BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pengertian DBD Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril (berkaitan dengan demam) akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, Famili Flaviviridae. Setiap serotip cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotip dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegepty (Liswidyawati, 2010). 2.2
Etiologi Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang dibawah oleh nyamuk Aedes
aegepty yang mempunyai ciri belang hitam-putih diseluruh tubuh sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali memberi gejala sebagai demam dengue (DD). Apabila orang itu terinfeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berberda .Virus dengue dahulu termasuk group b Antropod borne virus (Arbovuses) adalah virus RNA, genus Flavivirus family Flacviridae. Sampai ini dikenal ada 4 serotipe : DEN_1, DEN_2, DEN_3 dan DEN_4. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbilkan antibody protektif seumur hidup untuk serotype yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotype lain. Ke-4 serotype virus tersebut diketemukan diberbagai daerah di Indonesia. Serotype DEN_3 merupakan serptype yang dominan di Indonesia dan ada hubungannya dengan kasus-kasus berat pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) (Ginanjar, 2008) 2.3
Tanda dan Gejala DBD 6
Penyakit ini ditunjukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba disertai sakit kepala berate, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam, ruam demam
berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial (bintik merah), dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hamper seluruh tubuh. Selain itu, radang perut biasa juga muncul dengan kombinasi sakit diperut, rasa mual, muntah-muntah, atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi kedokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi tiga hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggapi ringan gejala-gejala tersebut. Sesudah masa tunas/inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari empat bentuk berikut ini : 1. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun 2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan dibawah kulit. 3. Dengue Haemorrhagic Fever gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur, dan sebagainya 4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah denga syok. Bentuk ini sering berujung pada kematian. Karena sering terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi. Oleh karena itu, setiap penderita yang diduga menderita penyakit demam berdarah dalam tingkat yang mana pun harus segera di bawa ke dokter atau rumah sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok/kematian (Liswidyawati, 2010). 2.4 Diagnosis Diagnosis Demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan
leuopenia Serologi dan treaksi berantai polymerase tersedia untuk memastikan diagnosis demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat engurangi resiko kematian dari pada menunggu akut (Liswidyawati, 2010) 2.5
Pencegahan Penyakit DBD Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk pencegahan penyakit demam
berdarah. Pencegahan utama emam berdarah terletak pada penghapusan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Inisiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misal dipot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal-hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes aegepty. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar daripenyakit demam berdarah, diantaranya: 1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istrahat yang cukup 2. Memasuki masa pancaroba, perhatiakan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentikjentik nyamuk, meskipun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut di daur ulang. 3. Foging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakkan nyamuk 4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi.
5. Jika terlihattanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.
Untuk cara pemberantasan nyamuk Aedes Aegeptymenurut Juru Pemantau Jentik Depkes RI, 2007 dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni sebagai berikut : 1. Fooging (Pengasapan) Nyamuk Aedes Aegepty dapat diberantas dengan fooging (pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari dirumah tangga. 2. Menguras, Menutup, dan Mengubur (3M) Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan tindakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). 3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindar gigitan nyamuk Demam Berdarah Dengue. Gerakan 3M meliputi kegiatan penting untuk menekan perkembangan populasi Demam Berdarah Dengue yaitu dengan menguras, menutup, dan mengubur tempattempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes Aegepty penyebab penyakit Demam Berdarah (Mutiah, 2009). Adapun cara-cara melakukan 3M adalah sebagai berikut : a.
Menguras Tempat Penyimpanan Air Pencegahan penyakit demam berdarah yang pertama adalah dengan menguras tempat-tempat penampungan air minimal satu minggu sekali. Pengurasan dilakukan minimal seminggu sekali ini dilakukan karena perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu antara 7 hingga 10 hari
b.
Menutup Tempat Penyimpanan Air Pencegahan penyakit demam berdarah yang kedua adalah dengan menutup tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes aegepty. Contoh tempat-tempat yang perlu di tutup misalnya tempat penyimpanan air hujan dan lainnya yang digunakan untuk menyimpan air bersih.
c.
Mengubur Sampah Plastik Yang terakhir dilakukan dalam pencegahan penyakit demam berdarah adalah dengan mengubur sampah-sampah yang berpeluang menampung air. Misalnya kaleng bekas minuman, botol-botol bekas, plastik bekas dan barang lainnya yang bisa menampung air. Langkah lain yang dilakukan adalah menutup tempat-tempat yang berpotensi menampung air hujan dengan cara mengisi tempat tersebut menggunakan tanah (Mutiah, 2009)
Selain itu ditambah dengan cara lain yang di kenal dengan istilah 3M Plus seperti : a. Mengganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainya seminggu sekali b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak c. Menggunakan repellent pada saat tidur d. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya dengan tanah e. Membersihkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain-lain.
f. Melakukan larvasida yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (abate 1G, Altosid 1,3 G dan sumilarv 0,5 G (DBD) ) di tempat-tempat yang sulit dikuras atau didaerah yang sulit air g. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk h. Memasang kawat kasa dirumah i.
Menyediakan pencahayaan dan ventilasi rumah yang memadai
j.
Mengurangi kebiasaan menggantung pakaian dalam rumah
k. Menggunakan kelambu l.
