BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Alat Pelindung Diri (APD)
2.1.1
Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan
tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadangkadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi. 2.1.2
Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah :
1. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan. 3. Harus dapat dipakai secara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama. 6.Tidak
menimbulkan
bahaya-bahaya
tambahan
bagi
pemakainya
yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya. 7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada. 8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Enak dipakai 2. Tidak mengganggu kerja 3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. 2.1.3
Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida Menurut Cahyono (2004), alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan
yang harus digunakan personil apabila berada si suatu tempat kerja yang berbahaya. Alat pelindung diri yang standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan dan kaki.
Universitas Sumatera Utara
Alat pelindung diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu : a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk dibersihkan. b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi. c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.Helm khusus untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa sawit. d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti : 1. Chemical catridge respirator, yaitu respirator/masker yang pada bagian saringan (filter) dipasang dalam silinder dapat menyerap bahan-banan/zat-zat kimia berbentuk gas, uap dan partikel-partikel halus. Respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan pestisida yang berselang seling konsentrasinya dari satu pestisida.
Universitas Sumatera Utara
2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol (conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat. 3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur atau mempergunakan pestisida dalam keadaan konsentrasi oksigen dalam udara rendah dan bekerja di ruang tertutup, sedangkan dosis pestisida yang dipergunakan sangat tinggi. 4. Self-contained breaching apparartur, pemakaian respirator ini sama dengan supplied air respirator pada prinsip kerjanya. Perbedaannya adalah tabung oksigennya ditempatkan dipunggung sehingga memudahkan pekerja untuk bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas. e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikelpartikel pestisida. f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika pestisida mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene. Sarung tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena pestisida yang melekat sukar dicuci. g. Safety shoes atau sepatu boot yang terbuat dari bahan neoprene.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Pestisida Nabati Penggunaan pestisida kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman
Hortikultura menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga,2001). Kebiasaan tersebut memacu timbulnya beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan, perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap pestisida (Moekasan dkk., 2000). Oleh sebab itu, perlu dicari pestisida alternatif untuk mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Salah satunya adalah penggunaan senyawa kimia alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan nama Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005). Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010). Di Indonesia, sejak tahun 2001 Pemerintah telah mencanangkan gerakan “Go Organik 2010” dengan harapan Indonesia sebagai salah satu produsen utama pangan organik di dunia. Oleh karena itu dalam SNI 01-6729-2002 yang mengatur sistem pangan organik telah melarang penggunaan pestisida kimia dan dianjurkan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara mekanis (Rizal, 2009). 2.2.1
Pengertian Pestisida Nabati Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasian akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghulang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di konsumsi (Kardinan, 2004). Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu: 1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa 2. Menghambat pergantian kulit 3. Menganggu komunikasi serangga 4. Menyebabkan serangga menolak makan 5. Menghambat reproduksi serangga betina 6. Mengurangi nafsu makan
Universitas Sumatera Utara
7. Memblokir kemampuan makan serangga 8. Mengusir serangga (Repellent) 9. Menghambat perkembangan patogen penyakit Kardinan (2004) menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula. Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organism pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Kardinan,2004). Sudarmo dan Mulyaningsih (2014) menyatakan bahwa penggunaan ekstrak tanaman sebagai pestisida alternatif mulai banyak diminati. Pasalnya, ekstrak tanaman memiliki banyak keunggulan dan manfaat dibandingkan dengan jenis pestisida lainnya. Berikut berbagai keunggulan dan manfaat pestisida nabati : 1. Relatif murah dan aman terhadap lingkungan
Universitas Sumatera Utara
2. Relatif cepat terdegradasi sehingga tidak akan mencemai lingkungan 3. Tidak menyebab keracunan pada tanaman. 4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama. 5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain. 6. Mudah dibuat dan diaplikasikan. 7. Mampu menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu. 8. Penggunaan ekstrak tanaman relatif aman terhadap musuh alami hama dan penyakit. Menurut Kardinan (2004), pada tahun 1960 negara-negara industri bersepakat untuk membentuk Organization Economic Corporation Development (OECD). Akhir-akhir ini OECD melakukan evaluasi tentang perkembangan organic farming (pertanian organik) yang pertama dikembangkan pada tahun 1993 di masing-masing negara anggota OECD. Di samping pertanian organik, dipakai istilah-istilah seperti law input agriculture, alternatife agriculture, dan sustainable agriculture (LISA). Walaupun istilah yang digunakan bermacammacam, tetapi pada prinsipnya system pertanian di atas adalah sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat pada kriteria berikut. a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. b. Bersahabat dengan alam. c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari. d. Meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan hidup. e. Meminimalkan pemakaian bahan yang tidak dapat diperbaharui.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Pembuatan Pestisida Nabati Kardinan (2004) menyatakan bahwa cara pembuatan pestisida nabati dari
berbagai jenis tumbuhan tidak dapat dijelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang berhasil baik atau bersifat efektif disuatu tempat belum tentu berhasil dengan baik pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula. Secara garis besar pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi du cara, yaitu secara sederhana dan secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan oleh petani dan pengunaan ekstrak biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan pestisida cara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sedangkan pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri. Pembuatan pestisida nabati secara laboratorium membutuhkan alat dan bahan kimia khusus serta harus dilakukan tenaga ahli. Hal tersebut menyebabkan produk pestisida nabati menjadi mahal, bahkan sering kali lebih mahal daripada pestisida sintetis yang sekarang sudah banyak beredar. Selain biaya yang mahal, proses pembuatan cara laboratorium memerlukan penanganan khusus, seperti penyimpanan yang khusus karena sifat pestisida nabati mudah terdegradasi. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, pembuatan dan penggunaan pestisda nabati lebih diarahkan dan dianjurkan kepada cara sederhana, untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan terbatas. Namun, lain halnya apabila penggunaannya diarahkan pada kegiatan organic farming (pertanian organik) yang menghindari pengunaan bahan-bahan kimia sintetis. Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa teknik berikut: 1. Pengegerusan,
penumbukan,
pembakaran,
atau
pengepresan
untuk
menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. 2. Rendaman untuk produk ekstrak. 3. Ektraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus. Dengan dikembangkannya pemanfaatan pestisida nabati di harapkan petani atau pengguna dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu. 2.2.3
Jenis - Jenis Tumbuhan Pestisida Nabati Sudarmo dan Suryaningsih (2014) menyatakan bahwa Indonesia
merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Banyak jenis tumbuhan yang tanpa disadari mengandung bahan aktif pestisida dan tumbuh di sekitar kita, bisa di sekitar kebun, pinggir jalan, pematang, pinggir selokan air, atau kebun yang tidak terawat. Agar bisa dimanfaatkan, tentu harus mengenal jenis – jenis tanaman tersebut. Walaupun sering dianggap remeh, tanaman yang tumbuh liar kadang memiliki manfaat dan khasiat di luar dugaan. Banyak di antaranya yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit
Universitas Sumatera Utara
seperti halnya pestisida. Namun, berbeda dengan pestisida kimia, dosis pestisida nabati biasanya disampaikan dalam kisaran. Pasalnya, kandungan pestisida nabati tergantung pada lingkungan tumbuh. Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida menurut Sudarmo dan Mulyaningsih (2014) a. Insektisida (Mengatasi Serangga) 1. Ajeran Nama asing
: Black jack, Spanish needle
Nama Ilmiah
: Bidens pilosa L.
Famili
: Asteraceae
Nama daerah
: Ajeran, jaringan, ketut, hereuga
Bagian tanaman yang digunakan
: Seluruh bagian tanaman
Sifat
: Insektisida Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di pinggir
jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini tergolong terna, tinggi dapat mencapai 150 cm. Daun berkumpul tiga-tiga, masing-masing berbentuk bulat telur dengan sisi daun bergerigi. Mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning. Ajeran mengandung alkaloid poliina, saponin, zat pahit, minyak atsiri, zat samak, flavonoid, teren, fenilpropanoid, lemak, dan benzenoid. 2. Baru Cina Nama asing
: Mugwort, felon, common wormwood
Nama Ilmiah
: Artemisia vulgaris Linn.
Universitas Sumatera Utara
Famili
: Compositae
Nama daerah
: Baru cina, suket gajahan, kolo, goro-goro
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun dan tangkai
Sifat
: Insektisida Tanaman ini merupakan terna menahun dengan tinggi mencapai 1 meter.
Dapat tumbuh subur tanah yang cukup lembab dan kaya humus seperti di hutan dan ladang. Tanaman yang berasal dari Cina ini dapat tumbuh di ketinggian hingga 3000 meter dpl. Tanaman ini merupakan herba setengah berkayu. Daun berwarna hijau, di bagian bawah warna lebih putih. Bunga berwarna kuning muda, serta tumbuh keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai. Tanamn ini banyak mengandung minyak atsiri, artemisin, keubrakit, tauremisin, sitosterina, adenine, tetrakosanol, ferneol, stigmasterina, amirin, tanin, dan resin. 3. Brotowali Nama asing
: Tinospora, makabuhay, boraphet
Nama Ilmiah
: Tinospora rumpii Boerl
Famili
: Menispermaceae
Nama daerah
: Bratawali, butrawali, putrawali, andawali
Bagian tanaman yang digunakan
: Batang dan akar
Sifat
: Insektisida Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5
m atau lebih. Biasanya tumbuh liar di hutan atau lading dan ditanam di halaman dekat pagar sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking dan rasanya pahit. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Cara perbanyakan
Universitas Sumatera Utara
tanaman dapat dilakukan dengan melakukan setek batang. Brotowali banyak mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan kokulkin. 4. Duku Nama asing
: Langsat
Nama Ilmiah
: Lansium domesticum Corr.
Famili
: Meliaceae
Nama daerah
: Langsat, lase, langsek,lasa, lasate
Bagian tanaman yang digunakan
: Biji
Sifat
: Insektisida Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketiggian 30 m dengan diameter batang
hingga 75 cm. Daunnya majemuk bisa saling berhadapan, berseling, atau menyirip. Permukaannya halus sampai berambut kecil dan terlihat mengilap. Perbungaan ada yang bersifat majemuk dan soliter. Tandan sebanyak 2- 10 kelompok pada cabang atau batang. Bunga bersifat hemafrodit, tumbuh di batang, cabang, atau tangkai. Kelopak daun tebal berbentuk magkuk. Sementara itu, daun mahkota tebal, tegak, berwarna putih atau kuning pucat, dan berbentuk oval. Tangkai benang sari agak berambut. Kandung lembaga berbentuk bulat. Tangkai kepala putik pendek dan tebal dengan kepala putik lebar. 5. Mengkudu Nama asing
: Great morinda, cheese fruit
Nama Ilmiah
: Morinda citrifolia
Famili
: Rubiaceae
Universitas Sumatera Utara
Nama daerah
: Mengkudu, pace, cangkuang, bengkudu
Bagian tanaman yang digunakan
: Buah, daun, dan akar
Sifat
: Insektisida Tanaman mengkudu merupakan tanaman tahunan berbentuk erdu dengan
ketiggian 3-8 m. Batang tanaman keras (berkayu) tumbuh mengarah ke atas, dan memiliki banyak percabangan. Daunnya termasuk tunggal, yaitu satu helai daun pada setiap satu tangkai daun. Daun berbentuk lonjong dengan permukaan atas berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara berseling-seling atau berpasangan. Daun tampak rimbun, semakin subur pertumbuhan tanaman semakin besar ukuran daunnya. Berbunga sempurna dan menghasilkan buah semu majemuk. Mempunyai bentuk buah yang bervariasi, dengan permukaan yang tidak rata. Buah muda berwarna kehijauan dan berubah menjadi hijau keputihan ketika matang. Bijinya keras, berbentuk segitiga, dan berwarna coklat kemerahan. Tanaman mengkudu berakar tunggang dan berwarna coklat muda. Kandungan bahan kimianya terdiri dari xeronin, proxeronin, scopoletin, dan antraquinan. 6. Cabai Merah Nama asing
: Chili, red peppers
Nama Ilmiah
: Capsicum annuum L.
Famili
: Solanaceae
Nama daerah
: Lombok, cabai, cabi, lado
Bagian tanaman yang digunakan
: Buah dan biji
Sifat
: Insektisida, akarisida, virusida, repellent
Universitas Sumatera Utara
Merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, dan berbentuk silindris. Percabangan berbrntuk simpodial. Batang muda berambut halus, berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus, sedangkan arah tumbuh cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris, dan letaknya tersebar. Helai daun berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, pangkal membulat, dan tepi rata. Pertulangan daun menyirip, berwarna hijau, dan daging daun seperti kertas. Cabai merah banyak mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, damar, kapsantin, karoein, kapsarubin, zeasantin, dan kriptosantin. 7. Lidah Buaya Nama asing
: Aloe
Nama Ilmiah
: Aloe barbadensis Milleer
Famili
: Aloeaceae
Nama daerah
: Lidah buaya, ilat boyo
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun dan rimpang
Sifat
: Insektisida, bakterisida, fungisida, perekat,
dan antraktan Tanaman ini termask perdu sukulen tahunan dengan batang yang sangat pendek. Daun berpelepah. Tepi daun biasanya berombak atau bergerigi. Daunnya mengandung cairan tidak berwarna, tetapi kadang ada pula yang berwarna kuning, cokelat, atau abu-abu. Perbungaan bersifat pseudo-lateral, sederhana atau bercabang. Bunga yang dihasilkan biseksual, protandrius, dan bisa hanya jantan atau betina. Buah berbentuk kapsul dab berbiji banyak. Bijinya memanjang dan
Universitas Sumatera Utara
bulat telur, berwarna abu-abu atau hitam, bersalut biji. Kandungannya terdiri dari saponin, flavonoida, polifenol, dan tanin. 8. Sirsak Nama asing
: Soursop
Nama Ilmiah
: Annona muricata Linn
Famili
: Annonaceae
