BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikatan Keluarga 2.1.1 Pengertian Ikatan Keluarga Ikatan keluarga merupakan suatu hubungan yang erat antara satu keluarga yang memiliki hubungan darah maupun hubungan perkawinan dalam suatu rumah tangga, hubungan tersebut dapat terjadi dalam tempat yang sama ataupun dalam tempat yang berbeda. Menurut Nasution (2001:20) ikatan keluarga adalah hubungan antara dua atau lebih anggota keluarga yang tergabung dalam hubungan darah, hubungan perkawinan, dan berinteraksi satu sama lainnya di dalam suatu rumah tangga.Soekanto (2001 : 18) juga mengatakan bahwa ikatan keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam satu rumah maupun berbeda rumah. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dikatakan dengan ikatan keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih dan memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Keluarga juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (conjugal family) dan keluarga kerabat (consanguine family). 1. Conjugal Family Conjugal Familydidasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari suami, istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin. 2. Consanguine Family
8 Universitas Sumatera Utara
Consanguine Family tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. 2.1.2 Manfaat Ikatan Keluarga Manfaat keterkaitan anggota keluarga dalam bisnis menurut Longenecker et al (2001:35): 1. Memperkuat ikatan persaudaraan dalam bisnis keluarga, 2. Perusahaan dapat menggunakan tema keluarga bersangkutan didalam periklanan dan membuatnya berbeda dari pesaing, 3. Anggota keluarga mau mengorbankan pendapatnya untuk keperluan perusahaan, 4. Motivasi anggota keluarga untuk kerja kuat dalam pengelolaan yang rapi dan baik.
2.1.3 Dimensi Ikatan Keluarga Dimensi yang harus dibangun dalam ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga memiliki beberapa dimensi. Nyomman (2011 : 47) mengatakan bahwa dimensi ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga adalah : kepercayaan, komitmen dan kerjasama. a. Kepercayaan Usaha dibangun oleh kepercayaan (trust). Itu kata orang bijak. Kepercayaan para pelanggan, pemasok, karyawan serta stakeholder lainnya bertalian satu sama lain. Dengan kata lain bahwa bisnis akan habis pada saat kepercayaan sudah tidak ada lagi diantara para pihak dimaksud.
9 Universitas Sumatera Utara
Pada perusahaan keluarga, trust diantara para anggota keluarga sangatlah penting. Kepercayaan bahwa mereka saling menjaga dan berkomitmen terhadap perusahaan, kepercayaan bahwa seluruh anggota keluarga telah menjalankan perannya masing-masing yang sering disebut altruismtrust menjadi modal utama dalam mengelola perusahaan. Dalam hubungannya dengan trust tersebut, para ahli perusahaan keluarga mengemukakan apa yang dikenal dengan the cycle of trust yang merupakan siklus saling percaya yang wajib dijaga dan dipelihara oleh seluruh anggota keluarga dalam rangka menjaga harmonisasi hubungan antara perusahaan dan keluarga. Siklus tersebut berjalan seiring dengan tahapan-tahapan perusahaan. Ada tiga kepercayaan yang wajib saling dijaga sesuai dengan siklusnya menurut Chairman, (2011 : 102): 1. Pertama, saling kepercayaan antar pribadi atau yang dikenal dengan interpersonal trust, 2. Kedua, adanya kepercayaan kompetensi atau competence trust, 3. Ketiga, dengan semakin besarnya perusahaan, semakin banyaknya pihakpihak yang bergabung dan berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat dipahami bahwa dalam menjalin ikatan keluarga, maka yang harus dijaga dan dipelihara dalam usaha keluarga adalah adanya saling kepercayaan di antara anggota keluarga yang membangun usaha bersama, adanya saling mencurigai dan tidak saling percaya akan mengakibatkan tidak berjalannya usaha dengan baik. Selain saling kepercayaan yang perlu di tanam di antara ikatan keluarga adalah adanya kepercayaan
10 Universitas Sumatera Utara
kompetensi yaitu meyakini dan mempercayai terhadap kemampuan antara satu dengan yang lain dalam membangun usaha yang sedang dijalankan. Apalagi pada saat persoalan perusahaan semakin kompleks, maka setiap anggota keluarga yang ikut dalam perusahaan dituntut memiliki kompetensi tertentu untuk dapat berkontribusi terhadap jalannya perusahaan. Usaha yang dibangun dengan banyaknya anggota keluarga yang terlibat, maka seluruh anggota keluarga dan setiap elemen harus yakin bahwa sistem yang ada di perusahaan telah berjalan dengan layak. Inilah yang dikenal dengan system trust.
