BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Pengetahuan 1.1. Pengertian Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (Knowledge Is Justified True Belief). Sedangkan secara terminology ada beberapa pengertian
tentang
pengetahuan.
Gazalba
(1992),
mengatakan
pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004). Pengetahuan berarti mengingat materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ini merupakan tingkatan yang paling sederhana dan mendasar dari domain kognitif yang menunjukan kemampuan untuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Kozier & Erb, 1987 dalam Potter & Perry, 1992). Menurut Notoadmojdo (2003), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
Universitas Sumatera Utara
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. 1.2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoadmodjo (2003), Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1.2.1
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 1.2.2
Memahami (Comprehension)
Memahami
artinya
kemampuan
untuk
menjelaskan
dan
menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan. 1.2.3
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
Universitas Sumatera Utara
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam hitungan perhitunganperhitungan hasil pnelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 1.2.4 Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. 1.2.5
Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada. 1.2.6
Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan terhadap suatu kriteria yang dibuat sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang sudah ada sebelumnya. 1.3. Bentuk Pengetahuan Terdapat berbagai cara yang berbeda untuk mengklasifikasikan pengetahuan. Rentang tersebut berasal dari pendekatan yang sangat
Universitas Sumatera Utara
genetik berdasarkan sifat dasar dari pengetahuan sebagai fenomena (seperti yang di ungkapkan oleh ahli filsafat) sampai ke yang lebih spesifik, seperti cara pendidik mengklasifikasikan area pengetahuan di dalam kurikulum di bawah suatu objek atau disiplin ilmu (misalnya, Biologi, Sosiologi, Psikologi, dan lain-lain). Mempertimbangkan bentuk pengetahuan dalam istilah jenis pengetahuan, sumber pengetahuan dan cara
mengetahui
yang
umum
terdapat
di
dunia
keperawatan.
Epistemologi dan jenis pengetahuan yaitu cabang dari filosofi yang membahas tentang defenisi klasifikasi pengetahuan. Secara umum, ahli filsafat mengklasifikasikan pengetahuan sebagai berikut: 1.3.1 Pengetahuan Tentang Pengetahuan yang mendefenisikan semua hal yang kita ketahui. secara sederhana, kita mengetahui keberadaannya dan kita mengetahui sesuatu tentang hal tersebut. 1.3.2 Pengetahuan Bagaimana Pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, ini yang kita maksud ketika kita mengatakan bahwa seseorang memiliki cara mengetahui sesuatu. 1.3.3 Pengetahuan Empiris Pengetahuan ini diambil dari persepsi, misal, observasi yang kita buat tentang fenomena di lingkungan kita. Dari hal-hal yang kita observasi, kita mendapatkan pengetahuan dengan proses induksi. Disini
Universitas Sumatera Utara
kita tidak mengubah kondisi yang ada, kita secara aktual mengobservasi dan mengetahui bahwa hal-hal tersebut ada (Basford, 2006). 1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut (Roger 1974, dikutip dari Notoadmodjo, 2003), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti: pendidikan, sumber informasi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, informasi. Faktor lingkungan ini sering merupakan yang domain yang mewarnai perilaku seseorang. Adapun faktor- faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seseorang, adalah: 1.4.1 Pendidikan Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari pengalaman, media, dan lingkungan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). 1.4.2. Sumber Informasi Sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) menekankan bahwa sumber informasi dari seseorang individu itu mempengaruhi pengetahuan, yang dipengaruhi oleh keluarga, orang tua, dan masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
1.4.3. Pengalaman Pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya (Sudarmita, 2002). Pengetahuan juga dapat ditemukan pada kejadian yang pernah dialami seseorang dan menjadi pedoman baginya. 1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut (Notoadmodjo, 2003), cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua, yakni: 1.5.1 Cara Tradisional atau Non Ilmiah Cara kuno atau tradisional ini dipakai banyak orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan, secara sistematik dan logis. 1.5.2 Cara Modern Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah serta lebih lengkap. Cara ini disebut dengan metode, penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian.
