BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi Syariah 2.1.1 Pengertian Obligasi Syariah Obligasi syariah didunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) “sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note, sukuk bukanlah surat utang seperti pada obligasi konvesnsional melainkan sertifikat investasi (bukti kepemilikan) atas surat asset berwujud atau hak manfaat yang menjadi underlying assetnya. Jadi akadnya bukan akad utang piutang melainkan investasi seperti dalam obligasi konvesional. Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional, semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba maka dari itu diumumkan alternative investasi yang dinamakan obligasi syariah. Dalam islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan shukuk. Shukuk merupakan bentuk jamak shukkum yang artinya surat pengakuan utang, cek bak. Kata shukuk sendiri artinya dokumen atau piagam akte. Dalam istilah perbankan syariah maknanya surat berharga yang diterbitkan sesuai prinsip syariah. Istilah sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dalam bahasa arab yang berasal dari kata “sakk” yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan (www.wikipedia.or.id)
8
9
Dalam Shari’a Standars No.17 tentang Investment Sukuk, Accounting and Auditing
Organization
for
Islamic
Financial
Institutions
(AAOIFI)
mendefinisikan sukuk sebagai berikut: “Investment are certificates of equal value representing undivided share in ownershipof tangible assets, usufructs and service, or (in the ownership of) the assets of particular projects or special investment activity, howeverthi is true after receipt of the value of the sukuk, the closing of subscription and the employment of funds received for the purpose for which the sukuk, the closing of subscriptionand the employment of funds received for the purpose for which the sukuk were issued”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sukuk merupakan sertifikat yang bernilai sama yang mewakili bagian tak terpisahkan dalam kepemilikan suatu aset berwujud, manfaat atau jasa, atau kepemilikan dari aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu yang terjadi setelah adanya penerimaan dana sukuk., penutupan pemesanan dan dana yang diterima dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penerbitan sukuk. Sementara itu, definisi sukuk menurut peraturan Bapepam dan LK Nomor IX A 13 tentang penerbitan efek syariah memberikan definisi sukuk sebagai berikut “Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’lundivided share)) atas: a) aset berwujud tertentu (ayyan maujudat); b) nilai manfaat ata aset berwujud (manafiul ayyan) Tertentu baik yang sudah ada maupun yang belum aka nada d) aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan), dan atau e) kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyah
10
istismarin khashah)”. Adapun Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum menggunakan istilah sukuk dan masih menggunakan istilah obligasi syariah. Dalam fatwa No.32DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah DSN-MUI mendefinisikan obligasi syariah sebagai “suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/marginfee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Obligasi syariah mempunyai pengertian yaitu “obligasi yang ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk membayar kepada pemegang obligasi syariah sejumlah pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana obligasi syariah pada tanggal pembayaran kembali dana obligasi syariah”. Pendapatan bagi hasil dibayarkan setiap periode tertentu (3 bulan, 6 bulan atau setiap tahun). Besarnya pendapatan bagi hasil dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang obligasi syariah dengan pendapatan yang dibagi hasilkan, yang tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten triwulan yang terakhir diterbitkan sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil kepada masing-masing pemegang obligasi syariah akan dilakukan secara proposional sesuai dengan porsi kepemilikan obligasi syariah yang belum dibayar kembali.
11
2.1.2 Karakteristik Obligasi Syariah (Sukuk) Keunggulan sukuk terletak pada strukturnya yang berdasarkan aset nyata. Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas pendanaan yang melebihi nilai dari aset yang mendasari transaksi sukuk. Pemegang sukuk berhak atas bagian pendapatan yang dihasilkan dari aset sukuk di samping hak dari penjualan aset sukuk. Ciri khas lain sukuk adalah, jika sertifikat tersebut mencerminkan kewajiban kepada pemegangnya, maka sertifikat tersebut tidak dapat diperjualbelikan pada pasar sekunder sehingga menjadi instrumen jangka panjang yang dimiliki hingga jatuh tempo atau dijual pada nilai nominal. Obigasi Syariah mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat pendapatan dalam obligasi syariah berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor. Kedua, dalam sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali amanat maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (di bawah Majelis Ulama Indonesia) sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan obligasi tersebut. Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin. Ketiga, jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur non halal.
