BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku 1. Pengertian Menurut Skiner dalam Notoatmojo (2000) Perilaku merupakan repon/reaksi seseorang individu terhadap stimulus ( rangsangan yang berasal dari luar ). Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal ( meliputi karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, emosional dan jenis kelamin ) dan faktor eksternal meliputi lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku adalah faktor eksternal. Menurut Kurt Lewin dalam Azwar (2000) bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor lingkungan. Menurut Azwar (2000) psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah merupakan hasil penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil atau perpaduan berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
6
7
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. a. Pengetahuan (knowledge) Notoatmodjo
(2003)
menyatakan
bahwa
pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Azwar (2003) bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
8
c) Aplikasi (application) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan meteri yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (syntesis) Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penulaian itu didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. b. Sikap (attitude) Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
9
stimulus atau objek. Di bagian lain Alport dalam Notoatmodjo (2003) juga menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi tarhadap suatu objek,dan kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terbagi dalam empat tingkatan, yaitu : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuing) Mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
atau
mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (responsibel) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
10
c. Tindakan (practice) Notoatmodjo (2003) membagi tindakan menjadi empat, yaitu : 1) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2) Respon Terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuat sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. 3) Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik yang ke tiga. 4) Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan
baik.
Artinya
tindakan
itu
sudah
dimodifikasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Menurut Rogers dalam Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni : a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
11
b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c) Evaluation ( menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya ). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial, orang telah mulai mencoba berperilaku baru. e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmojo (2003) perilaku terbentuk karena 3 faktor, yaitu faktor predisposisi ( predisposing factors ), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilainilai; faktor pendukung ( enabling factors ), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas sarana kesehatan; dan faktor pendorong ( renforcing factors ), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petuygas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
B. Konsep teori ASI Eksklusif 1. Pengertian Menurut Soetjiningsih (1997) ASI merupakan emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara sebagai makanan utama bayi. Menurut Sugeng Riyadi dan Tjokronegoro (1992) ASI merupakan makanan alamiah yang ideal karena mengandung semua gizi (nutrien) dan mengandung beberapa zat
12
anti terhadap penyakit. Sedangkan menurut Krisnatuti (2000) ASI merupakan makanan yang paling ideal karena jumlah yang diproduksi ibu melahirkan sesuai dengan usia dan pertumbuhan bayi. Menurut Depkes ( 2003 ) ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan kecuali obat dan vitamin. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ASI merupakan makanan alamiah ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena kandungan gizi yang ada sesuai dengan kebutuhan bayi serta diberikan pada bayi selama 6 bulan. 2. Komposisi ASI Menurut Pujiadi ( 1990 ) zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut : a. Immunoglobulin Semua macam immunoglobulin terdapat pada ASI, seperti Ig A, Ig G, Ig M, Ig D, dan Ig E. b. Lisozim Lisozim merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI sebanyak 3-300 mg/100 ml, dan kadarnya bisa naik higga 30005000 kali lebih banyak dibandingkan dengan kadar lisozim dalam susu sapi. Enzim demikian memiliki fungsi bakteriostatis terhadap enterobakteria dan kuman gram negatif, mungkin juga berperan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus.
13
c. Laktoperoksidase Laktoperoksidase merupakan enzim juga dan bersamasama dengan peroksidase hydrogen dan ion tiosianat membantu membunuh streptokokus. d. Faktor Bifidus Faktor bifidus merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen. Konsentrasi zat tersebut ialah 40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Faktor bifidus juga dapat mencegah pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti Escherichia Coli Patogen. e. Faktor Anti Stafilokokus Faktor tersebut merupakan asam lemak dan melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus. f. Laktoferin dan Transferin Kedua zat terdapat dalam ASI walaupun jumlahnya tidak banyak. Protein tersebut memiliki kapasitas mengikat zat besi dengan baik hingga mengurangi tersedianya zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukannya.
14
g. Komponen Komplemen Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibody, produk kuman, dan enzim. Komplemen C3 dan C4 terdapat dalam ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 yang tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti. h. Lipase ASI mengandung lipase yang merupakan juga sebagai zat anti virus. Komposisi dan volume ASI dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi dan volume ASI yang diproduksi pada hari pertama setelah bayi dilahirkan, berbeda dengan ASI yang diproduksi 6 bulan kemudian. Menurut Krisnatuti (2000) berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan ke dalam tiga kelompok berikut: a. Colostrum Colostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi dilahirkan sampai hari ke-3 atau ke-4. Warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada ASI yang diproduksi setelah hari ke-4. colostrum memiliki khasiat untuk membersihkan saluran pencernaan bayi dari kotoran sehingga saluran tersebut siap menerima makanan. Colostrum mengandung protein, zat penangkal infeksi, mineral
15
terutama K, Na dan Cl, dan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K). Dengan keunggulan yang dimiliki colostrum, cukup jelas bahwa bayi yang memperoleh ASI sedini mungkin (2-8 jam sesudah lahir) akan terhindar dari kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan, infeksi usus, dan penyakit lainnya. Berdasarkan hasil penetitian, seorang ibu dapat memproduksi 150-300 ml colostrum dalam satu hari. b. ASI Transisi/Peralihan ASI transisi/peralihan diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 setelah kelahiran. Bahkan, pada kondisi-kondisi tertentu ASI transisi dapat diproduksi sampai minggu ke-5. ASI peralihan mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan colostrum. Dilain pihak, kandungan lemak dan karbohidrat ASI peralihan lebih tinggi dibandingkan colostrum. c. Air Susu dengan Komposisi Zat Gizi Lengkap (Mature Milk) Setelah bayi berumur satu bulan, komposisi zat gizi ASI tidak akan mengalami perubahan (komposisinya tetap). Kondisi ini akan berlangsung sampai bayi berumur 2-3 tahun. Volume ASI yang diproduksi akan mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya umur bayi. Ketika bayi berumur tiga bulan, seorang ibu dapat memproduksi ASI sekitar 800 ml sehari. Terjadinya perubahan volume ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Menginjak umur 6 bulan, bayi membutuhkan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI
16
karena ASI yang diproduksi ibu mulai menurun dan tidak mencukupi kebutuhan bayi. Namun demikian ASI tetap boleh diberikan sampai bayi berumur 2 tahun (Krisnatuti,2000). 3. Pola Pemberian ASI Pola pemberian ASI (kebiasaan menyusui) diartikan sebagai jumlah konsumsi ASI bayi pada satu waktu tertentu. Perilaku menyusui dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu menyusui secara eksklusif dimana bayi hanya diberi ASI sampai pada usia mencapai 6 bulan, dan menyusui secara tidak eksklusif dimana bayi sebelum berusia 6 bulan telah diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang bersifat menetap dan bayi telah diberi susu formula pada usia kurang dari 6 bulan. 4. Fisiologi Menyusui Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Menurut Wiknjosastro ( 1999 ) pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu berdasarkan pembentukan kelenjar payudara, pembentukan air susu dan pemeliharaan air susu 5. Reflek pada Laktasi Ada beberapa reflek yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Reflek yang terjadi pada ibu adalah reflek prolaktin dan oksitosin (let down reflect). Dan pada bayi adalah rooting reflect, reflek menghisap dan reflek menelan.
