BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu Sebelum melakukan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat terhadap
Kaum Gay dalam Program Ada-ada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016 (Survey Audiens di Desa Cibatok RT 12 RW 02 – Cibungbulang Bogor) peneliti terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang dilakukan peneliti adalah melakukan tinjauan dengan penelitian sebelumnya yang sejenis atau terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berikut adalah beberapa penelitian sejenis dan terkait yang peneliti jadikan acuan untuk melakukan penelitian ini : Ivan Issa Fathony (Universitas Islam Bandung), Dhiani Aprilianti (Universitas Islam Bandung) dan Ilham Akbar (FISIP, Universitas Sultan Agung Tirtayasa). Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Issa Fathony pada tahun 2009 yang berjudul “Opini Mahasiswa Tentang Citra Kaum Gay Pasca Pemberitaan Kasus Kriminalitas Ryan (Studi Deskriptif analitis mengenai opini mahasiswa humas fikom UNISBA dan UNPAD Bandung)”. Penelitian ini membahas bagaimana opini mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat intelektual mengenai citra kaum gay pasca pemberitaan kasus kriminalitas Ryan ditinjau dari ciri-ciri atau karakteristik opini publik yang terdiri dari adanya masalah yang bersifat kontroversial, adanya publik secara spontan, dan adanya opini yang mudah berubah dan diubah, adanya diskusi secara spontan, dan adanya ekspresi atau
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
pernyataan secara spontan. Publik ataupun responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Humas Fikom UNISBA dan mahasiswa Humas Fikom UNPAD, yang peneliti anggap cukup reperesentatif untuk dijadikan responden karena mahasiswa humas memperlajari bahasan opini publik. Penelitian selanjutnya adalah Dhiani Aprilianti (Universitas Islam Bandung). Penelitian yang berjudul “Opini Mahasiswa Terhadap Karakter Waria di Televisi (Studi Deskriptif mengenai Opini Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA terhadap Penggunaan Karakter Waria dalam Extravaganza Trans TV)” ini dibuat pada tahun 2009 lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui opini mahasiswa Fikom UNISBA terhadap penggunaan karakter waria dalam acara extravaganza Trans TV. Penulis menggunakan metode deskriptif, dalam penelitian ini penulis menguraikan opini berdasarkan komponennya yaitu keyakinan, nilai-nilai dan ekspektasi (harapan), sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fikom Universitas Islam Bandung. Dengan menggunakan sampling cluster di peroleh sampel sebanyak 75 orang dari populasi sebanyak 1489 orang. Dengan pengumpulan data melalui penyebaran angket, kepustakaan, media cetak, dan internet. Dan penelitian terakhir oleh Wika Triwulan pada tahun 2013 dengan judul skripsi “Persepsi Ibu Rumah Tangga RW 003 Kemandoran Jakarta Selatan pada Program Titian Iman O Channel”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat khususnya ibu rumah tangga terhadap kualitas program yang mengandung unsur religi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Di bawah ini merupakan tabel penelitian terdahulu yang sudah dirangkum berdasarkan penjelasan yang sudah peneliti sampaikan. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian 1 Ratih Asmara Dewi (Universitas Mercu Buana)
Ivan Issa Fathony (Universitas Islam Bandung)
Judul Penelitian
Persepsi Masyarakat terhadap Kaum Gay dalam Program Adaada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016
Opini Mahasiswa Tentang Citra Kaum Gay Pasca Pemberitaan Kasus Kriminalitas Ryan
Sub Judul Penelitian
(Survey Audiens di Desa Cibatok RT 12 RW 02 – Cibungbulang Bogor)
Studi Deskriptif analitis mengenai opini mahasiswa humas fikom UNISBA dan UNPAD Bandung
Metode Penelitian
Kuantitatif – Deskriptif
Kuantitatif – Deskriptif
Teori yang digunakan
Teori Persepsi Antar Budaya
Teori Opini Publik menurut William Albig