12
Adapun lembaga Profesi Pasar Modal yang terkait dengan penerbitan obligasi syariah masih sama seperti obligasi biasa pada umumnya. Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa jumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar, dan masyir. Tabel 2.1 Perbedaan Obligasi konvensional dan Sukuk Deskripsi Sifat Instrumen
Sukuk
Obligasi
Sertifikat
Instrument pengakuan
kepemilikan/penyertaan
utang
atas suatu aset Penghasilan
Imbalan, bagi hasil,
Bunga/ kupon, capital
margin
gain
Jangka waktu
Pendek menengah
Underlying asset
Perlu
Pihak terkait
Obligor, SPV, investor, trustee
Menengah panjang Tidak perlu Obligor/issuer, investor
13
Investor Penggunaan hasil
Islam, konvensional
Konvensional
Harus sesuai islam
Bebas
penerbitan
2.1.3 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Obligasi Syariah Adapun pihak yang terkait dengan penerbitan sukuk: 1.
Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo. Dalam hal sovereign sukuk, obligornya adalah pemerintah.
2.
Special Purpose vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi:
i.
Sebagai penerbit sukuk,
ii.
Menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset, dan
iii.
Bertindak
sebagai
wali
amanat
(trustee)
untuk
mewakili
kepentingan investor. 3.
Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
14
2.1.4 Struktur Obligasi Syariah Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah mendapatkan endorestment dari The Accounting and Auiditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) antara lain: 1.
Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk Ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al Muntahiya Bittamliek (sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and sublease.
2.
Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian akan timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
3.
Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
15
usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak. 4.
Istisna, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian akad istisna di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
2.1.5 Risiko Investasi Obligasi Syariah Obligasi berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset (finansial aset), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap sehingga dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko, maka investasi dalam obligasi adalah instrument yang paling tepat. Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi yaitu: 1.
Risiko Gagal bayar (Default Risjk), adalah risiko di mana investor tidak dapat memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk investasi jatuh tempo.
2.
Risiko Pasar (Market Risk), adalah potensi kerugian bagi investor (capital loss) karena menjual sukuk sebelum jatuh tempo (pada saat nilainya turun).
3.
Risiko Likuiditas (Liquidity Risk), adalah kesulitan dalam pencairan, risiko ini bisa disebabkan karena kecenderungan produk
16
islam di-hold (tidak diperjualbelikan hingga jatuh tempo), risiko yang bisa terjadi adalah investor terpaksa menjual kepada agen penjual dengan harga dibawah pasar. 4.
Apabila pembelian dalam jumlah tidak besar, bunganya yang relative kecil dan ditransfer ke bank bisa menjadi tidak signifikan dan bisa terpakai.
2.2 Peringkat Obligasi Syariah Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang dimiliki. Peringkat Obligasi merupakan opini dari lembaga pemeringkat serta sumber untuk mengetahui struktur obligasi dan informatif bagi pemodal atas risiko obligasi yangdiperdagangkan. (Berdasarkan Keputusan BAPEPAM dan Lembaga keuangan Kep151/BL/2009).