17
a. Reflek Prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf sensoris yang terdapat pada papilla mammae terangsang. Impuls oleh serabut aferen dibawa ke hypothalamus di dasar otak, yang akan memacu pars anterior hipofise mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar mensekresi air susu. Jadi makin sering bayi menyusu, makin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise serta makin banyak air susu diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks, belum dapat dibuat secara sintetis. Oleh karena itu, menyusukan dengan sering adalah cara terbaik untuk mendapatkan banyak air susu ibu. b. Reflek aliran (Let down reflect) Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu, diantar ke pars posterior hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini akan mamacu sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi, sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli dari sinus menuju papilla mammae. Dengan demikian sering menyusui (pengosongan payudara) sangat penting agar tidak terjadi stagnasi pada payudara. c. Rooting reflect Bila neonatus disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka
18
mulut dan berusaha memcari papilla untuk menyusu, keadaan tersebut dikenal dengan istilah rooting reflect. d. Reflek menghisap ( Sucking reflect ) Reflek menghisap mulai bila ada sesuatu yang merangsang palatum (durum) bayi, biasanya papilla mammae. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakang maka areola herus tertangkap oleh mulut bayi. 6. Manfaat ASI a. Manfaat untuk bayi 1) ASI mengandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi dengan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. 2) ASI mengandung kadar laktosa yang sangat tinggi, dimana laktosa ini dalam usus akan mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. 3) ASI mengandung berbagai zat penolak yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. 4) ASI lebih aman dari kontaminasi 5) Resiko alergi pada bayi kecil sekali 6) ASI dapat sebagai perantara untuk menjalin hubungan kasih saying antar ibu dan anak 7) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur tubuh bayi. 8) ASI membantu pertumbuhan gigi lebih baik
19
9) Kemungkinan bayi tersedak ASI lebih kecil sekali karena payudara ibu telah diciptakan sedemikian rupa. 10) ASI mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi. b. Manfaat untuk ibu 1) Menyusui merangsang involusi uterus 2) Menjarangkan kehamilan 3) Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badannya dari berat badan yang bertambah semasa kehamilan. 4) Mempunyai keuntungan psikologis yaitu timbul rasa dibutuhkan dan rasa bangga. 5) Mengurangi insiden karsinoma mammae
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif antara lain : 1. Usia Menurut Hardyowinoto dan Setiabudhi (1999), seseorang yang menjalani hidup dapat diasumsikan bahwa semakin tua usianya, maka pengalaman juga semakin banyak, pengetahuannya semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin mantap dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Dari hasil penelitian Aipassa (1998) dapat dilihat bahwa salah satu faktor karakteristik ibu termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif adalah usia. Pada primipara yang usianya diatas 29 tahun (87%) lebih
20
tinggi motivasinya untuk memberikan ASI Eksklusif dari pada usia kurang dari 20 tahun (48%). Sedangkan pada kelompok multipara sebagian besar mempunyai motivasi untuk memberikan ASI Eksklusif (85%). Namun demikian penelitian lain justru mendapatkan hasil yang berbeda dimana semakin muda usia ibu maka semakin mempunyai kemampuan lebih baik dalam pemberian ASI (Ebraim, 1986). 2. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang meliputi pengetahuan, nilai sikap dan ketrampilan (Nugraheni, 1997). Azwar (2000) menyatakan bahwa pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu. 3. Pekerjaan Menurut Suharyono (1993) untuk memperoleh penghasilan tambahan, makin banyak kaum ibu yang terpaksa bekerja sehari penuh, dan hal ini menyebabkan kecenderungan penurunan pemberian ASI. Hal ini juga berkaitan dengan produksi ASI yang berkurang karena kurangnya proses menyusui. Bila ibu sejak awal melatih bayinya untuk minum dari botol mengakibatkan payudara tidak sering dirangsang sehingga produksi ASI akan terhenti.
21
4. Pengetahuan Menurut Notoatmojo ( 2002) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakuka penginderaan terhadap subjek tertentu. Pengetahuan
ibu
tentang
ASI
biasanya
diperoleh
dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti media massa, elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan maupun teman dan saudara dekat. Pengetahuan ini dapat memperjuangkan, membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tertentu. 5. Sikap Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, respon akan timbul
apabila
individu
dihadapkan
pada
suatu
stimulus
yang
menghendaki adanya reaksi individual. Menurut Azwar (2002) respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positifnegatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian akan mengkristal. 6. Dorongan Keluarga Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri maupun luar individu tersebut, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia atau dengan kata
22
lain bahwa perilaku dipengaruhi oleh dorongan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu ( Purwanto,1999). Karena itu salah satu kunci kesuksesan laktasi ini adalah dukungan atau dorongan, baik itu yang diberikan keluarga, petugas kesehatan, institusi pemerintahan maupun lingkungan sendiri. Hal ini sangat berkaitan karena orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi perlaku kita. Dengan kata lain adanya dukungan atau dorongan dari keluarga, petugas kesehatan, institusi pemerintahan dan lingkungan dapat memepengaruhi perilaku ibu untuk menyusui secara eksklusif.
