatakan beban kolom dengan eksentrisitas kecil. Kondisi aman pada daerah I dibatasi dengan nilai beban aksial sebesar : Pn max = 0,85Po , untuk kolom dengan pengikat spiral Pn max = 0,80Po , untuk kolom dengan pengikat sengkang Pembatasan tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengamanan, dengan mengingat
bahwa
pada
keadaan
yang
sesungguhnya
sangat
sulit
untuk
mengkondisikan suatu beban aksial betul-betul bekerja secara konsentris
II - 50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Sumber :(Rafdinal, 2011)
Gambar 2.10: Daerah aman pada diagram interaksi Pn β e
Sumber :(Rafdinal, 2011)
Gambar 2.11: Daerah aman pada diagram interaksi 1/Pn β e F.
Metoda Bressler Untuk memeriksa tulangan yang terpasang cukup kuat memikul beban
yang bekerja, maka digunakan metode Bressler. Metoda ini dikembangkan untuk menghitung gaya aksial nominal penampang jika beban aksial diterapkan dengan nilai eksentrisitas ex dan ey.
Dengan,
............................................................................. (Pers. 2-34)
II - 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
............................................................................... (Pers. 2-35) Nilai-nilai diatas diplot pada diagram interaksi P β e, maka akan didapatkan Px dan Py . Berdasarkan metoda ini, suatu titik pada permukaan keruntuhan didekati dengan persamaan berikut:
........................................................... (Pers. 2-36) Keterangan: Pn = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas ex dan ey Pnx = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas ex saja (ey = 0) Pny = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas ey saja (ex = 0) Pno = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas ey = 0 dan ex =0 Pu = gaya aksial terfaktor ππ’π₯ =Puey .......................................................................................... (Pers. 2-37) ππ’π¦ = Puex .......................................................................................... (Pers. 2-38) Beban aksial nominal penampang tanpa eksentrisitas ex dan ey dapat dihitung cara dengan cara memplot nilai Mux dan Muy ke diagram interaksi Pn dan Mn , sehingga didapat nilai P ox dan Poy , kemudian dicek dengan menggunakan persamaan bresler berikut ini persamaan 2.34
II - 52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
............................................................. (Pers. 2-39) Keterangan: Pn
= gaya aksial nominal penampang
Pox
= gaya aksial nominal penampang arah x
Poy
= gaya aksial nominal penampang arah y
Po
= gaya aksial nominal penampang tanpa eksentrisitas Apabila syarat terpenuhi berarti dimensi dan tulangan cukup kuat untuk
menahan beban aksial dan biaxial bending.
Sumber : Data olahan
Gambar 2.12: Diagram alir desain kolom kondisis elastis
II - 53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
F.
Perhitungan Tulangan Geser Kolom
1. Jarak setiap sengkang (s) pada daerah diluar lo kolom dihitung dengan persamaan berikut,
.................................................................. (Pers. 2-40) Keterangan : Mpr3 dan Mpr4 = Momen plastis akibat tulangan lentur kolom. H Vc = 0, jika N u β€
π΄π ππβ² 20
= panjang bersih kolom
, jika tidak terpenuhi, maka
................................................. (Pers. 2-41) Γ(Vc+Vs) β₯ Ve atau, Γ(Vc+Vs) β₯ Vu maks ............................ (Pers. 2-42
.............................................................................. (Pers. 2-43) 2. Luas penampang total tulangan sengkang (Ash) harus memenuhi persyaratan
.................................................................... (Pers. 2-44)
.............................................................................. (Pers. 2-45) Keterangan : Ash = luas penampang total tulangan sengkang kolom Ag = luas penampang kolom
II - 54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
fyh = tegangan leleh tulangan sengkang.
Sumber : Data olahan
Gambar 2.13: Diagram alir desain tulangang geser kolom 2.7.2 Dasar-dasar perhitungan Balok .
Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari slab
lantai ke kolom penyangga yang vertikal. Beban-beban yang bekerja pada struktur, baik beban vertikal, horizontal, beban karena susut, maupun beban temperatur yang dapat menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada suatu elemen struktur termasuk balok. II - 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tulangan utama balok ini terdiri dari tulangan tekan dan tulangan tarik. Tulangan tarik pada balok adalah tulangan yang dipasang pada bagian balok yang tertarik, atau bagian balok yang menahan gaya tarik. Tulangan tarik ini harus dipasang agar pada saat terjadi tarik balok tidak retak, karena beton sangat lemah terhadap tarikan. Sedangkan tulangan tekan pada balok adalah tulangan yang dipasang pada bagian tekan, atau bagian balok yang menahan gaya tekan. Dan fungsi dari pemasangan tulangan tekan ini adalah selain meningkatkan kapasitas penampang, juga untuk mengurangi lendutan akibat penyusutan dan rangkak bahan. 2.7.2.1 Perancangan Tulangan Lentur Balok Perancangan
tulangan
lentur
suatu
balok
dapat
dilakukan
dengan
ketentuan ketentuan sebagai berikut: ο· Mengasumsikan dimensi balok dan diameter tulangan utama balok. ο· Asβ = 0,5 As .............................................................................. (Pers. 2-46)
...................................................................... (Pers. 2-47)
ο·
di mana nilai Es = 2x105 Mpa. ο· Cek beberapa kemungkinan letak garis netral (C). -
Kemungkinan tulangan tekan sudah leleh
........................................... (Pers. 2-48) Jika fsβ β₯ fy, maka fsβ = fy . II - 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Namun jika tidak terpenuhi, maka tulangan tekan belum leleh dan dilanjukan pada kemungkinan selanjutnya - Kemungkinan Tulangan Tekan Belum Leleh Menentukan nilai C dengan menggunakan rumus abc 0,85.fcβ.b.Ξ²1 ) c2 + (Asβ.0,003.Es β As.fy β 0,85.fcβ.Asβ)c (0,003.Es.dβ.As β) = 0 ......................................................... (Pers. 2-49) a = 0,85.fc β.b.Ξ²1 ................................................................ (Pers. 2-50) b = Asβ.0,003.Es β As.fy - 0,85.fcβ.A sβ ............................... (Pers. 2-51) c = - 600.dβ.Asβ ................................................................. (Pers. 2-52)
............................................................... (Pers. 2-53) Jika nilai fsβ positif, maka persamaan (2.48) dengan nilai abc sesuai dengan persamaan (2.45 (2.46), dan (2.47) dapat dipakai. Namun jika nilai fsβ negatif, maka untuk menentukan nilai C dengan kemungkinan selanjutnya. Kemungkinan tulangan tekan sudah leleh dan belum leleh, gambar diagram tegangan dapat dilihat pada gambar 2.14.
Sumber : Rafdinal, 2012
Gambar 2.14: Distribusi tegangan dan regangan penampang balok bertulang ganda (a) potongan penampang balok (b) regangan (c) tegangan II - 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
-
Kemungkinan Tulangan Tekan Tertarik dan Belum Leleh Menentukan nilai C dengan menggunakan rumus abc (0,85.fcβ.b.Ξ²1 ) c 2 + (Asβ.0,003.Es β As.fy ) c - (0,003.Es.dβ.Asβ) = 0 (Pers. 2-54) a = 0,85.fc β.b.Ξ²1 .......................................................................... (Pers. 2-55) b =Asβ.0,003.Es β As.fy ............................................................... (Pers. 2-56) c = - 600.dβ.Asβ............................................................................ (Pers. 2-57)
....................................................................... (Pers. 2-58) ο· Dilakukan cek daktilitas penampang balok.
..................................................................................... (Pers. 2-59)
..................................................................................... (Pers. 2-60) ππβ²
1,4
ππππ = 0,12 ππ¦ β₯ ππ¦ .................................................................. (Pers. 2-61)
....................... (Pers. 2-62) ο· Setelah terpenuhinya daktilitas dari beton (Οmin β€ Ο β€ Οmaks), maka perhitungan dilanjutkan ke pengecekan momen nominal dari penampang, yakni kuat atau tidaknya suatu penampang untuk menahan beban yang ada.
II - 58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Mn = [0,85.fcβ.a.b.(d-a/2)] + [(As β.fs β- 0,85.Asβ.fcβ)(d β dβ)] .... (Pers. 2-63) di mana a = C.Ξ²1 ........................................................................ (Pers. 2-64) Mu β€ ΓMn.................................................................................. (Pers. 2-65) Mu adalah momen terfaktor hasil analisis sturktur yang merupakan nilai maksimum dari seluruh kombinasi beban. ο· Untuk syarat tulangan lentur balok berdasarkan SNI 03-2847-2013, adalah sebagai berikut: Γππ + ππ’ +
β₯ 1,00 atau
Γππ β ππ’ β
β₯ 1,00, jika tidak terpenuhi maka dilakukan
kembali perubahan pada dimensi tulangan atau penampang ο· Analisis penampang tumpuan berdasarkan SNI 03-2847-2013, syaratnya adalah: ππ+ ππβ
β₯ 0,5, jika tidak terpenuhi maka harus ditambah tulangan bawah,
Sedangkan analisis penampang lapangan adalah ππ + ππππππ
β₯ 0,2,
Apabila digambarkan dalam diagram alir, proses perancangan lentur balok seperti gambar 2.15
II - 59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Sumber : Data olahan
Gambar 2.15: Diagram alir desain tulangan utama balok 2.7.2.2.