Sedangkan
menurut
Hartono (2008,166) peringkat
obligasi
merupakan simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen peringkat untuk menunjukkan risiko obligasi. Peringkat obligasi perusahaan memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka diminati. Peringkat obligasi yang diberikan PT Pefindo ditambahkan sisipan “id”, yang berarti bahwa peringkat diberikan berdasarkan konteks Indonesia. PT Pefindo memeringkat obligasi dari peringkat idAAA hingga idD. Dari peringkat idea hingga idB dapat dimodifikasi oleh PT Pefindo dengan memberikan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam katagori
17
terkait yang mengindikasikan adanya peringkat (upgrade) atau penurunan (downgrade) . Definisi Peringkat PT Pefindo adalah sebagai berikut:
Peringkat idAAA
Tabel 2.2 Interpretasi Rating PEFINDO Keterangan Obligasi yang diperingkat sebagai idAAA adalah obligasi dengan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo. Kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya sangat superior dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya.
idAA
Obligasi dengan peringkat idAA hanya berbeda sedikit dengan obligasi dengan peringkat idAAA. Kapasitas
penerbit
kewajiban
jangka
obligasi
untuk
panjangnya
membayar
sangat
kuat
dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya. idA
Obligasi dengan peringkat idA mengindikasikan kapasitas penerbit obligasi untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya relatif kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya, tetapi obligasi ini tetap lebih mudah terpengaruh oleh perubahan keadaan dan
18
kondisi ekonomi daripada obligasi peringkat idAAA dan idAA. idBBB
Obligasi
berperingkat
idBBB
mengindikasikan
parameter yang cukup aman dibandingkan dengan obligasi Indonesia lainnya. Memburuknya kondisi ekonomi atau perubahan keadaan akan mempengaruhi kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya. idBB
Obligasi dengan peringkat idBB menggambarkan parameter perlindungan yang relatif agak lemah dibandingkan dengan obligasi lainnya. Kapasitas dari penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka panjangnya cukup rawan terhadap ketidakpastian terhadap kondisi bisnis, finansial, dan ekonomi.
idB
Obligasi dengan peringkat idB menggambarkan parameter
perlindungan
yang
relatif
lemah
dibandingkan dengan obligasi lainnya. Penerbit obligasi masih mempunyai kapasitas untuk membayar kewajiban jangka panjangnya tetapi adanya kondisikondisi ekonomi, bisnis, dan finansial yang buruk akan sangat mempengaruhi kapasitas dan kemauan penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka
19
panjangnya. idCCC
Obligasi dengan peringkat idCCC berpotensi untuk tidak membayar kewajibannya dan tergantung pada kondisi finansial dan bisnis yang baik untuk dapat membayar kewajibannya tersebut.
idD
Obligasi diberi peringkat idD jika penerbit obligasi tersebut gagal membayar kewajibannya dan otomatis diberikan pada saat penerbit pertama kali gagal membayar kewajibannya. Pengecualian diberikan jika pembayaran bunga telah lewat dari tanggal jatuh tempo tetapi masih di dalam periode grace atau telatnya pembayaran terjadi karena adanya perselisihan komersial bonafide.
Sumber: PEFINDO 2.2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Obligasi Rating obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan risiko kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai penghutang dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponya. Penetapan rating sekuritas lembaga peringkat, seperti halnya agen peringkat internasional Standard & Poor’s (S&P’s) dan Moody’s terdapat kriteria
20
kualitatif dan kuantitatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston adalah sebagai berikut: 1. Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut. 2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik. 3. Kedudukan obligasi dengan jenis hutang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya. 4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat. 5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap bulan). 6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk. 10.Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
21
2.2.3 PT. PEFINDO PT. PEFINDO atau “PT Pemeringkat Efek Indonesia” didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, atas prakarsa BAPEPAM dan Bank Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1994, PT. PEFINDO memperoleh lisensi dari BAPEPAM (No. 39/PM-PI/1994) dan menjadi salah satu institusi pendukung di pasar modal Indonesia. Fungsi utama PT. PEFINDO adalah memberikan peringkat yang obyektif, independen dan dapat dipercaya terhadap risiko kredit (credit risk) sekuritas utang (debt securities) secara publik. Perusahaan ini berafiliasi dengan S&P’s dan secara aktif terus berpartisipasi dalam ASEAN Forum of Credit Rating Agencies (AFCRA), yang mendukung pengembangan dan penyempurnaan standar dimasa mendatang. Guna meningkatkan metodologi pemeringkatan yang digunakan dan kriteria dalam melakukan pemeringkatan, maka PEFINDO didukung oleh mitra global yaitu Standard & Poor’s Rating Services (S&P’s). Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, PEFINDO juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. PEFINDO adalah merupakan Perseroan Terbatas yang sahamnya per Desember
22
2006 tercatat dimiliki oleh 96 perusahaan domestik, yang terdiri dari dana pensiun, perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan sekuriti.