Peneliti
Persamaan
Perbedaan
Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian Kuantitatif – Deskriptif Rumusan masalah dalam kedua penelitian ini jelas berbeda. Pada penelitian Ivan Issa Fathony merumuskan masalah mengenai Opini Mahasiswa tentang Citra Kaum Gay Pasca Pemberitaan Kasus Kriminalitas Ryan. Sedangkan pada penelitian yang dibuat oleh peneliti merumuskan Persepsi Masyarakat terhadap Kaum Gay dalam Program Ada-ada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016. Teori yang digunakan oleh kedua penelitian ini juga berbeda. Pada penelitian Ivan Issa Fathony menggunakan Teori Opini Publik menurut William Albig. Sedangkan penelitian yang peneliti buat adalah dengan menggunakan Teori Persepsi Antar Budaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian 2
Peneliti
Ratih Asmara Dewi (Universitas Mercu Buana)
Dhiani Aprilianti (Universitas Islam Bandung)
Persepsi Masyarakat terhadap Kaum Gay dalam Program Adaada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016
Opini Mahasiswa Terhadap Karakter Waria di Televisi
Sub Judul Penelitian
(Survey Audiens di Desa Cibatok RT 12 RW 02 – Cibungbulang Bogor)
Studi Deskriptif mengenai Opini Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA terhadap Penggunaan Karakter Waria dalam Extravaganza Trans TV
Metode Penelitian
Kuantitatif – Deskriptif
Kuantitatif - Deskriptif
Judul Penelitian
Teori yang digunakan Persamaan
Perbedaan
Teori Opini berdasarkan komponennya yaitu Teori Persepsi Antar Budaya keyakinan, nilai-nilai dan ekspektasi (harapan). Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian Kuantitatif – Deskriptif Rumusan masalah dalam kedua penelitian ini jelas berbeda. Pada penelitian Dhiani Aprilianti merumuskan masalah mengenai Opini Mahasiswa Terhadap Karakter Waria di Televisi. Sedangkan pada penelitian yang dibuat oleh peneliti merumuskan Persepsi Masyarakat terhadap Kaum Gay dalam Program Ada-ada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016. Teori yang digunakan oleh kedua penelitian ini juga berbeda. Pada penelitian Dhiani Aprilianti menggunakan Teori Opini berdasarkan komponennya yaitu keyakinan, nilai-nilai dan ekspektasi (harapan). Sedangkan penelitian yang peneliti buat adalah dengan menggunakan Teori Persepsi Antar Budaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Tabel 2.3 Perbandingan Penelitian 3
Peneliti
Ratih Asmara Dewi (Universitas Mercu Buana)
Wika Triwulan (Universitas Mercu Buana)
Judul Penelitian
Persepsi Masyarakat terhadap Kaum Gay dalam Program Adaada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016
Persepsi Ibu Rumah Tangga RW 003 Kemandoran Jakarta Selatan pada Program Titian Iman O Channel
Sub Judul Penelitian
(Survey Audiens di Desa Cibatok RT 12 RW 02 – Cibungbulang Bogor)
Studi Deskriptif pada Program Titian Iman O Channel
Metode Penelitian
Kuantitatif – Deskriptif
Kuantitatif – Deskriptif
Teori yang digunakan
Teori Persepsi Antar Budaya
Teori Komunikasi Massa dan Teori Persepsi Khalayak
Persamaan
Perbedaan
Rumusan masalah dalam kedua penelitian ini sama yaitu persepsi masyarakat terhadap suatu tayangan program di televisi. Pada penelitian Wika Triwulan merumuskan Persepsi Ibu Rumah Tangga RW 003 Kemandoran Jakarta Selatan pada Program Titian Iman O Channel. Sedangkan pada penelitian yang dibuat oleh peneliti merumuskan Persepsi Masyarakat terhadap Kaum Gay dalam Program Ada-ada Aja Global Tv Edisi 7 September 2016. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian Kuantitatif – Deskriptif Teori yang digunakan oleh kedua penelitian ini berbeda. Pada penelitian Wika Triwulan menggunakan Teori Komunikasi Massa dan Teori Persepsi Khalayak. Sedangkan penelitian yang peneliti buat adalah dengan menggunakan Teori Persepsi Antar Budaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.2
Teori Persepsi Antar Budaya Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih,