Perancangan Tulangan Geser Balok
Nilai gaya geser (Ve) dapat ditentukan sebagai berikut πππ = πππ =
πππ++πππβ πΏ
+ ππ’ππ Vugl ........................................................... (Pers. 2-66)
β(πππ++πππβ) πΏ
+ ππ’ππVugr ........................................................ (Pers. 2-67)
Nilai VugL dan VugR didapat dari nilai gaya geser maksimum dengan beban sebesar 1,2D + 0,5L dan dengan mengasumsikan kedua ujung balok memiliki perletakan sendi. Sedangkan Mpr+ dan Mpr- didapat dari nilai momen penampang balok pada kondisi tulangan tarik mencapai strain hardening (fs = 1,25fy). II - 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Jarak antar sengkang (s) dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)
Untuk tulangan geser di tumpuan, Vc = 0, jika
ο₯ Mpr β₯ Ln
Ve . Namun jika 2
tidak terpenuhi maka: β¦.......................................................................(Pers. 2-68) Persamaan (2-31) berlaku pula untuk tulangan geser di lapangan. Ve β€ Γ[Vc + (2
fc' )b.d]β¦..........................................................(Pers.2-69) 3
Jika Persamaan 3-32 tidak terpenuhi maka penampang balok harus diperbesar.). 2)
Ve β₯ (1/2)ΓVc, jika tidak terpenuhi maka tidak perlu tulangan geser. Nilai Ve yang digunakan adalah Ve sesuai Persamaan (2-68) dan (2-69)
3)
Vs =
Ve
ο¦
ο Vc .................................................................................(Pers. 2-70)
Av Vs ...................................................................................(Pers. 2-71) ο½ s . fy.d
4)
Di mana Av adalah luas tulangan sengkang pada jarak s, dengan diameter sengkang yang telah diasumsikan terlebih dahulu.
Avmin b ................................................................................... (Pers.2.72) ο½ s 3 fy Jika
Av Avmin ο£ , tulangan geser yang digunakan adalah tulangan geser s s
minimum. Desain penampang yang dikenai geser harus didasarkan pada ΓVn β₯ Vu ........................................................................................... (Pers. 2.73) dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vn adalah II - 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
kekuatan geser nominal yang dihitung dengan Vn = Vc + Vs ...................................................................................... (Pers. 2.74) Vc adalah kekuatan geser nominal yang disediakan oleh beton. ..................................................................................(Pers. 2.75) Untuk komponen struktur non-prategang, tulangan geser boleh juga terdiri dari: (a) Sengkang yang membuat sudut 45 derajat atau lebih dengan tulangan tarik longitudinal; (b) Tulangan longitudinal dengan bagian yang dibengkokkan yang membuat sudut sebesar 30 derajat atau lebih dengan tulangan tarik longitudinal; (c) Kombinasi sengkang dan tulangan longitudinal yang dibengkokkan Nilai fy dan fyt yang digunakan dalam desain tulangan geser tidak boleh melebihi 420 MPa, kecuali nilai tersebut tidak boleh melebihi 550 MPa untuk tulangan kawat ulir las. 2.7.3 Hubungan Balok-Kolom Struktur kolom direncanakan harus lebih kuat dari balok dan dikenal dengan istilah βstrong column-weak beamβ. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya leleh pada kolom-kolom yang pada dasarnya didesain sebagai komponen pemikul beban lateral. Bila komponen kolom ini direncanakan tidak lebih kuat daripada balok-balok yang merangka pada suatu hubungan balok-kolom yang sama, sangat munhkin terjadi perilaku inelastik dan bahkan plastifikasi di ujung-ujung kolom (Imran dkk., 2009). Sehingga sambungan antara kolom dan balok harus diperkuat. Hubungan antara balok dan kolom dapat dilihat pada Gambar 2.16. II - 62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Sumber: SNI-03-2847-2013
Gambar 2.16 Luas efektif hubungan balok-kolom Ketentuan-ketentuan umum hubungan antar balok dan kolom dalam SNI03-2847-2013 sebagai berikut: a.
Gaya-gaya tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25fy .
b.
Kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan ketentuan pasal 11.3 diantaranya faktor reduksi untuk beban aksial dan beban aksial dengan lentur : - Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦. ...0,8
- Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur (komponen struktur selain dengan tulangan spiral)β¦β¦β¦β¦β¦β¦......0,65 c.
Tulangan diteruskan
longitudinal balok
yang berhenti pada suatu kolom harus
hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan
diangkur.
II - 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
d.
Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-kolom,
dimensi
kolom
dalam arah
paralel terhadap
tulangan
longitudinal balok tidak boleh kurang dari 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton berat normal. Tulangan transversal 1.
Tulangan transversal dengan bentuk sengkang tertutup harus dipasang didalam daerah hubungan balok-kolom, kecuali bila hubungan balok-kolom tersebut dikekang oleh komponen-komponen struktur.
2.
Untuk tulangan transversal pada hubungan kolom-balok, dengan lebar balok β₯ 3/4 lebar kolom. Jumlah tulangan : 0,5 Ash /s (Pers. 2-76) Dengan spasi tulangan dapat diperbesar menjadi 150 mm. Area tulangan transversal yang dibutuhkan pada hubungan balok-kolom : 0,5 Ash /s x 150 .............................................................................. (Pers. 2-76)
3.
Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar balok lebih besar dari lebar kolom,
tulangan
transversal dipasang pada hubungan tersebut untuk
memberikan kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada diluar daerah inti kolom; tertutama bila kekangan tersebut tidak disediakan oleh balok yang merangka pada hubungan tersebut. Kuat Geser Gaya horizontal yang terjadi pada hubungan kolom-balok adalah: Vjh = T1 + C2 β Vh ........................................................................ (Pers.2-77)
II - 64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
dengan, T1 = C1 = As.1.25fy ..................................................................... (Pers.2-78) C2 = T2 =Asβ.1.25fy .................................................................... (Pers.2-79) Vh =
ο¨Mpr ο©Balok ....................................................................... (Pers. 2-80) ο
h
Keterangan: Vjh = Gaya geser pada hubungan kolom-balok T1
= Gaya tarik pada tulangan tarik balok
T2
= Gaya tarik pada tulangan tekan balok
As = Luas tulangan Tarik Asβ = Luas tulangan tekan Mpr- = momen plastis balok h
= tinggi kolom Vh
T1
C2 =T
M pr+
M pr+ T2
C1 =T
Vh
Gambar 2.17 Analisis gaya geser pada hubungan kolom-balok
II - 65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Kuat geser yang diberikan oleh hubungan balok-kolom tergantung pada kondisi kekangan yang bekerja pada hubungan balok-kolom. Berdasarkan SNI 032847-2002, persamaan kuat geser hubungan balok-kolom dapat dihitung dengan Persamaan (2-85). Vjh = cβπβ²π Aj ................................................................................ (Pers. 2-81) Batasan nilai c sesuai jenis kekangan hubungan
balok-kolom berdasarkan
SNI 03-2847-2002 : 1. Hubungan balok-kolom terkekang pada keempat sisinya Vjh = 1,7βπβ²π Aj. ......................................................................... (Pers. 2-82) 2. Hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang berlawanan Vjh = 1,25βπ β² π Aj ................................................... (Pers. 2-83) 3. Hubungan lainnya Vjh =1,0βπ β² πAj ........................................................................... (Pers. 2-84) Ket: Aj = Luas efektif hubungan balok-kolom. Luas efektif join (Aj) dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara lebar efektif join dan tinggi h. Pengangkuran untuk tulangan lentur balok di daerah join dapat dilakukan dengan tulangan bekait atau tanpa kait, tergantung pada ketersediaan space di daerah join. Gaya geser akibat beton (Vch) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2-85) berikut. Vch = 1 3 ο¦ο§ Pu Ag οΆο· ο 0,1 fc' ο΄ bk hc ..................................................... (Pers. 2-85)
ο¨
οΈ
II - 66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Keterangan : Ag = luas penampang kolom bk = lebar penampang kolom hc = lebar kolom dari sumbu ke sumbu tulangan pengikat. Sehingga didapatkan jumlah tulangan (n) sesuai Persamaan (2- 89) berikut.
nο½
Ajh ........................................................................................ (Pers.2-86) Ash
dengan: Ajh = Vsh / fy ............................................................................... (Pers.2-87) Vsh = Vjh β Vch ........................................................................... (Pers.2-88) Ash = luas sengkang tulangan hubungan balok-kolom. Selain tulangan horizontal, pada hubungan kolom-balok terdapat pula tulangan
vertikal,
sebagai penambah
tulangan
longitudinal kolom.
Adapun
perhitungannya dapat dilakukan berdasarkan persamaan-persamaan berikut yang berdasarkan SNI 03-2847-2013. Nilai gaya geser vertikal (Vjv) didapatkan dengan menggunakan persamaan (2-93) berikut. Vjv=
Vjh ..................................................................................... (Pers.2-89) bj hc
dengan bj adalah lebar efektif hubungan kolom-balok. Nilai gaya geser akibat beton (Vcv) dihitung dengan menggunakan Persamaan (2-94) berikut. Vcv = Asc '
Vjh ο© Pu οΉ 0,6 ο« ................................................... (Pers.2-90) οͺ Asc ο« Ag ο΄ fc' οΊο» II - 67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
dengan Ascβ dan Asc adalah
luas tulangan longitudinal tarik dan tekan
kolom. Luas tulangan vertikal yang dibutuhkan (Ajv) didapat Setelah perhitungan dilakukan berdasarkan persamaanβpersamaan di atas. Luas tulangan vertikal dihitung berdasarkan Persamaan (2-91) berikut. Ajv =
Vsv ...................................................................................... (Pers. 2-91) fy
Panjang penyaluran tulangan ditentukan oleh ada dan tidaknya kaitan. ο·
Untuk tulangan berkait, diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standar 90Β° dalam beton normal tidak boleh diambil lebih kecil dari 8 db , 150 mm, dan nilai yang ditentukan berdasarkan Persamaan (2-93). ldh =
ο·
ππ¦ π π .................................................................................(Pers.2-92) 5,4βππβ²
Untuk tanpa kaitan, diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik tidak boleh diambil lebih kecil dari: - 2,5 kali panjang penyaluran dengan kait bila ketebalan pengecoran beton di bawah tulangan tersebut kurang dari 300 mm, dan - 3,5 kali panjang penyaluran dengan kait bila ketebalan pengecoran beton di bawah tulangan tersebut melebihi 30. Perencanaan tulangan hubungan balok-kolom dalam diagram alir seperti
Gambar Gambar 2.18 sampai dengan gambar 2.20
II - 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Mulai Data: Mpr, data penampang dan tulangan Hitung Vjv, Vcv, dan n
Hitung: Vh, T1, C2, Aj, dan Vjh
Vjh β€ (1,7βfcβ) Aj
Hitung Vch, dan n
NO Selesai
YES
Gambar 2.18 Diagram alir perencanaan tulangan hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya
Mulai Data: Mpr, data penampang dan tulangan Hitung: Vh, T1, C2, Aj, dan Vjh
Vjh β€ (1,25βfcβ) Aj
Hitung Vch, dan n
Hitung Vjv, Vcv, dan n
NO Selesai
YES
Gambar 2.19 Diagram alir perencanaan tulangan hubungan balok-kolom yang terkekang pada ketiga sisinya II - 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Mulai Data: Mpr, data penampang dan tulangan Hitung Vjv, Vcv, dan n
Hitung: Vh, T1, C2, Aj, dan Vjh
Selesai
Vjh β€ (1,0βfcβ) Aj
YES
NO
Hitung Vch, dan n
Gambar 2.20 Diagram alir perencanaan tulangan hubungan balok-kolom lainnya 2.8