2.2.4 Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan ekspektasi hubungan antara angka-angka laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio keuangan ini merupakan salah satu perwujudan ketentuan Statement of Finansial Accounting Concept (SFAC) no. 1, yang pada intinya menyebutkan bahwa laporan keuangan harus menyajikan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan yang rasional. Kasmir (2012, 104) mendefinisikan “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angkaangka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Munawir (2002) menyatakan rasio keuangan pada dasarnya dapat digunakan: 1) Untuk keperluan pengukuran kerja keuangan secara menyeluruh (overall measures). 2)
Untuk
keperluan
kemampuan
pengukuran
perusahaan
untuk
profitabilitas
atau
rentabilitas,
memperoleh
keuntungan
operasinya (profitability measures). 3) Untuk keperluan pengujian investasi (test of investment utylization).
dari
23
2.2.4.1 Likuiditas Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2012, 129) likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban (utang)
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo ” menurut Munawir
(2010,
31)
ratio
yang
digunakan
untuk
menganalisa
dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi management untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya Almalia (2007). Dalam prakteknya, menurut Munawir (2010, 35) jenis-jenis likuiditas yang dapat digunakan adalah: 1.
Current Ratio (Ratio Lancar)
2.
Ratio Quick
Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar ada sekian kalinya hutang jangka pendek, dan current ratio menunjukkan (margin of safety) yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut Munawir (2010, 35)
24
Current Ratio bisa dihitung sebagai berikut:
CR=
Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan aset lancar (current ratio) menurut Munawir (2010, 72) aset lancar menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Aset lancar merupakan Ratio yang paling umum digunakan utnuk menganalisa posisi modal kerja suatu perushaan . 2.2.4.2 Profitabilitas Menurut R. Agus Sartono (2010, 122) menyatakan profitabilitas adalah kempauan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan menurut menurut Sofyan Syafri Harahap (2008, 304), mengemukakan bahwa Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2009, 107) menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas mungkin merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para
investor atas investasi
yang dilakukan.
25
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Dalam prakteknya, menurut Kasmir (2008, 199) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah: 1)
Profit margin
2)
Return on Assets (ROA)
3)
Return on equity (ROE)
4)
Earning Per Share (Laba per lembar saham).
Return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri Kasmir (2012, 204). Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. ROE =
Earning after tax (EAT) Equity
x100%
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan ROE (Return on Equity) menurut Kasmir (2012, 204) pengembalian ekuitas (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi pengguna modal sendiri. Semakin tingggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
26
Alasan penggunaan rasio ROE dalam penelitian ini adalah ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio ROE sering digunakan oleh para pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan mengukur besarnya tingkat pengembalian modal perusahaan ini dimana peneliti mengambil ruang lingkup rasio profitabilitas dalam penelitian ini. Keunggulan Return On Equity (ROE) Return saham sangat ditentukan sekali oleh faktor-faktor non fundamental dan fundamental perushaan. Faktor fundamental tersebut salah satunya adalah Return On Equity (ROE). ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perushaan yang merupakan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham (Weston et, Al,:1995) kutipan dari taufik (2007, 5). Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh assetnya didalam menghasilkan keuntungan. Kelemahan Return On Equity (ROE) Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002) yang dikutip oleh Panggabean (2005, 3) Return On Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada
27
masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Dan salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak mempertimbangkan biaya ekuitas saham. Tingkat pengembalian merupakan total keuntungan atau kerugian yang dialami pemilik modal (investor) dalam suatu periode tertentu yang dihitung dengan membagi perubahan nilai aktiva ditambah pengeluaran kas dalam periode tersebut dengan nilai awal periode.