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energy-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna1. Secara umum dipercaya bahwa orang-orang berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka mempersepsi dunia yang sedemikian pula. Kita cenderung memperhatikan, memikirkan dan memberikan respon kepada unsur-unsur dalam lingkungan kita yang penting bagi kita. Komunikasi antar budaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek-objek social dan kejadian-kejadian. Suatu prinsip penting dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-masalah kecil dalam komunikasi sering diperumit oleh perbedaan-perbedaan persepsi ini. Untuk memahami dunia dan tindakan-tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Kita harus belajar memahami bagaimana mempersepsi dunia. Dalam komunikasi antar budaya yang ideal kita akan mengharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Tetapi karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman-pengalaman yang tidak sama, dan oleh karenanya, membawa kita kepada persepsi yang berbeda-beda atas dunia eksternal. Tiga unsur sosio-budaya mempunya pengaruh yang besar dan langsung atas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita. Unsur-unsur tersebut 1 Dr. Deddy Mulyana, M.A dan Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc. Komunikasi Antarbudaya. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. 2005. 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
adalah system-sistem kepercayaan (beliefe), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (world view), dan organisasi sosial (social organization). Ketika ketiga unsur utama ini mempengaruhi persepsi kita dan makna yang kita bangun dalam persepsi, unsur-unsur tersebut mempengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif. Kita semua mungkin melihat entitas sosial yang sama dan menyetujui entitas sosial tersebut dengan menggunakan istilah-istilah yang objektif, tetapi makna objek atau peristiwa tersebut bagi kita sebagai individu sangat berbeda. Masing-masing dari ketiga unsur utama sosio-budaya tersebut akan dibahas untuk menunjukan bagaimana unsur-unsur tersebut mempengaruhi persepsi.2 2.2.1
Sistem sistem kepercayaan, Nilai, Sikap di Indonesia Kepercayaan secara umum dapat dipandang sebagai kemungkinan-
kemungkinan subjektif yang diyakini individu bahwa suatu objek atau peristiwa memiliki karakteristik-karakteristik
tertentu. Kepercayaan
melibatkan hubungan antara objek yang dipercayai dan karakteristikkarakteristik yang membedakannya. Derajat kepercayaan kita mengenai suatu peristiwa atau suatu objek yang memiliki karakteristik tertentu menunjukan tingkat kemungkinan subjektif kita dan konsekuensinya, juga menunjukan kedalaman atau intensitas kepercayaan kita. Tegasnya semakin pasti kita dalam kepercayaan kita, semakin besar pulalah intensitas kepercayaan tersebut.3
2
3
Ibid. 25 Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Indonesia menganut paham Pancasila yang kaya akan simbolsimbol keberagaman dengan keunikannya sendiri-sendiri. Pancasila sebagai
dasar
negara
seharusnya
dijadikan
dasar
negara
yang
diintepretasikan dengan bijak. Sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia adalah berdasarkan agama. Dan diketahui agama yang diakui oleh Indonesia sendiri ada 5 dan Islam sebagai agama terbanyak yang dipegang oleh hampir seluruh masyarakat di Indonesia.4 Nilai-nilai ini umumnya menjadi rujukan seorang anggota budaya tentang apa yang baik dan apa yang buruk, yang benar dan yang salah, yang sejati dan palsu, positif dan yang palsu, hal-hal apa yang patut dipelajari dan dicemoohkan, dan peristiwa-peristiwa apa menyebabkan individu-individu memiliki solidaritas kelompok. Nilai-nilai dalam suatu budaya menampakan diri dalam perilaku para anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut.5 Pancasila merupakan sumber utama nilai–nilai di Indonesia. Adapun nilai nilai yang terkandung pada pancasila antara lain:6 1.