Keyakinan bahwa system telah berjalan dengan layak pada tahap ini
sangatlah penting. Perusahaan keluarga dituntut untuk memastikan siklus kepercayaan ini berjalan dengan baik agar terjadi harmonisasi di dalam keluarga dan juga dalam hubungan antara keluarga dan perusahaan. Apabila tidak, maka dapat dipastikan bahwa keharmonisan keluarga akan terganggu dan perusahaan akan berada pada ambang kehancuran. Mishra & Mishra (2008) mengkonseptualisasikan aspek-aspek dari kepercayaan sebagai berikut : a. Reliability Seseorang dikatakan reliable ketika berperilaku dalam cara yang seimbang dan konsisten. Bertanggung jawab melakukan apa yang dikatakan untuk dilakukannya. Melakukan sesuatu ketika memiliki
kemauan dan
akan
menunjukkannya ketika ada keinginan dan juga dapat diandalkan. Mengingat halhal yang penting bagi orang lain dan menjadi sumber kenyamanan dan
11 Universitas Sumatera Utara
keseimbangan dalam kehidupan orang tersebut. Kepercayaan tanpa aspek ini membuat orang lain tidak akan memberikan kesempatan kedua. Reliability memerlukan kata-kata dan tindakan. Adanya ketidakkonsistenan antara kata-kata dan tindakan menurunkan kepercayaan yang juga menyiratkan penjagaan komitmen seseorang. Orang-orang akan lebih mungkin untuk mempercayai pemimpin yang reliable karena itu dapat mengurangi ketidakpastian akan perilaku pemimpin. b. Openness Keterbukaan merupakan kemauan untuk jujur dan terbuka dalam berhubungan dengan orang lain. Individu akan lebih mau mempercayai perkataan seseorang apabila mereka yakin bahwa orang tersebut berkatajujur. Adanya keterbukaan dari diri sendiri juga akan mendorong orang lain untuk lebih terbuka. Jika seseorang itu jujur dengan tetangga, rekan kerja atau anggota keluarganya, maka orang lain akan lebih mau untuk terbuka kepadanya. Menjadi terbuka juga termasuk berlaku wajar dan mau berbagi informasi atau pandangan. Pemimpin menunjukkan openness dengan berbagi informasi dan jujur terhadap satu sama lain. Minimalnya, menjadi terbuka berarti tidak berbohong kepada pihak lain. Sedangkan dalam level terbesarnya, openness berarti penuh penyingkapan (disclosure). Sifat kepercayaan dalam istilah openness membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dikembangkan dibandingkan dengan kepercayaan berdasarkan reliability karena tidak hanya melibatkan perkataan akan kebenaran saja, tetapi juga pernyataan informasi mengenai maksud dan harapan seseorang, dan bagi pemimpin hal ini dapat melibatkan informasi sensitif yang tinggi. Komunikasi
12 Universitas Sumatera Utara
yang jujur dan terbuka dapat mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas karena membuat tujuan, agenda dan sasaran lebih transparan. Openness sebagai konstruk dari kepercayaan merupakan pertumbuhan informasi. Informasi dibagikan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan atau bersifat pribadi diantara trustee dan trustor. c. Competence Individu tidak ingin mempercayai orang lain sampai orang tersebut dapat melakukan pekerjaan tersebut bahkan ketika sebelumnya orang tersebut digambarkan sebagai seseorang yang reliable dan jujur. Pengalaman langsung dengan orang lain merupakan cara yang lebih meyakinkan untuk memperlihatkan kompetensi yang dimiliki. Pemimpin menunjukkan kompetensi mereka dengan menemukan dan melebihi harapan kinerja dan memberikan hasil yang mendukung tujuan dan sasaran strategi organisasi. Pengikut ingin tahu apakah mereka dapat bergantung
pada
pemimpin
mereka
untuk
menjadi
kompeten
dalam
menyelesaikan masalah dan mengarahkan mereka kepada solusi. Pengikut akan lebih mungkin untuk merespon usaha yang dikembangkan oleh pemimpin apabila mereka percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan dan kemampuan yang penting untuk mengasah bakat dan kekuatan mereka. Competene mengacu pada kapabilitas dan keahlian individu untuk dapat tampil dalam tugas-tugas yang spesifik. Perasaan mampu atau kompeten merupakan pusat dari kepercayaan dalam hubungan pemimpin dan pengikutnya karena pengikut tidak akan mungkin mengembangkan kepercayaan terhadap pemimpin, kecuali jika mereka percaya bahwa pemimpin mampu melaksanakan peran kepimimpinan (Whitener, Korsgaard & Werner, 1998). Pemimpin juga
13 Universitas Sumatera Utara
dikarakteristikkan dengan bagaimana pengikutnya mempercayai mereka untuk membuat keputusan yang kompeten. d. Compassion Memiliki
compassion
terhadap
orang
lain
berarti
harus
mau
mengesampingkan kepentingan pribadi untuk bisa menjadi benar-benar empati terhadap orang lain. Yang juga berarti harus meletakkan kepentingan orang lain sama atau di atas kepentingan sendiri. Compassion memerlukan waktu yang lama untuk dapat ditunjukkan karena membutuhkan pemahaman atau empati terhadap kebutuhan dan kepentingan orang lain. Compassion dari pemimpin juga dapat membangun
hubungan
positif
dengan
karyawannya.
