BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Tumbuhan Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan species dari Hibiscus alami dunia tropis. Rosela merupakan tumbuhan tahunan atau herba perennial atau semak dengan struktur berkayu, tumbuh hingga tinggi 2-2,5 m. daunnya berjari 3 sampai lima, dengan panjang 8-15 cm. Bunganya berdiameter 8-10cm, putih hingga kuning pucat dengan noda merah pada dasar di setiap lembaran bunga, dan memiliki kelopak berdaging gemuk pada dasarnya; 1,5-2 cm lebarnya; bertumbuh hingga 3-3,5 cm; berdaging dan merah terang seperti matang buah. (en.wikipedia.com) 2.1.1. Sistematika Tumbuhan Sistematika tumbuhan rosela : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Malvaceae
Marga
: Hibiscus
Species
: Hibiscus sabdariffa L.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Nama Lain (Sinonim) Sinonim
: Asam paya
Nama umum : Rosela Nama daerah : Dalam bahasa Melayu, tanaman ini dikenal dengan nama Asam Paya, Asam Kumbang atau Asam susur. 2.1.3. Kandungan Kimia Kelopak bunga rosela mengandung protein, serat, dan asam askorbat. Kandungan mineral dari kelopak rosela kalsium, magnesium, kalium, natrium, besi dan zinc (Babalola, 2001). Asam hidroksisitrat, asam hibiscus, asam klorogenik, Myricetin 3-arabinogalactoside, Quercetin 3-sambubioside, 5-OCaffeoylshikimic acid, Quercetin 3-rutinoside, Quercetin 3-glucoside, Kaempferol 3-O-rutinoside, Quercetin,
N-Feruloyltyramine,
Delphinidin
Kaempferol
3-sambubioside,
Cyanidin
3-(p-coumarylglucoside), 3-sambubinoside,
7-
Hydroxycoumarin (Rodríguez-Medina, 2009). 2.1.4. Khasiat dan Penggunaan kelopak bunga Rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit, di antaranya: antioksidatif, antimutagenik, antikanker, hipolipidemik, protektif hati (Tzu Li Lin et al., 2007) antihipertensif, retensi garam pada urin (Hussaini, 2004) Hipokolesterolemik (Habibullah, 2007) pengobatan terhadap infeksi saluran kencing (en.wikipedia.com)
Universitas Sumatera Utara
2.2. Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (DitJen POM, 2000). Hasil ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak bisa dalam bentuk sediaan kering, kental dan cair. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (DitJen POM, 1979). Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Maserasi Maserasi adalah proses pangekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus) (Ditjen POM, 2000). 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Ditjen POM, 2000).
Universitas Sumatera Utara
3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu selama dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5
kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna
(Ditjen POM, 2000). 4. Soxhletasi Soxhletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus yang sampelnya dibungkus dengan kertas saring sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000). 5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pangadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC (Ditjen POM, 2000). 6. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000). 7. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).
Universitas Sumatera Utara
8. Destilasi Uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelupkan ke air yang mendidih, namun dilewati oleh uap air sehingga kandungan senyawa menguap ikut terdestilasi (DitJen POM, 2000). 2.3. Kolesterol Kolesterol merupakan suatu lipida, alkohol berlilin yang ditemukan dalam membran sel dan ditransportasikan dalam plasma darah dalam semua hewan. Kolesterol merupakan komponen essensial dari membran sel mamalia yang dibutuhkan untuk mengadakan permeabilitas membran dan fluiditas yang tepat. Kolesterol adalah sterol dasar yang disintesa oleh hewan, tetapi jumlah yang kecil disintesa dalam eukaryota yang lain, seperti tumbuhan dan jamur. Kolesterol tidak ditemukan dalam prokariotik, termasuk bakteri. Kolesterol merupakan bagian dari lipid tetapi memiliki struktur yang bercincin banyak yang membuatnya berbeda dari lipid yang lain. Kolesterol tidak memiliki tulang punggung gliserol ataupun mengandung asam lemak seperti trigliserida. Namun, karena kolesterol tidak larut dalam air maka diklasifikasikan sebagai lipid.