Analisis Perencanaan Terhadap Gempa (SNI 1726-2012)
2.8.1
Gempa Rencana Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati
besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen. 2.8.2
Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non gedung
sesuai tabel 2.2 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut tabel 2.1 Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa (Ie) Kategori Resiko
Faktor Keutamaan Gempa, Ie
I atau II
1,0
III
1,25
IV
1.50
Sumber : Tabel 2, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
II - 70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.3 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk Beban Gempa Jenis Pemanfaatan Kategori Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain : - Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan
I
perikanan - Fasilitas sementara - Gudang penyimpanan - Rumah jaga dan struktur kecil lainnya Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk : -
Perumahan Rumah toko dan rumah kantor
-
Pasar
-
Gedung perkantoran
-
II
Gedung apartemen/ rumah susun
-
Pusat perbelanjaan/ mall
-
Bangunan industry
-
Fasilitas manufaktur
-
Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saatterjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: -
Bioskop
-
Gedung pertemuan
-
Stadion
II - 71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
-
Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
-
Fasilitas penitipan anak
-
Penjara
-
Bangunan untuk orang jompo
III
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: -
Pusat pembangkit listrik biasa
-
Fasilitas penanganan air
-
Fasilitas penanganan limbah
-
Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimiaberbahaya, limbah berbahaya, atau
bahan
yang
mengandungbahan
mudah
beracun
atau
meledak) peledak
yang
di mana
jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya
bagimasyarakat
jika
terjadi
kebocoran. Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
II - 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk: -
Bangunan-bangunan monumental
-
Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
-
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah danunit gawat darurat - Fasilitas pemadam kebakaran,
ambulans, dan
IV
kantor polisi, serta garasikendaraan darurat - Tempat angin
perlindungan badai,
dan
terhadap
gempa
tempatperlindungan
bumi, darurat
lainnya - Fasilitas
kesiapan
darurat,
komunikasi,
pusat
operasi dan fasilitas lainnyauntuk tanggap darurat - Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya
yang
dibutuhkan
padasaat
keadaan
darurat - Struktur
tambahan
(termasuk
menara
telekomunikasi, tangki penyimpananbahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadamkebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung
air
atau
material
atau
peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV. Sumber : Tabel 1, Praturan perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
II - 73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
2.8.3 Klasifikasi Situs Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. 2.8.4 Parameter Percepatan Gempa Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek (S MS) dan periode 1 detik (SM1 ) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harusditentukan dengan perumusan berikut ini ; SMS = Fa x SS .............................................................................. (Pers. 2-94) SM1 = Fvx S1 ................................................................................ (Pers. 2-95) Keterangan : SS =
parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode pendek
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode 1 detik Koefisien situs pada getaran periode pendek (Fa ) dan getaran periode 1detik (Fv) ditentukan mengikuti tabel 2.4 dan tabel 2.5
II - 74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.4 Klalsifikasi Situs
Sumber : Tabel 3, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
Tabel 2.5 Koefisien Situs, Fa Param eter respons spektral percepatan gempa (MCE R ) terpetakan pada Kelas periode pendek, T Situs = 0,2 detik, SS SS β0,25 SS= 0,5 SS= 0,75 SS= 1,0 SS β’1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
SC
1,2
1,2
1,1
1,0
1,0
SD
1,6
1,4
1,2
1,1
1,0
SE
2,5
1,7
1,2
0,9
0,9
SF
SSb
Sumber : Tabel 4, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
II - 75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
CATATAN : (a) Untuk nilai- nilai antara SS dapat dilakukan interpolasi linier (b) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik Tabel 2.6 Koefisien Situs, Fv Kelas Param eter respons spektral percepatan gempa (MCE R ) terpetakan pada periode 1 situs detik, S1 S1 β0,1 S1 = 0,5 S1= 0,75 S1= 1,0 S1 β’1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
SC
1,7
1,6
1,5
1,4
1,3
SD
2,4
2
1,8
1,6
1,5
SE
3,5
3,2
2,8
2,4
2,4
SF
SSb
Sumber : Tabel 5, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untu k gedung, 2012
CATATAN : (a) Untuk nilai- nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier (b) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs-spesifik 2.8.5 Parameter Percepatan Spektral Desain Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan periode 1 detik, SD1 , harus ditentukan melalui perumusan berikut ini : SDS =
2 SMS .......................................................................................... (Pers. 2-96) 3
II - 76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
SD1 =
2 SM1 ..........................................................................................................................(Pers. 2-97) 3
2.8.6 Spektrum Respons Desain Untuk periode yang lebih kecil dari TO, spektrum respons percepatan desain, Sa , harus diambil dari persamaan : π
ππ = ππ·π (0,4 + 0,6 π ) ........................................................................... (Pers. 2-98) 0
Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil dari atau sama dengan TS , spektrum respons percepatan desain, Sa , sama dengan SDS Untuk periode lebih besar dari TS , spektrum respons percepatan desain, Sa , diambil berdasarkan persamaan :
Sa ο½
S D1 (Pers. 2-100) T ..............................................................................................
