BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buruh Harian Lepas (BHL) Buruh dapat diartikan sebagai semua orang yang bekerja dan terdaftar namanya di perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari perusahaan tempat dia bekerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti izin dengan perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak, harian lepas maupun borongan. Pengertian lainnya, buruh adalah orang yang senang hati melakukan usaha, kerja-keras, berjerih payah untuk menghasilkan produk atau barang. Buruh adalah pemilik jasa dan orang yang melahirkan karya.Buruh bukanlah orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi dan tunduk dalam suatu pekerjaan, tetapi orang yang mengaktifkan diri, berjalan terus dan aktif memenuhi kegiatan produksi. Buruh memiliki sifat yang memberikan dan berunsur membangun, mencipta dan menghidupkan (Steven. http://www.sulutlink.com
diakses pada tanggal 25
September 2014 pukul 21:55 Wib) Buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja, atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh tetap. Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman. Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja lepas di bidang pertanian karena mereka hanya bekerja disektor pertanian. Sehingga
mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian yang sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang mengambil upah untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar dari mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari. Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu juga melakukan perdagangan kecil kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil pertanian secara kecilkecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan kadang-kadang ada juga dari mereka yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan perjanjian (Sajogyo, 1995: 112) Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang diluar dari kelompoknya, buruh tani biasa menyerah saja pada nasibnya, ia ingin memperbaiki keadaannya, tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. Kelompok ini biasanya curiga terhadap segala sesuatu yang datang dari luar lingkungannya. Akan tetapi sekalipun kedengarannya bertentangan, pada akhirnya buruh tani itu paling percaya kepada pertimbangan para majikan mereka. Tentu saja kepercayaan itu ada batasnya, tetapi dalam berhubungan dengan mereka, sekurang-kurangnya buruh itu tahu di mana mereka berdiri. Dalam beberapa keadaan pendapat para majikan itu sangat menentukan, sedangkan pendapat orang-orang yang berusaha menjadi pemimpin buruh tani dalam perjuangan mereka untuk memperbaiki kondisi hidup, tidak diterima. Terbukti bahwa pendapat mereka kurang diperhatikan dibandingkan dengan pendapat majikan. Tidak ada jawaban atau badan pemerintahan yang benarbenar memberikan perhatiannya, baik langsung maupun tidak langsung, kepada buruh tani dan nasibnya. Buruh tani hidup dari hari ke hari saja dan tidak memperhatikan rencana masa depan misalnya dengan menabung. Sajogyo memberikan cirri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian lepas sebagai berikut:
Kegiatan Ekonomi 1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai pekerja harian 2. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan sebelum tanah ditanami oleh para pemilik lahan atau tuan tanah 3. Diwaktu mereka tidak dipekerjakkan sebagai buruh, para buruh tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka Kedudukan sosial 1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat. Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan maupun yang akan hilang. Posisi seperti ini mempunyai pengaruh besar terhadap nilai-nilai norma kelompok itu. 2. Buruh tani hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau orang yang menjamin kehidupan mereka di masa depan. Kenyataan ini mempunyai implikasi penting terhadap rencana-rencana pembangunan yang telah dipertimbangkan sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh tani. 3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola pertanian. Mereka telah biasa bekerja sebagai buruh tani sepanjang hidup karena itu mereka tahu sedikit mengenai
pekerjaan pertanian seperti mencangkul, menanam, menyiangi, dan memanen. 4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan kalau telah datang waktunya mereka berpindah ketempat yang baru dimana mereka berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau mendapatkan gaji yang lebih besar dan kerja yang lebih ringan (Sajogyo, 1995: 113-114).
2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi 2.2.1 Pengertian Kehidupan Sosial dan Ekonomi Apabila dilihat dari kata kehidupan yang sebenarnya adalah cara atau keadaan tentang hidup, dan arti kata sosial adalah sesuatu yang berkenan di masyarakat, sedangkan arti ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan (Astarhadi, 1995 : 52). Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sisitem (sistem sosial), yaitu suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan: 1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukurannya berjumlah dua orang atau lebih.