Nama daerah
: Sirsak, nangka sebrang, nangka landa
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun dan biji
Sifat
: Insektisida, repellent, antifeedant Tinggi pohon sirsak biasa mencapai 9 m. Daunnya berbentuk bulat telur
dan agak tebal. Permukaan daun bagian atas halus dan berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawahnya berwarna lebih muda. Memiliki akar tunggang. Mempunyai batang berkayu dan dapat hidup menahun. Daging buahnya putih dan bercita rasa manis. Berbiji banyak dan berduri pendek. Mengandung bahan kimia yang terdiri dari tannin, fitosterol, dan ca-oksalat alkaloid murisine 9. Mindi Nama asing
: Chinaberry, Persian lilac
Nama Ilmiah
: Melia azadirach
Famili
: Meliaceae
Nama daerah
: Mindi
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun dan biji
Sifat
: Insektisida, fungisid, antifeedant, repellent
Universitas Sumatera Utara
Termasuk pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m. Semakin tua, kulit batang akan pecah atau bersisik. Daun majemuk dengan posisi saling berhadapan, memiliki lentisel, berbentuk bulat telur. Pangkal daun runcing, tepi daun bergerigi. Bunga berwarna keunguan. Kandungan bahan terdiri dari margosin, glikosida flavonoid, dan aglikon. 10. Mimba Nama asing
: Bird’s eye kalantas, nim, margosa
Nama Ilmiah
: Azadirachta indica A.Juss
Famili
: Meliaceae
Nama daerah
: Mimba, nimba, kayu bawang
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun dan biji
Sifat
:Insektisida,fungisida, repellent Tinggi pohon mencapai 20 m dengan batang bengkok dan pendek. Daging
batang berwarna kelabu inti kayu berwarna merah. Tajuk rapat berbentuk oval dan besar. Daunnya sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau sepeti bawang putih. Mengandug bahan kimia terdiri dari azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin. b. Nematisida (Mengatasi Nematoda) 1. Bunga Piretrum(krisan) Nama asing
: Pyrethrum
Nama Ilmiah
: Chysanthemum cierariafolium Trev
Famili
: Compositae
Nama daerah
: Kepundung
Universitas Sumatera Utara
Bagian tanaman yang digunakan
: Bunga, tangkai, daun, dan akar
Sifat
: Nematisida, insektisida, fungisida, Termasuk tanaman terna dengan tinggi 0,5-1 m. Batang tegak, membulat,
sedikit bercabang. Daun tunggal dan berseling permukaannya kasar dan berwarna hijau. Bunga majemuk, putik halus dan benang sari berkumpul ditengah bunga, Buah lonjong, kecil ditutupi selaput buah. Akar tunggang dan berwarna putih. Kandungan bunga piretrum terdiri dari piretrin, cenilin, dan jasmolin 2. Jahe Nama asing
: Gingger
Nama Ilmiah
: Ziniber officinale
Famili
: Zingiberaceae
Nama daerah
: Jahe, jahi
Bagian tanaman yang digunakan
: Rimpang
Sifat
: Nematisida, fungisida, insektisida Termasuk tanaman herba semusim, tumbuh tegak tinggi 40-50 cm. Batang
semu, rimpang dan berwarna hijau. Daun tunggal berbentuk lanset. Mahkota bunga berbentuk corong. Jahe mengandung N-nonylaldehide, dicamphene, D-aphellendrene, methyl heptenone, cineol, geraniol, linalool, acrates, dan citral c. Fungisida (Mengatasi Jamur) 1. Cengkih Nama asing
: Clove
Nama Ilmiah
: Syzygium aromaticum
Famili
: Myrtaceae
Universitas Sumatera Utara
Nama daerah
: Cengkih, bunga cengkeh, bunga lawang
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun, bunga, dan tangkai bunga
Sifat
: Fungisida Merupakan tanman asli Maluku. Berbentuk pohon mencapai 20 m. Daun
muda berwarna coklat muda. Ujung tunas kuncup. Cengkih banyak mengandung bahan kimia seperti eugenol, eugenol asetat, kariofilen, sesquiterpenol, dan naftalen. 2. Putri Malu Nama asing
: Sensitive plant spray
Nama Ilmiah
: Mimosa pudica
Famili
: Mimosasaceae
Nama daerah
: Putri malu, rebah bangun, si kejut kucing
Bagian tanaman yang digunakan
: Seluruh bagian tanaman
Sifat
: Fungisida Tanaman herba setengah perdu, batangnya bulat berambut dan berduri.