Keterangan : SDS
: Parameter respon spektral percepatan desain pada periode pendek
SD1
: Parameter respon spectral percepatan desain pada periode 1 detik
T
: Periode getar fundamental struktur
TO ο½ 0,2
TS ο½
S D1 (Pers. 2-101) S DS .........................................................................................
S D1 (Pers. 2-102) S DS ...............................................................................................
II - 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Gambar 2.21: contoh respons spektrum desain 2.8.7
Kategori Desain Seismik Semua struktur bangunan harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain
seismik berdasarkan kategori risiko bangunan serta nilai SDS dan SD1 , sesuai tabel 2.7 dan tabel 2.8 Tabel 2.7 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada Periode Pendek Kategori Resiko
Nilai SDS I atau II atau III
IV
SDS < 0,167
A
A
0,167 β€SDS < 0,33
B
C
0,33 β€SDS < 0,50
C
D
0,50 β€SDS
D
D
Sumber : Tabel 6, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
II - 78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.8 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan Pada Periode 1 Detik Kategori Resiko
Nilai SD1 I atau II atau III
IV
SD1 < 0,167
A
A
0,067 β€SD1 < 0,133
B
C
0,133 β€SD1 < 0,20
C
D
0,20 β€SD1
D
D
Sumber : Tabel 7, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
2.8.8 Sistem Struktur Sistem struktur
yang digunakan harus
sesuai dengan batasan system
struktur dan batasan ketinggian struktur yang diijinkan seperti tertera pada tabel 2.7. 2.8.9 Kombinasi dan Pengaruh Beban Gempa Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus dirancang
sedemikian
hingga
kuat
rencananya
sama
atau
melebihi
pengaruhbeban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut: 1.
1,4D
2.
1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
3.
1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5W)
II - 79
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
4.
1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau R)
5.
1,2D + 1,0E + L
6.
0,9D + 1,0W
7.
0,9D + 1,0E
Tabel 2.9 Faktor R, Cd , dan β¦0 Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa dan batasan tinggi Koefisien Kuat struktur, Modifikas pembesaran (m Sistem penahan gaya i lebih hn ) seismik
defleksi b Cd
respons, A R
sistem , g β¦0
Kategori desain seism ik
8
2,5
4
TB TB TB TB TB
7
2,5
5,5
TB TB TB TB TB
7
2,5
5,5
TB TB TB TB TB
B
C
Dd
Ed
Fe
Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa yang ditetapkan 1 1.. Rangka baja dengan bresing eksentris 2 2.. Rangka baja dengan bresing konsentris khusus 3 3.. Dinding geser beton bertulang khusus
II - 80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
4.4 Dinding geser beton . bertulang biasa 5. Rangka baja dan dengan bresing Eksentris
6
2,5
5
TB TB
8
2,5
4
TB TB TB TB TB
7,5
2,5
6
TB TB TB TB TB
7
2,5
6
TB TB TB TB TB
9. Baja dan beton komposit biasa
6
2,5
5
TB TB
10. Dinding geser batu bata bertulang khusus
5,5
2,5
5
TB TB TB TB TB
8
2,5
4
TB TB TB TB TB
7
2,5
5,5
TB TB TB TB TB
7
2,5
5,5
TB TB TB TB TB
6. Rangka baja dan beton komposit dengan bresing 6 eksentris Dinding . geser 7. pelat baja dan beton Komposit Dinding geser 8. Baja dan beton komposit khusus Dinding geser
11. Dinding geser batu bata bertulang menengah
12. Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 13. Dinding geser pelat baja khusus
TI TI TI
TI TI TI
Sumber : Tabel 9, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
II - 81
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Faktor beban untul L pada kombinasi 3, 4, dan 5 boleh diambil sama dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua ruanganyang nilai beban hidupnya lebih besar daripada 500 kg/m2 . Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan nilaifaktor beban yang sama dengan faktor beban mati D pada kombinasi 1 hingga 5 dan 7. Pengaruh beban gempa, E pada kombinasi pembebanan harus ditentukan sebagai berikut : 1.
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 harus ditentukan sesuai persamaan berikut : E = Eh + Ev .................................................................................. (Pers. 2-103)
2.
