BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Teori Produksi Produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau
lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya. Kualitas produksi menjadi kurang baik apabila usaha tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1994:12). Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Setelah dibuat, barang dan jasa ini akan beredar dan tersedia dalam masyarakat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan nilai suatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Dalam ilmu ekonomi setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga lazim disebut sebagai kegiatan produksi (Chourmain, 1998:44). Istilah produksi diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah komoditi memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja. Produksi merupakan konsep arus ( flow concept), maksudnya adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya (Miller dan Meiners, 2000:16).
B.
Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2003 : 29), dalam fungsi produksi faktor produksi disebut juga
korbanan produksi (input) yaitu unsur-unsur produksi yang secara spesifik telah dipergunakan untuk menjadikan barang-barang baru. Barang-barang baru yang diperoleh dari proses produksi atau hasil proses produksi disebut dengan produk atau output. Fungsi produksi merupakan suatu
fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Suatu usaha seseorang selalu berpikir bagaimana mengalokasikan sarana produksi yang ia miliki, sehingga dapat memperoleh produksi yang maksimal. Pada ilmu ekonomi cara berpikir demikian sering disebut dengan pendekatan memaksimumkan keuntungan atau profit maximization. Dilain pihak, seseorang dihadapkan pada ketrbatasan biaya dalam melaksanakan usahanya, seseorang mencoba bagaimana meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya yang ia miliki yang jumlahnya terbatas. Tindakan yang dapat dilakukan adalah memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya, pendekatan ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minimization (Soekartawi, 1990 : 25).
C.
Faktor-faktor Produksi Faktor-faktor produksi adalah tiap unsur sumber daya ekonomi dengan mana manusia
dapat melakukan kegiatan budi daya ekonomi. Dengan budi daya ekonomi manusia dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya (Chourmain, 1998:51). Faktor-faktor produksi terdiri atas : 1. Faktor Produksi Alam Adalah sumber daya ekonomi berupa segala bentuk sumber alam dan lingkungan hidup yang dapat dibudidayakan secara produktif. Contoh faktor produksi alam adalah tanah, air, udara. Juga faktor alam yang penting yang selalu menjadi perhatian manusia adalah lingkungan alam di sekitar kita baik berupa tata ruang, tempat hunian, paduan semua unsur alam dan kehidupan sekitar kita Faktor produksi alam terbagi atas dua bagian: a) Faktor produksi alam yang tak terbaharui (tak dapat diganti) Faktor produksi ini hanya dapat digunakan sekali saja dan kemudian akan habis atau tak dapat dimanfaatkan lagi. Jadi faktor produksi ini perlu digunakan dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi agar tidak menimbulkan kerusakan atau pengurasan sumber daya alam secara habishabisan. Misalnya sumber daya mineral baik batu bara, minyak tanah, tembaga, hutan lindung, hutan tropis, hutan pohon bakau di pantai-pantai daerah tropis. Kesemuanya akan merupakan sumber daya alam yang tak terbaharui (tak dapat diganti). b) Faktor produksi alam yang terbaharui (dapat diganti)