2.2.4.3 Produktivitas Menurut Arif (2012) produktivitas adalah ukuran seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan menurut L.Greenberg (2005, 12) produktivitas didefinisikan sebagai perbandingan totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Asset Turnover sebagai indicator perhitungannya. Asset Turnover yaitu perputaran assets (assets turnover) yakni merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva Kasmir (2012, 185) assets turnover dihitung sebagai berikut:
Assets turnover =
28
Produktivitas dalam penelitian ini diproksikan menggunakan asset turnover, asset turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset atau investasi untuk menghasilkan penjualan. Perputaran total aktiva yang semakin besar mengidentifikasikan semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.
2.3
Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi Profitabilitas dapat dilihat tabel 2.3 di bawah ini
29 No.
1.
Peneliti Terdahulu
Sejati (2010)
Judul Penelitian
Variabel
Persamaan dengan
Perbedaan dengan Penelitian
Penelitian
Penelitian Terdahulu
Terdahulu
Hasil Penelitian
Analisis Faktor
Variabel
Persamaan
Perbedaan penelitian
Secara simultan hanya
Akuntansi dan Non
independen
penelitian terdahulu
terdahulu Sejati
growth yang signifikan
Akuntansi dalam
penelitian ini adalah
Sejati (2010)
(2010) dengan
terhadap peringkat
Memprediksi
Pengaruh Auditor,
dengan penelitian
penelitian ini adalah
Obligasi.
Peringkat Obligasi
Profitabilitas,
ini adalah variabel
variabel dependen
Sedangkan
Perusahaan
Likuiditas, Size dan
independen
peringkat obligasi dan
Profitabilitas, likuiditas
Manufaktur
Growth.
profitabilitas dan
variabel independen
dan size tidak
Variabel dependen
likuiditas.
size dan growth.
signifikan terhadap
penelitian ini adalah
Dalam penelitian
Variabel dependen
peringkat obligasi.
peringkat obligasi.
terdahulu peneliti
adalah peringkat
Secara parsial variabel
menggunakan
obligasi.
profitabilitas
Current ratio sama
Dalam penelitian
berpenngaruh negatif
dengan penelitian
terdahulu
terhadap peringkat
ini yang
menggunakan ROA
obligasi.
menggunakan
untuk menghitung
Secara parsial variabel
Current ratio untuk
profitabilitas
likuiditas
menghitung
sedangkan dalam
berpenngaruh negatif
likuiditas.
penelitian ini
terhadap peringkat
menggunakan ROE.
obligasi.
Subjek penelitian
Secara parsial variabel
terdahulu dilakukan
size berpenngaruh
pada perbankan tahun
negatif terhadap
2003-2008 sedangkan
peringkat obligasi.
subjek penelitian
Secara parsial variabel
30 penulis dilakukan
growth berpenngaruh
pada perusahaan
positif terhadap
manufaktur 2011-
peringkat obligasi.
2013 2.
Susilowati
Pengaruh
Variabel
Persamaan
Perbedaan penelitian
Secara simultan hanya
& Sumarto
profitabilitas,
independen adalah
penelitian terdahulu
terdahulu Susilowati
likuiditas yang
(2010)
likuiditas, size
profitabilitas,
Susilowati &
& Sumarto (2010)
signifikan berpengaruh
maturity terhadap
likuiditas, size
Sumarto (2010)
adalah variabel
terhadap peringkat
peringkat obligasi
maturity.
adalah variabel
dependen peringkat
obligasi
Variabel dependen
independen
obligasi dan variabel
Sedangkan
adalah peringkat
profitabilitas dan
independen size dan
Profitabilitas, size, dan
obligasi
likuiditas.
maturity.
maturity tidak
Dalam penelitian
Variabel dependen
signifikan terhadap
terdahulu peneliti
adalah peringkat
peringkat obligasi.
menggunakan
obligasi.
Secara parsial variabel
Current ratio sama
Dalam penelitian
likuiditas
dengan penelitian
terdahulu
berpenngaruh positif
ini yang
menggunakan ROA
terhadap peringkat
menggunakan
untuk menghitung
obligasi.
Current ratio untuk
profitabilitas
Secara parsial variabel
menghitung
sedangkan dalam
profitabilitas
likuiditas.
penelitian ini
berpenngaruh negatif
menggunakan ROE.
terhadap peringkat
Subjek penelitian
obligasi.
terdahulu dilakukan
Secara parsial variabel
pada perbankan tahun
size maturity
31 2002-2006 sedangkan
berpenngaruh negatif
subjek penelitian
terhadap peringkat
penulis dilakukan
obligasi.
pada perusahaan manufaktur 20112013
3.
Nelly Thamida &
Analisis Faktor-faktor
Variabel
Persamaan
Perbedaan penelitian
Secara simultan
Hendro Lukman
yang Mempengaruhi
Independen adalah
penelitian terdahulu
terdahulu Nelly
kapitalis, dan auditor
(2013)
Peringkat Obligasi
kapitalis,
oleh Nelly
Thamida & Hendro
berpengaruh
pada Industri
profitabilitas,
Thamida &
Lukman (2013)
segnifikan terhadap
Perbankan yang
likuiditas dan audit.
Hendro Lukman
adalah variabel
peringkat obligasi
Terdaftar di Bursa
Variabel dependen
(2013) dengan
independen yang lain
sedangkan
Efek Indonesia
adalah peringkat
penelitian ini adalah
yaitu kapitalis, dan
profitabilitas dan
Periode 2008-2012
obligasi.
variabel independen
audit.
likuiditas tidak
profitabilitas dan
Variabel dependen
berpengaruh signifikan
likuiditas.
adalah peringkat
terhadap peringkat
Dalam penelitian ini
obligasi.
obligasi.
sama-sama
Dalam penelitian
Secara parsial variabel
menggunakan
terdahulu
kapitalis berpenngaruh
perhitungan current
menggunakan NPM
negatif terhadap
ratio untuk
untuk menghitung
peringkat obligasi.
likuiditas
profitabilitas
Secara parsial variabel
sedangkan dalam
profitabilitas
penelitian ini
berpenngaruh positif
menggunakan ROE .
terhadap peringkat
32
4.
Subjek penelitian
obligasi.
terdahulu dilakukan
Secara parsial variabel
pada perbankan tahun
auditor berpenngaruh
2008-2012 sedangkan
negatif terhadap
subjek penelitian
peringkat obligasi.
penulis dilakukan
Secara parsial variabel
pada perusahaan
audit berpenngaruh
manufaktur 2011-
positif terhadap
2013
peringkat obligasi.
Bram Hadianto dan
Prediksi Kebijakan
Variabel
Persamaan
Perbedaan penelitian
Secara simultan hanya
M. Sienly Veronica
Utang, profitabilitas,
independen adalah
penelitian terdahulu
terdahulu oleh Bram
profitabilitas yang
Wijaya (2010)
likuiditas, Ukuran dan
Kebijakan Utang,
oleh Bram
Hadianto dan M.
signifikan terhadap
Status Perusahaan
profitabilitas,
Hadianto dan M.
Sienly Veronica
kemungkinan
Terhadap
Ukuran dan Status
Sienly Veronica
Wijaya (2010)
peringkat obligasi.
kemungkinan
Perusahaan.
Wijaya (2010)
adalah variabel
Sedangkan likuiditas,
Peringkat Obligasi :
Variabel dependen
dengan penelitian
independen yang lain
kebijakan utang,
Studi Empirik pada
adalah peringkat
ini adalah variabel
yaitu kebijakan utang
ukuran dan status
Perusahaan yang
obligasi.
independen
ukuran dan status
perusahaan tidak
Menerbitkan Obligasi
profitabilitas dan
perusahaan.
signifikan.
