BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Sejarah Asuransi Menurut Latumarissa (2012: 448) asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 M tepatnya di Coffee House London berdirilah Lloyd of London. Inilah cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami, dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan. Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung. Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negera tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Guna memenuhi kebutuhan jaminan terhadap berlangsungnya usaha tentu diperlukan adanya asuransi. 2. Pengertian Asuransi Usaha asuransi menurut Pasal 21 Undang-Undang No. 2/1992 adalah usaha jasa keuangan yang menghimpun dana masyarakat melalui
8
pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 asurasi merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan pernggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Salim (1985: 1) berpendapat bahwa asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti. Sedangkan menurut Mangani (2009: 40) permintaan asuransi muncul karena pada umumnya manusia tidak menyukai risiko, sehingga memiliki insentif untuk mentransfer risiko. Mereka lebih suka membayar sejumlah dana (premi) daripada harus menerima risiko kehilangan rumah, mobil, atau lainnya yang menurunkan kekayaan mereka. Dengan demikian mereka dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi dengan 9
kekayaannya (kekayaan saat ini dikurangi premi asuransi). Namun demikian, manusia tidak mampu mentransfer seluruh risiko. Karena ongkos mentransfer risiko biaya meningkat, yaitu biaya akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya risiko yang ingin ditransfer. Hal itu menunjukkan individu /
institusi hanya mampu mentransfer sebagian
risiko dan tidak mampu mentransfer risiko. 3. Manfaat Asuransi Menurut Martono (2002: 145), asuransi memberikan banyak manfaat bagi penggunanya baik tertanggung, penanggung, dan pemerintah. Manfaat asuransi yang bisa diterima oleh tertanggung baik sebagai individu atau sebagai pengusaha dari jasa asuransi yaitu : a. Rasa aman dan perlindungan Sebagai individu maupun pengusaha, polis asuransi yang dimiliki pihak tertanggung memberikan rasa aman atas kerugian yang mungkin terjadi. Jika risiko atau kerugian tersebut benarbenar terjadu, maka pihak tertanggung berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dengan penanggung. b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil Prinsip
keadilan
diperhitungkan
dengan
matang
untuk
menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara 10
cermat faktor-faktor yang berpengaruh
besar dalam asuransi
tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan, semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung. c. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit dan sebagai kelengkapan memperoleh kredit Besarnya kredit ditentukan sesuai dengan nilai pertanggungan. Untuk memperoleh kredit diperlukan agunan, bisa berupa rumah ataupun gedung. Dan agunan tersebut harus diasuransikan.
Sedangkan menurut Darmawi (2001: 4) asuransi memiliki banyak manfaat, diantaranya : a. Asuransi Melindungi Risiko Investasi. Kemauan fundamental
untuk
menanggung
dalam
perekonomian
risiko bebas.
merupakan
unsur
Bilamana
suatu
perusahaan berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya, maka kehadiran risiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan. Asuransi mengambil alih risiko itu. Karen asuransi menghilangkan/mengurangi
risiko,
maka
para
usahawan
dimungkinkan dan didorong untuk mengkonsentrasikan energy dan modal dalam usaha-usaha yang kreatif. 11
Asuransi telah menjadi bagian yang esensial dari setiap perusahaan. Investment banker misalnya, akan merasa lebih yakin penilaiannya tehadap proyek-proyek tertentu apabila semua risiko proyek itu yang mungkin terjadi telah digunakan oleh asuransi. Seperti halnya risiko yang dikaitkan dengan individu-individu, maka usaha-usaha untuk mencari rasa aman (tanpa menanggung risiko) pun akan menghalangi kegiatan usaha yang mungkin dapat memberikan keuntungan besar. Orang tidak akan pernah berpikir untuk memasuki suatu proyek industri baru atau menanamkan sejumlah besar uang mereka dalam pembelian bahan baku, apabila sebelumnya tidak dilindungi oleh asuransi yang memadai. Dalam prakteknya, sebelum gedung / pabrik dibangun, terlebih dahulu pengembang
akan
merundingkan
program
asuransi
untuk
melindungi pelaksanaan kegiatannya dari hari ke hari. Sejumlah besar dana yang diinvestasikn dalam sebuah kapal serta barang-barang muatannya akan menjadikan transportasi sebagai suatu transaksi usaha yang sederhana, apabila risiko yang mungkin ditimbulkan oleh bahaya-bahaya di laut telah ditransfer melalui secarik kertas kecil yang disebut polis asuransi. Itu hanya sekedar contoh. Jumlah dan jenis polis asuransi yang digunakan untuk menutup risiko usaha sangat banyak. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan asuransi yang tugas utamanya adalah 12
memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan lain telah menjadi suatu institusi ekonomi yang mempunyai peranan yang tidak kecil. Tanpa asuransi, kemajuan ekonomi yang ada sekarang ini mustahil tercapai. Tanpa perlindungan asuransi, mustahil orang bisa mendarat di permukaan bulan, mustahil orangorang bisa mengarungi ruang luar angkasa, mustahil Indonesia bisa meluncurkan satelit komunikasi, dan seterusnya. b. Asuransi Sebagai Sumber Dana Investasi. Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan pada kemampuan sendiri. Oleh karena itu, diperlukan usaha keras untuk mengerahkan dana masyarakat melalui lembaga keuangan bank dan nonbank. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang menghimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk investasi di berbagai bidang. Dalam perjalanan hidupnya, perusahaan-perusahaan asuransi mampu menghimpun dana (dalam bentuk premi asuransi) dalam jumlah yang tidak kecil. Penginvestasian kembali dana-dana tersebut merupakan sumber modal yang sangat berarti dalam mempercepat laju perkembangan ekonomi.