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama
dan
hidup
bersama,
maka
akan
terjadi
adaptasi
dan
pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok). 3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan. 4. Suatu kehidupan sistem bersama (Nasution, 2003 : 10 ) Dalam kehidupan sosial yang telah dikemukakan pada sebelumnya mengartikan bahwa adanya interaksi yang terjadi dalam masyarakat. Adanya hubungan-hubungan sosial atau hubungan yang saling mempengaruhi dengan kata lain terjadi interaksi sosial. Interaksi ini pertama sekali terjadi pada keluarga, dimana ada terjadi hubungan antara ayah, ibu dan anak. Dari adanya interaksi antara anggota keluarga maka akan muncullah hubungan dengan masyarakat luar. Dalam kehidupannya manusia mempunyai banyak kebutuhan, dan sudah menjadi keharusan baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik moral maupun material. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai akibat keberadaannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia juga saling berinteraksi satu sama lain, disamping sebagai makhluk pribadi. Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara mengenai kehidupan sosial ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan hasil ekonomi yang diperoleh. Jadi, kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud adalah cara-cara yang
diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh, dan juga berbicara mengenai keadaan hidup sehari-hari. Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang didalamnya terdapat unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat kebutuhan manusia, yaitu: 1. Kebutuhan dasar fisiologis/ kebutuhan fisik (Physiological Needs) yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan makanan, istirahat, udara segar, air, vitamin, dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer. 2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) ditujukan oleh anak dengan pemenuhan kebutuhan secara pasti, berkelanjutan, dan teratur. Anak mudah terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang membahayakan, situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri dalam situasi asing baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang memberi rasa aman. 3. Kebutuhan untuk mencintai dan cintai (Love Needs) merupakan dorongan atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam suatu kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan dengan masyarakat lain secara umum. 4. Kebutuhan akan harga diri (Estem Needs) menuntut pengalaman individu sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dalam memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa percaya
diri
sendiri,
menyadari
kekuatan-kekuatannya,
dibutuhkan dan mempunyai arti bagi lingkungannya.
merasa
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) memberikan dorongan
kepada
setiap
individu
untuk
mengembangkan
atau
mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk menentukan dirinya/ identitasnya, dan menjadi diri sendiri. Kebutuhan ini tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia (Maslow, 1994: 43). Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
harus
dipenuhi
oleh
manusia
demi
kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan hidupnya. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status. (Koentjaraningrat, 1990: 56) 2.2.2 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981: 38). Berdasarkan hal tersebut kita dapat mengklasifikasikan keadaan sosial ekonominya, yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut : A. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Sedangkan Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut: 1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari: a)
Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.
b)
Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah.
c)
Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
2. Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan
kreasi.
Berkaitan dengan hal tersebut mendefinisikan pendapatan adalah sebagai Seluruh penerimaan baik berupa uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini. Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu: 1. Golongan Sangat Tinggi : Golongan pendapatan sangat tinggi adalah
jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 perbulan 2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 perbulan 3. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000, 00 perbulan. 4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000,00 perbulan (Wijaksana,1992: 52) Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.
B. Perumahan Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman sebagai mana mestinya. Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial (Mukono,2000: 25). Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992).Menurut WHO (World Health Organization), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A, (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan, serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992: 55 dan Azwar, 1996 : 64). Berdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu: 1.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
2.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
3.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 4.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.
5.
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
6.
Rumah sebagai bangunan yang merupakan bagian dari suatu pemukiman yang utuh dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan juga tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari
7.
Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan
8.
Perumahan dan pemukiman merupakan kesatuan fungsional, sebab pembangunan perumahan harus berlandaskan suatu pola pemukiman yang menyeluruh, yaitu tidak hanya meliputi pembangunan fisik rumah saja, melainkan juga dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum dan fasilitas sosial, terutama di daerah perkotaan yang mempunyai permasalahan majemuk dan multidimensional.
Pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Sastra, 2006:29) Adapun Persyaratan Perumahan dan Permukiman adalah: 1. Persyaratan Dasar Perumahan Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi. 2) Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam. 3) Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan
berkomunikasi
(internal/eksternal,
langsung
atau
tidak
langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia).
4) Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/ kali dan sebagainya; 5) Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana. 6) Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan. 7) Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat. b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis. Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang dimaksud.
2. Persyaratan Dasar Permukiman
Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang
terdiri dari berbagai aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut: a. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya b. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah e. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anakanak, lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu. h. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon
C. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada dasarnya pengertian pendidikan sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara yang tak lain adalah Bapak Pendidikan Nasional Indonesia menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
D. Kesehatan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. E. Sandang dan Pangan. Sandang adalah pakaian manusia.Pakaian menjadi kebutuhan primer pertamawalaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang paling penting.Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan primer.Pangan ini meliputi pekerjaan dan hal-hal serupa yang bertujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan manusia. Manusia hidup dalam masyarakat pasti butuh bekerja untuk memperoleh nafkah. F. Interaksi sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksiatau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. Menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/Haryanto.S.pd diakses pada tanggal 1 September 2014). 2.3 Adaptasi Bertahan Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan para buruh harian lepas dengan situasi lingkungan yang berubah. Sedangkan adapatsi struktural merupakan perubahan aplikasi tindakan, kebiasaan para buruh harian lepas dalam menanggapi perubahan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.strategi adaptasi yaitu cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh buruh harian lepas untuk mempertahankan hidupnya dengan tetap eksis sebagai buruh harian lepas. Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa definisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam
menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai masalah yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya.Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin
dalam
menanggapi
goncangan
dan
tekanan
(Shock
and
Stress)
(Suhartono.2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 19:00 wib). Berdasarkan konsepsi ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut “The Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti: a. Aset Tenaga Kerja (labour Asets) Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga. b. Aset Modal Manusia (Human Capital Asets) Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya. c. Aset Produktif (Productive Asets) Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman, untuk keperluan hidupnya.
d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga (Household Relation Asets) Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman” (remiitances). e. Aset Modal Sosial ( Sosial Capital Asets) Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi kredit informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga. Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan adaptasi bertahan hidup atau strategi dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu: 1. Strategi aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (Misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar atau sebagainya). 2. Strategi pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (Misalnya pengeluaran sandang, pangan,pendidikan dan sebagainya). 3. Strategi jalinan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (Misalnya meminjam uang tetangga, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). (Suhartono. 2007. http://www.policy.hu diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 19:56 Wib) Sebagian besar peneliti mengenai adaptasi bertahan menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis.Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya sedikit memiliki perbedaan.Keluarga menunjukan
hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah.Baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama. Konsep mata pencaharian (Livelihood) sangat penting dalam memahami adaptasi bertahan karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama dengan strategi mata pencaharian (Livelihood Strategies). Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset nyata dan asset yang tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah (Livelihood Capabilities) asset nyata menunjuk pada simpanan (makanan, emas, tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah, tanaman, binatang ternak) sedangkan assettidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan kesempatan-kesempatan
untuk
menggunakan sumber,
simpanan,
pelayanan,
informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan. Strategi yang dilakukan keluarga miskin dalam mengadaptasi naiknya harga kebutuhan pokok: 1.
Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran yaitu mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri
2.
Pengubahan komposisi keluarga
3.
Menanam tananam yang bisa dikonsumsi dipekarangan rumah
4.
Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat dalam mengelola makanan dan sumber daya manusia pada masa krisis
5.
Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau misalnya: mengganti ikan dengan telur
6.
Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabot rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang
7.
Penjualan asset produktif seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang
8.
Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah darat
9.
Produksi dan perdagangan skala kecil seperti membuka warung atau kedai
10. Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya melalui program
Jaringan
Pengamanan
Sosial
(JPS)
(Miles.
2011.
http://www.damandiri.or.id diakses tanggal 20 Oktober 2014 pukul 20:22 Wib)
2.4 Kesejahteraan Sosial Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara dan dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Suharto (2009:1) pengertian kesejahteraan sosial sebagai berikut :Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah
maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat. Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan dan rekreasi semua individu masyarakat.Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 11 tahun 2009 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan: 1.
Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;
2.
Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;
3.
Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalahkesejahteraan sosial
4.
Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam
penyelenggaraan
kesejahteraan
sosial
secara
melembaga
dan
berkelanjutan 5.
Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan
6.
Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Lapangan pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemenuhan sosial ekonomi keluarga namun saat ini lapangan pekerjaan semakin sempit dengan jumlah tenaga kerja yang semakin bertambah.Kenyataannya, banyak masyarakat yang tidak memiliki kemampuan sesuai pekerjaan tersebut.Ini memaksa masyarakat semakin bingung untuk bisa memenuhi sosial ekonomi keluarga.Banyak masyarakat yang harus memilih pekerjaan lainnya yang dirasakan cukup membantu sosial ekonomi keluarga walaupun itu sangat memaluka.Salah satu pekerjaan yang dirasa bisa mendapatkan uang untuk memenuhi sosial ekonomi keluarga adalah sebagai buruh harian lepas. Buruh Harian Lepas (BHL) merupakan buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari hari-kehari dan menerima upah sesuai dengan banyaknya hari kerja, atau jam kerja atau banyak barang dan jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh harian lepas (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh tetap. Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman. Setiap manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum kebutuhan manusia terdiri dari: kebutuhan fisik dan biologis (kebutuhan untuk hidup), kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Demikian pula buruh harian lepas yang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan pokonya sehari-hari. Dengan tidak mengandalkan
ketrampilan
khusus
dan
tingkat
pendidikan
sebagai
syarat
tetapi
hanya
mengandalkan fisik mereka. Kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya
yang
ditentukan
tingkat
pendapatan
yang
diterima
dan
pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan sosial ekonomi buruk membuat mereka harus menggunakan adaptasi bertahandalam memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga kesejahteraan buruh dapat tercapai. Strategi adaptasi merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Adapun indikator yang ditentukan dalam mengukur adaptasi bertahan tersebut adalah optimalisasi sumber daya manusia atau keluarga,, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran, pemanfaatan jaringan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah bagan alir pemikiran.
`
Bagan Alir Pemikiran
Buruh Harian Lepas
Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Kehidupan Sosial Ekonomi 1. Pendapatan 2. Kondisi Perumahan 3. Kesehatan 4. Pendidikan 5. Sandang dan Pangan 6. Interaksi
Kehidupan Sosial Ekonomi Buruk
Adaptasi Bertahan Indikatornya adalah 1. Optimalisasi Sumber daya Manusia atau keluarga 2. Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran 3. Pemanfaatan Jaringan
2.6 Definisi Konsep Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yangdigunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (silalahi, 2009:23). Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukanbahwa untuk mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti oleh peneliti.Peneliti berupaya menggiring pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136 & 138). Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Kondisi adalah keadaan yang dapat dilihat dan diukur berdasarkan beberapa indikator dalam suatu peristiwa atau keadaan dalam suatu kurun waktu dan ruang tertentu. 2. Kehidupan sosial ekonomi adalah yang berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diterima. Kebutuhan merupakan segala yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan hidup manusia yang didasarkan kepada kondisi pendapatan, kondisi perumahan, kondisi kesehatan, kondisi pendidikan, dan kondisi sandang dan pangan.
3. Adaptasi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi hidupnya. 4. Buruh adalah semua orang yang bekerja dan terdaftar namanya di perusahaan serta menerima gaji atau upah secara langsung dari tempat dia kerja, baik yang aktif bekerja maupun yang sedang cuti dengan perusahaan, sedang mengikuti training, berstatus buruh tetap, kontrak, harian lepas maupun borongan. 5. Buruh harian lepas adalah buruh yang bekerja yang diikat dengan hubungan kerja dari hari ke hari dan menerima upah pembayaran upah sesuai dengan banyaknya hari kerja atau jam kerja dan banyaknya barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut buruh lepas adalah karena buruh bersangkutan tidak ada kewajiban untuk masuk kerja setiap hari dan tidak mempunyai hak uang sama seperti pada buruh tetap. Umumnya buruh harian lepas adalah buruh yang mengerjakan pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
2.7 Definisi Operasional Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsepkonsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120).
Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep, yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141). Adapun yang menjadi definisi operasional dalam Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang adalah: 1. Kondisi pendapatan yaitu jumlah upah yang diterima sebagai imbalan jasa dengan satuan perhitungan bulanan,atau penghasilan, jumlah yang ditanggung dan tabungan. 2. Kondisi Perumahan adalah tempat tinggal keluarga buruh harian lepas dengan indikator: a. Tersedianya sarana air minum b. Tersedianya sarana penerangan c. Tersedianya sarana MCK d. Adanya jendela dan ventilasi untuk keluar masuknya udara dan cahaya e. Jumlah anggota keluarga yang menempatinya f. Kondisi fisik bangunan 3. Kondisi Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit yang dialami oleh buruh harian lepas dengan indikator: a. Kesehatan mental yaitu meliputi keyakinan akan ajaran agama, keteguhan mengindahkan norma-norma sosial dan hukum.
b. Kesehatan fisik meliputi penyakit yang pernah diderita oleh para buruh harian lepas c. Kesehatan sosial yaitu suatu keadaan yang dialami buruh harian lepas dalam interaksi dengan lingkungan tempat tinggalnya 4. Kondisi pendidikan anak adalah keadaan pendidikan anak responden saat ini dibangku sekolah dengan tingkat pendidikan dan jumlah anak yang sekolah 5. Kondisi pangan adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh buruh harian lepas setiap harinya yang diukur melalui indikator: a. Kwalitas jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi b. Kwalitas jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari 6. Kondisi sandang adalah jenis pakaian yang dipakai dan berapa kali dalam setahun membeli pakaian. 7. Interaksi sosial adalah hubungan komunikasi dengan anak, keluarga, tetangga, dan perkumpulan yang ada. Adaptasi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Strategi adaptasi ini dapat diukur dari indikator sebagai berikut: 1. Optimalisasi Sumber Daya Manusia atau Keluarga a. Migrasi ke desa atau ke kota lain b. Meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan pendapatan c. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen
2. Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran a. Mengurangi jenis dan pola makanan b. Membeli barang-barang murah c. Mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan d. Mengurangi kunjugan ke desa e. Memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri 3. Pemanfaatan jaringan yaitu menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (Misalnya mengadaikan barang, meminjam uang tetangga, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya)