BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Ekonomi 2.1.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Todaro
(2003)
dalam
(Sirojuzilam,
2015:
1-3),menyebutkan
pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.. Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi
sekaligus
terkait
usaha-usaha
pemerataan
kembali
hasil-hasil
pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan. Pembangunan ekonomi adalah merupakan faktor utama dalam ilmu Ekonomi Pembangunan yang dalam perkembangannya dipelopori oleh para ekonom di negara-negara maju. Perhatian terhadap problema utama pada awalnya adalah ketika Negara-negara sedang berkembang yang berada di Asia dan Afrika mulai melepaskan diri dari penjajahan. Sebagai Negara yang baru merdeka dengan pengalaman yang relatif terbatas dan pengertahuan terbatas, maka pada awal perkembangan Negara ini disebut Negara yang belum berkembang (Underdeveloped countries) kemudian Negara keterbelakang (back ward
9 Universitas Sumatera Utara
countries) setelah itu Negara kurang berkembang (less developed countries), Negara sedang berkembang (developing countries). Ketertinggalan Negara ini dari dari Negara maju (developed countries) menyebabkan perbedaan dari Negara maju semakin jauh dan akhirnya perhatian terhadap permasalahan di Negara ini dengan menggunakan bantuan analisa ilmu ekonomi semakin intens dilakukan. Secara umum pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : suatu proses berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat. Dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat terjadi dalam jangka panjang. Dengan demikian pembangunan adalah dasar untuk mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.(Sirojuzilam, 2015: 1-3). Dalam pembangunan, Rodinelli (1961)menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara berfikir, perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilainilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhidar dari tindakan sewenang –wenang. Adapun tujuan pembangunan menurut Gant dalam Suryono (2001:31) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai diarasakan hasilnya
10 Universitas Sumatera Utara
maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi. Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam berbagai kebijaksanaan, secara umum disimpulkan sebagai berikut : 1. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan nasional yang cepat. 2. Mencapai tingkat kestabilan harga dengan kata lain mengendalikan tingkat inflasi yang terjadi di perekonomian . 3. Mengatasi masalah pengangguran dan perluasan kesempatan kerja bagi seluruh ankatan kerja. 4. Distribusian pendapatan yang lebih adil dan merata.
2.2
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
2.2.1
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan Ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
11 Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan
harus
berjalan
secara
beriringan
dan
terencana,
mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution With Growth”. Prof Kuznet (dalam Jhingan,2000) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang ke pada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan serta ideologis yang diperlukan”.
2.2.2. Teori-teori pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Adam Smith Adam Smith bukan saja terkenal sebagai pelopor ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan pentingnya kebijakan lasissez-faire, tetapi juga merupakan ahli ekonomi pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan, seperti dapat dilihat dari judul bukunya,
12 Universitas Sumatera Utara
An inqury into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Tulisan tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu Negara. Smith mengatakan mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif. Apabila pasar berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi, dan yang belakangan ini akan menimbulkan kenaikan produktivitas. Kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan dari masa ke masa, yang terjadi bersama-sama dengan kenaikan dalam pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Tambahan pula, spesialisasi yang bertambah tinggi dan pasar yang bertambah luas akan menciptakan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaruan). Maka, perkembangan ekonomi akan berlangsung lagi dan dengan demikian dari masa ke masa pendapatan per kapita akan terus bertambah tinggi. 2. Teori David Ricardo Teori David Ricardo sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukan Malthus dan teori hasil lebih yang makin berkurang. Menurut Ricardo, pola proses pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif cukup banyak. Sebagai akibatnya,para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung kepada keuntungan, maka laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi pula. Ini akan mengakibatkan kenaikan produksi dan pertambahan permintaan tenaga kerja.
13 Universitas Sumatera Utara
Sesudah tahap tersebut, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan bertambah, maka upah akan naik akan kenaikan upah ini mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan adalah tanah yang mutunya makin rendah. Sebagai akibatnya,hasil tambahan yang diciptakan oleh pekerja (produk marjinalnya) akan menjadi semakin kecil,karena lebih banyak pekerja yang digunakan. Dengan demikian, dengan terjadinya pertambahan penduduk yang terus menerus, sewa tanah makin lama makin merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha. Dorongan untuk mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan menurunkan permintaan atas tenaga kerja. Pada tahap tersebut, tingkat upah akan menurun dan pada akhirnya akan berada pada tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan 3.Teori Schumpeter Schumpeter berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan diciptakan dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur,golongan masyarakat yang menciptakan inovasi. Sebagai pencipta pembaruan, kegiatan para pengusaha harus dibedakan dengan kegiatan seorang perusahaan dan pemilik modal. Pemimpin perusahaan (manager) hanya memimpin kegiatan memproduksi dalam suasana struktur organisasi dan teknik memproduksi yang tidak berubah. Sedangkan para pengusaha terutama menciptakan pembaruan dan perbaikan atas
14 Universitas Sumatera Utara
kegiatan-kegiatan ekonomi yang telah ada. Schumpeter berpendapat bahwa proses pertumbuhan tersebut pada akhirnya akan menciptakan suatu keadaan tidak berkembang atau stagnasi. Tetapi, keadaan tidak berkembang tersebut tidaklah seburuk seperti yang digambarkan oleh kaum klasik. Menurut pendapat Schumpeter, keadaan tidak berkembang tersebut merupakan keadaan tidak berkembang pada tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi, dan bukan pada tingkat pendapatan yang sangat rendah seperti yang dikemukakan oleh ahli ahli ekonomi Klasik. Schumpeter meramalkan pada awalnya akan menganut sistem kapitalis namun kemajuan kemajuan yang dicapai sistem kapitalisme akan menciptakan keadaan-keadaan yang akan menghancurkan sistem tersebut dan menyebabkan munculnya sistem sosialisme. 4.Teori Harrod-Domar Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap, karena tidak menyinggung persoalan mengatasi masalah-masalah ekonomi dalam jangka panjang. Analisis yang dibuat oleh Harrod dan Domar bertujuan untuk menutupa kelemahan ini. Teori tersebut pada intinya menganalisis persoalan berikut : “Syarat apakah atau keadaan bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar dari tahun ke tahun kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah sebagai akibat dari penanaman modal pada tahun sebelumnya akan selalu sepenuhnya digunakan?”
15 Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, teori Harrod-Domar pada hakikatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang dapat didefenisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal akan selalu berlaku dalam perekonomian. 5.Teori Neo-Klasik Teori pertumbuhan Neo-Klasik pertumbuhan ekonomi bergantung kepada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang telah menjadi dasar dalam analisis Klasik, yaitu perekonomian akam tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Dengan demikian menurut teori NeoKlasik, sampai dimana perekonomian akan berkembang, tergantung kepada pertambahan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Salah satu perbedaan lain antara teori Harrod-Domar dan teori pertumbuhan Neo-Klasik adalah pemisalannya mengenai rasio modal produksi. Dalam teori Harrod-Domar nilainya dianggap tetap. Sedangkan dalam teori NeoKlasik rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Dengan perkataan lain, untuk menciptakan sejumlah tertentu produksi, dapat digunakan berbagai jumlah barang modal yang berbeda dan dikombinasikan dengan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang diperlukan.
16 Universitas Sumatera Utara
2.3.
Peranan Sektor Pertanian Dalam Pengembangan Ekonomi
2.3.1. Kontribusi Ekonomi Sektor Pertanian Mengikuti analisis klasik dari Kuznet (1974), pertanian di Negara-negara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut: a. Kontribusi Produk Dalam hipotesismya, Kuznets melihat bagaimana keterkaitan antara pangsa output dari sektor pertanian didalam pertumbuhan relative dari produk-produk netto pertanian dan non pertanian dikarenakan oleh tiga alasa. Pertama, elastisitas pendapatan dari permintaan makanan dan produk-produk lainnya pada umunya lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dari pertanian produk-produk non pertanian sesuai efek engel. Kedua, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, petani-petani menjadi semakin tergantung pada input-input yang dibeli dari sektor-sektor non pertanian, ini disebut efek perubahan structural sumber daya dari pertanian. Ketiga, karena permintaan terhadap jasa-jasa pemasaran diluar permintaan terhadap poduk-produk pertanian meningkat, pengeluaran pangsa petani untuk makanan pada harga eceran menurun seiring waktu (disebut efek urbanisasi). b. Kontribusi Pasar Negara Indonesia dengan populasi pertanian yang tinggi memiliki potensi pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor non pertanian,khususnya
17 Universitas Sumatera Utara
industry. Pengeluaran perani untuk produk-produk industry baik barang-barang konsumsi maupun barang-barang produsen memperlihatkan suatu aspek dari kontribusi pasar sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi Terdapat dua faktor penting yang dianggap sebagai prasyarat ssektor pertanian lewat kontribusi pasarnya terhadap deversifikasi dan pertumbuhan. Pertama, dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestic tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negri tetapi juga dari luar negeri. Dalam suatu sistem ekonomi tertutup kebutuhan petani akan barang-barang non makanan harus dipenuhi oleh industry dalam negeri. Jadi secara teoritis (dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain mendukung), efek dari pertumbuhan pasar domestic terhadap perkembangan dan pertumbuhan industry domestik lebih terjamin dari pada dalam suatu sistem ekonomi terbuka. Sedangkan dalam sistem ekonomi terbuka, industri dalam negeri mengahadapi persaingan barang dari barang impor. Dengan kata lain pertumbuhan konsumsi yang tinggi petani tidak menjamin adanya pertumbuhana yang tinggi di sektor-sektor non pertanian dalam negri. Kedua, Teknologi yang digunakan sektor pertanian menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau modernisasi. Permintaan terhadap barang-barang produksi dari sektor pertanian tradisional lebih kecil dibandingkan permintaan sektor pertanian modern. c. Kontribusi Faktor-faktor Produksi Faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi produktivitas di sektor pertanian adalah tenaga
18 Universitas Sumatera Utara
kerja. Secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor non pertanian melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja (titik balik). d. Kontribusi Devisa Kontribusi sektor pertanian suatu Negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat pertumbuhan ekspor dan pengangguran impor Negara tersebut atas komoditikomoditi pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap ekspor juga bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengangguran impor produkproduk berbasis pertanian, seperti makanan, minuman, tekstil dan produkproduknya, barang-barang dari kulit, ban mobil, dan lain-lain. Namun peranan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan devisa dapat berlawanan dengan perannya sebagai kontibutor terhadap pasar domestic. Suplai dari pertanian ke pasar domestic bias kecil karena sebagian besar dari hasil produksi sektor tersebut diekspor. Dengan kata lain usaha untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negri bias menjadi satu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor. Untuk menghindari gejala trade-off ini, maka ada dua hal yang dilakukan sektor pertanian, yakni menambah kapasits produksi disatu pihak dan daya saing produk-produknya di pihak lain.
2.3.2 Keterkaitan Terhadap Sektor Pertanian Keterkaitan Sektor lain dengan sektor pertanian dapat dianalisis dengan menggunakan Model Input Output yang pertama kali dikenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontif pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2008) pengertian Tabel input yang menyajikan sutu table barang dan jasa yang terjadi antara sektor
19 Universitas Sumatera Utara
ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor satu dengan sektor lainnya dalam suatu wilayah dan waktu tertentu. Dalam hal ini, sektor ekonomi mempunyai keterkaitan dengan sektor lain melalui ke empat media yaitu: 1. Keterkaitan Produk Merupakan keterkaiatan yang terjadi melalui penggunaaan produk suatu sektor sebagai bahan baku bagi sektor lain. 2. Keterkaitan Konsumsi Keterkaitan yang tercipta karena suatu sektor dapat menemukan nilai tambah suatu produk dari sektor lain sehingga produk tersebut dikonsumsi oleh rumah tangga. 3. Keterkaitan Investasi Keterkaitan ini tercipta karena nilai tambah dari suatu sektor dipergunakan untuk membeli barang-barang modal dalam rangka meningkatkan produksi berbagai ekspor. 4. Keterkaitan Fiskal Merupakan keterkaitan yang tercipta karena pajak yang ditarik dari suatu sektor daipergunakan untuk membiayai investasi dan pelayanan pemerintah yang berperan dalam meningkatkan produksi-produksi sektor lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat diprediksi apabila sektor pertanian mengalami stagnasi, kerugian yang dihadapi ekonomi domestik akan sangat besar akibat industri dan sektor lain yang yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pertanian juga mengalami stagnasi.
20 Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Keterkaitan Pertanian dengan Industri Pengolahan Sektor pertanian memiliki nilai permintaan antara lebih besar dibandingkan permintan akhirnya artinya output sektor pertanian lebih banyak digunakan sebagai input pada sektor lainnya untuk diproses lebih lanjut daripada langsung dikonsumsi oleh konsumen, sedangkan sektor industri pengolahan memiliki permintaan antara lebih kecil yaitu dibandingkan permintaan akhir hal tersebut menjelaskan output dari sektor industri pengolahan lebih banyak menjadi konsumsi akhir daripada menjadi input sektor lain untuk diperoleh lebih lanjut. Hasil analisis distribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki permintaan output yang lebih kecil dibandingkan sektor industri pengolahan sebagai sebagai konsumsi akhir oleh rumah tangga dan lembaga swasta. Nilai ekspor juga menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industry pengoalahan lebih banyak mengekspor output.
2.3.4 Pertanian sebagai Sektor Pemimpin Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman pangan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesaia karena mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Pentingnya pertanian dalam perekonomian nasional tidak hanya diukur darikontribusinya terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan nasional, kesempatan kerja, sumber devisa Negara, tetapi potensinya
21 Universitas Sumatera Utara
juga dilihat sebagai motor penggerak pertumbuhan output dan divesifikasi produksi ekonomi lain. Oleh karena itu, sektor pertanian dijadikan sebagai sektor pemimpin (leading sector) bagi sektor-sektor lainnya (Tambunan,2003 dalam Emhar et al,2014). Simatupang dan Syafa’at (2000) mengatakan ada lima syarat yang dilihat sebagai kriteria dalam menevaluasi pertanian sebagai sektor kunci perekonomian nasional yaitu : 1. Strategis, yaitu berarti kontribusinya besar dalam mewujudkan sasaran dan tujuan dari pembangunan nasional, seperti pertumbuhan ekonomi (PDB), kesempatan kerja, peningkatan devisa Negara, pembangunan ekonomi daerah dsb. 2. Tangguh, berarti unggul dalam bersaing baik dalam maupun luar negri, dan harus memiliki keunggulan kompetitif berbasis pada kemampuan sendiri (domestic) dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis (social,ekonomi,politik dan alam). 3. Artikulatif, pertanian sebagai sekto andalan harus dapat menjadi dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan output sektor-sektor ekonomi lainnya dalam spectrum yg luas. 4. Progresif, yaitu sektor ekonomi dapat tumbuh secara berkelanjutan dan dapat menjadi motor pertumbuhan bagi perekonomian nasional. 5. Responsif, yang berarti pertanian sebagai sektor andalan mampu meberi respon yg cepat dan besar terhadap setiap kebijakan pemerintah.
22 Universitas Sumatera Utara
2.4. Teori Pembangunan Pertanian Teori-teori pembangunan pertanian dan pembahasan tentang aspek-aspek ekonomi
pembangunan
pertanian
dan
persoalan-persoalan
pertanianpada
umumnya dibagi dalam empat segi pandangan yaiu : 1. Pandangan sektoral yaitu pertanian ditinjau sebagai satu sektor berhadapan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian nasioanal. 2. Masalah efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pertanian. 3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi-komoditi utama yang dihasilkan. 4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah. Pendekatan pertama dan keempat digolongkan sebagai pendekatan ekonomi makro, sedangkan yang kedua dan ketiga sebagai pendekatan ekonomi mikro, dimana masing-masing cara pendekatan memegang peranan penting sesuai dengan keperluannya. Kadang-kadang analisis suatu masalah harus dilaksanakan dengan memakai lebih dari satu cara pendekatan sekaligus. Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hamper setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menyediakan pengan bagi sebagian besar penduduknya, memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industry dan menjadi sumber terbesar penerimaan devisa Negara (Silitonga,dkk: 1995). Pembangunan pertanian saat ini dihadapkan pada berbagai peluang dan tantangan seperti globalisasi, krisis moneter, peningkatan keberlanjutan SDA dan hayati serta pengentasan kemiskinan. Pengembangan Agribisnis merupakan suatu
23 Universitas Sumatera Utara
pendekatan yang komprehensip untuk meningkatkan produktivitas pertanian yang mampu menjadikan produk pertanian sebagai primadona di dalam dalam negri ser2ta dapat menembus pasar global yang lebih luas (Hadi dan Alikodra: 1999). Menurut berbagai literature tentang pembangunan pertanian dinyatakan bahwa pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pembangunan pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahataninya.
Aspek
makro,
pembangunan
pertanian
diharapkan
dapat
menyediakan pangan bagi masyarakat dan menyediakan input bagi kegiatan social ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Sedangkan dari aspek global pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa Negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan dapat menghasilkan devisa Negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan kebutuhan produk pertanian lain di dalam negeri tanpa harus mengurangi kesejahteraan rill masyarakat tani (Sumodiningrat: 2001)
2.4.1 Perkembangan Ekspor Hasil Pertanian Ekspor dapat diartikan suatu penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara kemudian diperdagangkan kepada Negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor komoditi-komoditi yang dihasilkannya kepada Negara lain yang tidak dapat menghasilkan komoditi tersebut atau mengalami kekurangan komoditi yang dihasilkan Negara pengekspor.
24 Universitas Sumatera Utara
Menurut Winardi (1983),ekspor adalah benda-benda (termasuk jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk Negara lain ditambah dengan jasa – jasa yang diselenggarakan kepada penduduk Negara tersebut berupa pengangkutan dengan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang membentuk ekspor tersebut. Sedangkan menurut Branson (1989),ekspor suatu komoditi terjadi pada suatu Negara karena adanya kelebihan penawaran domestic dan akibat harga relative domestic yang relative lebih rendah dibandingkan dengan harga di Negara lain. Seperti diketahui volume nilai ekspor hasil pertanian adalah terus meningkat. Bila ekspor hasil pertanian ini diperinci menurut subsektor, maka tampak bahwa ekspor hasil perkebunan adalah menduduki posisi pertama kemudian diikuti dengan ekspor hasil perikanan,tanaman pangan dan peternakan. Komoditi seperti karet, kopi, kelapa sawit, teh dan lada adalah komoditi ekspor hasil pertanian. Untuk ekspor hasil perikanan, maka komoditi andalannya adalah udang dan ikan tuna. Sementara itu ketela pohon (cassava chips) dan buah-buahan adalah komoditi andalan ekspor hasil tanaman pangan. Ekspor hasil peternakan kecil sekali dan ekspor hasil peternakan ini terutama berasal dari kulit binatang (Soekartawi, 1995). 2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Pertanian: Karena sistem perekonomian Indonesia menganut sistem perekonomian terbuka, maka konsekuensinya adala produk-produk dalam negri baik itu yang dihasilkan untuk konsumsi domestik maupun ekspor, juga dipengaruhi oleh situasi pasar dunia dan juga pasar dalam negri. Beberapa variable penting yang erat berpengaruh terhadap masa depan ekspor hasil pertanian adalah :
25 Universitas Sumatera Utara
Proteksionisme dari Negara-negara maju. Karena volume komoditi untuk tiap komoditi adalah relatif kecil, maka pemerintah perlu berhati-hati dalam mengantisipasi gejala proteksionisme Negara-negara maju ini. Perubahan kebijaksanaan organisasi perdagangan dunia seperti ICO (Kopi), ICCO (Cacao), termasuk pemanfaata perundingan Uruguy Round, GATT dan sebagainya. Sistem globalisasi yang timbul karena pengaruh semakin majunya teknologi informasi cenderung memperpendek jarak antara bangsa satu dan lainnya; antara sistem perdagangan satu dan lainnya. Konsekuensinya bagi Negara berkembang adalah perlunya profesionalisasi dan meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri. 2.4.3 Usaha Pertanian Skala Besar dan Kecil Usaha pertanian di Indonesia dicirikan oleh dua hal yaitu; usaha pertanian skala besar yang lazimnya dikelola oleh perkebunan Negara atau swasta dan sekala kecil yang lazimnya disebut dengan usaha pertanian rakyat. Kedua macam usaha tani ini mempunyai cirri khas, sehingga keduanya relatif lebih mudah dibedakan. Dari klasifikasi yang lazim dipakai dalam member arti sektor pertanian, maka usaha tani skala besar ini disebut perkebunan Negara atau swasta untuk membedakannya dengan perkebunan rakyat biasanya diusahakan dalam skala usaha yang lebih sempit. Komoditi perkebunan biasanya dibedakan menjadi dua yaitu yang berumur panjang dan yang berumur pendek. Sebagai contoh, perkebunan besar yang ada di Indonesia terdapat 10 komoditi utama yang
26 Universitas Sumatera Utara
diusahakan yaitu karet, kelapa sawit, kopi, cacao, teh, cengkeh, kapok, kina dan serat. Kesepuluh komoditi ini adalah yang berumur panjang atau yang lain dinamakan tanaman tahunan (perennial crops). Disamping itu adapula komoditi perkebunan yang berumur pendek seperti tebu, tembakau, rami, dan kapas. Untuk menentukan skala prioritas pengembangan usaha kecil yang punya prospek dapat dilihat dari indikator : 1. Keadaan dan prospek pemasaran 2. Ketersediaan bahan baku. 3. Minat untuk berusaha dan kewirausahaann. 4. Prasarana dan sarana pendukung 5. Potensi pertumbuhan, kaitan sektoral multiplier effect, keterampilan tenaga kerja, skala ekonomis dan teknologi. 6. Kebijaksanaan pemerintah daerah dan pusat yang menyangkut pengembangan komoditi (Indonesia Bank dan USU: 1992). Beberapa hal yang peru diantisipasi pada era globalisasi dalam kaitannya dengan mekanisme pembangunan pertanian adalah aspek-aspek sebagai berikut:
Pendekatan Teknologi Dengan mudahnya memperoleh akses informasi maka perubahan teknologi akan berjalan semakin cepat. Teknologi pertanian yang sederhana secara perlahan akan tergantikan dengan teknologi baru seperti teknologi jaringan (tissue culture), pertanian hidroponik dan sebagainya.
27 Universitas Sumatera Utara
Perubahan Harga Karena majunya pertanian di berbagai Negara maka harga pertanian akan bersaing. Negara yang semula “diam” kini “menggeliat” merebut pasar dunia; sementara ituNegara yang semula menguasai pasar dunia sudah berjalan begitu maju. Meningkatnya Jumlah Produsen Akibat lebih lanjut dari kemajuan suatu Negara dan juga akibat pengaruh majunya teknologi dan akses informasi menyebabkan jumlah produsen menjadi bertambah. Misalnya, Indonesia mengimpor beras, kini justru kelebihan beras.Dahulu asparatus diimpor kini Indonesia sudah mengusahakan sediri. Negara lain seperti Vietnam yang dahulu “diam” karena sibuk dilanda peperangan, kini justru ekspor besar. Dengan kata lain jumlah produsen di banyak Negara terus bertambah dan ini akan berpengaruh pada produk pertanian di dalam negri. Menurunnya Harga Produsen yang semakin bertambah, akses informasi yang semakin cepat diperoleh, teknologi yang modern, menyebabkan harga produk pertanian cenderung menurun. Hal ini menuntutnya perlunya efisiensi usaha pertanian agar produk pertanian dalam negeri dapat bersaing dengan produk pertanian di negeri lain.
28 Universitas Sumatera Utara
Menurunnya Lahan Pertanian Lambat atau cepat, industri didalam negeri akan semakin meningkat sehingga hal ini akan mengurangi areal atau lahan subur yang tersedia. Perumahan, jalan (transportasi), pabrik-pabrik dan sebagainya juga akan mengurangi lahan pertanian. Hal ini ditambah lagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, sehingga rata-rata pemilikan lahan menjadi lebih sempit. Meningkatnya Kesadaran Kesehatan Dengan meningkatnya kesehatan yang ada di masyarakat, maka diperlukan produk pertanian yang bebas dari pestisida. Hal ini sudah terbiasa menggunakan pestisida. Perubahan Iklim Kini seringkali iklim sulit diramalkan. Permulaan musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK) sulit diramalkan sehingga hal ini menyulitkan petani dalam memulai usaha taninya. Pembiayaan Usahatani Kini sudah terlanjur terjadi ekonomi biaya tinggi di mana biaya perunit produk sudah relative tinggi sehingga harga produk menjadi tinggi pula. Bila nantinya subsidi hasil pertanian atau input dikurangi, maka biaya produksi akan meningkat pula. Oleh karena itu perlu ada upaya efisiensi. Perubahan Pola Hidup Ada kecenderungan bahwa meningkatnya tingkat hidup masyrakat akan mempengaruhi macam produk hasil pertanian. Makin tinggi tingkat pendapatan
29 Universitas Sumatera Utara
makin tinggi kualitas produk yang dikonsumsi. Hal ini akan mempengaruhi proses produksi pertanian. Pertani Indonesia terutama yang berkecimpung dalam sektor pertanian tanaman pangan umumnya merupakan petani yang bersifat subsistence (petani tradisional). Kebanyakan hidup mereka berada pada tingkat memprihatinkan. Petani-petani tersebut memiliki cirri antara lain : 1. Modal kecil, dalam hal ini tenaga kerja kadang merupakan satu-satunya faktor produksi yang digunakan. 2. Teknologi yang digunakan sangat sederhana. 3. Pasar terbatas. 4. Usaha perluasan pasar selalu terbentur pada kendala peraturan. 5. Dalam pembiayaan usahatani, mereka tidak memiliki akses terhadap dunia perbankan. 6. Biasanya petani kecil memiliki posisi tawar menawar (bargaining position) yang lebih rendah disbanding pedagang atau usaha-usaha di luar sektor pertanian. 7. Usahatani kecil lebih sulit merespon teknologi karena terbatasnya kualitas SDM mereka (Suryana dan Mardianto: 2001). Pesatnya pertumbuhan produksi padi pada periode pelita I-III tidak terlepas dari dukungan penyesuaian pupuk dan kebijakan harga pupuk yang kondusif. Selain itu perluasan areal tanam telah difasilitasi dengan investasi irigasi yang cukup intensif. Dengan dihapuskannya subsidi pupuk dan dibebaskannya jalur distribusi (Desember 1998) memberikan dampak positif terhadap pasar
30 Universitas Sumatera Utara
pupuk, yakni terjadi persaingan yang sehat antara pelaku bisnis pupuk. Dan kondisi ini memberikan dampak positif bagi petani antara lain : 1. Pupuk tersedia dalam jumlah yang cukup ditingkat petani 2. Harga pupuk relatif stabil 3. Berkembangnya kios-kios pengecer pupuk dengan harga kompetitif (Suryana dan Mardianto: 2001) Dari aspek distribusi keragaman potensi wilayah dalam menghasilkan produk
pangan
khususnya
beras
disertai
dengan
perubahan
kebiasaan
berkonsumsi menyebabkan masalah distribusi pangan semakin berperan penting. Ketimpangan antara produksi dengan konsumsi menyebabkan harga berfluktuasi. Dalam hal ini peranan penyangga harga dan produksi menjadi penting. Masalah akan muncul apabila petani baik secara individual maupun kelompok tidak mampu mengendalikan produk pangan sejak dari produksi, distribusi dan pengelolaan pendapatan (Sumodiningrat: 2001). Berdasarkan kecenderungan-kecenderungan tersebut diatas maka indikasi produk pertanian yang diusahakan adalah sebagai berikut: 1. Produk pertanian yang mempunyai nilai tambah tinggi; 2. Produk pertanian yang diusahakan di lahan yang relatif sempit; 3. Penggunaan teknologi yang modern (maju); 4. Pemasarannya dalam bentuk produk sekunder (tanaman singkong tidak dijual singkongnya tetapi derivates-nya seperti pati, sorbito dsb); dan 5. Produk pertanian mempunyai potensi besar (Soe). (Soekartawi, 1995)
31 Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Permintaan dan Penawaran Produk Pertanian Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan prilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab yaitu : pertama, barang itu berguna, dan kedua, barang itu jumlahnya terbatas. Barang yang bergunan bagi manusia dan jumlahnya terbatas disebut barang-barang ekonomi. Suatu barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan mempunyai permintaan dan penawaran. Sesuatu barang mempunyai permintaan karena barang yang bersangkutan berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas. Hukum permintaan menjelaskan hubungan yang erat antara harag dengan barang yang diminta. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang terbalik yaitu bila harga naik, jumlah barang yang diminta turun, begitu pula sebaliknya. Sedangkan hukum penawaran menjelaskan hubungan yang erat antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan dimana hubungan tersebut merupakan hubungan yang searah, yaitu bila harga naik, jumlah barang yang ditawarkan bertambah, begitu pula sebaliknya. Inti
teori
permintaan
dan
penawaran
adalah
terjadinya
harga
keseimbangan sebagai akibat kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran itu. Dalam grafik yang sederhana dapatlah digambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat perpotongan kurva permintaan dan penawaran, seperti yang terlihat dalam Gambar2.1
32 Universitas Sumatera Utara
Dalam gambar 2.1 dapat dilihat bahwa harag barang OH terjadi pada titik perpotongan kurva pemintaan dan penawaran pada harga keseimbangan ini jumlah keseimbangan adalah OD. Kedua anak panah yang digambarkan tersebut menunjukkan bahwa kalau harga pada suatu ketika lebih tinggi atau lebih rendah dari titik itu. Maka selalu ada kecenderungan kembali pada titik keseimbangan. Apabila harga berada diatas harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar dari jumlah barang yang diminta, sehingga harga cenderung. Sebaliknya kalau harga pada suatu ketika berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan, sehingga cenderung naik. Dalam menggambarkan terjadinya harga keseimbangan ini dipakai asumsi-asumsi yaitu dalam hal permintaan. Dianggap bahwa pendapatan, rasa, adat kebiasaan dan keadaan konsumen lainnya tidak mengalami perubahan kecuali harga. Dalam hal penawaran dianggap bahwa kecuali harga barang, Dalam hal penawaran dianggap bahwa kecuali harga barang, segala sesuatu yang
33 Universitas Sumatera Utara
lain yang mempengaruhi penawaran seperti metode dan teknik produksi, biaya produksi atau harga faktor-faktor produksi, hasil panen per hektar dan lain-lain semua harus tetap tidak mengalami perubahan. Harga dasar harus dipandang sebagai usaha umtuk memperkecil risiko dalam berusahatani padi. Dengan kecilnya resiko ditambah dengan intensif yang memadai untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi maka Negara Indonesia akan mampu meningkatkan dan menjamin supply beras dalam negri pada tingkat yang diinginkan (Suryana dan Mardianto: 2001). Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan kebijakan pemerintah yang mendukungg terciptanya: 1. Kepastian di dalam menjalankan usahatani. 2. Kemudahan untuk mendapatkan sarana produksi dan permodalan 3. Jaminan pasar bagi hasil pertanian dengan harga yang wajar dan bersaing. 4. Ketersediaan teknologi tepat guna dan local spesifik ( Suryana dan Mardianto: 2001) 2.5. Hasil Kajian Penelitian 1. Luhut Hamonangan (Universitas Sumatera Utara) dalam penelitiannya yang berjudul “ Prospek Pembangunan Pertanian Sektor Pertanian Kabupaten Karo’’ mengemukakan bahwa produksi hasil pertanian merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, dapat dilihat dari meningkatnya volume dan nilai ekspor yang terus meningkat. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder tahun 1999-2007. Penelitian ini menggunakan
34 Universitas Sumatera Utara
metode analisis deskriktif, dan hasilnya menunjukkan bahwa sebagai daerah yang termasuk dalam kawasan agribisnis Holtikultura Sumatera (KAHS)
memiliki
keunggulan
kompetitif
dalam
perdagangan
internasional, khususnya komoditi sayur mayor yang telah lama menjadi andalah komoditi ekspor. 2.6.Kerangka Pemikiran Prospek Pembangunan Sektor pertanian merupkan suatu tujuan untuk mencapai tingkat uasahatani sejalan dengan perkembangan teknologi pertanian di era globalisasi, maka diharapkan pelaksanaan pembangunan kedepan mengalami kemajuan umtuk mencapai tujuan pembangunan yang prospektif. Hingga saat ini pembangunan sektor pertanian masih memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan pangan yang semakin meningkat, ini disebabkan besarnya penduduk Indonesia yang masih mengandalkan pangan dari produk yang dihasilkan sektor pertanian.Karena permintaan yang semakin meningkat hal ini memberikan dampak positif terhadap sektor pertanian. Harga yang semakin stabil dan meningkat pula permintaan terhadap produk pertanian tersebut, kondisi ini memberikan kesempatan kerja didaerah setempat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha Sektor pertanian sangat prospektif dapat dilihat dari permintaan pasar terhadap hasil pertanian khususnya beras yang cenderung meningkat. Didaerah penelitian , dalam mengembangkan usaha pertanian ditemukan beberapamasalah yang menjadi penghambat.
35 Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani Sektor Pertanian
Produksi
Produktivitas
Sektor Pertanian layak secara ekonomi untuk
Perkembangan harga hasil produksi hasil pertanian
Memberikan kesempatan kerja
dikembangkan
Permintaan pasar terhadap hasil produksi sektor pertanian cenderung meningkat
PROSPEKTIF
36 Universitas Sumatera Utara