Pemimpin
yang
menunjukkan compassion lebih mungkin untuk meningkatkan hubungan yang membantu perkembangan individu dan pertumbuhan bersama. Seorang individu yang memiliki compassion terhadap orang lain berarti ia harus memiliki kemauan untuk mengatur kepedulian diri sehingga bisa benar-benar berempati terhadap orang lain. Percaya dalam hal concern berarti bahwa kepentingan diri tersebut seimbang dengan minat dalam kesejahteraan orang lain (Mishra, 1996). Maxwell (2002) mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan, yaitu: 1. Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan rasa saling percaya. 2. Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada anggota tim berarti telah
memberikan
kepercayaan
bahwa
anggota
tim
mampu
melaksanakannya.
14 Universitas Sumatera Utara
3. Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap sebenarnya (truthfulness) dalam bekerja.
d. Komitmen Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2000: 75), komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan bahwa komitmen dalam berwirausaha adalah suatu keterikatan diri dan keinginan yang kuat untuk membangun,memajukan,dan mempertahankan keberadaan usahanya dalam situasi apapun. (Syofyan, 2004 :103). Dalam riset-riset tentang komitmen organisasional yang mencoba menganalisis karyawan-karyawan perusahaan yang dalam menjalankan aktivitas organisasi bersentuhan dengan teknologi informasi dan komunikasi seperti perusahaan telekomunikasi dan informasi, perbankan, pertambangan, pemasaran, konsultan perencanaan, otomotif, semi konduktor, dan bioteknologi, Cut Zurnali (2010) mendefinisikan masing-masing dimensi komitmen organisasional tersebut sebagai berikut: 1.
Affective commitment
Merupakan komitmen yang muncul karena adanya hubungan emosional yang kuat antara karyawan dengan organisasinya. Karyawan dengan komitmen afektif yang tinggi akan terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh organisasinya dan ia juga akan terus menjadi anggota organisasi tsb. Hal ini
15 Universitas Sumatera Utara
dikarenakan karena ia memang memiliki keinginan untuk terus bertahan dalam organisasinya dan merasa dekat secara emosional dengan organisasi tersebut. 2.
Continuance commitment
Perasaan berat untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi. 3.
Normative commitment
Merupakan komitmen yang muncul karena individu tersebut merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan dalam organisasi karena tanggung jawab moral. Perasaan ini mungkin berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, organisasi mungkin sudah memberikan banyak pelatihan sehingga karyawan merasa hutang budi dan harus membayarnya. Karyawan ini memiliki komitmen pada organisasi nya karena merupakan keharusan. Untuk membangun komitmen dalam berwirausaha diperlukan kekuatan pribadi setiap wirausaha,contohnya: 1. Kesabaran dan ketabahan 2. Keinginan keras untuk maju 3. Keyakinan kuat untuk maju 4. Keuletan dan ketekunan 5. Pemikiran yang kreatif dan konstruktif 6. Ketahanan mental dan fisik 7. Tanggung jawab dan jujur.