Nilai Ketuhanan. Nilai ketuhanan Yang Maha Esa artinya adanya pengakuan terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Dengan adanya ini bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan Negara Atheis. nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan dan kebebasan memilih dan memeluk agama sesuai
4
Ahmad Syafii Mufid. Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. 2012. xiii-xiv Dr. Deddy Mulyana, M.A dan Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc. Op.Cit ., 26
5 6
Prof. Dr. H. Kaelan, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma. 2010
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
dengan keyakinannya
masing masing serta tidak berlaku
diskriminatif terhadap kepercayaan agama lain. 2.
Nilai Kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradap memiliki arti bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekuangan dari orang lain. Nilai ini mengajarkan bagaimana kita bersikap dengan orang lain, menjaga perasaan orang lain, dan lain sebagainya. Berbicara tentang nilai kemanusiaaan tentu tak lepas dari HAM atau hak asasi manusia.
3.
Nilai Persatuan. Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha kearah
bersatu dan kebulatan rakyat membina rasa
nasionalisme dalam Negara kesatuan republik Indonesia. persatuan juga merupakan penghargaan terhadap keberagaman kebudayaan, sesuai semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. 4.
Nilai kerakyatan. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Nilai kerakya tan ini sangat erat dengan proses demokrasi yang ada di Indonesia.
5.
Nilai Keadilan. Nilai keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung
makna
sebagai
dasar
sekaligus
tujuan
yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriyah dan batiniyah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Sikap sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespon suatu objek secara konsisten. Sikap itu dipelajari dalam suatu konteks budaya. Bagaimanapun lingkungan kita, lingkungan itu akan turut membentuk sikap kita, kesiapan kita untuk merespon, dan akhirnya perilaku kita.7 Sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat ditunjukkan dengan cara mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda- beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tidak memaksakan kehendak atau pendapat kepada orang lain dalam kegiatan bermusyawarah, menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan keseharian, menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran yang tinggi, tidak main hakim sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, tidak menerima secara mentah-mentah semua budaya asing yang datang ke Indonesia, serta memelihara ketertiban bersama.8 2.2.2
Pandangan Dunia (World View) Unsur budaya ini, meskipun konsep dan uraiannya abstrak,
merupakan salah satu unsur terpenting dalam aspek-aspek konseptual komunikasi antar budaya. Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, alam semesta, dan masalah-masalah filosofis lainnya yang berkenaan dengan konsep makhluk. Pandangan dunia kita membantu kita untuk mengetahui posisi 7
8
Dr. Deddy Mulyana, M.A dan Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc.. Op.Cit., 27 Agus Dwiyono dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Yudhistira. 2007
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dan tingkatan kita dalam alam semesta. Oleh karena pandangan dunia begitu kompleks, kita sulit melihatnya dalam suatu interaksi antar budaya. Isu-isu pandangan dunia bersifat abadi dan merupakan landasan paling mendasar dari suatu budaya. Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya. Efeknya sering kali tak terlihat dalam hal-hal tampak nyata dan remeh seperti pakaian, isyarat, dan pembendaharaan kata.9 2.2.3
Organisasi Sosial (Social Organization) Cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan
lembaga-lembaganya juga mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budaya mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi. Keluarga, meskipun merupakan organisasi social terkecil dalam suatu budaya, mempunyai pengaruh terpenting. Keluargalah yang paling berperan dalam mengembangkan anak selama periode-periode formatif dalam kehidupannya. Sekolah adalah organisasi social lainnya yang penting. Dilihat dari sudut definisi dan sejarahnya, sekolah diberi tanggung jawab besar untuk mewariskan dan memelihara suatu budaya. Sekolah merupakan penyambung penting penting yang menghubungkan masa lalu dan juga masa depan. Sekolah memelihara budaya dengan memberi tahu angota-anggota barunya apa yang telah terjadi, apa yang penting, dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya.10
9
Dr. Deddy Mulyana, M.A dan Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc. Op.Cit ., 28 Ibid. 29
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.3
Masyarakat Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, hidup
bermasyarakat dapat diartikan sebagai hidup dalam suatu pergaulan. Kata masyarakat berasal dari bahasa arab „syaraka‟ yang artinya ikut serta (partisipasi). Sedangkan dalam bahasa inggris dipakai istilah „society‟ yang berasal dari kata „socius‟ yang artinya kawan. Aristoteles mengemukakan bahwa manusia ini adalah „zoon politicon‟ yaitu makhluk sosial yang hanya menyukai hidup bergolongan atau sedikitnya mencari teman bersama lebih suka daripada hidup tersendiri11. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, masyarakat merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas yang jelas dan menjadi faktor utamanya ialah adanya hubungan yang kuat di antara anggota kelompok dibandingkan hubungan dengan orang-orang diluar kelompoknya. Sedangkan menurut Hasan Sadhily, masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya menjadi unsur yang ada bagi masyarakat. Masyarakat bukanya ada dengan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.12 Masyarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan 11 12
Lukman Surya Saputra. Pendidikan Kwarganegaraan. Bandung: Setia Purna Inves. 2007. 11 Hassan Shadily. Sosiologi untuk masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. 1984. 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenag-wenang untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk kepada hokum-hukum yang telah ditetapkan (Negara, perkumpulan dan sebagainya) dengan sukarela berarti menurut adat dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat dan sebagainya). Bersasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman atau tanggapan terhadap halhal atau peristiwa yang terjadi dilingkungannya. Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu:13 1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. 2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip. 3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. 13
Stephen P Robbins. Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan. Jakarta: PT. Prehallindo. 2001. 89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.4
Media Massa dan Televisi 2.4.1
Media Massa Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik
merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message communicated through a mass medium to large number of people”, suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempattempat yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya adalah, suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio, dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu.14 Everett M, Rogers mengatakan ada dua jenis media massa yaitu, media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern adalah media massa yang menggunakan teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan, yaitu: surat kabar, majalah, buku, film, radio, televisi. Sedangkan media massa tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun.15 2.4.2 Televisi Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele "jauh" dan visio “penglihatan”, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi 14
15
Stanley J Baran. Mass Communication Media Literacy and Culture. MC Graw Hill. 2001. 73 Effendi, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003. 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan dan berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna.16 Menurut Scornis dalam bukunya Television and Society; An Incuest and Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat yang istimewa, ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas.17 Pada dasarnya televisi mempunyai sifat sebagai berikut: dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut:18 1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi. 2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
16
Diakses pada tanggal 5 Februari 2017 dari http://id.wikipedia.org/wiki/televisi Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Reineka Cipta. 1996. V 18 Ibid. 100 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Media membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan. 1.5.3
Talkshow Program Ada-ada Aja Program acara televisi yang menarik dan sekaligus sebagai program
yang mendidik bagi penonton adalah program Talk Show. Program ini dikatakan mendidik karena merupakan program yang menghadirkan narasumber sebagai pembicara dalam hal meningkatkan wawasan bagi seseorang. Format talk show merupakan cerminan kekuatan yang menonjol pada medium televisi, yaitu original (utuh/asli) dan credible (dapat dipercaya). Narasumber yang sangat “vocal” dan memahami permasalahan adalah sebagai salah satu kunci keberhasilan Talk Show. Agar Talk Show dapat menarik dan berbobot, pewawancara harus mendalami bidang permasalahan yang sedang dibicarakan di Talk Show.19 Ada-ada Aja adalah sebuah program acara televisi bergenre talkshow. Acara ini ditayangkan di GlobalTV secara live sejak tahun 2013. Waktu Program Acara ini ditayangkan setiap Senin - Jumat Jam 14.00 14.30 WIB. Dengan Host Indy Barends dan John Martin atau Ayu Tingting, Gracia Indri dan Irfan Hakim20. Dengan ramainya pemberitaan mengenai gay dari para artis seperti Indra bekti, Sayiful Jamil dan Indra
19 20
Wibowo. Menejemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. 67 GlobalTV Ada-ada Aja. Diakses tanggal 4 Maret 2017 dari http://www.globaltv.co.id/program/158/Ada-Ada-Aja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Brugman pada saat itu program Ada-ada Aja menjadi program talkshow yang juga ikut membahasnya. Program Ada-ada Aja pada Edisi 7 September 2016 menampilkan bintang tamu Jupiter Fortissimo, Widuri, Kartika Puteri dan Erick, dengan dipandu oleh host Ayu Ting-ting, Irfan Hakim dan Gracia Indri. Dalam edisi 7 September 2016 ini program Ada-ada Aja membahas seputar kehidupan Gay yang telah di Jalani oleh salah satu bintang tamu mereka, yaitu Jupiter Fortissimo. Serta mengklarifikasi pemberitaan yang ada terkait artikel mengenai kaum Gay oleh Jupiter Fortissimo. 2.5
Homoseksual 2.5.1
Sejarah Homoseksual Pada tahun 1986 beberapa lesbian Jakarta sempat mendirikan
Persatuan Lesbian Indonesia (Perlesin), karena merasa terdorong oleh perkawinan dua wanita pada tahun 1981 yang mendapatkan liputan media massa dan terinspirasi dari keikutsertaan mereka di organisasi Lambda Indonesia cabang Jakarta. Kepimpinan nasional Lambda Indonesia juga sempat mengalami kemunduran pada tahun 1986, meskipun beberapa cabang organisasi masih melanjutkan kegiatan. Pada tahun 1985, cabang Yogyakarta membentuk dirinya sebagai organisasi mandiri setempat dengan nama Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) yang juga menerbitkan majalah Jaka. Beberapa mantan aktivis cabang Lambda Indonesia di Surabaya mendirikan Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
disingkatkan menjadi GAYa NUSANTARA, dan menerbitkan majalah yang juga diberi nama GAYa NUSANTARA. Organisasi ini memiliki tujuan antara lain mendorong pendirian komunitas dan organisasi di berbagai daerah di Indonesia. Selanjutnya PGY mengganti namanya pada tahun 1988 menjadi Indonesian Gay Society, dan melanjutkan publikasi majalah Jaka-Jaka serta menyelenggarakan pertemuan dan diskusi di Yogyakarta secara berkala, yang tidak hanya menarik pria gay setempat tetapi juga peserta lain dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Selain mereka yang aktif di berbagai organisasi, anggota komunitas seringkali bersama para aktivis organisasi, mengadakan pesta-pesta kecil dan besar di café atau restoran di kota atau di tempat peristirahatan di lereng gunung. Sejumlah peserta bahkan datang dari pulau-pulau di luar Jawa untuk menghadiri pesta yang lebih besar. Pesta paling terkenal selama tahun 1990-an adalah September Ceria, yang diselenggarakan pada malam minggu pertama setiap bulan September di kota wisata Tawangmangu di daerah pergunungan dekat Solo.21 Menjelang akhir tahun 1993, terdapat cukup banyak organisasi dan aktivis individu sehingga mampu menyelenggarakan Kongres Lesbian dan Gay Indonesia pertama (KLGI I) di Kaliurang, dekat Yogyakarta. Semakin banyak organsasi didirikan di berbagai wilayah Indonesia, yaitu: Medan, Batam, Ambon dan lain sebagainya. Diadakan dua kongres lagi, yaitu:
21
GAYa Nusantara. Buletin G: Gaya Hidup Ceria (1 Agustus 1982, 2 Oktober 1982, 3 Desember 1982, 4 Maret 1983, 5 Mei 1983, 6 Juli 1983, 7 Oktober 1983 dan 8 November 1984) [online]. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017 dari http://gndownload.blogspot.com/search/label/gaya%20hidup%20ceria.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
KLGI II di Lembang, dekat Bandung (tahun 1995) dan KLGI III di Denpasar (tahun 1997). Jumlah peserta pertemuan berkembang semakin besar, terdiri dari wakil-wakil organisasi, aktivis individu dan mereka yang berperan aktif dalam berbagai kaukus organisasi kesehatan dan hak-hak yang seksual dan reproduksi. Jaringan GWL-INA (Gay, Wanita dan Lakilaki Indonesia) berhasil menjadi mitra kerja Komisi AIDS Nasional dalam rangka
perumusan
dan
pelaksanaan
peningkatan
kapasitas
yang
menjangkau komunitas dan organisasi LGBT di berbagai daerah di Indonesia pada tahun 2012. Dan pada tahun 2013 Forum LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex & Queer) Indonesia yang terorganisir lebih longgar dan berhasil mengorganisir kegiatan di tingkat nasional maupun regional (ASEAN).22 2.5.2
Definisi Homoseksual Pada hakikatnya manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhluk
sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (auto erotic), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga ada yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta kepada makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak. Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan objek seks yang tidak wajar. Penyebab 22
Sejarah Gay, Waria dan Lesbian. Diakses pada tanggal 17 Februari 2017 dari https://gayanusantara.or.id/infolgbtiq/lgbtiq-history/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, yang diperoleh dari pengalaman sewaktu kecil, maupun dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetic.23 Homoseksual adalah kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau identitas gender yang sama. Istilah yang sudah umum dikenal masyarakat adalah gay (untuk laki-laki) dan lesbi (untuk wanita).24 Orientasi seksual ini dapat terjadi akibat bawaan genetic kromosom dalam tubuh atau akibat pengaruh lingkungan seperti trauma seksual yang didapatkan dalam proses perkembangan individu, maupun dalam bentuk interaksi dengan kondisi lingkungan yang memungkinkan individu memiliki kecenderungan terhadapnya. Saat ini, kata sifat homoseks digunakan untuk menjukan hubungan intima tau hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin yang sama. Wahyu Awaludin dalam tulisannya sejarah kaum homo di Indonesia menjelaskan, bahwa homoseksual berasal dari bahasa yunani “Homo” berarti “sama” dan bahasa lain “sex” berarti “seks”. Istilah homoseksual diciptakan tahun 1896 oleh Dr. Karl Maria Kerbeny seorang dokter berkebangsaan JermanHongaria.25 2.5.3
Karakteristik LGBT
23
Kelly Brook. Education of Seksuality for Teenager. North Karolina: Charm Press. 2001. 89 Nietzel, dkk. Abnormal Psychology. Boston: Allyn dan Bacon, Inc. 1998. 489. 25 Rama Azhari dan Putra Kencana. Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual. Jakarta: Pujjah Press. 2008. 24. 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Kaum gay memiliki ciri-ciri yang membantu mereka untuk mengenali dan dikenali dengan sesama gay dan di dalam masyarakat. Ciriciri tersebut terkadang sengaja dibentuk oleh mereka, tapi ada juga yang dilakukan secara tidak sengaja atau pembawaan secara naluri. Berikut adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki kaum gay:26 1. Gay
lebih
menyukai
mengenakan
pakaian
ketat,
karena
dapat
memperlihatkan lekuk tubuh si pemakai. Bagi gay, lekukan tubuh merupakan daya jual tersendiri. 2. Gay lebih senang memakai warna mencolok. 3. Dalam berkomunikasi gaya bicaranya pun lebih feminim dan perhiasan yang dikenakannya pun cenderung “ramai”, Bahkan itu merupakan alat komunikasi sesama gay. 4. Ciri lainnya adalah selalu tertarik pada aktivitas yang biasanya dilakukan wanita. Ada juga yang mengatakan bahwa, ciri-ciri lelaki gay adalah sebagai berikut:27 1. Berpenampilan rapi. 2. Tidak banyak bicara (kecenderungan pendiam). 3. Selalu memakai pengharum tubuh dengan bebauan yang agak norak. 4. Berbicara seadanya dan cenderung lembut. 5. Tidak suka bergaul dengan banyak orang 26 27
Femy Retnasari, dkk. Loc.Cit., Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
6. Bertindak kehati-hatian dalam segala hal pekerjaan yang sedang dia kerjakan. 7. Pakaian yang digunakan biasanya agak berbeda dari yang lain, sehingga cenderung menarik perhatian banyak orang. Ada beberapa faktor yang menjelaskan alasan individu menjadi homoseksual, yaitu:28 1. Faktor Genetik Ada fakta yang ditemukan bahwa faktor genetik menyebabkan seseorang menjadi Homoseks, terutama pada kembar identik dan kembar dizygotic. Ada pula penelitian menyatakan bahwa gay kemungkinan besar diturunkan melalui garis keturunan ibu karena berkaitan dengan kromosom X yang diwarisan oleh ibu.29 Dengan adanya fakta yang ditemukan maka seseorang yang menjadi gay dapat disebabkan oleh faktor genetik dengan melihat kelainan yang terjadi dalam kromosom X yang diwariskan oleh ibu dan pada kelahiran kembar identik.30 2. Faktor Prenatal Dalam hal ini, Homoseks dianggap sebagai hasil error pada masa perkembangan seseorang ketika masih dalam kandungan. Lebih tepatnya ketika usia kandungan antara bulan kedua hingga bulan kelima, karena
28
Ibid. G.F. Kelly. Sexuality today: The Human Perspective (7th Ed). New York: McGrow-Hill Inc. 2001 30 J.W. Kalat. Biological Psychology (9th Ed). Canada: Thomson Wadsworth. 2007 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
pada masa itu Hipotalamus mengalami diferensiasi dan orientasi seksual ditentukan.31 3. Faktor Hormon Ketidak seimbangan hormon diperkirakan menjadi salah satu penyebab sesorang menjadi Homoseks. Orientasi seksual bergantung pada tingkat level testoteron selama periode sensitif dalam perkembangan otak manusia.32 2.5.4
Gay Percintaan sesama jenis dikenal dengan istilah Homoseksual yang
mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama misalnya lelaki dan lelaki secara situasional atau berkelanjutan. Homoseksualitas dapat mengacu kepada:33 1. Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama. 2. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender. 3. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.
J.S. Hyde. Understanding Human Sexuality (4th Ed). Saint Louis: Mc.Grow-Hill Inc. 1990 G.F. Kelly. Loc.Cit., 33 Escoffier, J. Gay-for-Pay: straight men and the making of gay pornography (Qualitative Sociology edisi 26). 2003. 531– 555. 31 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Berdasarkan pada penelitian ini diketahui percintaan antara lelaki dan sesamanya yang disebut dengan istilah Gay. Untuk mengetahui jenisjenis
dalam
komunitas
gay
teryata
memiliki
beragam
macam
diantaranya:34 5. Gay tulen yaitu gambaran streotiptik popular tentang laki-laki yang keperempuan-perempuanan. 6. Gay malu-malu yaitu kaum lelaki yang suka mendatangi kamar mandi yang tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan antarpersonal. 7. Gay tersembunyi yaitu kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dengan menyembunyikan homoseksualitas mereka. 8. Gay situasional yaitu kelompok yang dapat mendorong orang mempraktikkan homoseksualitasnya tanpa disertai komitmen yang mendalam. 9. Biseksual yaitu orang yang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun heteroseksualitas sekaligus. 10. Gay
mapan
yaitu
kaum
homoseksual
yang
menerima
homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara bertanggung jawab dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual setempat
34
Barthes, J., Godelle, B., dan Raymond , M. Review Article Human Social Stratification and Hypergyny: Toward an Understanding of Male Homosexual Preference (Evolution and Human Behavior, edisi 34). 2013. 155–163.
http://digilib.mercubuana.ac.id/