Faktor produksi ini merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (diganti) atau digunakan berulang-ulang dengan tetap adanya keharusan untuk membudidayakannya dengan sebaik-baiknya. Contoh faktor produksi alam yang dapat diganti adalah sumber daya alam yang dibudidayakan dengan cara mendaur ulang atau dogunakan berulang-ulang, sehingga dapat dimanfaatkan berkali-kali. Misalnya tanah pertanian, perkebunan, tambak ikan, air danau, hutan wisata, sungai danu, dan lautan untuk lalu lintas yang kesemuanya merupakan faktor produksi yang dapat digunakan berulang-ulang. Syaratnya adalah perlu adanya pemeliharaan yang berencana dan teratur, sehingga sumber daya alam itu tetap dapat berfungsi dan syarat yang terpenting lainnya adalah perlu upaya pelestarian alam lingkungan secara terus-menerus. 2. Faktor Produksi Tenaga Kerja Faktor produksi ini adalah sumber daya yang bukan diciptakan oleh kondisi keadaan ekonomi, tetapi merupakan sumber daya manusia yang secara fungsional siap berada untuk berperan serta dalam budidaya ekonomi untuk menghasilkan produk. Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan dalam kehidupan ekonomi. Baik berbentuk tenaga, pikiran, dan keterampilan yang ada dan mampu memperkaya manusia untuk kegiatan produktif. Jenis faktor produksi tenaga keja dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a) Jenis tenaga kerja pisik Jenis tenaga kerja pisik yakni kerja yang didasarkan pada kekuatan jasmaniah atau kerja otot atau anggota badan berupa tangan dan kaki semata-mata. b) Jenis tenaga kerja yang didasarkan atas kerja mental, rohaniah Tenaga kerja ini berfungsi di mana orang lebih mengandalkan kerja otak, akal dan pikirannya lebih dari kegiatan pisiknya. Orang yang lebih banyak melakukan kegiatan mental dan otaknya termasuk para ilmuwan, penulis, guru, manajer, wartawan, pemimpin perusahaan. Bila digabungkan kedua jenis faktor produksi tenaga kerja itu kedua-duanya disebut faktor produksi sumber daya manusia ( Chourmain, 1998 : 51). 3. Faktor Produksi Modal atau Kapital Modal adalah faktor yang dimiliki oleh seseorang berkeinginan membangun dan mengembangkan usaha. Dimana modal ini digunakan untuk membeli faktor-faktor produksi dan perlengkapan serta peralatan yang membantu proses produksi, contohnya dalam usaha
peternakan ayam pedaging adalah bibit (DOC), pakan, vitamin dan obat, peralatan perawatan, sewa lahan dan lain-lain (Maulana, 2003 : 24). Faktor produksi modal adalah faktor produksi yang keberadaannya diciptakan oleh sistem atau pola hidup perekonomian itu sendiri. Modal adalah setiap benda ekonomi baik dalam bentuk barang maupun jasa yang dapat digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Jadi barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memproduksi barang atau jasa lainnya juga disebut modal. Uang adalah juga modal. Dengan uang dapat digunakan untuk membangun pabrik, membeli mesin, membuat kendaraan untuk angkutan, yang kesemuanya dapat digunakan untuk kegiatan produktif (Chourmain, 1998:56).
Jenis-jenis modal menurut (Riyanto,1993:40) terdiri dari : a) Modal asing Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. b) Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu likuiditasnya. 4. Faktor Produksi Keahlian Faktor produksi keahlian lazim juga disebut faktor produksi manajemen. Faktor ini adalah faktor produksi yang berupa kemampuan, keahlian professional atau kecakapan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengawasi seluruh kegiatan produksi. Keahlian semacam ini lazim juga disebut keahlian mengelola atau keahlian manajemen atau disebut juga keahlian berorganisasi. Faktor produksi keahlian adalah faktor produksi yang merupakan perluasan lebih lanjut dari faktor produksi tenaga kerja (Chourmain, 1998:61). Pada usaha peternakan ayam pedaging faktor-faktor produksinya antara lain : 1. Bibit Ayam (DOC)
Bibit ayam merupakan faktor utama dalam usaha peternakan ayam pedaging, dan diantara bibit ayam pedaging yang beredar di pasaran semuanya memiliki daya produktivitas relatif sama sehingga tidak sulit menentukan pilihan. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shop (Rasyaf, 1992 : 42). Menurut Abidin (2002 : 34), menyatakan bahwa ayam broiler atau ayam pedaging merupakan hasil perkawinan silang denga sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetic yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkingan yang mendukung, mmisalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. 