16 Universitas Sumatera Utara
Tanpa usaha yang sungguh-sunguh dan komitmen tinggi terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya. Pentingnya komitmen tinggi bagi wirausaha adalah : 1. Bisa mendapatkan hasil maksimal dengan sumber daya minimal 2. Dapat menggunakan sumber daya secara efesien 3. Menerapkan dan meningkatkan serta memajukan perusahaan 4. Meningkatkan kesuksesan dalam berwirausaha 5. Meningkatkan rasa kepercayaan 6. Meningkatan etos semangat kerja bagi pribadi wirausaha dan karyawannya seorang wirausaha yang memiliki komitmen tinggi didalam usahanya diharapkan : 1. Pantang menyerah terhadap keadaan dan situasi apapun 2. Memiliki semangat dan tahan uji terhadap setiap tantangan 3. Memiliki kesabaran dan ketabahan didalam berusaha 4· Selalu bekerja, berjuang dan rela berkorban Adapun faktor-faktor yang menunjukan seseorang berkomitmen tinggi terhadap pekerjaan nya adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai dedikasi yang tinggi 2. Mencintai pekerjaannya 3. Selalu memegang janji 4. Berorientasi pada mutu hasil kerja
17 Universitas Sumatera Utara
5. Mengendalikan diri 6. Tekun dan ulet dalam berkerja 7. Keyakinan diri dan kedisiplinan Jenis-jenis komitmen terdiri dari : 1. Komitmen terhadap diri sendiri 2. Komitmen pada keluarga (family commitment) 3. Komitmen pada visi bisnis (bussiness commitment) 4. Komitmen kepada orang yang mempercayai (trust bulding commitment) 5. Komitmen kepada konsumen (commitment to customers) 6. Komitmen terhadap lingkungan (environment commitment) 7. Komitmen terhadap aspek sosial (social commitment) Contoh nyasebagai berikut : a. Ikut menjaga kebersihan b. Ikut mendukung program masyarakat 8.
Komitmen terhadap etika bisnis (business ethic commitment).
c. Kerjasama Pengertian kerja sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerja sama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab tiap anggota.
18 Universitas Sumatera Utara
Kerjasama (Cooperation) adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi seecara optimal (Sunarto, 2000). Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama (Soekanto, 2001). Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai suatu hasil. Kerjasama adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal (Sunarto, 2001). Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok diantara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin di capai berbeda maka kerjasama tidak akan tercapai. West (2002) menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat ukurnya sebagai berikut : 1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik. 2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerja sama. 3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas.
19 Universitas Sumatera Utara
Menurut Hakim (2006:18) hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjalin hubungan keluarga adalah : 1. Kerjasama Menurut Lansberg (2005:70) kerjasama adalah merupakan kegiatan bersama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama. 2. Loyalitas Menurut Agustinus (2010:43)Loyalitas adalah suatu konsep yang menunjukkan antara konsistensi antara tindakan dengan nilai prinsip, dalam etika integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. 3. Komitmen Komitmen adalah rasa identifikasi, keterlibatan dan loyalitas yang dinyatakan oleh seseorang terhadap bisnisnya. 4. Konflik Konflik dalam perusahaan keluarga dapat dirumuskan sebagai suatu situasi ditempat kerja dimana dua atau lebih atau kelompok orang dalam keluarga mempunyai ide, pandangan, persepsi, dan pendapat yang berlawanan sehingga mereka saling menyalahkan yang berakibat pada perusahaan (Lansberg 2005:97). Menurut Soedibyo(2007:57) ada beberapa hal yang diharus diperhatikan dalam mencapai keberhasilan usaha keluarga diantara : 1. Kepercayaan
20 Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan merupakan hal yang penting karena membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi. ada lima dasar yang dapat membangun kepercayaan diantaranya : a. Integritas, b. Kebajikan, c.Waktu, d. Tanggung Jawab, e. Bukti. 2.Komitmen Komitmen adalah fokus pikiran diarahkan
pada tugas dan usahanya