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun kolesterol essensial untuk kehidupan, jumlah yang tinggi dalam sirkulasi dihubungkan dengan aterosklerosis. Kolesterol dapat termasuk dalam makanan, diolah dalam tubuh melalui reabsorpsi oleh empedu dalam saluran pencernaan dan menghasilkan de novo. Untuk orang dengan berat 68 kg, jumlah total kolesterol tubuh sekitar 35 g, jumlah makanan sehari-hari yang dikomsumsi adalah 200-300 mg dalam pola diet Amerika Serikat dan 1 gr perhari disintesa menjadi de novo. Nama asli kolesterol berasal dari bahasa Yunani chole (empedu) dan stereos (padat), dan akhiran -ol untuk sebuah alkohol sebagaimana François Poulletier de la Salle pertama sekali mengidentifikasi kolesterol dalam bentuk padat dalam batu empedu pada tahun 1769. Namun, pada tahun 1815 seorang ahli kimia Eugène Chevreul menamakan senyawa tersebut "cholesterine". Kolesterol dibentuk oleh sel-sel tubuh dan dikonsumsi dalam makanan. Setiap hari tubuh kita menghasilkan hingga 700 miligram kolesterol. Sekitar 10% dari kolesterol ini dihasilkan oleh hati. Dari 700 miligram, sekitar 400 miligram digunakan untuk membentuk asam empedu yang baru untuk menggantikan yang hilang dalam feces, dan sekitar 50 miligram digunakan untuk membentuk hormone-hormon tertentu. Kolesterol merupakan komponen struktur yang dibutuhkan dari sel dan lapisan luar partikel yang menghantarkan lipid dalam darah. Kandungan kolesterol di jantung, hati, ginjal dan otak cukup tinggi, menggambarkan peran pentingnya di organ-organ ini. (Wardlaw et al.,2004) 2.4. Hiperkolesterolemia Hypercholesterolemia didefinisikan sebagai tingkat kolesterol yang lebih tinggi dari normal. Peningkatan kolesterol ini dapat menjadi faktor resiko dari
Universitas Sumatera Utara
penyakit jantung koroner, yang dapat menuju pada serangan jantung. Meningkatnya tingkat dari kolesterol dalam sirkulasi menyebabkan penimbunan pada bagian dalam dari pembuluh darah dan penimbunan ini disebut plaque. Ketika penimbunan dalam darah ini menjadi cukup besar, mereka menghambat pembuluh darah dan kemudian menurunkan aliran darah. Penimbunan ini menghasilkan proses penyakit yang disebut atherosclerosis, yang dapat mengakibatkan penggumpalan darah yang mampu menutup aliran darah. Penimbunannya juga dapat mengeraskan dinding pembuluh dan hal itu meningkatkan tekanan darah. Hati memproduksi lebih banyak lipid dibanding organ tubuh yang lain. Sumber karbon, hydrogen dan energi yang dibutuhkan untuk membuat senyawa seperti trigliserida dan kolesterol termasuk karbohidrat dan protein diambil dari aliran darah. Asam lemak yang diambil dari aliran darah merupakan sumber utama dari sintesis trigliserida. Alcohol yang dikonsumsi dapat juga digunakan untuk síntesis trigliserida dan colesterol. Hati menyelubungi kolesterol dan trigliserida dengan kulit protein dan lipid. Proses ini menghasilkan apa yang disebut very low density lipoprotein (VLDL). Ketika VLDL meninggalkan hati, enzim lipoprotein lipase pada pembuluh darah menghancurkan trigliserida dalam VLDL menjadi asam lemak dan gliserol. VLDL yang masih tersisa menjadi partikel yang disebut low density lipoprotein (LDL). Kolesterol merupakan penyusun utama dari LDL. (Wardlaw, 2003) Partikel LDL diabsorbsi dari aliran darah oleh receptor-receptor pada sel, dimasukkan, dan dihancurkan dalam sel. Kebanyakan LDL diambil oleh receptorreceptor pada sel-sel hati. Makanan rendah lemak jenuh dan colesterol
Universitas Sumatera Utara
mendukung proses ini, makanan tinggi akan lipid ini dapat mengurangi pengambilan LDL oleh hati. Bagian dari colesterol dan protein diabsorbsi kemudian dihantarkan melewati sel. Proses ini disebut receptor pathway for cholesterol uptake. Proses kedua, disebut scavenger pathway for cholesterol uptake, dapat juga menghilangkan LDL dari sirkulasi. Jalur ini dilakukan oleh sel darah putih ‘scavenger’ tertentu, yang meninggalkan aliran darah dan menguburkan dirinya dalam pembuluh darah. Sel-sel scavenger ini mendeteksi, menghancurkan (oxidasi), menelan, dan mencerna LDL berlebih dalam sirkulasi darah. Ketika dalam sel scavenger, LDL yang dioksidasi dicegah memasuki aliran darah kembali. Ketika sel scavenger telah mengumpulkan dan menyimpan kolesterol bertahun-tahun pada titik berat, kolesterol dibangun dalam dinding pembuluh darah—terutama dalam arteri—dan plaque pun timbul. Atherosclerosis, juga diartikan sebagai pengerasan dari arteri, terjadi sebagaimana plaque tumbuh dalam pembuluh darah. Hal ini biasanya menghambat supplai ke organ, mengakibatkan tahap untuk serangan jantung dan masalah lain, atau dia koyak dan menuntun kepada pembentukan gumpalan bekupada arteri ini atau arteri lain. Beberapa makanan memiliki sifat-sifat antioksidan, yang mengurangi oksidasi LDL dalam aliran darah dan kemudian mengurangi pengambilan LDL oleh sel-sel scavenger. Buah dan sayuran kaya akan antioksidan seperti itu sebagaimana beragam karotenoid dan vitamin C dan E. Memakan buah-buahan dan sayuran secara teratur merupakan salah satu langkah positif yang dapat diambil untuk menurunkan kolesterol yang merupakan sumber penyakit jantung.