Berbentuk lonjong dengan ujung lancip berwarna hijau. Bunga bulat seperti bola berwarna merah muda. Akar pena yang kuat. Mengandung mimosin, asam pipekolinat, tannin, alkaloid, saponin, sterol, polifenol dan flavonoid. 3. Kunyit Nama asing
: Round-rooted galanga
Nama Ilmiah
: Curcuma domestica
Famili
: Zingiberaceae
Nama daerah
: Kunyit, kuning, kunir, koneng
Universitas Sumatera Utara
Bagian tanaman yang digunakan
: Rimpang
Sifat
: Fungisida, insektisida, dan reppelent Tanaman ini tmbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari
rimpangnya. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar, yaitu
seukuran
telur
puyuh.
Kandungannya
terdiri
dari
kurkumin,
demoteksikurkumin, dan volatin oil 4. Lengkuas Nama asing
: Greater galingale
Nama Ilmiah
: Alpinia galangal
Famili
: Zingiberaceae
Nama daerah
: Lengkuas, laos, laja
Bagian tanaman yang digunakan
: Rimpang
Sifat
: Fungisida dan insektisida Tanaman terna tegak tinggi 2m. Batang muda keluar sebagai tunas dari
pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya bertipe semu. Daunnya tunggal dan bertangkai pendek. Bunga majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang. Umbi berbau harum, ada yang putih ada yang merah. Banyak menganduk meil sinamat, sineol, eugenol, kamfer, seskuiterpen, dan flavonoid. 5. Pepaya Nama asing
: Papaya
Nama Ilmiah
: Carica papaya
Famili
: Caricaceae
Universitas Sumatera Utara
Nama daerah
: Papaya, keela gantung, kates
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun
Sifat
:Fungisida, insektisida, repellent, rodentisida Tumbuhan berbatang tegak dan basah. Bunga putih buahnya masak
berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti melon. Tinngi mencapai 8-10 m dengan akar kuat. Bentuk daun menyerupai telapak tangan manusia. Pepaya mengandung papain, alkaloid karpaina, pseudokarpaina, glikosid, karposid, saponin, lipase, glutamin, karpain dan kemokapain. 6. Sirih Nama asing
: Pepe betel, betelvine
Nama Ilmiah
: Piper bettle Linn
Famili
: Peperaceae
Nama daerah
: Sirih, suruh, sedah
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun
Sifat
: Fungisida dan insektisida Tumbuhan merambat dengan ketinggian mencapai 15 meter. Batang
umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat. Batangnya memiliki ruas sebagai tempat bakal tumbuhnya akar. Daun terbentuk seperti jantung dengan bagian ujung daun runcing dan tumbuh berselang seling. Bila daun diremas, akan mengeluarkan aroma khas. Bunga majemuk berbenuk bulir, memiliki daun pelindung sekitar 1 mm dengan bentuk bulat panjang. Bentuk buah bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang dengan berbentuk bulat dan
Universitas Sumatera Utara
warna coklat kekuningan. Mengandung eugenol, methyl eugenol, karkavon, kavikol, tiamin, riboflavin, dan tannin d. Bakterisida (Mengatasi Bakteri) 1. Bawang Putih Nama asing
: Garlic
Nama Ilmiah
: Allium sativum L
Famili
: Lilliaceae
Nama daerah
: Bawang putih, lasum
Bagian tanaman yang digunakan
: Umbi,daun dan bunga
Sifat
: Bakterisida, insektisida, nematisida, Bawang putih termasuk tanaman terna berumbi lapis dan suing bersusun,
Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak. Mempunyai batang semu yang berbentuk dari pelepah-pelepah daun. Daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut kecil. Bawang putih mengandung minyak atsiri, tain, aliin, alisin, dan enzim eliinase 2. Serai Wangi Nama asing
: Java citronella, old citronella grass
Nama Ilmiah
: Cymbopogon nardus
Famili
: Graminae
Nama daerah
: Serai wangi,sere, sorani
Bagian tanaman yang digunakan
: Akar dan daun
Sifat
: Bakterisida, nematisida, repellent
Universitas Sumatera Utara
Herba menahun dengan tinggi 50 – 100 cm. Panjang daunnya mencapai 1 meter dan lebar 1,5 cm. Tanaman ini tumbuh berumpun. Daun tunggal berjumbai, panjang sampai 1 meter, dan lebar 1,5 cm. Bagian bawah daun agak kasar dengan tulang daun sejajar. Batang tidak berkayu, berusuk pendek, dan berwarna putih. Akarnya serabut.Kandungan bahan kimianya terdiri dari sitral, sitronela (35%), geraniol (35-40%), mirsena, nerol, farnesol methyl heptanol, dan dipentena. e. Akarisida (Mengatasi Tungau) 1. Ketumbar Nama asing
: Coriander, Chinese parseley
Nama Ilmiah
: Coliandrum satiivum
Famili
: Apiaceae
Nama daerah
: Ketumbar,hatumbar
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun dan biji
Sifat
: Akarisida, fungisida, repellent Ketumbar tumbuh subur dikebun-kebun dataran rendah dan pegunungan.