2. Pakan Pakan memegang peranan penting dalam usaha ternak ayam broiler. Hal itu karena sebagian besar biaya produksi berasal dari pakan. Pakan harus mengandung unsur nutrisi yang lengkap shingga potensi genetic unggul ayam dapat muncul secara optimal. Pakan harus mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ayam. Oleh karena itu, diperlukan kesesuaian kombinasi antara berbagai macam bahan pakan (Tamalludin, 2012 :47). Pakan ini merupakan faktor yang membuat ayam pedaging dapat berkembang dan tumbuh besar. Apalagi ayam pedaging merupakan ayam yang senang makan. Bila pakan diberikan tak terbatas maka ayam pedaging akan terus makan sepuasnya hingga kenyang. Ini tentu saja tidak baik bagi ayam. Karena ada aturan tertentu agar dalam pemberian pakan agar ayam pedaging dapat tumbuh dengan baik dalam proses perkembangan. Pemberian pakan lebih banyak di awal sedangkan saat akhir biasa saja, atau sebaliknya (Murtidjo, 1991 : 43). 3. Suntikan Vaksin Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) kedalam tibuh ayam, baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata (Fadillah 2004 : 66). Vaksinasi perlu diberikan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit menular, sehingga diperlukan tenaga kerja yang terlatih dan berpengalaman dalam proses vaksinasi. Obat disini
definisinya adalah anti bakteri yang diperoleh dari metaboit fungi dan bakteri, sedangkan vitamin adalah komponen organik yang berperan penting dalam metabolisme tubuh. Walaupun ayam dalam jumlah sedikit vitamin tetap dibutuhkan dan berperan besar. Vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan yang paling dianjurkan, dengan tujuan untuk memberi kekebalan pada ayam semenjak dini, bahkan semenjak hari pertama bibit ayam (DOC) dimasukkan ke dalam kandang. Sebagai contoh, vaksinasi ND sudah bisa diberikan melalui empat cara, yaitu melalui air minum, diteteskan melalui mata atau hidung, melalui suntikan, dan dengan disemprotkan (Whardani, 2012 : 43). 4. Listrik Penggunaan listrik dalam usaha ternak ayam pedaging sebenarnya untuk pencahayaan. Pengaturan cahaya lampu di malam hari sangat menunjang pemeliharaan ayam pedaging di daerah tropis, terutama untuk menambah konsumsi pakan ayam pedaging. Disiang hari di daerah tropis suhunya cukup tinggi sehingga mengganggu konsumsi pakan. Sehingga pada malam hari ayam diberi kesempatan untuk makan. Tata letak lampu yang benar dan cahaya lampu yang cukup dalam kandang membantu peningkatkan konsumsi pakan (Murtidjo, 1991:49). Menurut Abidin ( 2002 : 43), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk vitamin D di dalam tubuh ayam dan secara tidak langsung membantu ayam dalam menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca sedang gelap dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu minyak. 5. Luas Kandang Luas kandang untuk ayam ras pedaging adalah 10 ekor/m2 dengan demikian luas kandang yang digunakan tergantung jumlah ayam yang akan dipelihara. Karena semakin banyak ayam yang dipelihara semakin luas kandang yang dibutuhkan (Forum Agri, 2011 : 103).
6. Tenaga Kerja Menurut Soekartawi (1990 : 39), faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan.
Dalam usaha peternakan ayam ras pedaging sebenarnya bukan padat karya dan tidak sepenuhnya padat modal. Peternakan cenderung mempunyai kesibukan temporer, terutama pada pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Sehingga dalam peternakan dikenal beberapa istilah tenaga kerja yaitu: (i) tenaga kerja tetap, merupakan staf teknis atau peternak itu sendiri. Mereka yang sehari-hari berada dikandang dan yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. (ii) tenaga kerja harian, umumnya tenaga kasar pelaksana kandang. Yang mengurusi kandang. (iii) tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja yang hanya bekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sementara dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai hal antara lain dipengaruhi mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas kerja dan umur tenaga kerja (Rasyaf, 2004 : 16).
D.