2. Konsep Anemia 2.1 Pengertian Anemia Anemia oleh orang awam dikenal sebagai kurang darah, dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia juga
Universitas Sumatera Utara
tidak sama dengan tekanan darah rendah (TDR), dimana tekanan darah rendah merupakan kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit sel darah merah atau hemoglobin (Hb) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup kejaringan perifer. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (Sudoyo, 2006). Menurut Indah Indriawati (2001), Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius, terutama anemia defesiensi besi. Penyebab anemia defesiensi besi ialah karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia defesiensi besi, antara lain kebiasaan makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat dari anemia defesiensi besi atau zat besi adalah produktivitas darah rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi, morbiditas, dan lain-lain. 2.2 Tanda-tanda Anemia Adapun tanda-tanda anemia sebagai berikut: 2.2.1. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L) 2.2.2 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat 2.3 Dampak terjadinya Anemia: 2.3.1. Pada anak-anak a. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak c. Meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun. 2.3.2. Pada wanita a.
Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit
b.
Menurunkan produktivitas kerja
c.
Menurunkan kebugaran.
2.3.3. Pada remaja putri a.
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar
b.
Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal
c.
Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d.
Mengakibatkan wajah tampak pucat.
2.3.4. Ibu hamil a.
Menimbulkan
pendarahan
sebelum
atau
sesudah
persalinan
Universitas Sumatera Utara
b.
Meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 Kg).
2.4. Patofisiologi Anemia Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (Feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb (Sari, 2004). 2.5. Faktor-faktor terjadinya Anemia Pada Remaja Putri Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes RI, 2000), misalnya pada peristiwa: a. Pendarahan Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia, Setelah mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang kedua, maka konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu (Depkes RI, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
sekali hemoglobin, sehingga
menimbulkan keadaan anemia (Arlinda, 2004). b. Menstruasi Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium akibat pengaruh perubahan siklik keseimbangan hormonal reproduksi wanita. Ciri-ciri menstruasi normal: 1. Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari) 2. Lama perdarahan 2-7 hari 3. Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc) 4. Tidak disertai rasa nyeri 5. Darah warna merah segar dan tidak bergumpal c. Diet Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering memerhatikan akan bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya (diet). Bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang yang ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak kompeten dalam soal gizi dan kesehatan, sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala kelainan gizi (Depkes
Universitas Sumatera Utara
RI, 2000). Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan. Selain itu remaja putri masa kini juga semakin menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin. 2.6. Upaya Pencegahan Akibat tingginya angka kejadian anemia di masyarakat khususnya remaja putri disekolah maka diperlukan suatu tindakan pencegahan yang terpadu seperti Pendidikan kesehatan yaitu penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbsi zat besi (Arlinda, 2004). Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi (Farida.dkk, 2004) Pengobatan yang baik diberikan apabila penyebab yang mendasarinya yaitu masukan dalam darah rendah maka suplementasi terus menerus dengan zat besi. Seperti sayur mayur, daging, dll (Indriwati, 2001).
Universitas Sumatera Utara
3. Konsep Hemoglobin 3.1 Pengertian Hemoglobin (Hb) adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta kadar hemoglobin pada wanita dewasa adalah 12 g/dl dan untuk laki-laki dewasa 14 g/dl (Wikipedia, 2006). 3.2 Fungsi Hemoglobin Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah maka terdapatnya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai (Sadikin, 2002). Tabel 1. Batas normal terendah nilai hemoglobin Usia
Kadar Hb (g/dl)
Anak usia 6 bulan-5 tahun
11,0
Anak usia 6-18 tahun
12,0
Wanita dewasa
12,0-14,0
Sumber; (Sadikin, 2002)
Universitas Sumatera Utara
4. Konsep Remaja 4.1 Pengertian Remaja berasal dari kata latin Adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik Hurlock (1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak dan tidak juga termasuk golongan dewasa. Seperti yang dikemukakan oleh Monks, dkk (1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (Arya, 2009). Menurut (Rudolph.dkk, 2002) Masa remaja adalah masa peralihan antara
masa
kanak-kanak
dan
dewasa
yang
mengalami
masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir ataupun bertindak, tetapi bukan pula orang - orang dewasa yang telah matang. Masa remaja berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahun bagi pria. 4.2 Perubahan Psikologi Remaja Menurut Soetjingsih (2004). Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
4.2.2
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan
internal
seperti
system
sirkulasi,
pencernaan dan system respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri dan remaja.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya di bawah dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja dapat diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.2.4
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
4.3 Tingkat Perkembangan Remaja Menurut Sujanto (1996), Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi berbagai cara. salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut: 4.3.1 Masa prapuber adalah masa pada satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Masa puber atau masa remaja merupakan terjadinya perubahan – perubahan sangat nyata dan cepat, dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini berkisar antara 2,5 – 3,5 tahun. 4.3.3 Masa postpuber pertumbuhan adalah masa yang cepat sudah berlalu, tetapi masa nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan. 4.3.4 Masa akhir puber yaitu melanjutkan perkembangan sampai mendapat tanda-tanda kedewasaan. Keluarga berperan penting pada perkembangan yang optimal selama masa remaja dengan mempermudah peningkatan kebebasan dan tanggung jawab secara bertahap. Remaja perlu mengalami individuasi serta
keterlibatan
dengan
keluarga
dan
masyarakat
untuk
mengembangkan identitas positif dan kemampuan rasional. 4.4 Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan remaja menurut Sujanto, (1996) yaitu: 4.4.1 Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan yang sebaya, baik lakilaki dan perempuan 4.4.2 Memperoleh peranan sosial 4.4.3
Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan
efektif
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 4.4.5 Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri 4.4.6
Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
4.4.7
Mempersiapkan diri dalam pembentukkan keluarga
4.4.8
Membentuk system nilai, moralitas dan falsafah hidup
4.5 Perubahan Lingkungan Pada Remaja Lingkungan sosial yang mendukung anak mengalami perubahan yang signifikan selama masa remaja, dengan keluarga memberikan pengawasan meningkatkan
yang
kurang
kesempatan
dan untuk
pilihan
kebebasan
dimulainya
yang
kebiasaan
lebih,
merusak
kesehatan. Sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama tidak terstruktur dan impersonal, dengan demikian memberikan pengawasan dan dukungan yang kurang dari pada yang diberikan disekolah dasar. Lingkungan kerja para remaja yang lebih tua memberikan pengawasan yang kurang dari pada sekolah dan bimbingan yang sedikit mengenai pilihan karir. Keadaan sosioekonomi yang memburuk dikeluarga mengakibatkan lebih banyak remaja mengalami kemiskinan dari pada dekade sebelumnya. (Rudolph.dkk, 2002). 4.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Remaja Sepanjang kehidupan manusia ada dua faktor tetap yang mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Yaitu faktor luar
Universitas Sumatera Utara
(eksternal) dan faktor dalam (internal). Tetapi oleh karena isi faktor luar selalu berubah keadaannya dan perkembangannya, maka akan diadakan peninjauan tersendiri tentang sampai mana pengaruh itu diterima oleh keadaan perkembangan jiwa remaja, sesuai dengan struktur ketajaman dan kebutuhanya. Ada dua golongan besar yang termasuk faktor luar yang mempengaruhi manusia, yaitu golongan organis dimana terdapat manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Dan golongan anorganis, termasuk didalamnya keadaan alam dan benda-benda. Keadaan alam adalah iklim, perkehidupan (petani, pelaut, pegunungan, perdagangan dan sebagainya) dan keadaan benda-benda yaitu benda-benda alam yang bukan hasil budaya. dan yang merupakan bukan hasil budaya misalnya keadaan perumahan bangunan-bangunan dan sebagainya. oleh karena itu sikap dan sifat anak dari kota berlainan dengan anak dari desa. Bukan perbedaan kualitas dan yang lainnya, melainkan hanya berbeda dalam bentuk atau gambarnya. Perbedaan itu disebabkan oleh faktor didalamnya. Faktor dalam yang manakah yang menerima pengaruh itu, dan sampai dimana ketajaman penerimaannya (Sujanto, 1996). 4.7 Gizi Pada Remaja Putri Remaja merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap anemia, dapat mengenai semua kelompok status sosial ekonomi, terutama yang berstatus sosial ekonomi rendah. Penyebabnya sebagian besar oleh karena ketidak cukupan pemasukan zat besi yang berasal dari diet, dilusi zat-zat besi dari cadangan dalam tubuh dengan cepatnya pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
dan kehilangan zat besi. Kriteria yang dipakai untuk menentukan defesiensi zat besi adalah dari hasil pemeriksaan feritin, saturasi transferin, protoporfirin eritrosit (Soetjiningsih, 2004). Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja oleh karena terjadi pertumbuhan yang meningkat dan ekspansi volume darah dan masa otot. Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh dan peran lainnya dalam pembentukan sel darah merah. Target cadangan zat besi sekitar 300mg pada kedua jenis kelamin, kebutuhan zat besi rata-rata pada saat anak prepubertas adalah 10 mg/hari, dan selama kejar tumbuh saat pubertas diperlukan tambahan 5 mg/hari pada remaja putri yang mulai dengan kejar tumbuh saat pubertas dan menstruasi (Soetjiningsih, 2004). Diet remaja hanya mengandung 6 mg/1000 kkal, sehingga pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya. Kekurangan asupan menyebabkan anemia besi. Sebaliknya kelebihan asupan predisposisi genetik tertentu menyebabkan overlood zat besi (Soetjiningsih, 2004). Penyerapan zat besi tergantung dari bioavailabilitas zat besi pada makanan. Zat besi heme (hewani/daging) memiliki bioavailabilitas lebih tinggi dibandingkan zat besi nonheme (sayur-sayuran).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Sumber Zat Besi No
Makanan
Zat Besi (mg)
1
Sumber heme: Hati anak lembu (celves) Daging pinggang sapi (sirloin) Daging sapi (tanpa lemak) Ayam 2 Sumber nonheme: Mentega kacang (1 tbsp) Kacang polong (1/2 cup) Sereal telah dimasak (1/2 cup) Sereal siap saji (3/4 cup) Roti gandum diperkaya (1 iris) Kacang yang terbaik (2 tbsp) Sumber ; (Soetjiningsih, 2004).
5,3 mg 2,9 mg 1,9 mg 1,5 mg 0,7 mg 1,3-3,0 mg 0,7-1,3 mg 0,7-1,3 mg 0,6-0,8 mg 1,0 mg
4.8 Remaja dengan Anemia Dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia menderita anemia. Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan terjadinya menstruasi sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin berkurang. Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak dibandingkan pria (Sujanto, 1996). Dilain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makanan karena mereka ingin tampak langsing. Hal ini merupakan salah satu penyebab anemia cukup tinggi pada remaja putri. Kebutuhan zat besi remaja putri 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan remaja putra. Remaja putri setiap bulan mengalami haid, jadi perlu zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya. Demikian pula pada saat hamil, butuh
Universitas Sumatera Utara
zat besi untuk kebutuhan perkembangan janin. penanggulangan anemia pada remaja putri sudah harus diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia pada remaja putri. Selain itu perlu adanya penyuluhan kepada remaja putri mengenai pengetahuan tentang anemia, sebab, akibat serta cara menanggulanginya (Sujanto, 1996). Hal lain yang membuat wanita lebih beresiko terkena anemia adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari pertama haid hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya. Lama menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari. siklus menstruasi yang tidak normal dan menjadi pemicu terjadinya anemia seperti hipermenorhea (haid lebih lama dan lebih banyak dari jumlah normal) atau lebih dari delapan hari. Polimenorhea atau siklus haid lebih pendek (kurang dari 21 hari) dan metrorhagia yaitu perdarahan di luar waktu haid yang bisa disebabkan kelainan organik atau kelainan fungsional (Junita, 2009).
Universitas Sumatera Utara