dengan selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang maksimal. 3 .Kerjasama Kerja sama dapat meningkatkan
komunikasi
dalam
membangun
bagian-bagian dari Usaha Keluarga. Menurut Susanto (2007:340) ada beberapa cara membangun hubungan kerjasama dengan pihak lain : a. Bekerjasama dengan pendiri, b. Bekerjasama dengan keluarga, c. Bekerjasama dengan manager, d. Bekerjasama dengan pemilik. 1.Konflik
21 Universitas Sumatera Utara
Konflik dalam perusahaan keluarga dapat dirumuskan sebagai suatu situasi ditempat kerja dimana dua atau lebih atau kelompok orang dalam keluarga mempunyai ide, pandangan, persepsi, dan pendapat yang berlawanan sehingga mereka saling menyalahkan yang berakibat pada perusahaan (Lansberg 2005:97). 2.2 Usaha Keluarga Usaha Keluarga (family business) adalah suatu perusahaan yang kepemilikannya melibatkan fungsi dua atau lebih anggota keluarga yang sama secara langsung dalam sebuah usaha. Usaha keluarga adalah suatu perusahaan di mana dua atau lebih anggota keluarga sama-sama berperan sebagai pemilik atau bekerja bersama dalam operasi bisnis. Bahkan usaha keluarga adalah usaha yang kepemilikannya diwariskan dari generasi suatu keluarga pada generasi berikutnya (Anastasia, 2001: 6). Keluarga yang dimaksudkan tentunya adalah keluarga yang memiliki ikatan kekeluargaan atau yang dikenal dengan ikatan keluarga. ikatan keluarga adalah beberapa orang anggota keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Untuk membangun bisnis bersama saudara kandung atau bisnis keluarga dibutuhkan dua hal penting yakni, tujuan jangka panjang dan komunikasi yang efektif. Bisnis keluarga selain menghadapi tantangan yang sama dengan bisnis non-keluarga, yakni mendapatkan profit, juga memiliki tantangan tambahan, yaitu adanya ekspektasi-ekspektasi tertentu dari saudara Anda dan juga dinamika-
22 Universitas Sumatera Utara
dinamika keluarga, untuk itu penting memiliki tujuan yang jauh ke depan dan strategi komunikasi yang efektif untuk membangun kerjasama dengan saudara. 2.3 Keberhasilan Usaha Menurut Nasution (2001:48), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dan berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Astamoen (2005:251) Keberhasilan usaha adalah suatu proses dari seseorang dalam mencapai tujuan atau prestasi dengan cara yang terbaik dan benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami. Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Keberhasilan suatu usaha ditunjukkan dengan adanya hubungan yang signifikan antara keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan yang dimiliki usaha tersebut (Dalimunthe dalam Tanjung, 2012). Suatu usaha yang baik dapat terus tumbuh dan berkembang jika memiliki sensitivitas yang baik terhadap perubahan yang terjadi, adaktif, memiliki rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki terhadap identitas usaha yang dijalankan, memiliki toleransi sehingga mampu terbuka pada setiap peluang yang ada dan pada umumnya sangat konservatif.
23 Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Faktor – Faktor Keberhasilan Usaha Menurut Basrowi (2014, 19-26) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu : a. Motivasi b. Usia c. Pengalaman d. Pendidikan Sedangkan menurut Tarigan dan Yenawan (2013) juga memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha, yaitu : a. Pendidikan yang tepat dan sesuai bisa membantu dalam mencapai kesuksesan. b.
Pola pikir yang tepat, karena pola pikir yang salah dapat menghalangi untuk meraih kesuksesan.
c. Pareto, yakni 20/80. Hukum pareto berarti 20% dari aktivitas tertentu dalam hidup dapat memberikan kontribusi 80% untuk mencapai kesuksesan. d. Memiliki kebiasan (perilaku positif) seperti orang sukses. e. Adanya passion di dalam diri. Menurut
Dalimunte
(2003:15)
keberhasilan
usaha
merupakan
keuntungan, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha mempunyai hubungan siknifikan terhadap keberhasilan. Ada beberapa faktor yang mendasari keberhasilan usaha, diantaranya : 1. Keuntungan Usaha Keuntungan Usaha adalah hasil yang diperoleh dari penjualan sebuah produk.Keuntungan akan tercapai apabila harga pokok telah didapat.
24 Universitas Sumatera Utara
2. Jumlah Penjualan Jumlah Penjualan merupakan total penjualan produk atau jasa. Jumlah penjualan meningkat apabila barang yang tersedia habis terjual. 3. Pertumbuhan Usaha Pertumbuhan Usaha adalah peningkatan aktivitas usaha pada periode tertentu. Dilihat dari laba dan pelanggan serta nama baik. Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dipahami bahwa ada tiga factor yang mendasari keberhasilan keluarga yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan dan pertumbuhan usaha. Keuntungan usaha pada dasarnya menjadi tujuan utama dalam sebuah usaha, karena keuntungan usaha akan dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha yang sedang dikelola. Melalui keuntungan usaha usahawan dapat melakukan perencanaan dalam pengembangan usaha yang dilakukan terutama untuk meningkatkan pendapatan. Jumlah penjualan sebagai total yang diperoleh dari penjualan yang dilakukan setiap penjualan barang atau produk seharusnya diketahui dan dilakukan pendataan yang baik dan benar. Total penjualan akan diketahui melalui total stok dan barang yang disediakan.Pertumbuhan usaha dapat terjadi apabila adanya keuntungan usaha dan meningkatnya jumlah penjualan, melalui kedua hal ini maka seriap usahawan akan melakukan usaha untuk mengembangkan usaha baik dalam bentuk barang maupun pengembangan dalam bentuk jenis usaha yang dikelola.
25 Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Hubungan Ikatan Keluarga Dengan Keberhasilan Usaha Jika bisnis dibangun bersama anggota keluarga, akan ada kesamaan sikapsikap, nilai-nilai, dan ‘budaya’ yang kurang lebih sama, sehingga ada kemungkinan masalah-masalah potensial menjadi tidak terlihat. Ikatan keluarga dalam suatu bidang usaha akan mempengaruhi terhadap keberhasilan keluarga, sebab keuntungan usaha dalam keluarga sebagaimana yang dikatakan Longenecker, dkk (2003 : 38) adalah : 1. Kekuatan
hubungan
keluarga
setiap
periode-periode
menarik
perubahan bisnis. 2. Pengorbanan-pengorbanan keuangan anggota keluarga membuat usaha menjadi lebih baik, sehingga usaha memperoleh modal murah. 3. Operasi suatu usaha keluarga mampu membuat kekhasan usaha dari para pesaing. 4. Tingkat hubungan menjadi lebih tinggi terhadap perhatian komunitas keluarga dengan para pekerja yang bukan keluarga. 5. Sanggup merencanakan dan menyiapkan untuk menghasilkan laba jangka panjang. 6. Selalu berfokus pada kualitas dan nilai. Keuntungan lain usaha keluarga menurut Longenecker, dkk (2001 : 40) adalah sebagai berikut: 1. Motivasi kuat dari anggota keluarga Pada tahap awal perintisan dan awal proses, usaha selalu diiringi dengan motivasi kerja kuat dan pengelolaan yang rapi, baik usaha tersebut sudah
26 Universitas Sumatera Utara
atau belum mendatangkan manfaat. Masing-masing anggota keluarga akan termotivasi dengan baik bila dapat mencapai tujuannya dan rela untuk mencapai tujuannya dan rela untuk menjaga jalannya usaha. 2. Menggunakan tema-tema keluarga dalam iklan Promosi penjualan untuk usaha keluarga lebih cenderung akan menggunakan tema-tema keluarga dalam melakukan periklanannya untuk membedakan dengan para kompetitor. 3. Penekanan di tempat kerja Anak laki-laki atau perempuan atau anggota keluarga yang lain saling segan untuk meninggalkan bisnisnya dan diharapkan masing-masing berkontribusi maksimal di tempat kerja atau bisnisnya. 4. Fokus pada proses perjalanan bisnis Fokus usaha keluarga terletak pada perjalanan atau proses bisnis. 5. Penekanan pada produk dan atau jasa Fokus keluarga terletak pada kualitas dan nilai atas produk dan/jasa yang dihasilkan. Berdasarkan keuntungan usaha keluarga tersebut maka dapat dipahami bahwa usaha yang dibangun dalam ikatan kekeluargaan akan mempengaruhi terhadap keberhasilan usaha keluarga, hal ini menunjukkan bahwa ikatan keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan usaha keluarga.
27 Universitas Sumatera Utara
2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Metode Analisis Peran Dan Hubungan Regresi Keluarga Terhadap Keberhasilan Berganda UsahaPada Toko Emas Sinar Agung Medan pada tahun2003
No 1
Pengarang Juarnah, Suar (2003)
2
Matondang, Indra Hakim (2006)
3
Trensey, Margareth (2001)
Family company when the owner thinks and wants his company as a good family enterprise.
4
Anastasia (2001)
Bisnis atau usaha yang dibangun oleh saudara kandung sebagai ikatan keluarga harus dibangun melalui rahasia bisnis.
5
Glassop, Linda (2005)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Gerai Penjualan Pulsa Handphone di Sepanjang Jalan Letda Sujono pada tahun 2006)
Regresi Berganda
Stories from Australian family Regresi business and the people who operate Berganda them Astri, Rahasia Bisnis Saudara Kandung Kualitatif
Managing the Family Business
Path Analysis
Hasil Penelitian Faktor Faktor yang paling berpengaruh dalam keberhasilan usaha perandan hubungan keluarga yang paling dominan terhadap keberhasilan usaha pada toko emas Sinar Agung Medan adalah Variabel kerjasama dan persaingan antara saudara kandung. Faktor-Faktor yang paling berpengaruh untuk berwirausaha adalah Faktor Pemasaran
For any family bussiness to be successful , it needs to be led , managed , and governed well .
28 Universitas Sumatera Utara
6.
John A, Davis (2014)
Poorly designed leadership roles set up a family business
Path Analysis
Without stability, you lose your builtin advantage. Without adequate governance, you don't have adequate stability. The family business system absolutely must be governed, and governed well, for success.
Sumber: Margareth Trancey (2001), Anastia Astri (2001), Suar Juarnah (2003), Linda Glassop (2005), Indra Hakim Matondang (2006), Davis John A (2014) 2.5 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Pertautan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2004:49). Ikatan keluarga merupakan suatu ikatan yang erat antara satu keluarga yang memliki hubungan darah maupun hubungan perkawinan dalam satu rumah tangga atau beda tempat tinggal. Ikatan keluarga sangat penting dalam membangun suatu kebersamaan baik dalam hal menjalankan usaha maupun dalam bidang lainnya. Melalui ikatan keluarga banyak manfaat yang diperoleh dalam bisnis yang dibangun oleh keluarga diantaranya dapat memperkuat ikatan persaudaraan dalam bisnis keluarga, dapat memperkuat persaingan bisnis, tingginya pengorbanan dari setiap anggota keluarga dalam kebutuhan dan keperluan bisnis yang dibangun 29 Universitas Sumatera Utara
serta motivasi anggota keluarga untuk kerja cukup tinggi dan kuat dalam pengelolaan yang rapi dan baik. Dimensi ikatan keluarga dalam membangun usaha keluarga diantaranya sebagaimana yang dikatakan Nyomman (2011 : 47) salah satunya adalah Kepercayaan, dalam hal ini antar keluarga kepercayaan jauh lebih tinggi bila dibanding dengan mitra usaha dengan orang lain, kemudian komitmen yaitu adanya keterikatan darah membuat hubungan bisnis menciptakan komitmen yang lebih tinggi, dan kerjasama. Kerjasama antar anggota keluarga dengan adanya ikatan keluarga jauh lebih baik dalam menjalankan usaha keluarga itu sendiri. Upaya untuk meniptakan keberhasilan usaha keluarga tentunya ikatan keluarga sangat penting bahkan dengan tingginya ikatan keluarga akan mempengaruhi terhadap keberhasilan usaha keluarga. Keberhasilan Usaha Keluarga
menurut
Dalimunte
(2003:15)
keberhasilan
usaha
merupakan
keuntungan, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha mempunyai hubungan siknifikan terhadap keberhasilan. Terciptanya keberhasilan dalam menjalankan usaha keluarga tidak terlepas dari hubungan antar keluarga yang erat. Dengan kepercayaan yang tinggi dari antar anggota keluarga untuk saling percaya, mampu menjadi dasar dalam menciptakan komitmen yang kuat. Sehingga mampu menciptakan kerjasama yang erat dan solid dalam membangun usaha keluarga menuju keberhasilan. Hal ini membuat hubungan keluarga menjadi harmonis yang mampu memberikan dampak positif terhadap keberhasilan usaha keluarga. Secara sederhana uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
30 Universitas Sumatera Utara
Ikatan Keluarga (X) 1. Kepercayaan 2. Komitmen 3. Kerjasama
Keberhasilan Usaha Keluarga (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Nyoman (2011), Syofyan (2004), Dalimunte (2003)
2.6 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disimpulkan oleh peneliti, yang selanjutnya masih akan diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian menunjukkan secara jelas arah pengujiannya, dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek penelitian maupun pengumpulan data. hipotesis penelitian ini adalah: Ikatan Keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha keluarga pada usaha toko jam jalan Surabaya Medan dan sekitarnya.
31 Universitas Sumatera Utara