BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Binahong 1. Deskripsi Tanaman
binahong
(Andredera
cordifolia
(Tenore)
Steen)
merupakan tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai panjang ± 5 m. Tanaman binahong berbatang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar (Rochani N, 2009). Tanaman binahong mempunyai daun dengan ciri-ciri tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, dan bisa dimakan (Rochani N, 2009). Tanaman
binahong
berbunga
majemuk
berbentuk
tandan,
bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 - 1 cm, berbau harum. Rimpang tanaman binahong berbentuk rimpang, berdaging lunak (Rochani N, 2009).
5
6
2. Klasifikasi Tanaman Binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) Tanaman binahong dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Subkelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Familia
: Basellaceae
Genus
: Andredera
Species
: Andredera cordifolia (Tenore) Steen (Kurniawan A.J, 2009)
3. Habitat Tumbuhan ini berasal dari kawasan Afrika timur dan Madagaskar, menyebar ke berbagai kawasan tropis. (Hidayat S dan S Wahyuni, 2009) 4. Perbanyakan Tanaman binahong (A. cordifolia) berkembangbiak dengan cara generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui rimpangnya. Tumbuhan ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Banyak ditanam di dalam pot sebagai tanaman hias dan obat. (Kurniawan A.J, 2009)
7
5. Nama Daerah Binahong,
gondola
(Sunda),
gondola
(Bali),
lembayung
(Minangkabau), uci-uci (Jawa), kandula (Madura), tatabuwe (Sulut). (Hidayat S dan S Wahyuni, 2009) 6. Penggunaan di Masyarakat Daun
dan
batang
binahong
yang
dilumatkan
efektif
menyembuhkan memar, rematik, pegal linu, nyeri urat dan menghaluskan kulit. Rebusan rimpang binahong dapat digunakan untuk mengeringkan luka bekas operasi. Rebusan umbi binahong dapat digunakan untuk menyembuhkan luka, maag dan tifus. Tanaman binahong mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap negara, seperti dalam bahasa Latinnya : Boussingaultia gracilis Miers, Boussingaultia cordifolia, Boussingaultia baselloides. Bahasa Indonesia : Binahong. Bahasa Cina : teng san ci. Bahasa Inggris : heartleaf madeiravine, Madeira vine. (Kurniawan A.J, 2009)
B. Candida albicans 1. Deskripsi Candida suatu genus jamur kecil yang dahulu disebut Monitia. C. albicans varietas jamur yang menyebabkan kandidiasis. (Barbara F, 2005) Kandidiasis adalah suatu infeksi akibat atau subakut yang disebabkan oleh C. albicans atau kadang-kadang oleh spesies kandida yang lain, yang dapat menyerang berbagai jaringan tubuh. Jamur ini
8
dikelompokan dalam jamur tak sempurna (fungi imperfecti), karena hanya terdiri dari satu sel. (Siregar, 2005) Secara alami jamur C. albicans menghuni saluran pencernaan dan vagina. Dalam kondisi normal, jamur C. albicans hidup harmonis dengan flora yang juga menghuni usus (dikenal sebagai probiotic). Jika tubuh sehat, jamur C. albicans tidak akan menimbulkan masalah karena diimbangi oleh bakteri probiotik yang juga menghuni saluran-saluran tersebut. (Health V, 2006) Infeksi Candida terjadi di daerah yang lembab, seperti mulut, vagina, dan lipat kulit. Penyakit ini akan memburuk dalam keadaan umum dan atau penggunaan obat-obat sitotoksik. Infeksi oral dapat terjadi pada gigi yang berlubang, atau gigi palsu yang tidak pas. (Barbara F, 2005) 2. Morfologi Sel-sel Candida berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28,5 μ. Berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora. Candida dapat mudah tumbuh didalam media Sabaround dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni : menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Pada keadaan tertentu sifat kandida dapat berubah menjadi pathogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis. (Siregar, 2005)
9
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 μ. C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. o
o
Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28 C - 37 C. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. (Hendrawati D.Y, 2008) a. Mikroskopik Kerokan kulit atau swab mukosa ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram, dan selanjutnya dilihat dibawah mikroskop, yang dapat dilihat adalah berbentuk oval dengan sel anakan, dan berbentuk filament. b. Makroskopik Media yang biasanya digunakan adalah agar dekstrosa sabaroud dengan atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat tumbuh bersama jamur.