13
Mengingat
bahwa
akumulasi
dana
dalam
perusahaan-
perusahaan asuransi pada umumnya berbentuk cadangan maka investasi dalam surat berharga jangka panjang seperti obligasi dan saham dapat dibenarkan. Oleh karena itu, wajar investasi itu dilakukan pada perusahaan yang usahanya di berbagai bidang, misalnya perkapalan, pertambangan, termasuk deposito pada bank. c. Asuransi untuk Melengkapi Persyaratan Kredit. Kreditur lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa depan. Cara untuk memperoleh perlindungan tersebut adalah dengan memiliki polis asuransi. Dalam hubungannya dengan pinjaman dari bank, seringkali salah satu informasi yang dibutuhkan, selain laporan keuangan perusahaan adalah berkenaan dengan jumlah penutupan asuransi yang memadai sebelum kredit dapat diberikan. Demikian pula halnya apabila keseluruhan harga secara tunai yang sisa pembayarannya ditutupi dengan hipotek, maka dia akan diminta untuk mengasuransikan semua hartanya sehingga cukup untuk menutupi bunga atas hipotek tersebut. 14
d. Asuransi Dapat Mengurangi Kekhawatiran. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, fungsi primer dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugiankerugian
tak
terduga.
Jadi,
perusahaan
asuransi
tidaklah
mengurangi ketidakpastian terjadinya penyimpangan yang tidak diharapkan itu. Misalnya, perusahaan asuransi tidak akan mencegah badai, kecelakaan mobil, kematian, atau sakit. Akan tetapi, perusahaan asuransi dapat mengurangi ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian yang tidak pasti itu. Jika seorang pemilik rumah mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian kebakaran, rumah itu masih mungkin terbakar. Tetapi pemilik rumah itu dapat terbebas dari kekhawatiran, karena ia tahu bahwa kerugian itu akan ditanggung
oleh perusahaan asuransi. Ketentraman hati yang
diberikann oleh asuransi inilah salah satu jasa utama yang diterima tertanggung bila ia telah membayar premi asuransi. Bila seseorang telah membayar premi asuransi, mereka terbebas dari kekhawatira kerugian besar dengan memikul suatu kerugian kecil (dalam hal ini berupa premi yang telah dibayar). Kerugian kecil itu sesungguhnya merupakan bagian yang dipikulnya untuk kerugian kelompok itu. Jadi, dengan membayar premi, ia memperoleh kepastian biaya kemungkinan kerugian. Jika 15
tidak ada asuransi, maka mereka yang menghadapi risiko tidak akan dapat meramalkan apakah mereka akan tertimpa kerugian besar, kerugian kecil atau tidak. Oleh karena itu, mereka tidak akan sanggup meramalkan biayanya. Dengan
dapat
ditentukannya
biaya
kerugian,
asuransi
mengurangi beban risiko yang dihadapi para pengusaha. Hal itu merangsang kegiatan ekonomi di banyak bidang yang risikonya besar sehingga menghambat kegiatan ekonomi tersebut. Pada umumnya, semakin besar risiko suatu bisnis, semakin tinggi diperlukan laba. Dengan mengurangi ketidakpastian usaha tersebut, maka asuransi menurunkan tingkat laba yang dibutuhkan itu. Ini dengan sendirinya secara tidak langsung mendatangkan keuntungan bagi seluruh masyarakat dengan bertambah besarnya lowongan, lebih tingginya produksi, dan lebih rendahnya harga. e. Asuransi Mengurangi Biaya Modal. Dalam rangka menarik modal ke dalam perusahaan-perusahaan yang menanggung biaya besar, maka tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan atau yang akan diinvestasikan pun harus cukup besar. Tingkat risiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Prinsip ini mewujudkan dirinya dalam bidang investasi. Misalnya, obligasiobligasi yang dikeluarkan pemerintah, yang risikonya dapat 16
ditekan sampai tingkat yang minimum, memberikan tingkat pengembalian modal yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkatan pengembalian modal yang diberikan oleh perusahaanperusahaan swasta. Karena memang kenyataannya risiko yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan swasta tersebut jauh lebih besar daripada risiko milik pemerintah. Dengan demikian, dalam dunia usaha yang beban risikonya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, maka pihak-pihak penanam modal yang telah bersedia menanggung risiko atas modal yang diinvestasikan tersebut akan menetapkan biaya modal yang lebih tinggi. f. Asuransi Menjamin Kestabilan Perusahaan. Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu faktor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara kelompok pimpinan dan karyawan. Perusahaanperusahaan tersebut telah menyediakan polis secara berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. Polis tersebut ditulis sedemikian rupa untuk menekankan nilai dari karyawan-karyawan yang telah mengabdi cukup lama dalam perusahaan. Adanya usaha seperti itu dari pihak perusahaan dapat merupakan stabilisator jalannya roda perekonomian. 17
g. Asuransi Dapat Meratakan Keuntungan. Asumsikan, misalnya suatu perusahaan cukup kuat untuk mennggung sendiri semua risiko kerugian yang mungkin dideritanya. Hal itu berarti perusahaan harus dapat menentukan berapa jumlah kerugian tak terduga yang diperkirakan akan terjadi pada masa-masa yang akan datang. Dalam dunia usaha yang penuh dengan persaingan, kerugiankerugian yang ditimbulkan oleh kemungkinan bahaya di masa yang akan datang tidak dapat ikut diperhitungkan sebagai salah satu komponen harga pokok barang yang dijual. Selanjutnya komponen harga pokok tersebut dibebankan kepada konsumen, konsumen akan beralih kepada perusahaan lain yang harganya tidak mengalami perubahan. Kejadian seperti itu mungkin pula menimpa perusahaan yang mempunyai hak monopoli. Dengan
adanya
peningkatan
harga
yang
disebabkan
penambahan biaya atas kemungkinan kerugian tak terduga, jumlah permintaan akan turun kecuali apabila barang tersebut sangat tidak elastic. Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan” yang mungkin dialami pada masa yang akan datang melalui program
asuransi,
pihak
perusahaan
akan
dapat
mempertimbangkan atau memperhitungkan biaya tersebut sebagai salah satu elemen dari total biaya untuk produksi yang dijualnya. 18
Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan bahwa asuransi dapat meratakan jumlah keuntungan yang diperoleh dari tahun ke tahun. h. Asuransi Dapat Menyediakan Layanan Profesional. Dunia asuransi dewasa ini sudah semakin banyak yang bergerak di bidang usaha yang bersifat teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun perusahaan-perusahaan sudah semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal itu dilakukan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien. Di samping itu kita melihat semakin banyaknya sekolah yang didirikan untuk mendidik para ahli yang dibutuhkan oleh perusahaan asuransi. Selain menerima lulusan dari sekolah asuransi, perusahaan asuransi juga mendorong karyawan-karyawan yang potensial untuk mengikuti program serupa. Lembagalembaga pendidikan tertentu dalam kerja samanya dengan perusahaan-perusahaan asuransi berusaha menyediakan sejumlah besar bidang pendidikan dan latihan yang memilih asuransi sebagai karier dalam hidupnya. Di samping memberikan pendidikan dalam bidang-bidang yang sudah sangat terspesialisasi, lembaga-lembaga tersebut juga menyediakan bidang studi yang 19
lain sebagai tambahan pengetahuan yang diangga sangat diperlukan, misalnya, bidang ekonomi, keuangan, pemerintahan, sosiologi, dan hukum. Jasa para ahli yang telah bekerja dalam perusahaan asuransi akan dinikmati oleh tertanggung tanpa adanya bayaran tambahan selain dari premi yang harus mereka bayar. Tidak seperti halnya bidang profesi lain, seperti pengacara, dokter, konsultan, dan ahliahli lainnya yang harus dibayar atas jasa yang mereka berikan. Jasa-jasa yang diberikan oleh tenaga ahli dari perusahaan asuransi tidak dibayar oleh tertanggung, tetapi dibayar oleh perusahaan asuransi tempat mereka bekerja. Tenaga-tenaga ahli tersebut adalah karyawa dari perusahaan asuransi. Oleh karena itu, apa pun yang mereka lakukan bagi pihak tertanggung merupakan pelayanan dari perusahaan asuransi. i. Asuransi Mendorong Usaha Pencegahan Kerugian. Dewasa ini perusahaan-perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai sangat tergantung
pada
kemampuan
mereka
untuk
memberikan
perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, 20
mereka sendiri secara sadar dan sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian. Sebagai contoh kita dapat melihat bahwa perusahaan asuransi kebakaran menyarankan penginstalasian alat-alat pengamanan, misalnya, alat-alat pemadam kebakaran baik di kantor, rumah, atau pun di gedung-gedung bioskop. Perusahaan asuransi kebakaran menyarankan cara penginstalasian air pada gedung-gedung yang besar yang sedang dibangun, menyarankan untuk konstruksi bangnan yang lebih aman, serta memberikan pinjaman untuk perbaikan bangunn-bangunan dengan tingkat bunga yang pantas. Dorongan-dorongan yang pada dasarnya untuk menghemat premi asuransi
ini
merupakan
perangsang
untuk
tercapainya
perlindungan terhadap kerugian. Contoh lain “asuransi tanggung jawab” yang melakukan inspeksi secara rutin atas harta kekayaan yang diasurasnsikan dan menyarankan
untuk
menghilangkan
hal-hal
yang
dapat
memperbesar kemungkinan timbulnya bahaya. Selain itu asuransi tanggung jawab mengecek apakah alat-alat pengaman masih bekerja secara baik dan lain-lain.
21
j. Asuransi Membantu Pemeliharaan Kesehatan. Usaha lain yang sangat erat hubungannya dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk menghindari atau memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah kampanye yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa kepada para pemegang polis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Misalnya dalam hal bantuan pada kecelakaan pertama, higieni, sanitasi, gizi, dan usaha-usaha lain untuk mencegah timbulnya penyakit. Adapun perusahaanperusahaan asuransi jiwa yang melakukan pengecekan kesehatan secara berkala kepada para pemegang polis dengan harapan untuk dapat
mendeteksi
penyakit
lebih
dini
serta
mengadakan
pengobatan bilamana perlu. Kontribusi perusahaan asuransi jiwa demi peningkatan kesehatan masyarakat tidak terkira nilainya. Contoh yang paling konkret dari hal ini misalnya Life Insurance Medical Research Fund di USA yang didukug oleh perusahaan-perusahaan asuransi membantu orang-orang yang bergerak dalam bidang medis yang kekurangan dana untuk dapat melakukan penelitian. Para ahli penelitian tersebut dikenal sebagai Life Insurance Research Fellow.
22
4. Risiko dan ketidakpastian Menurut Kasmir (2002: 283) pengertian risiko secara umum adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam perasuransian dikategorikan menjadi : a. Risiko murni Risiko
murni
merupakan
risiko
yang
apabila
terjadi
menimbulkan kerugian, dan apabila tidak terjadi tidak menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan. b. Risiko spekulatif Risiko spekulatif merupakan risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan mendapatkan keuntungan dan kemungkinan mendapatkan kerugian. c. Risiko individu Risiko individu merupakan risiko yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Risiko individu dibedakan menjadi d. Risiko pribadi Risiko
pribadi
merupakan
risiko
yang
mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi. Apabila risiko tersebut tidak terjadi, seseorang masih dapat mengusahakan atau memperoleh manfaat ekonomis untuk menyelenggarakan hajat hidupnya.
Berkurangnya
atau
bahkan
hilangnya
kemampuan
23
seseorang untuk berusaha dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain: mati muda, uzur, cacat, fisik, dan kehilangan pekerjaan. e. Risiko harta Risiko harta merupakan risiko bahwa harta yang kita miliki rusak, hilang, atau dicuri. Dengan kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta
yang dimiliki.
Sebagai
konsekuensinya,
pemilik
harus
mengeluarkan biaya lagi untuk menggantikan kinerja harta yang hilang. f. Risiko tanggung gugat Risiko tanggung gugat merupakan risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya pihak lain.
5. Cara menanggulangi risiko Budisantoso dan Sigit (2006: 180) juga mengatakan bahwa risiko perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan kehidupan perekonomian di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat dilakukan, antara lain : a. Menghindari risiko Orang yang bersangkutan perlu mempertimbangkan risiko yang mungkin muncul dari aktivitas yang akan dilakukan. Setelah itu, 24
lakukan identifikasi risiko, orang dapat meneruskan kegiatannya dapat juga menarik diri dari kegiatan yang akan dilakukan. Dengan cara menarik diri, sebenarnya orang tersebut sudah menghindari risiko. b. Mengurangi risiko Mengurangi risiko berarti mengambil tindakan yang bersifat meminimalisasi kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Mengurangi risiko berarti mengurangi peluang terjadinya atau mengurangi jumlah kerugian yang mungkin terjadi. c. Menahan risiko Menahan risiko berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut dapat ditahan karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan kadangkadang orang tidak sadar akan usaha menahan risiko ini. d. Membagi risiko Membagi risiko berarti melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko. Misalnya dalam memulai investasi, dianggap akan terlalu berisiko kalau hanya melibatkan satu orang. Oleh karena itu diajak satu atau beberapa orang untuk bekerja sama melakukan investasi tersebut. e. Mentransfer risiko Mentransfer berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu memikul beban risiko. 25
6. Prinsip Asuransi Kasmir (2008: 298) berpendapat bahwa prinsip asuransi meliputi : a. Insurable Interest Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Selain itu, sesuatu yang dipertanggungkan itu semata-mata menyangkut kepentingan yang menimbulkan kerugian keuangan tertanggung atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut. Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi kriteria insurable interest : 1) Kerugian Tidak Dapat Diperkirakan Risiko
yang
dapat
diasuransikan
berkaitan
dengan
kemungkinan terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur. Selanjutnya kemungkinan tersebut tidak dapat diperkirakan terjadinya. Misal kebakaran rumah. Terbakarnya suatu rumah tidak dapat ditentukan sebelumnya mengenai waktu terjadinya dan penyebabnya. Hal ini berbeda dengan kerusakan sebuah kemeja karena dipakai. Apabila kemeja tersebut dipakai, maka lamakelamaan pasti akan using dan tidak layak lagi dipakai. Oleh karena itu, kerusakan sebuah kemeja tidak dapat diasuransikan
26
karena sudah dapat diperkirakan sebelumnya terjadinya kerusakan kemeja tersebut. 2) Kewajaran Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta yang memiliki nilai material baik bagi penanggung maupun tertanggung. 3) Catastrophic Agar suatu barang atau harta dapat diasuransikan, risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan kemungkinan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan. 4) Homogen Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau harta yang akan dipertanggungkan harus homogeny, yang berarti banyak barang yang serupa atau sejenis. Banyaknya barang yang sejenis ini berkaitan dengan prinsip bahwa asuransi menutup sejumlah besar risiko supaya dapat membayar beberapa kerugian dari yang dipertanggungkan. b. Itikad Baik (Utmost Good Faith) Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik (utmost good faith). Pihak penanggung perlu 27
menjelaskan secara lengkap hak dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu yang sangat perlu diperhatikan adalah perlakuan dari penanggung pada saat benar-benar ada risiko yang menimpa tertanggung. Pihak penanggung harus konsisten terhadap hak dan kewajiban
yang
pernah
disampaikan
pada
tertanggung
dan
dicantumkan dalam kontrak (polis) termasuk batasan-batasan yang ada sehingga jelas apabila ada risiko yang tidak ditanggung oleh asuransi. Pihak tertanggung juga perlu mengungkapkan secara rinci kondisi yang akan diasuransikan sehingga pihak penanggung memiliki gambaran yang memadai untuk menentukan persetujuan. Kewajiban dari kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure. Faktor-faktor yang melanggar prinsip duty of disclosure adalah: 1) Nondisclosure. Adanya data-data penting yang tidak diungkapkan sehingga menyalahi utmost good faith. 2) Concealment. Secara sengaja melakukan kebohongan dan tidak mengungkapkan fakta penting. 3) Fraudulent misrepresentation. Sengaja memberikan gambaran yang tidak cocok dengan kondisi riil. 4) Innocent
Misepresentation.
Secara
tidak
sengaja
memberi
gambaran yang salah yang memiliki pengaruh besar dalam proses asuransi. 28
c. Indemnity Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip indemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian. Dalam kedua jenis asuransi tersebut, pihak penganggung tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang cacat/hilang karena indemnity berkaitan dengan ganti rugi finansial. Indemnity ini dapat dilakukan dengan beberapa cara: pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali. d. Proximate Cause Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen. e. Subrogation Subrigation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian. Dengan prinsip subrogasi, tertanggung tidak mungkin menerima ganti rugi yang lebih besar dari kerugian yang dideritanya. 29
f. Kontribusi Prinsip kontribusi merupakan salah satu akibat wajar dari prinsip indemnity yaitu, bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama besar. 7. Polis Asuransi Budisantoso dan Sigit (2006: 182) berpendapat bahwa polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Polis memegang peranan penting dalam menjaga konsistensi
pertanggungjawaban
baik
pihak
penanggung
maupun
tertanggung. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Dengan memiliki polis asuransi tersebut maka pihak tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tak terduga. Polis tersebut meupakan bukti otentik yang dapat digunakan oleh tertanggung untuk mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan tanggungjawabnya. Penggantian finansial dari penanggung akan sangat bermanfaat untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian dan menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan.
30
Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung. Polis asuransi memuat hal-hal berikut: a. Nomor polis b. Nama dan alamat tertanggung c. Uraian risiko d. Jumlah pertanggungan e. Jangka waktu pertanggungan f. Besar premi, bea materai, dan lain-lain g. Bahaya-bahaya yang dijaminkan h. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan. 8. Premi Asuransi Budisantoso dan Sigit (2006: 183) berpendapat bahwa premi asuransi merupakan kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko kerugian sangat tinggi, pihak penanggung tentu saja akan memperhitungkan tingkat premi yang jauh lebih tinggi daripada pertanggungan yang kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu, biasanya pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu 31
uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan di dalam polis asuransi. Jangka waktu pembayaran dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan. Djojosoedarso (1999: 121) berpendapat bahwa premi asuransi memiliki fungsi bagi penanggung, diantaranya: a. Mengembalikan tertanggung kepada posisi (ekonomi) seperti sebelum terjadi kerugian. b. Menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan sedemikian rupa, sehingga mampu berdiri pada posisi seperti keadaan sebelum terjadinya kerugian.
9. Penggolongan Asuransi Budisantoso dan Sigit (2006: 183) menggolongkan asuransi berdasarkan : a. Sifat Pelaksanaannya 1) Asuransi sukarela Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan asuransi
tersebut,
kebakaran,
misal:
asuransi
asuransi
kendaraan
kecelakaan,
bermotor,
dan
sebagainya. 32
2) Asuransi wajib Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihakpihak terkait yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan
perundang-undangan
yang
pemeritah,
misalnya:
tenaga
asuransi
ditetapkan kerja,
oleh
asuransi
kecelakaan, dan sebagainya. b. Jenis Usaha Perasuransian Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha peransurasian dibagi menjadi beberapa jenis: 1) Usaha Asuransi a) Asuransi kerugian (nonlife insurance) Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 asuransi kerugian merupakan usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Di beberapa negara asuransi kerugian disebut juga
sebagai
general
insurance
karena lingkup
usahanya yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi sebagai berikut:
33
b) Asuransi kebakaran merupakan asuransi yang menutup risiko kebakaran. Kebakaran adalah sesuatu yang terbakar
yang
seharusnya
tidak
terbakar
yang
diakibatkan karena adanya kejadian yang tiba-tiba dan terlepas dari unsur kesengajaan seperti petir, ledakan, dan kejatuhan pesawat. c) Asuransi
pengangkutan
merupakan
asuransi
pengangkutan (marine insurance) penanggung atau perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran. d) Asuransi aneka merupakan jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi kebakaran maupun pengangkutan. Jenisnya antara lain: asuransi kendaraan
bermotor,
asuransi
kecelakaan
diri,
pencurian uang dalam pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan, dan sebagainya. e) Asuransi jiwa (life insurance) merupakan suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Pada prinsipnya manusia menghadapu risiko berkurang atau 34
hilangnya produktivitas ekonomi yang diakibatkan oleh: kematian, mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran. Asuransi jiwa memberikan: (1) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan (2) Santunan bagi tertanggung yang meninggal (3) Bantuan
untuk
menghindari
kerugian
yang
disebabkan oleh meninggalnya orang kunci (4) Penghimpunan dana untuk persiapan pensiun
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi tiga. (1) Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance). Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan). (2) Asuransi jiwa kelompok (group life insurance). Asuransi yang biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi. 35
(3) Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance). Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal
tertentu.
Premi
umumnya
dibayar
mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik ulang atau polis kepada agen yang disebut debit agent. f) Reasuransi (reisurance) Reasuransi merupakan pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari
asuransi.
penyebaran
Reasuransi
risiko
di
adalah
mana
suatu
penanggung
system yang
menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan biasa disebut sebagai ceding company dan yang menjadi
penanggung
adalah
reasuradur.
Dalam
menjalankan usahanya, ada kemungkinan perusahaan asuransi menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuan kemungkinan
finansialnya. kegagalan
klaim
Untuk
mengatasi
dari
tertanggung,
perusahaan dapat membagi risiko dengan perusahaan lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya 36
nilai pertanggungannya berjumlah besar sehingga perusahaan asuransi tersebut perlu menawarkan kepada beberapa perusahaan asuransi yang lain. Dalam kerja sama tersebut diperlukan perusahaan asuransi yang berperan
sebagai
pemimpin.
Setelah
melakukan
koasuransi, gabungan beberapa perusahaan asuransi tersebut dapat mempertimbangkan untuk melakukan reasuransi.
Reasuransi
adalah
proses
untuk
mengasuransikan kembali pertanggungjawaban pada pihak tertanggung. Fungsi reasuransi adalah: (1) Meningkatkan
kapasitas
akseptasi.
Dengan
melakukan reasuransi, penanggung akan dapat meningkatkan
akseptasi
sehingga
pemasukan
asuransi tersebut dapat memperbesar jumlah nilai pertanggungan. (2) Alat penyebaran risiko. Penyebaran asuransi pada dasarnya
tidak
menghendaki
pemusatan
atau
terkonsentrasinya pada suatu jenis risiko atau asuransi. Dengan adanya mekanisme penyebaran risiko ini maka akan tertanggulangi
adanya
kemungkinan kerugian dalam jumlah yang sangat besar yang tidak mungkin ditanggung sendiri. 37
(3) Meningkatkan stabilitas usaha. Julah kerugian yang mungkin
timbul
karena
adanya
klaim
dari
tertanggung sangat sulit untuk diprediksikan secara tepat. Dengan penyebaram risiko ke perusahaan asuransi lain maka kekhawatiran akan adanya kegagalan usaha akan semakin kecil. (4) Meningkatkan
kepercayaan.
Reasuransi
akan
menambah kepercayaan bagi tertanggung karena kemungkinan risiko yang akan dialami mendapat jaminan
dari
perusahaan
asuransi.
Dengan
melakukan pertanggungan ulang atas risiko yang ditutupnya akan memberi peluang perusahaan asuransi
melakukan
pengembangan
bidang
usahanya.
Reasuransi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mekanisme untuk reasuransi antara lain: (1) Treaty dan facultative reinsurance Mekanisme ini disebut juga automatic reisurance. Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian
38
kontrak dan reasuradur harus menerima jumlah yang ditawarkan. (2) Reasuransi proporsional Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur
dilakukan
secara
proporsional
berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding company. (3) Reasuransi nonproporsional Bentuk
ini
memberikan
kemungkinan
bagi
reasuradur untuk tidak membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada dalam treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan
yang
ketentuan-ketentuan
dilakukan dan
berdasarkan
syarat-syarat
yang
dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan reasuradur yang mana reasuradur mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.
39
g) Usaha Penunjang (1) Pialang asuransi Adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan
asuransi
dan
penanganan
penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. (2) Pialang reasuransi Adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dewan bertindak untuk kepentingan, perusahaan asuransi. (3) Penilai kerugian asuransi Adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan. (4) Konsultan aktuaria Adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria. (5) Agen asuransi Adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. 40
10. Pengaturan Perasuransian di Indonesia Peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan pembinaan dan pengawasan atau usaha perasuransian di Indonesia saat ini adalah (Budisantoso dan Sigit : 2006: 187): a. UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian b. PP Nomor 73 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian c. Keputusan Menteri Keuangan, antara lain: 1) Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. 2) No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi atau Reasuransi. 3) No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan
Usaha
Perasuransian
Asuransi
atau
Reasuransi. d. No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi.
41
11. Unsur Asuransi Ada 4 unsur yang terkadung didalam asuransi ( Susilo dkk, 2000 ) yaitu: a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsurangsur. b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsure tak tertentu. c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu.
12. Kontrak Asuransi Produk asuransi merupakan produk yang tak berwujud yaitu berupa janji yang dituangkan dalam sebuah surat perjanjian (kontrak) asuransi yang biasa disebut polis. Jadi, asuransi pada dasarnya tergantung atas prinsip hukum dari kontrak. (Darmawi: 2001: 71). Kontrak asuransi adalah unik yaitu bersifat:
42
a. Future contract, Dikatakan future contract karena faedah asuransi baru tampak di masa mendatang ketika terjdi pembayaran kerugian. Walaupun demikian ada faedah yang tidak bisa dinikmati oleh pihak tertanggung yaitu sembuh dari kemasygulan, bebas dari kecemasan akan menderita kerugian, dan sebagainya. b. Contingent contract, Disebut contingent contract bersifat kebetulan. Kerugian belum pasti akan terjadi dan terjadinya hanya berdasarkan kebetulan. Moto asuransi menekankan pada sifat kebetulan itu. Contohnya, orang selalu membayar asuransi kecelakaan jalan raya, tetapi kebanyakan orang tidak pernah mengalami kecelakaan sepanjang hidupnya. Memang tidak pernah orang mengharapkan terjadinya kecelakaan. c. Service contract Dikatakan sebagai service contract karena asuransi memberikan sejumlah jasa atau servis. Asuransi menjadi suatu produk yang unik karena pemegang polis memerlukan bantuan dalam memahami faedah yang bermacam-macam. Itulah sebabnya mengapa dalam memasarkan asuransi sering diperlukan personal service dari suatu agen perusahaan asuransi untuk menjelaskan isi
43
kontrak. Selain itu selama masa kontrak perusahaan asuransi juga memberikan berbagai saran. d. Risk contract, Risiko kerugian finansial merupakan karakteristik terakhir yang membedakan asuransi dari produk atau jasa lain. Dasar dari kontrak asuransi adalah ketidakpastian berkenaan dengan peril yang mungkin menyebabkan kerugian kebetulan. Asuransi memindahkan risiko dari kerugian itu kepada pihak perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko yang profesional.
13. Berakhirnya Perjanjian Asuransi Perjanjian asuransi berakhir apabila (Martono 2002: 151) : a. Jangka waktu berlaku sudah berakhir. Perjanjian asuransi biasanya dilakukan untuk jangka waktu tertentu jangka waktu tersebut ditetapkan di dalam polis. KUHD tidak mengatur secara tegas jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu yang ditentukan itu habis, maka asuransi berakhir. b. Perjalanan berakhir. Asuransi berdasarkan perjanjian ini umumnya diadakan untuk asuransi pengangkutan.
44
c. Terjadinya evenemen diikuti klaim. Didalam polis dinyatakan bahwa terhadap evenemen apa saja asuransi itu diadakan. Apabila pada saat asuransi berjalan terjadi evenemen
yang
penanggung
ditanggung
akan
menyelidiki
dan
menimbulkan
apakah
benar
kerugian, tertanggung
mempunyai kepentingan atas benda yang diasuransikan itu. Jika benar,
maka
dilakukan
pemberesan
berdasarkan
klaim
tertanggung. Pembayaran ganti rugi ini dipenuhi oleh penanggung berdasarkan asas keseimbangan. Dengan pemenuhan ganti kerugian berdasarkan klaim tertanggung, maka asuransi berakhir. d. Asuransi berhenti atau dibatalkan. Asuransi dapat berakhir apabila asuransi itu berhenti. Berhentinya asuransi dapat berjalan karena kesepakatan antara tertanggung dengan penanggung. Berhentinya asuransi dapat juga terjadi karena faktor di luar kemauan tertanggung dan penanggung. Misalnya terjadi pemberatan risiko setelah asuransi berjalan. e. Asuransi gugur. Asuransi
gugur
biasanya
terdapat
di
dalam
asuransi
pengangkutan. Jika barang yang akan diangkut diasuransikan, kemudian barang tidak jadi diangkut, maka asuransi gugur. Tidak jadi diangkut dapat terjadi kaena kapal tidak jadi berangkat atau baru akan melakukan perjalanan tetapi dihentikan. 45
Dengan demikian, asuransi bukan dibatalkan atau batal dengan asuransi adalah pada bahaya evenemen. Pada asuransi dibatalkan atau batal, hanya sedang atau sudah dijalani. Sedangkan pada asuransi gugur, bahaya belum dijalani sama sekali.
46