Daunnya mirip seledri, tinggi 1m. Daunnya berwarna hijau degan gerigi. Bunganya majemuk berbentuk payung, bentuk buah bulat kuning bersusun. Ketumbar mengandung saponin, flavonoida, dan tanin f. Repellent (Zat Pebolak) 1. Bawang Merah Nama asing
: Onion, shallot onion
Nama Ilmiah
: Allium cepa L
Famili
: Alliaceae
Universitas Sumatera Utara
Nama daerah
: Brambang abang, bawang abang mirah
Bagian tanaman yang digunakan
: Umbi lapis
Sifat
:Repellent da insektisida Merupakan tanaman herba semusim yang tidak berbatang. Daun tunggal
umbi lapis berwarna merah keputihan. Bunga berbentuk bongkol, biji berbentuk segitiga berwarna hitam. Kandungan bahan kimia terdiri dari minyak atsisri, sikloaliin, metilaliin, saponin dan peptide. 2. Tembakau Nama asing
: Tobacco
Nama Ilmiah
: Nicotiana tabacum
Famili
: Solanaceae
Nama daerah
: Tembakau, bako, tembaku
Bagian tanaman yang digunakan
: Daun
Sifat
: Repellent, insektisida, antifeedant Tanaman terna semusim yang bias tumbuh 2 m. Batang berkayu, bulat,
berbulu dan berwarna hijau. Tekstur tepi daun rata, ujung runcing tangkai daun keputihan. Bunga bersifat majemuk, tumbuh ujung batang dan putik berwarna putih. Mengandung nikotin, saponin, flavonoida dan politenol. 3. Jengkol Nama asing
: Jengkol
Nama Ilmiah
: Pithecolobium lobatum
Famili
: Leguminosae
Nama daerah
:
Universitas Sumatera Utara
Bagian tanaman yang digunakan
: Buah
Sifat
: Repellent, dan antifeedant Buah jengol atau ekstrak air buah jengkol dapat mengendalikan tikus
dengan ditebarkan disekitar tanaman atau didepan lobang sarang tikus, juga dapat menekan serangan walang sangit. Mengandung saponin, flavonoida, tanin, asam jengkolat, ureum, dan belerang. g. Antifeedant (Zat Penolak Makan) 1. Bengkuang Nama asing
: Chop-suey,
Nama Ilmiah
: Pachyrhyzus erosus
Famili
: Fabaceae
Nama daerah
: Bengkuang, singkuang
Bagian tanaman yang digunakan
: Biji, daun dan batang
Sifat
:Antifeedant, insektisida Tanaman buah berbentuk herba dan tumbuh melilit, memanjat. Tinggi 5-6
m batang berbulu. Berakar tunggang, akanya menghasilkan umbi. Kulit umbi berwarna coklat muda, sedangkan dagingnya berwarna putih. Kandungan bahan kimianya terdiri dari retenon dan pachyrizid. 2. Mahoni Nama asing
: Mahagony
Nama Ilmiah
: Switenia mahagoni
Famili
: Meliaceae
Nama daerah
: Mahagoni,maoni
Universitas Sumatera Utara
Bagian tanaman yang digunakan
: Biji
Sifat
: Antifeedant, repeelent Tanaman tahunan dengan tinggi 30 m. Berakar tunggang dengan batang
bulat, percabangan banyak, dan berkayu getah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, dan tepi daun rata. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan warna coklat kehitaman. Banyak mengandung saponin dan flavonoida. 2.2.4
Ramuan Pestisida Nabati dan Aplikasinya Beberapa contoh ramuan pestisida nabati dan sararan OPT pada tanaman
hortikultura menurut Kardiman (2004) dan Sudarmo (2005), dan Lestari ( 2008) 2.2.4.1 Ramuan Untuk Mengendalikan Serangan Hama 1. Ramuan untuk mengendalikan serangga hama secara umum Bahan : Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, detergent/sabun colek 20 gr, dan air 20 lt Cara membuat : Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan diaduk dalam 20 lt airlalu direndam 24 jam. Setelah itu larutan disaring, larutan hasil penyaringan diencerkan kembali 1 lt dilarutkan dengan 30 lt air, larutan ini dapat digunakan untuk 1 ha. 2. Ramuan untuk hama Thrips sp pada tanaman cabai, kentang, bawang Bahan : Daun sirsak 50 - 100 lembar, deterjent/sabun colek 15 gr dan air 5 lt
Universitas Sumatera Utara
Cara membuat : Daun sirsak ditumbuk halus direndam dengan 5lt air + 15 gr detergent dandiamkan semalam. Kemudian larutan disaring, setiap 1 lt hasil saringan diencerkan dengan 10 – 15 lt air. 3. Ramuan untuk hama penghisap (kutu putih), belalang dan ulat Bahan : Daun pepaya segar 1 kg, detergent 50 gr dan air 10 lt Cara membuat : Daun pepaya diiris direndam dalam 10 lt air + detergent 50 gr biarkan semalam. Kemudian larutan disaring dan siap digunakan. 4. Ramuan untuk hama penghisap Bahan : Biji Srikaya 15 – 25 gr, detergent 1 gr dan air 1 lt Cara membuat : Tumbuk halus biji srikaya dicampurkan dengan air dan detergent biarkan semalam, kemudian di saring dan siap digunakan 5. Ramuan untuk beberapa jenis serangga Bahan : Bawang putih 100 gr, air 0.5 lt, detergent 10 gr, minyak goreng 2 sendok makan Cara membuat :
Universitas Sumatera Utara
Gerus atau parut bawang putih campur dengan air dan minyak diamkan selama 24 jam, larutan di saring dan hasil penyaringan diencerkan hingga 20 kali volumenya dan siap digunakan 6. Ramuan untuk hama belalang Bahan : Daun sirsak 50 lembar, daun tembakau satu genggam, detergent 20 gr dan air 20 lt Cara membuat : Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus dimasukan kedalam air dan ditambah detergent diamkan semalam, tiap 1liter larutan hasil penyaringan diencerkan dengan 50 – 60 lt air dan siap digunakan 7. Ramuan untuk hama-hama pada tanaman bawang merah Bahan : Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, detergent sedikit dan air 20 lt Cara membuat : Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus lalu dicampur dengan air diamkan semalam, hasil penyaringan larutan siap digunakan. 8. Ramuan untuk hama ulat pada tanaman kubis Bahan : serbuk bunga piretrum (krisan) 25 gr, detergent 10 gr, dan air 10 l Cara membuat :
Universitas Sumatera Utara
Bunga piretrum dihaluskan menjadi serbuk lalu dicampur detergent dan air, diamkan semalam saring larutan dan siap digunakan 2.2.4.2 Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Gudang Bahan : Bunga piretrum dan daun nimba Cara membuat : Tumbuk halus bunga piretrum dan daun nimba dalam keadaan terpisah, rendam 2 – 5 gr serbuk bunga piretrum + 5 – 10 gr serbuk daun nimba dalam 1 lt air + 1 lt detergent. Diamkan semalam saring larutan dan siap digunakan pada kemasan atau karung penyimpan benih. Aplikasi lainnya adalah tepung bunga piretrum, daun nimba, abu serai wangi atau abu sekam sebanyak 1 gr dicampurkan merata dengan 1 kg benih tujuan nya melindungi benih dari serangan hama gudang selama sekitar 6 bulan. 2.2.4.3 Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Rodentia (Tikus) Bahan : Umbi gadung racun atau gadung KB 1 kg, Dedak (padi atau jagung) 10 kg, Tepung ikan 1 ons, Kemiri 1 ons dan air Cara membuat : Umbi gadung dikupas lalu dihaluskan. Semua bahan dicampur, diaduk rata, dan dibuat dalambentuk pelet kering. Umbi gadung racun adalah gadung yang batangnya bulat berkayu, sedangkan gadung KB berbatang lunak berbentuk segitiga dan digunakan untuk memandulkan tikus. Aplikasinya, pelet-pelet ditebarkan di tempat jalannya tikus atau di lorong-lorong sarang tikus.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.4 Ramuan untuk hama Molusca ( keong) Bahan : Akar tuba 5 - 10 gr, atau daun sembung 10 - 20 gr, air 1 lt, detergent 1 gr Cara membuat : Akar tuba atau daun sembung dihaluskan dan diaduk merata dalam 1 lt air dicampur detergen diendapkan semalam lalu disaring, semprotkan pada lahan yang ada keongnya. 2.3 Keracunan Pestisida 2.3.1
Jalur Masuk Pestisida Racun pestisida masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, tertelan melalui
mulut maupun diserap oleh tubuh. Gejala keracunan akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan/pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine (Prijanto, 2009). Melalui kulit hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
Universitas Sumatera Utara
Melalui pernapasan Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak berbau. Melalui mulut hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida. 2.3.2
Tipe Keracunan Pestisida Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada dua
tipe keracunan, yaitu : 1. Keracunan Akut Terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu. Efek akut lokal terjadi bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida. Efek akut lokal biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit; mata berair dan batuk.Atau berupa masalah-masalah kulit, seperti kemerahan, gatal-gatal, kudis, melepuh dan kulit kehilangan warna.Gejala yang umum dari keracunan pestisida adalah bila kuku-kuku jari berubah warna menjadi hitam atau biru. Pada kasus- kasusyang lebih serius kuku-kuku jari akan lepas. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari tubuh dan mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati, lambung, otot, usus, otak dan syaraf. Gejala-gejala keracunan dan berapa cepat
Universitas Sumatera Utara
bekerjanya tergantung pada jenis bahan kimia, waktu dan kadar racun dalam pestisida tersebut. Pestisida adalah bahan beracun yang dapat diserap oleh tubuh melalui kulit. Kemudian kulit akan dirusak oleh bahan-bahan kimia yang beracun ini dari dalam. Kadang-kadang kulit bereaksi berupa alergi terhadap pestisida atau komponen lain dalam formula racun tersebut. Kulit dapat bereaksi dengan kuat walaupun hanya terkena dalam jumlah sedikit. Sinar matahari dapat memperburuk beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh pestisida. 2. Keracunan Kronis Terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida. Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat berbahaya bagi otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma. Hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis. Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami
masalah sulit makan. Orang-orang yang menelan pestisida (baik
Universitas Sumatera Utara
sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut. Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida bervariasi dalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida mempengaruhi produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroit, paratiroit, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk
mengontrol
fungsi-fungsi
tubuh
yang
penting.Beberapa
pestisida
mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker tiroid.(Romeo Quijano dan Sarojeni VR, 1999). 2.3.3
Gejala Keracunan Pestisida Menurut Romeo Quijano dan Sarojeni VR (1999) menyatakan bahwa
gejala keracunan pestisida : 1. Gejala Keracunan Ringan
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang keracunan dapat menunjukan beberapa atau seluruh gejala berikut ini, tergantung kepada jenis pestisida dan jangka waktunya. Sangatlah tidak biasa untuk hanya muncul satu gejala. Seseorang mungkin keracunan ringan dan tidak mengenali gejala-gejala ini, terutama jika munculnya secara bertahap. Gejala tersebut seperti pusing, mata kabur, diare, sakit perut, sakit dada, mual dan muntah-muntah, keringat berlebihan, sakit kepala, sakit otot dan keluar air berlebihan dari mata, hidung dan mulut kram. 2. Gejala Keracunan Sedang Gejala-gejala untuk keracunan tingkat sedang sama dengan gejala untuk keracunan ringan ditambah beberapa gejala lain, seperti : sempoyongan, bingung, badan lemah, susah konsentrasi, kejang otot pupil mata mengecil(miosis). Jika keracunan ini terjadi selama beberapa hari atau lebih, gejala lainnya adalah: Gelisah terus menerus, susah tidur, mimpi buruk. Bila hal ini terus berlanjut maka keracunan berat dapat terjadi. Seorang pekerja yang keracunan sedang dapat mengalami beberapa atau seluruh gejala tadi, tergantung pada jenis pestisida dan jangka waktunya. 3. Gejala Keracunan Berat Gejala-gejala keracunan berat karena pestisida gas syaraf sama seperti yang telah disebutkan di atas ditambah kehilangan kesadaran, pengeluaran air seni dan defekasi tanpa sadar, koma, pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis), bibir dan kuku membiru (cyanosis), sesak nafas, sawan, kematian. Jika keracunan berat tidak dikenali dan dirawat dengan baik dan benar, korban dapat mengalami kematian.
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kerangka Konsep
Petani Pengguna Pestisida Nabati Alat Pelindung Diri a. Topi b. Baju Lengan Panjang c. Celana Panjang d. Sarung Tangan e. Masker f. Sepatu Boot Gambar 2.1
Gangguan Kesehatan Keracunan 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat
Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara