BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Krim Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000). Menurut (Ditjen POM,1995) krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. Krim disebut juga salep yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit. Sebagai vehikulum dapat dipakai emulsi kental berupa emulsi M/A atau emulsi A/M. Krim lebih mudah dibersihkan dari kulit dari pada salep yang menggunakan vaseline sebagai vehikulum (Joenoes, 1990).
2.1.1
Jenis-Jenis Krim Jenis-Jenis Krim Menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut: 1. Krim pendingin (cold cream) Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti. 2. Krim vitamin (vitamin cream) Mengandung vitamin B compleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A, C, D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien dibanding bila diberikan per oral. 3. Krim urut (massage cream) Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim A/M. 4. Krim tangan atau badan (hand and body cream) Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA, atau vitamin.
5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream or skin food cream) Tidak memberi makan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau corn oil. 2.1.2
Manfaat Krim Pada kulit kering pada keadaan kelembaban udara sangat rendah,
penguapan air dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau kelainan kulit tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar, krim dapat mengurangi kekeringan kulit dan mengurangi penguapan kulit dengan cara menutupinya (Wasitaatmadja, 1997). Krim berisi minyak nabati atau minyak hewani, yang terkadang bersifat komedogenik.
Tentu
saja
minyak
pengganti
tidak
dapat
sepenuhnya
menggantikan peran minyak alamiah yang keluar dari kelenjar palit, namun setidaknya dapat membantu dalam segi fisik proteksi dan pelembut kulit (Wasitaatmadja, 1997). 2.2
Krim Pemutih Pemutih kulit merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mencerahkan
atau merubah warna kulit yang tidak diinginkan (Rieger, 2000). Beberapa krim pemutih mengandung pigmen putih untuk menutupi kulit dan para konsumen merasa kulitnya menjadi lebih putih, namun sebenarnya kulit mereka hanya terlihat lebih putih saja akibat efek pelapisan pigmen putih pada
lapisan terluar kulit dan tidak ada pengurangan pada kadar pigmen kulit yang sebenarnya. Krim pemutih yang mengandung bahan yang dapat mengganggu produksi pigmen merupakan krim yang dianggap paling efektif (Scott et al, 1985). Berdasarkan cara penggunaanya produk whitening kulit dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Skin Bleaching Adalah produk whitening yang mengandung bahan aktif yang kuat, yang berfungsi memudarkan noda-noda hitam pada kulit. Cara penggunaan produk tersebut adalah dengan mengoleskan tipis-tipis pada daerah kulit dengan noda hitam, tidak digunakan secara merata pada kulit dan tidak digunakan pada siang hari. 2. Skin Lightening Adalah produk perawatan kulit yang digunakan dengan tujuan agar kulit pemakai tampak lebih putih, cerah dan bercahaya. Produk whitening katagori ini dapat digunakan secara merata pada seluruh permukaan kulit. 2.3
Asam Retinoat Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisika dan kimia Asam Retinoat adalah
sebagai berikut:
Rumus Molekul
: C2OH28O2
Berat Molekul
: 300,44
Pemerian
: Serbuk hablur, kuning sampai jingga muda
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform
Asam Retinoat atau Tretinoin adalah bentuk asam dari vitamin A. Fungsi vitamin A asam ini atau disebut dengan Asam Retinoat adalah berperan pada proses metabolisme umum (Hardjasasmita, 1991). Menurut Menaldi (2003), Asam Retinoat merupakan zat peremajaan non peeling karena merupakan iritan yang menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum korneum yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit menebal dan padat serta meningkatkan vaskularisasi kulit sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar. 2.3.1
Kegunaan Asam Retinoat mampu mengatur pembentukan dan penghancuran sel-sel
kulit. Kemampuannya mengatur siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik anti aging atau efek-efek penuaan (Badan POM, 2008). Penggunaan tretinoin yang sebagai obat keras, hanya boleh dengan resep dokter, namun kenyataannya ditemukan dijual bebas kosmetik yang mengandung tretinoin (Badan POM, 2006). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, produk krim pemutih yang dilarang penggunaannya dan
mengandung Asam Retinoat, antara lain RDL Hydroquinon Tretinoin Baby Face Solution 3 dan Maxi-Peel Papaya Whitening Soap. 2.3.2
Efek Samping Asam Retinoat atau Tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit
yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang berlebihan khususnya pada wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang dikandungnya (Badan POM, 2008). 2.3.3
Dosis Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang mengandung
Asam Retinoat dosis yang digunakan dalam konsentrasi 0,001-0,4%, umumnya 0,1% (Menaldi, 2003). 2.4
Metode Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis Menurut Rohman (2007), Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan
oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Rohman,2007).
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan, dalam kromatografi ini peralatan yang digunakan lebih sederhana. Keuntungan kromatografi planar adalah: 1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis 2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet 3. Dapat
dilakukan
elusi
secara
menaik
(ascending),
menurun
(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi 4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi ketika fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya tinggi (Pudjaatmaka, 1994). Prinsip kromatografi Menurut Stahl (1985) mengemukakan kaidah dasar kromatografi jerap yaitu Hidrokarbon jenuh terjerap sedikit atau tidak sama sekali, karena itu ia bergerak paling cepat.
2.4.1
Fase Diam KLT Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT
yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Panjang lapisan 200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis totalnya 0,1-0,3 mm, biasanya 0,2 mm. Sebelu digunakan, lapisan disimpan dalam lingkunga yang baik lembab dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985). Penjerap yang umum ialah silica gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Dapat dipastikan silica gel paling banyak digunakan. Silica gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang terganyung kepada cara pembuatannya sehingga silica gel G Merck, menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun 1958, telah diterima sebagai bahan standar. Selain itu harus diingat bahwa penjerap seperti aluminium oksida dan silica gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya (Stahl, 1985). 2.4.2
Fase Gerak KLT Menurut Rohman (2007), Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka,
tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. System yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organic karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak: 1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan 3. Untuk pemisahan denga menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nialai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metal benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan 4. Solute-solut ionic dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solute-solut yang bersifat basa dan asam. 2.4.3
Aplikasi (Penotolan Sampel) Larutan contoh yang akan diaplikasikan hendaknya berisi antara 0,1 dan
10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan asam encer sekitar 1 µl larutan ditotolkan dengan sebuah apuit mikro (micro syringe) atau mikropipet didekat salah satu ujung lempeng kromatografi (chromatoplate) (sekitar 1,5-2,0 cm dari pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan kering diudara (Pudjaatmaka, 1994). 2.4.4
Pengembangan Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut
pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangaan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm disamping pengembangan sederhana, yaitu perambatan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan
ganda dapat juga digunakan untuk memprbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas beturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan membiarkan pelat diudara selama 5-10 menit (Stahl, 1985). 2.4.5
Deteksi Bercak Bercak pemosahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak
berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi, membuat bercak akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan penyerapnya akan diberi indikator yang berfluoresensi, dengan demikian bercak akan kelihatan hitam sedang latar belakangnyaa akan kelihatan berfluoresensi (Rohman, 2007).