Menggunakan Lotion seperti autan, sofel
m. Menggunakan anti nyamuk (baka, gosok) dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk (Depkes RI, 2007) 3. Larvasidasi Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik kedalam tempat-tempat penampungan air, seperti bubuk abate 1 G, altosit 1,3 G dan sumilarv 0,5 G. Apabila menggunakan bubuk abate disebut abatisasi. 2.6
PerilakuKesehatan Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekwensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan.(Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner dalam Notoatmodjo, perilaku merupakan respon atau seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Robert Kwick menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2007). 2.6.1. Pengertian Perilaku Kesehatan Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yakni (Notoadmojo, 2010) : 1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur,
tidak merokok dan minum minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi setelah makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan sebagainya. 2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepasnya dari masalah kesehatan tersebut. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan kesehatan tradisional (dukun, atau paranormal), maupun modern atau profesional (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, dan sebagainya). Becker dalam Notoatmojo, membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakan menjadi tiga, yakni: 1. Perilaku sehat (healthybehavior) Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain: a. Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang di sini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik secara jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya (kualitas). b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik di sini tidak harus olahraga. Bagi seseorang yang pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolahraga. Bagi seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik seperti manajer, administrator, skretaris, dan sebagainya memerlukan olahraga secara teratur.
c. Tidak merokok dan minum minuman keras serta menggunakan narkoba. Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung meningkat. Hampir 50 % pria dewasa di Indonesia adalah perokok. Sedangkan minumminuman keras dan penggunaan narkoba meskipun masih rendah (sekitar 1,0%), tetapi makin meningkat pula. d. Istirahat yang cukup, istirahat cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental. Dengan berkembangnya iptek dewasa ini, juga memacu orang untuk meningkatkan kehidupannya, baik di bidang sosial danekonomi, yang akhirnya mendorong orang bersangkutan untuk bekerja keras, tanpa menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatan seseorang. e. Pengendalian atau manajemen stres. Stres adalah bagian dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas dari t ingkat sosial, ekonomi, jabatan atau kedudukan, dan sebagainya mengalami stres. Stres tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental (rohani). f. Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan, yang intinya adalah tindakan atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan. 2. Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi
masalah kesehatan yang lain. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain (Notoadmojo 2010) : a. Didiamkan saja (no uction), diabaikan, tetap menjalankan kegiatan sehari-hari. b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri ini ada 2 cara, yakni: cara tradisional (kerokan, minum jamu, obat gosok, dan sebagainya), dan cara modern misalnya minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek. c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar, yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua, yakni: fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (dukun, sinshe dan paranormal), dan fasilitas atau pelayanan kesehatan modern atau professional (Puskesmas, poliklinik, dokter atau bidan praktek swasta, rumah sakit, dan sebagainya). 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior): Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran, yang mencakup hak-haknya, dan kewajiban sebagai orang sakit. Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit. Perilaku peran orang sakit ini antara lain: a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan. c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya. d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya. e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya.
2.6.2 Domain Perilaku Kesehatan
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini untuk kepetingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut(Notoatmojo, 2010): 1. Pengetahuan (knowledge): Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbedabeda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know): Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tandatanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension): Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui terscbut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekadar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras),
tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempattempat penampungan air tersebut. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram {flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis): Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. f. Evaluasi (evaluation):
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya. 2. Sikap (Attitude): Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. Menurut Allport dalam Notoatmojo, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni: a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. c. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya tentang contoh sikap
terhadap penyakit kusta di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta. Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh: Seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit demam berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat (kecenderungan bertindak) untuk melakukan 3 M agar anaknya tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat melakukan 3 M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah. Seperti halnya
pengetahuan,
sikap
juga
mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan
intensitasnya, sebagai berikut. a. Menerima (Receiving): Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang Ante Natal Care di lingkungannya. b. Menanggapi (Responding): Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan tersebut diminta menanggapi o leh penyuluh, kemudian ia menjawab at au menanggapinya. c. Menghargai (Valuing):
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Contoh butir a tersebut, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan Ante Natal Care.
d. Bertanggung jawab (Responsible): Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.
Seseorang
yang
telah
mengambil
sikap
tertentu
berdasarkan
keyakinannya, dia haras berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. Contoh tersebut, ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh mertuanya karena meninggalkan rumah, dan sebagainya. 3.
Tindakan / Praktik Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memerisakan kehamilannya. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni:
a. Praktik terpimpin (Guided Response): Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktik atau tindakan terpimpin. b. Prakt ik secara mekanisme (Mechanism): Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya seorang ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya. c. Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekansime saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekadar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut mahal harganya. 2.6.3 Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap (Notoatmodjo, 2007).
1. Pengetahuan Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarga. Orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila tidak melakukan PSN tersebut. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi: a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi 1. Penyebab penyakit 2. Gejala atau tanda-tanda penyakit 3. Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan 4. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya. b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: 1. Jenis-jenis makanan yang bergizi 2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya 3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan 4. Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minim-miniman keras, narkoba, dan sebagainya. 5. Pentingnya istrahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan dan sebagainya. c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan 1. Manfaat air bersih 2. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah 3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yamg sehat
4. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya. 2. Sikap Telah di uraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas yakni: a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan caracara (berprilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istrahat) atau istrahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatannya. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi, dan sebagainya. 3. Tindakan Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai
baik). Inilah yang disebut praktik (practice behaviour). Oleh sebab itu indicator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas, yakni: a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup: 1. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya 2. Penyembuhan penyakit misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat kefasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. b.
Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan narkoba.
c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya.
2.7
Kerangka Berfikir Adapun kerangka teori dan kerangka konsep pada penelitian ini, yakni:
2.7.1
Kerangka Teori
Pengetahuan
Tindakan
Sikap
Kejadian DBD
Perilaku 3 M
Menguras Bak Mandi
Menutup Penampungan Air
Menimbun Barang Bekas
2.7.2 Kerangka Konsep
Pengetahuan Tentang 3M
Sikap Tentang 3M
Tindakan Tentang 3M
Keterangan : : Variabel Bebas ( Diteliti ) : Variabel Terikat. : Variabel tidak diteliti.
Kejadian DBD