Di Bursa Efek
likuiditas.
Variabel dependen
Secara parsial variabel
Indonesia.
Dalam penelitian
adalah peringkat
profitabilitas
terdahulu peneliti
obligasi.
berpenngaruh positif
menggunakan
Dalam penelitian
terhadap peringkat
Current ratio sama
terdahulu
obligasi.
dengan penelitian
menggunakan ROA
Secara parsial variabel
33 ini yang
untuk menghitung
likuiditas
menggunakan
profitabilitas
berpenngaruh positif
Current ratio untuk
sedangkan dalam
terhadap peringkat
menghitung
penelitian ini
obligasi.
likuiditas.
menggunakan ROE.
Secara parsial variabel
Subjek penelitian
kebijakan utang
terdahulu dilakukan
berpenngaruh positif
pada perbankan tahun
terhadap peringkat
2008 sedangkan
obligasi.
subjek penelitian
Secara parsial variabel
penulis dilakukan
ukuran berpenngaruh
pada perusahaan
positif terhadap
manufaktur 2011-
peringkat obligasi.
2013
Secara parsial variabel status perusahaan berpenngaruh positif terhadap peringkat obligasi.
5
Margareta dan
Prediksi Peringkat
Varabel indepeden
Persamaan
Perbedaan penelitian
Secara simultan hanya
Poppy Nurmayan
Obligasi ditinjau dari
adalah likuiditas,
penelitian terdahulu
terdahulu oleh
profitabiltas dan
(2009)
Faktor Akuntansi dan
profitabilitas,
oleh Margareta
Margareta dan
produktivitas dari
Non Akuntansi
leverage,
dan Poppy
Poppy Nuryaman
faktor akuntansi yang
produktivitas,
Nuryaman (2009)
(2009) adalah variabel
berpengaruh terhadap
secure, maturity,
dengan penelitian
independen yang lain
peringkat obligasi
dan reputasi
ini adalah variabel
yaitu secure, maturity,
sedangkan dari faktor
34 auditor.
independen
ukuran perusahaan,
non akuntansi yang
Variabel dependen
likuiditas,
leverage, dan auditor
berpengaruh positif
adalah peringkat
profitabilitas, dan
reputasi.
adalah secure.
obligasi
produktivitas.
Variabel dependen
Sedangkan likuiditas,
Dalam penelitian
adalah peringkat
leverage, maturity,
terdahulu peneliti
obligasi.
ukuran perusahaan dan
menggunakan
Dalam penelitian
reputasi auditor tidak
Current ratio sama
terdahulu
berpengaruh
dengan penelitian
menggunakan ROI
signifikan.
ini yang
untuk menghitung
Secara parsial variabel
menggunakan
profitabilitas
ukuran perusahaan
Current ratio untuk
sedangkan dalam
berpenngaruh positif
menghitung
penelitian ini
terhadap peringkat
likuiditas.
menggunakan ROE.
obligasi.
Subjek penelitian
Secara parsial variabel
terdahulu dilakukan
secure berpenngaruh
pada perusahaan-
negative terhadap
perusahaan yang
peringkat obligasi.
listing di BEI tahun
Secara parsial variabel
2004 -2007
maturity berpenngaruh
sedangkan subjek
positif terhadap
penelitian penulis
peringkat obligasi.
dilakukan pada
Secara parsial variabel
perusahaan
reputasi audit
manufaktur 2011-
berpenngaruh positif
2013
terhadap peringkat
35 obligasi. Secara parsial variabel leverage berpenngaruh positif terhadap peringkat obligasi. Secara parsial variabel likuiditas berpenngaruh positif terhadap peringkat obligasi. Secara parsial variabel profitabiltas berpenngaruh positif terhadap peringkat obligasi. Secara parsial variabel produktivitas berpenngaruh positif terhadap peringkat obligasi.
TABEL 2.3 PENELITIAN TERDAHULU
36
2.4 Kerangka Pemikiran 2.4.1 Hubungan Likuiditas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (sukuk) Dalam menentukan peringkat obligasi ada tiga aspek yang digunakan dan salah satunya adalah aspek keuangan, aspek keuangan digunakan dalam menentukan peringkat obligasi karena paling sering digunakan oleh investor dalam mengukur atau menilai kinerja perushaan. Salah satu aspek keuangan yang dilihat oleh investor adalah likuditas perusahaan. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Perhitungan likuiditas dengan menggunakan rasio lancar karena rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar perusahaan. Obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar dikalangan pemegang obligasi serta sering diperdagangkan oleh investor di pasar obligasi. Apabila obligasi yang dibeli mempunyai likuiditas cukup tinggi maka harga obligasi tersebut cenderung stabil dan meningkat. Tetapi apabila likuiditas obligasi tersebut rendah, harga obligasi cenderung melemah. Oleh karena itu pada saat membeli obligasi hendaknya memilih obligasi yang likuid yaitu yang selalu diperdagangkan dipasar obligasi serta selalu diminati oleh investor.
37
Obligasi
yang mempunyai
likuiditas
yang baik
memperlihatkan
kemampuan perushaan dalam membayar kupon dan pokok pinjaman tepat waktu dan otomatis menaikkan peringkat obligasinya jadi sedangkan jika perusahaan mengalami masalah dengan likuiditasnya maka otomatis akan menurunkan peringkat
obligasi
tersebut.
Sehingga
tinggi
atau
rendahnya
likuiditas
menunjukkan kuatnya atau lemahnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara financial mempengaruhi peringkat obligasi syariah (sukuk). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susilowati dan Sumarto (2010) menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap
peringkat obligasi 2.4.2 Hubungan profitabilitas Perusahaan terhadap peringkat Obligasi Syariah (sukuk) Investasi dalam bentuk obligasi secara langsung sebenarnya tidak terpengaruh oleh profitabilitas perusahaan, karena berapapun besarnya profit yang mampu dihasilkan oleh perusahaan, pemegang obligasi tetap menerima sebesar tingkat bunga yang telah ditentukan. Akan tetapi para analis tetap tertarik terhadap profitabilitas perusahaan karena profitabilitas mungkin merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan Eduardus Tandelilin (2010:78). Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Apabila laba
38
perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat yang naik pula sehingga dapat dikatakan bahwa jika profitabilitas naik maka dapat mempengaruhi peringkat obligasi syariah (sukuk). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bram Hadianto dan M. Sienly Veronica Wijaya (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.4.3 Hubungan Produktivitas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Syariah (sukuk) Produktivitas dari suatu perusahaan jika digunakan secara efektif dengan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk setiap modal kerja maka akan menaikkan pendapatan perusahaan dan berimbas pada naiknya keuntungan, maka jika penggunaan modal efektif atau produktifitas efektif dan menghasilkan pendapatan yang tinggi maka akan mempengaruhi peringkat obligasi Syariah (sukuk ). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Margareta dan Poppy Nuryaman (2009) menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.3 Kerangka pemikiran tersebut menunjukkan pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan produktivitas terhadap peringkat obligasi syariah (sukuk).
39
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
LIKUIDITAS X1
Profitabilitas
PERINGKAT OBLIGASI SYARIAH ( SUKUK)
X2 Y Produktivitas X3
2.5 Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai konsep-konsep yang dapat dinilai benar atau salah untuk diujikan secara empiris Copper dan Emory (1996). Menurut Sekaran (2007) hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Jadi hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu antar dua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan lebih benar berdasar pengujian. Hipotesis dari penelitian ini adalah:
40
H1: Likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi syariah perusahaan manufaktur. H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi syariah perusahaan manufaktur. H3: Produktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi syariah perusahaan manufaktur.