10
Biakan akan tumbuh setelah 3 hari dengan inkubasi pada suhu kamar (250C-300C), dengan ukuran 2-5,5µ × 3-6µ tergantung dari lama inkubasinya. Koloni Candida berwarna krem, timbul diatas permukaan media, permukaan koloni halus dan licin, dan berbau khas ragi.untuk kultur murni dipilih koloni yang terpisah. Pada media cair, candida biasanya tumbuh pada dasar tabung (Jawest, 2004). 3. Klasifikasi Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Subphylum
: Saccharomycotina
Class
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Family
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida albicans (C.P. Robin) Berkhout 1923
Sinonim
: Candida stellatoidea dan Oidium albicans (Hendrawati D.Y, 2008)
4. Cara Infeksi Infeksi kandida dapat berlangsung secara endogen dan eksogen atau berkontak langsung. Infeksi endogen lebih sering terjadi karena kandida ini memang bersifat saprofit didalam traktus digestivus. Infeksi eksogen atau berkontak langsung dapat terjadi bila sel-sel ragi menempel
11
pada kulit atau selaput lender sehingga dapat menimbulkan kelainankelainan pada kulit, missal vaginitis. (Siregar, 2005) 5. Patogenitas dan Virulensi Pada manusia, C. albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. C. albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya C. albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Pada wanita, C. albicans sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama yang sering disertai rasa gatal. Infeksi ini terjadi akibat tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air yang digunakan untuk membersihkan diri;
12
sebaliknya vaginitis Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva dan bagian lain. (Hendrawati D.Y, 2008) Candida
dapat
menimbulkan
invasi
dalam
aliran
darah,
tromboflebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata. (jawetz, 2004) 6. Masa Inkubasi atau Cara Penularan Menurut Oriel, J.D, 1977 Sumber infeksi ini secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama dengan wanita. Penularan C. albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain C. Albicans adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan wanita yang menderita kandidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual. Pertimbangan tentang natural history candidosis vagina menyatakan bahwa bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin terjadi proses sebaliknya. Infeksi jamur pada organ genitalia maternal merupakan salah satu sumber infeksi bagi neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. (Hendarawati D.Y, 2008) Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat meningkatkan resiko terkena infeksi jamur vagina seperti stress, kurang tidur, diet yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula, kehamilan, menstruasi, menggunakan pil KB,
13
menggunakan antibiotic, menggunakan obat-obatan steroid, penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV Menurut Medic8® Family Health Guide, 2007 Infeksi dapat pula terjadi melalui hubungan seksual, namun angka kejadiannya sangat jarang, umumnya terjadi pada pria. Pada wanita, infeksi lebih sering terjadi karena melemahnya sistem imun. Chu, J. H. K. 2007 menyatakan bahwa faktor utama penyebab candidosis vagina adalah masalah kebersihan. Infeksi jamur dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian dalam ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi lembap sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur. Health On The Net Foundation, (2006) Penyebab candidosis vagina ada setidaknya dua komponen, yaitu kedatangan fungi pada vagina dan perubahan kondisi biokimia dan imun vagina yang memungkinkan fungi tumbuh pesat dan menimbulkan gejala. Sekitar 25-30% wanita usia reproduktif memiliki jamur pada vaginanya. Fungi yang paling umum adalah C. albicans, tetapi spesies lain juga menimbulkan gejala seperti C. glabrata, C. tropicalis, C. guilliermondii, C. parapsilosis, dan lain-lain. Dalam keadaan normal tanpa infeksi, lactobacillus vaginal melekat pada dinding epitel vagina dan mencegah uropatogen lain menempel. Segala sesuatu yang mengganggu pertumbuhan normal lactobacillus vaginal,
14
seperti antibiotik, meningkatkan resiko infeksi vagina dan bila jamur yang menjadi patogen ada, jamur itu akan melekat di epitel dan menimbulkan gejala. (Hendrawati D.Y, 2008) 7. Upaya Pencegahan Harvard Medical School (2006) Karena Candidosis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seksual, penyebaran infeksi ini dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual atau hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Di samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan kondom lateks selama hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida. Pencegahan terjangkitnya kandidosis Vagina, dapat dilakukan dengan menjaga area sekitar genitalia bersih dan kering. Hindari sabun yang dapat menyebabkan iritasi, dan semprotan air. Ganti pembalut secara teratur. Gunakan pakaian dalam dari katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian dalam dari nilon. Setelah berenang, cepat ganti pakaian yang kering daripada duduk dengan pakaian renang yang basah dalam waktu yang lama. (Hendrawati D.Y, 2008)
C. Aktivitas Antikandida Menurut Siswandono dan Soekardjo (2000), mekanisme kerja antikandida adalah gangguan pada membrane sel, gangguan ini terjadi Karen adanya ergosterol dalam sel jamur. Ergosterol merupakan komponen sterol yang sangat penting dan sangat mudah diserang oleh antibiotik turunan
15
polien. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur, mampu menimbulkan ketidakteraturan membrane sitoplasma jamur dengan cara mengubah permeabilitas membrane dan mengubah fungsi membrane dalam proses pengangkutan senyawa – senyawa essensial yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan metabolic sehingga biosintesis ergosterol dalam sel jamur. Penghambatan sintesis protein jamur, disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin karena ampu mengalami metabolism dalam sel jamur menjadi
suatu
metabolic.
Penghambatan
mitosis
jamur
ini
dapat
menimbulkan penghambatan pertumbuhan. (Rochani N, 2009) Kandungan senyawa yang dimiliki oleh daun binahong mekanisme atau cara kerja dalam menghambat pertumbuhan jamur diantaranya yaitu mekanisme alkaloid dengan cara dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel (Jawetz et al. 1986). Saponin merupakan senyawa aktif yang dapat membunuh jamur C. albicans. Mekanisme kerja saponin dapat mengakibatkan turunnya tegangan permukaan sehingga pertumbuhan jamur terhambat. (Robinsan 1995) dan mekanisme kerja flavonoid dengan merusak membran sel (Robinson T, 1995)