23
D. Kerangka Teori
-
Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap Kepercayaan Nilai-nilai Karakteristik - Umur - Pendidikan - Pekerjaan Behavior/Perilaku
Faktor Pendukung - Fasilitas sarana kesehatan - Lingkungan Fisik
Faktor Pendorong - Perilaku Petugas - Dorongan Keluarga Gambar 1. Kerangka Teori. Sumber Lawrence Green (1980) dikutip oleh Notoatmojo(2003), Aipassa (1998), Nugraheni (1997), Suharyono (1993), Notoatmojo (2002), Purwanto (1999). E. Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
- Karakteristik Ibu - usia - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap - Dorongan Keluarga
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Gambar 2. Kerangka Konsep.
24
F. Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat Yaitu perilaku memberikan ASI Ekskusif. 2. Variabel Bebas Meliputi usia, pendidian, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dorongan atau dukungan keluarga.
G. Definisi Operasional 1. Usia Usia adalah jumlah tahun yang dihabiskan iu sejak kelahirannya sampai ulang tahun terakhir, berdasarkan atas KTP atau dokumen yang sah. Diukur dengan kuesioner dan data pengukuran berskala ordinal. 2. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dicapai oleh responden penelitian, dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pendidikan menengah bila tamat SLTA dan pendidikan tinggi bila tamat Perguruan Tinggi/Akademi. Diukur dengan kuesioner dan data pengukuran berskala ordinal. 3. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang dikerjakan ibu sehari-hari secara menetap, didasarkan atas profesi yang selama ini digeluti dan secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi dokter,
25
perawat, bidan, petugas gizi dan kesehatan lingkungan. Diukur dengan kuesioner dan data pengukuran berskala nominal. 4. Pengetahuan Pengetahuan
adalah
akumulasi
jawaban
yang
diberikan
responden terhadap pertanyaan mengenai ASI Eksklusif, pengertian, manfaat, teknik dan persiapan laktasi, yang mencakup tiga aspek (tahu, pemahaman dan aplikasi). Diukur dengan kuesioner dengan data pengukuran berskala ordinal dan hasil pengukuran dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Pengetahuan baik bila skor 1420, cukup bila skor 7-13, dan kurang bila skor 0-6. 5. Sikap Merupakan tanggapan responden terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Diukur dengan kuesioner yang didasarkan pada skala likert. Untuk pernyataan favorable jawaban Sangat Setuju (SS) skor 5, Setuju (S) skor 4, Ragu-ragu (RR) skor 3, Tidak Setuju (TS) skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1. untuk pernyataan unfavorable skor diberlakukan sebaliknya. Hasil pengukuran sikap dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu mendukung bila skor 31-60 dan sikap tidak mendukung bila skor 1-30. 6. Dorongan Keluarga Dorongan keluarga adalah sikap dan perilaku keluarga (suami, orng tua, mertua, saudara kandung, saudara dekat) yang diwujudkan dalam pemberian nasihat, anjuran dan mengingatkan ibu untuk memberikan ASI
26
Eksklusif, dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu ada dorongan dan tidak ada dorongan. Ada dorongan apabila skor pertanyaan 3-5., dan tidak ada dorongan apabila skor pertanyaan 0 dan 2. Diukur dengan kuesioner dan data pengukuran dengan skala Guttman. 7. Perilaku Pemberian ASI Perilaku pemberian ASI adalah tindakan aktif responden dalam pemberian ASI elsklusif tanpa makanan tambahan sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan. Diukur dengan kuesioner, dan hasil pengukuran berskala nominal yaitu : -
Perilaku Positif
bila bayi hanya diberikan ASI Eksklusif tanpa
makanan tambahan hingga usia 6 bulan. -
Perilaku Negatif bila bayi telah mendapatkan makanan / minuman tambahan selain ASI sebelum usia 6 bulan.
H. Hipotesa 1. Ada hubungan antara usia dan perilaku memberikan ASI Eksklusif 2. Ada hubungan antara pendidikan dan perilaku memberikan ASI Eksklusif 3. Ada hubungan antara pekerjaan dan perilaku memberikan ASI Eksklusif 4. Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku memberikan ASI Eksklusif 5. Ada hubungan antara sikap dan perilaku memberikan ASI Eksklusif 6. Ada hubungan antara dorongan keluarga dan perilaku memberikan ASI Eksklusif
27
I. Jadwal Kegiatan Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5.
KEGIATAN Penyusunan proposal Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Penyusunan laporan
Juni
Juli
BULAN Agustus September
Oktober