Karakteristik Ayam Pedaging (Broiler) Menurut Amrullah (2002:16), ayam pedaging dapat menghasilkan daging dalam jumlah
banyak. Bagian-bagian tubuh ayam pedaging tidak sama rasanya satu dengan lainnya. Bagian punggung tentu lebih banyak tulangnya. Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Pada umumnya konsumen lebih menyukai untuk mengkonsumsi bagian dada karena daging pada bagian dada lebih empuk dan lebih sedikit mengandung lemak. Pada bagian dada memiliki komponen terbesar adalah otot sehingga besarnya dada dapat dijadikan ukuran untuk membandingkan kualitas daging ayam. Daging ayam memiliki kandungan kolesterol dan lemak yang lebih rendah dibandingkan daging sapi dan babi. Ayam pedaging (broiler) merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan remdah, siap dipanen pada umur relatif muda dan menghasilkan daging berserat lunak. Ayam pedaging (broiler) ayam ras unggul yang dengan sengaja dimuliakan dan dibibitkan serta dikembangbiakan untuk menghasilkan daging dengan cepat. Kenggulan ayam pedaging (broiler) terlihat dari pertumbuhan berat badan yang tebentuk sangat didukung oleh temperature udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23 – 26o C), kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun, tehnik pemeliharaan tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal), serta kawasan peternakan bebas dari penyakit. Ayam pedaging (broiler) relatif lebih menarik karena perputaran modal ynag cepat merupakan perangsang kuat dan sumberdaya yang dibutuhkan tidak harus dibayar langsung (Fadilah, 2004 : 9).
Selain itu (Rasyaf, 2004:1), menyatakan bahwa ayam pedaging adalah ayam jantan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dan timbunan daging yang banyak. Di Indonesia ayam pedaging (broiler) sudah dapat dipasarkan pada bobot hidup antara 1,3 – 1,6 kg per ekor ayam dan dilakukan pada usia 5 – 6 minggu walaupun laju pertumbbuhan belum mencapai maksimum karena ayam pedaging yang terlalu berat sulit dijual.
E.
Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah :
Widarwati (2008) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula di PG Pagottan dengan tujuan ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula dan menganalisis tingkat efesiensi produk gula. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi produksi cob-douglas. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil analisis regresi dengan pendugaan OLS, maka dapat diketahui terdapat empat faktor produksi yang berpengatruh nyata pada taraf nyata a= 0,05 terhadap produksi gula di PG Pagottan. Faktor-faktor tersebut, yaitu jumlah tebu, rendemen, dan jam mesin berpengaruh positif terhadap produksi gula di PG Pagottan. Berdasarkan analisis elastisitas diketahui nilai elastisitas untuk masing-masing faktor produksi, yaitu jumlah tebu sebesar 0,066 nilai menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan pasokan jumlah tebu sebesar satu persen maka produksi akan meningkat sebesar 0,006 persen dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap. Elastisitas faktor produksi rendemen adalah sebesar 1,01 artinya bahwa setiap penambahan satu persn rendemen maka akan memberikan peningkatan produksi gula sebesar 1,01 persen dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap. Seangka nilai koefesien regresi jam mesin sebesar 1,03 persen, nilai ini menunjukan bahwa setiap penambahan satu persen jam mesin maka akan memberikan peningkatan produksi gula sebesar 1,03 persen dengan asumsi semua faktor-faktor lainnya tetap. Nilai koefesien regresi tenaga kerja sebesar -0,239. Nilai koefesien ini menunjukan hubungan yang negative antara faktor tenaga kerja dan produksi gula di PG Pagottan. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika tenaga kerja ditambah satu persen maka produksi gula akan menurun sebesar 0,239 persen. Hasil analisis efesiensi alokatif dengan menggunakan rasio antara NPM dan BKM jumlah tebu diperoleh nilai sebesar0,01. Nilai ini menunjukan bahwa pemanfaatan faktor produksi tersebut
belum efesien secara alokatif. Sehingga perlu dilakukan upaya agar penggunaan jumlah tebu mencapai tingkat optimal sehingga tercapai kondisi yang efisien. Sunani (2009), melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Siak,Riau. Dengan tujuan ingin menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras, dan menganalisis dampak perubahan faktor yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras terhadap produksi dan konsumsi beras, serta merumuskan kebijakan dalam upaya meningkatkan produksi beras. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dan kuantitatif yang mempengaruhi produksi dan konsumsi beras dengan model persamaan simultan. Masing-masing persamaan ini akan diduga dengan metode Two Stage Least Square (2SLS) dengan menggunakan program eviews version 4.0 dan statistic analisis sistem 9.1. Hasil penelitian yang diperoleh (1) pada persamaan luas areal panen, variabel harga gabah ditingkat petani, luas areal irigasi dan curah hujan setempat berpengaruh positif sedangkan harga pupuk urea dan harga jagung sebagai komoditi kompetitif tanaman padi dalam penggunaan lahan berpengaruh negatif. Selain harga rill jagung, semua variabel berpengaruh nyata secara statistic. (2) pada persamaan produktivitas padi, variabel harga gabah ditingkat petani, luas arel panen. Jumlah penggunaan pupuk area dan trend berpengaruh positif dan upah tenaga kerja berpengaruh negatif. Selain harga rill gabah ditingkat petani, semua variabel berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. (3) pada persamaan konsumsi beras, variabel jumlah penduduk,
PDRB dan harga jagung sebagai
komoditi subtitusi berpengaruh positif sedangkan harga eceran beras berpengaruh negatif. Hanya jumlah penduduk yang berpengaruh nyata, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras. (4) pada persamaan harga eceran beras , variabel konsumsi eceran beras dan lag harga eceran beras berpengaruh positif sedangkan jumlah produksi beras berpengaruh negatif. Hanya variabel lag harga eceran beras yang berpengaruh nyata, sedangkan yang lainnya tidak berpengaruh nyata. (5) alternative kebijakan yang paling layak disarankan di Kabupaten Siak yang sesuai dengan program pencapaian target pemenuhan beras dari kemampuan produksi Kabupaten Siak adalah kebijakan kenaikan harga gabah ditingkat petani yang dikombinasikan dengan peningkatan luas areal irigasi. Tumangor
(2009),
melakukan
penelitian
tentang
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi coklat di Kabupaten Dairi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisi pengaruh luas lahan terhadap produksi coklat, menganalisis pengaruh jumlah waktu kerja
terhadap produksi coklat, menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi coklat, menganalisis pengaruh jumlah pestisida terhadap produksi coklat, menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi coklat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan fungsi produksi cobb-douglas dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS) adapun alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah program eviews 4.1. hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah (1) koefisien determinasi (R2) sebesar 0,828 ysng berarti variasi variabel bebas (luas lahan, waktu kerja, pupuk, pestisida dan umur tanaman) mampu menjelaskan variasi variabel terikat (produksi) di Kabupaten Dairi sebesar 82,8 persen dan sisanya sebesar 17,2 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model estimasi. (2) dilihat dari nilai elastisitasnya, maka semua variabel yakni luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida dan umur tanaman coklat adalah in elastisis karena nilainya lebih kecil dari satu. (3) skala usaha produksi cokelat berada pada nilai >1 maka kondisi increasing return to scale berarti bahwa persentasi pertambahan kuantitas produksi lebih besar dengan pertambahan kuantitas faktor produksi luas lahan, waktu kerja, pupuk, pestisida dan umur tanaman. Abas, (2012), melakukan penelitian tentang analisis efesiensi penggunaan faktor produksi dan keuntungan usahatani tomat di Kabupaten Gorontalo. Dengan tujuan untuk melihat pengaruh penggunaan faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk anorganik, dan tenaga kerja), mengetahui efesiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani tomat, dan melihat tingkat keuntungan yang diperoleh petani pada usahatani tomat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis fungsi cob douglas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu (1)penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap total produksi usahatani tomat (2) penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien adalah luas lahan, benih, pupuk organik dan pupuk anorganik dengan skala ekonomi berada pada skala ekonomi usaha yaitu increasing return to scale artinya setiap penambahan 1 satuan input atau faktor produksi menyebabkan penambahan output (produk tomat) sebesar 1,106 kilogram (3) usahatani tomat yang diusahakan menguntungkan dengan nilai R/C Ratio 3,59 dan keuntungan Rp.15.027.032,24/musim tanam atau Rp.55.245.339,11/ha/musim tanam. Vidiayanti, (2004), melakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan dan Efesiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Peternakan Sapi Perah studi kasus kawasan usaha peternakan (KUNAK) sapi perah di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa
Barat. Dengan tujuan untuk (1) menganalisis tingkat pendapatan usaha ternak sapi perah, (2) menentukan skala pengembalian ekonomi usaha ternak sapi perah, (3) menganalisis efesiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha ternak sapi perah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif, analisis yang dilakukan berupa analisis pendapatan usahatani, analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, analisis skala pengembalian usaha dan analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu hasil pengujian model fungsi produksi menyatakan bahwa sebesar 90,3 persen jumlah produksi susu dijelaskan oleh variabel hijauan, kosentrat, sapi laktasi, dan tenaga kerja serta variabel dummy secara bersama-sama. Dari uji yang dilakukan dapat diketahui bahwa setiap variabel berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang berbeda-beda. Variabel hijauan (X1) berpengaruh nyata pada taraf a=0,4 Variabel konsentrat (X2) berpengaruh nyata terhadap hasil produksi pada selang kepercayaan 35%, untuk variabel tenaga kerja (X3) berpengaruh nyata pada taraf a=0,44 (selang kepercayaan 56%), dan variabel sapi perah (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%. Berdasarkan analisis ini pula diketahui pendidikan peternak responden tidak mempengaruhi produksi susu, akan tetapi umur peternak dan pengalaman peternak masing-masing berpengaruh terhadap produksi susu pada selang kepercayaan berturut-turut 43% dan 90% . Dari hasil penjumlahan parameter dalam fungsi produksi Cob-Douglas (Ʃbi), diperoleh nilai sebesar 1,134 yang menggambarkan bahwa usaha ternak ini berada pad skala usaha increasing return to scale. Keadaan ini berada pada daerah I pada kurva fungsi produksi. Hal ini menggambarkan bahwa usaha ternak yang dilakukan oleh peternak di wilayah penelitian masih bisa menghasilkan produksi yang lebih tinggi yang nantinya akan memberikan keuntungan yang lebih besar lagi. Dalam analisi efisiensi ekonomi yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha ternak sapi perah ini masih belum efisien. Hal ini terlihat dari rasio VMP/MFC untuk input hijauan dan sapi laktasi yang bernilai lebih besar dari satu yang menggambarkan keadaan dimana penggunaan kedua faktor produksi tersebut belum optimal sehingga penggunaannya masih dapat ditingkatkan lagi. Demikian pula dengan rasi VMP/MFC untuk input tenaga kerja dan konsentrat yang bernilai lebih kecil dari satu yang mengindikasikan bahwa penggunaan kedua input tersebut masing-masing masih berlebihan sehingga penggunaan dari kedua input tersebut harus dikurangi.
F.
Kerangka Pikir
Berdasarkan tinjauan pustaka maka dapat disusun suatu kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu dengan judul pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap total produksi ayam pedaging, dalam penelitian ini faktor-faktor produksinya antara lain tenaga kerja, bibit, pakan, penerangan atau listrik dan luas kandang. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada jumlah produksi usaha peternakan ayam pedaging. Gambar kerangka pikir dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut. PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP TOTAL PRODUKSI AYAM PEDAGING
FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI 1.
TENAGA KERJA
2.
BIBIT
3.
PAKAN
4.
LISTRIK
5.
LUAS KANDANG
JUMLAH PRODUKSI
ANALISIS REGRESI BERGANDA
PRODUKSI AYAM PEDAGING
Gambar 1. Kerangka Pikir
G.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap total
produksi ayam pedaging yaitu : 1. Secara bersama-sama penggunaan faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap total produksi ayam pedaging. 2. Secara sendiri penggunaan faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap total produksi ayam pedaging.