Universitas Sumatera Utara
Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan antioksidan termasuk plum kering, kismis, beragam berri, jeruk, anggur, bayam, brokoli, cabe merah dan bawang. (Wardlaw et al., 2004) Marmut adalah hewan asli amerika selatan. Hewan ini masih dapat ditemukan liar di hutan dan padang rumput Peru dan pada umumnya disepakati hewan marmut percobaan merupakan keturunan dari Cavia aperea. Walaupun mencit, tikus dan ayam lebih banyak dipakai dalam percobaan daripada marmut, hewan laboratorium ini masih sangat penting karena marmut mempunyai beberapa sifat yang tidak terdapat pada hewan percobaan lain (Smith, 1988). Terdapat beberapa kontroversi terhadap marmut (Cavia porcellus) diklasifikasikan sebagai pengerat. Tidak ada aspek dari marmut yang membuat mereka berbeda dari hewan pengerat; tetapi fakta bahwa mereka membawa mayoritas kolesterolnya dalam LDL. Marmut dipengaruhi oleh faktor makanan, perlakuan obat, kekurangan asam askorbat, tekanan oksidatif, latihan,jenis kelamin, dan status hormonal yang tidak diragukan mirip dengan manusia. Sebagai tambahan, banyak mekanisme bagaimana regulasi marmut terhadap metabolisme kolesterol dan Lipoprotein sebagai pengaruh dari makanan atau pemberian obat adalah analog dengan yang dilaporkan dalam percobaan klinis (Fernandez, 2001). Lemak dan Kolesterol menunjukkan jumlah lipid yang besar di dalam telur dengan jumlah lemak yang mendekati jumlah protein. Kolesterol sebagai makanan sehari-hari menaikkan jumlah kolesterol serum dan asupan yang tinggi menyebabkan atherosclerosis dalam berbagai jumlah model hewan percobaan. Penambahan kuning telur dalam studi makanan sehari-hari (1,3 kuning telur/hari)
Universitas Sumatera Utara
dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi kolesterol LDL sejumlah 8-11%. Karena hal ini dihubungkan dengan total kolesterol plasma dan peristiwa penyakit jantung, orang-orang dianjurkan mengkonsumsi tidak lebih dari 300 mg kolesterol tiap hari dan membatasi asupan telur yang mengandung sekitar 213 mg kolesterol per satu telur (Habibullah et al., 2007). Marmut meningkatkan ekskresi baik asam empedu maupun steroid netral oleh pemberian 1% kolesterol. Mereka dapat mempertahankan kolesterol hanya bila asupan dari kolesterol relatif sedikit, karena mereka tidak dapat mengontrol absorpsinya. Marmut yang diberi 1% kolesterol mengabsorpsi 100 mg cholesterol per hari lebih dari berbagai bentuk apapun yang mereka ekskresikan. Marmut mengabsorpsi sepuluh kali lebih banyak kolesterol ketika diberi 0,1% kolesterol, tetapi mengekskresikan hanya dua kalinya (69 dan 37 mg/Kg per hari untuk pemberian kolesterol 1% dan 0,1% masing-masingnya (Traber dan Ostwald, 1978). Pemberian asam lemak hiperkolesterolemia.
Efek
jenuh pada marmut menghasilkan efek
hiperkolesterolemia
dari
asam
lemak
jenuh
dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh ganda dapat dijelaskan dengan kombinasi dari peristiwa regulasi di hati : 1) pengurangan kolesteryl ester hati, yang akan meningkatkan kemungkinan regulasi dari kolesterol bebas. 2) pengurangan receptor apo B/E. 3) peningkatran aktifitas ACAT, yang akan meningkatkan kolesteryl ester yang tergabung ke dalam VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan menghasilkan partikel LDL yang lebih besar yang dihubungkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi LDL plasma (Fernandez and Mc Namara, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Asupan asam lemak jenuh menunjukkan FCR (Fractional Catabolic Rate) lambat. Namun sebaliknya asam lemak tak jenuh ganda memiliki LDL FCR yang cepat dan jumlah reseptor LDL yang besar. Asam lemak tak jenuh ganda menghasilkan partikel VLDL kecil yang sudah matang. Marmut dengan pemberian asam lemak jenuh memiliki LDL yang diperkaya kolesteril ester, yang dihubungkan dengan konsentrasi LDL kolesterol yang lebih tinggi. Sebaliknya, marmut dengan makanan mengandung asam lemak tak jenuh ganda memiliki partikel LDL dengan kolesteril ester rendah. Penambahan asam askorbat telah dilaporkan menurunkan kerusakan oksidatif endogenous dalam hati marmut (Fernandez, 2001).
Universitas Sumatera Utara