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7 harus ditentukan sesuai persamaan berikut :
3.
E = Eh β Ev ................................................................................... (Pers. 2-104)
Keterangan : E
= pengaruh beban gempa
Eh
= pengaruh beban gempa horizontal
Ev
= pengaruh beban gempa vertical Pengaruh beban gempa horizontal, Eh , harus ditentukan sesuai persamaan
berikut : Eh =Θ‘Q E ..................................................................................... (Pers. 2-105) II - 82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Keterangan : QE
= pengaruh gaya gempa horizontal dari V atau F p
Θ‘
= faktor redundansi
Pengaruh beban gempa verikal, Ev , harus ditentukan sesuai persamaan berikut: Ev = 0,2 SDS.D ........................................................................... (Pers. 2-106) Keterangan : SDS = parameter percepatan spektrum respons desain pada periode pendek D
= pengaruh beban mati
2.8.10 Geser Dasar Seismik Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut : V = CS W ................................................................................... (Pers. 2-107) Keterangan : CS
= koefisien respons seismik
W
= berat sismik efektif
Koefisien respons seismik, CS , harus ditentukan sesuai persamaan: Sd1 ......................................................................................... (Pers. 2-108) R T( ) I
CS harus tidak kurang dari : II - 83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
CS = 0,44SDS Ieβ₯0,01 .................................................................. (Pers. 2-109) 2.8.11 Periode Fundamental Periode fundamental struktur, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan
atas
pada
periode
yang
dihitung
(Cu )
dari Tabel 2.11
dan
periodefundamental pendekatan, Ta , yang dihitung dari persamaan berikut : Keterangan : hn adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel 2.11. Ta = Ct hnx ............................................................................................ (Pers. 2-110) Tabel 2.10 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung Param eter Percepatan Respons Spektral Desa in Koefisien Cu Pada 1 Detik, SD1 β₯ 0,4
1,4
0,3
1,4
0,2
1,5
0,15
1,6
β€ 0,1
1,7
Sumber : Tabel 14, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
II - 84
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.11 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x Ct
x
Rangka baja pemikul momen
0,0724
0,8
Rangka beton pemikul momen
0,0466
0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris
0,0731
0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk
0,0731
0,75
Semua sistem struktur lainnya
0,0488
0,75
Tipe Struktur Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan menvegah rangka dari defleksi jika dikenai beban gempa :
Sumber : Tabel 15, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
Untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana system penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m, periode fundamental pendekatan, Ta ,, ditentukan dari persamaan berikut : Ta , = 0,1N .................................................................................... (Pers. 2-111) Keterangan : N = jumlah tingkat Untuk
struktur
dinding
geser
batu
bata
atau
beton,
periode
fundamentalpendekatan ditentukan, Ta , dari persamaan berikut :
II - 85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Ta ο½
0,0062 hn ............................................................................. (Pers. 2-112) CW
Dimana hn
adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampaitingkat
tertinggi struktur dan CW dihitung sesuai persamaan berikut Keterangan : AB
= luas dasar struktur, dinyatakan dalam meter persegi (m2 )
Ai
= luas badan dinding geser βiβ, dinyatakan dalam meter persegi (m2 )
Di
= panjang dinding geser βiβ dinyatakan dalam meter (m)
hi
= tinggi dinding geser βiβ dinyatakan dalam meter (m)
x
= jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam menahan gaya lateral dalam arah yang ditinjau
2.8.12 Distribusi Vertikal Gaya Gempa Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut : Fx =Cvx V .................................................................................... (Pers. 2-113) Dan ................................................................................ (Pers. 2-114) Keterangan : Cvx
= factor distribusi vertical
V
= gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (W) (kN)
widan wx
= bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x II - 86
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
hidan hx
= tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, (m)
k
= eksponen yang terkait dengan periode struktur : untuk struktur yang mempunyai periode sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1 untuk struktur yang mempunyai periode sebesar 2,5 detik atau kurang, k = 2 untuk struktur yang mempunyai periode anatara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2
2.8.13 Pembesaran Momen Torsi Tak Terduga Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F, dimana tipe 1a atau 1b ketidakberaturan torsi tejadi seperti didefinisikan dalam Tabel 10 SNI 1726-2012 harus mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dengan mengalikan Mta di masing- masing tingkat dengan faktor pembesaran torsi(Ax) yang ditentukan dari persamaan berikut :
....................................................................... (Pers. 2-115) Keterangan : imax
=
perpindahan maksimum di tingkat x (mm) yang dihitung dengan
mengasumsikan Ax = 1 (mm) iavg
=
rata-rata perpindahan di titik-titik terjauh struktur di tingkat x yang
dihitung dengan mengasumsikan Ax = 1 (mm) II - 87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Faktor pembesaran torsi (Ax) tidak disyaratkan melebihi 3,0.Pembebanan yang lebih parah untuk masing- masing elemen harus ditinjau untuk desain.
Gambar 2.22 Perbesaran torsi 2.8.14 Penentuan Simpangan Antar Lantai (Drift) Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F yang memiliki ketidakberaturan horizontal tipe 1a atau 1b, simpangan antar lantaidesain, Η», harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik-titik di atas dan di bawah tingkat yang diperhatikan yang letaknya segaris secara vertikal, di sepanjang salah satu bagian tepi struktur. Defleksi pusat massa di tingkat x
(mm) harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut ini:
............................................................................... (Pers. 2-116) Keterangan: Ξ΄xe
= Defleksi pada lantai ke-x (lokasi yangdiisyaratkan dengan analisis elastis
Cd
= faktor amplifikasi defleksi
Ie
=faktor keutamaan gempa II - 88
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Simpangan antar lantai tingkat desain (Ξ) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin (Ξa ) seperti didapatkan dari Tabel 2.12 untuk semua tingkat. Tabel 2.12 Simpangan Antar Lantai Ijin, (Ξa )a,b
Sumber : Tabel 16, Peraturan Perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2012
2.8.15 Pengaruh P-delta Pengaruh P-delta pada geser dasar dan momen tingkat, gaya dan momen elemen struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat yang timbuloleh pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas(Ι΅) seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10 :
....................................................................... (Pers. 2-117) Koefisien stabilitas (Ι΅) harus tidak melebihi Ι΅max yang ditentukan sebagai berikut: II - 89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
............................................................... (Pers. 2-118) Keterangan: Px
= beban desain vertical total pada pada dan di atas tingkat (kN)
Ξ
= simpangan antar lantai tingkat desain (mm)
Ie
= faktor keutamaan gempa
Vx
= gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x-1 (kN)
hsx
= tinggi tingkat di bawah tingkat x (mm)
Cd
= faktor pembesaran defleksi
Ξ²
= rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat antara tingkat x dan x-1
2.8.16 Analisis Spektrum Respons Ragam Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam masing-masing arah horizontal orthogonal dari respons yang ditinjau oleh model. Bila periode fundamental yang dihitung melebihi Cu Ta , maka Cu Ta harusdigunakan sebagai pengganti dari T dalam arah itu. Kombinasi respons untukgeser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85% dari geser dasar yang dihitung (V)menggunakan prosedur gaya latera l ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan 0,85 ο½
V Jika respons terkombinasi untuk geser dasar ragam (Vt) kurang Vt
II - 90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
dari 85% dari CsW, simpangan antar lantai harus dikalikan dengan 0,85 2.9
CsW Vt
Penelitian Sepuluh Tahun Terakhir Penelitian sepuluh tahun terakhir mengenai kolom dengan penampang c-
plus hanya terdapat tiga penelitian dintaranya Pustilbang PU, 2002, menerangkan bahwa kolom penampang c-plus Mengacu pada SNI 1726-2002 dan SNI 2847-2002, kolom penampang c-plus memiliki keunggulan effisiensi hingga 20% serta memiliki optimalisasi hingga 20%. Solihatina dan Sindiyani, 2004, membahasbahwa dengan mengacu pada RSNI 2847-20xx dan mengabaikan beban gempa, kolom penampang Plus β+β, βLβ dan βTβ pada bangunan bertingkat rendah. Sriyulianti,
Mira
dan
Al-Nisa,
Akhwat membahas kombinasi kolom
penampang βLβ βTβ dan Plus β+β pada bangunan bertingkat rendah memiliki kinerja struktur yang baik, kombinasi penampang kolom tersebut pada bangunan berlantai rendah memiliki nilai V.dinamik lebih besar dari 0,85 V.statik serta memiliki drift simpangan yang tidak lebih dari 66 mm. 2.10
Research Gap Penelitian
perbandingan
kolom
penampang
c-plus
dengan
kolom
penampang persegi pada struktur beton bertulang mengacu pada SNI 1726-2012 dan SNI 2847-2013 ditinjau dari segi biaya dilakukan berdasarkan atas penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain, namun masih terdapat II - 91
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
masalah yang belum diselesaikan, sehingga memerlukan pembuktian.. Research Gap tersebut dapat dilihat pada gambar 2.23 dan tabel 2.14.
Sumber: Data Olahan
Gambar 2.23: Research Gap
II - 92
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Kajian Pustaka
Tabel 2.13 Detail Research Gap Penulis
No
Kolom Bulat Variabel
1
Arief Permana
2
Widiyanto
3
Vchris Burgoyne
4
Krisnamurti
5
Muhamad Rizky
6
Faishal Farid
7
Heri Haerul Fatah
8
Fadhil Al-Farisi
9
Hafidh Baequnie
Kolom Persegi
Kolom Bulat vs Kolom Persegi
Metode Desain Analisa Kinerja Analisa Kinerja Pelaksan Struktur Biaya Struktur Biaya Struktur aan
Biaya
Kolom C- Kolom C-Plus vs plus Kolom Persegi Desain
Desain
Biaya
`
10 Renaningsih 11 Jimmy Charter Tarigan 12 M. Lukman Farisi 13 Gerry Revaldo 14 Swheta A Wagh 15 Mira Sriyulianti 16 Solihatina dan Sindiyadi The The research research
17 Nur Achmad Fauzan
Sumber: Data Olahan
II - 93
http://digilib.mercubuana.ac.id/