BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Antenatal Care 1. Pengertian ANC ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006). Pemeriksaan ANC adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2007). Menurut Wignjosastro (2005) ANC merupakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ANC atau pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan air susu ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
12
13
2. Tujuan ANC Pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain : a. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi. c. Menganalisa
secara
dini
adanya
ketidaknormalan
atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal. g. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana. h. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono, 2002). Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan teknis
14
pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara keseluruhan meliputi komponen- komponen sebagai berikut : a. Mengupayakan kehamilan yang sehat. b. Melakukan
deteksi
dini
komplikasi,
melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman. d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. 3. Pelaksana kunjungan ANC Menurut Depkes RI (2005) pelaksana pelayanan ANC terdiri dari : a) Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis obstetrik dan ginekologi. b) Tenaga perawatan meliputi : bidan, pembantu bidan, perawat bidan, dan perawat wanita yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan. 4. Lokasi pelayanan ANC atau pemeriksaan kehamilan Menurut Depkes RI (2005) tempat pemberian pelayanan ANC dapat status aktif meliputi : a) Puskesmas b) Puskesmas pembantu c) Pondok bersalin desa d) Posyandu e) Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas) f) Rumah sakit pemerintah atau swasta
15
g) Rumah sakit bersalin h) Tempat praktek swasta (bidan, dokter). 5. Jadwal Pemeriksaan ANC Memperhatikan batasan dan tujuan pelayanan ANC, maka jadwal pemeriksaan sebagai berikut: a. Pemeriksaan pertama Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid atau tidak menstruasi. b. Pemeriksaan ulang Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan dan setiap 1 minggu sekali sejak usia kehamilan 9 bulan sampai melahirkan. c. Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang dirasakan oleh ibu hamil (Manuaba, 2003). 6. Standar Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Menurut
Depkes
RI
(2005),
ditingkat
pelayanan
dasar,
pemeriksaan antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu: a. Aspek medik, meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini, pemberian terapi sesuai dengan diagnosis. b. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai:
penjagaan
kesehatan
dirinya
dan
janinnya,
pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang
16
dimilikinya, pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu. c. Rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. Menurut Depkes RI (2004) terdapat enam standar dalam pelayanan antenatal seperti berikut ini : a. Identifikasi ibu hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberi penyuluhan dan memotivasi ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur. b. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan memberikan sedikit 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk apakah perkembangan berlangsung normal. c. Palpasi abdomen Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. d. Pengelolaan anemia pada kehamilan
17
Bidan
melakukan
tindakan
pencegahan,
penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. f. Persiapan persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk mempersiapkan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan
akan
direncanakan
dengan
baik,
disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
B. Kunjungan Antenatal 1. Pengertian Merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan (Meilani, et al, 2009). Menurut kebijakan dari pemerintah kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil. Dengan ketentuan minimal satu kali pada trimester pertama, minimal satu kali pada trimester kedua, minimal dua kali pada trimester ketiga.
18
Standar pelayanan waktu tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan antenatal dan untuk memberi kesempatan yang cukup kepada pemberi asuhan antenatal dalam menangani kasus risiko tinggi yang ditemukan (Lhela, 2009). 2. Tujuan Kunjungan ANC Menurut( Saifuddin, 2006) Beberapa tujuan pemeriksaan kehamilan: a. Meningkatkan dan menjaga kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan tentang gizi, personal hygiene dan proses melahirkan. b. Mendeteksi dan menangani komplikasi selama kehamilan termasuk komplikasi medis, operatis, obstetrik. c. Menyusun
rencana
persiapan
persalinan
dan
antisipasi
komplikasi. d. Memantau perkembangan kehamilan untuk pemeriksaan, memastikan kesehatan, dan tumbuh kembang janin. e. Mempersiapkan persalinan cukup bulan melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi dengan trauma persalinan seminimal mungkin. 3. Manfaat kunjungan antenatal Menurut (Manuaba, 2003) manfaat kunjungan ANC adalah sebagai berikut : a. Menegakkan dan mengobati secara dini komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan. b. Mengurangi dan menegakkan dini komplikasi kehamilan.
19
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan konseling tentang pemberian ASI. d. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil untuk menghadapi persalinan. 4. Frekuensi kunjungan ANC Pemeriksaan kehamilan yang ideal untuk pertama kalinya adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Hasil penelitian telah menunjukkan berulang kali bahwa wanita yang datang lebih dini dan teratur untuk pemeriksaan pra lahir mempunyai komplikasi yang lebih sedikit dan bayi yang lebih sehat dari pada wanita yang mendapat perawatan pra lahir tidak teratur atau terlambat periksa kehamilan. Kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan (Wiknjosastro, 2005). Sesuai dengan kebijakan program saat ini kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali trimester tiga (Sarwono, 2002). Kebijakan program Depkes (2005) menganjurkan ibu hamil melaksanakan kunjungan ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai berikut : a. Kunjungan 1 / K1 ( Trimester 1) K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Pemeriksaan pertama kali
20
yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1 murni (kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan ) dan K1 akses ( kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di trimester II maupun di trimester III). Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatan antenatal adalah sebagai berikut: 1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan. 2) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas. 3) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. 4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. 5) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi. Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko ibu dan janin. Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat persalinan, juga perawatan bayi dan menyusui. Informasi yang diberikan sebagai berikut : 1) Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
21
2) Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina. 3) Pemilihan makan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi. 4) Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan. 5) Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya. Cakupan K1 dibawah 70% (dibanding jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan. b. Kunjungan 2 ( Trimester II) Pada periode ini pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali. Hendrawan (2008) menuturkan mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan obstetrik yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, maka perlu dilakukan kunjungan ANC yang teratur. Pada trimester II, ibu hamil diajurkan periksa kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II menurut Saifuddin (2002) ialah sebagai berikut: 1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
22
2) Penapisan pre-eklamsi gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan. 3) Mengulang perencanaan persalinan. c. Kunjungan 3 dan 4 (Trimester III) Pada periode ini pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu jika klien tidak mengalami keluhan yang membahayakan dirinya dan atau kandungannya sehingga membutuhkan tindakan segera. Rancangan pemeriksaan meliputi anamnesa terhadap keadaan normal dan keluhan ibu hamil trimester III, pemeriksaan fisik (umum, khusus, dan tambahan pada bulan ke-9 dilakukan pemeriksaan setiap minggu). Kelahiran dapat terjadi setiap waktu oleh karena itu perlu diberikan petunjuk kapan harus datang ke rumah sakit. Menurut wignjosastro (2002),
jadwal kunjungan
ulang selama hamil trimester III adalah setiap dua minggu dan sesudah 36 minggu setiap satu minggu. Menurut Saifuddin (2002) menuturkan tujuan kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu : 1) Sama seperti kunjungan 2. 2) Mengenali adanya kelainan letak. 3) Memantapkan rencana persalinan. 4) Mengenali tanda-tanda persalinan. Pertolongan pertama atau penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal merupakan komponen penting dan bagian tak terpisahkan dari pelayanan maternitas di setiap tingkat pelayanan. Bila hal
23
tersebut dapat diwujudkan maka angka kematian ibu dapat diturunkan. Persalinan sesungguhnya merupakan hal fisiologis yang terjadi pada wanita. Namun, proses normal dalam daur hidup wanita ini (persalinan) dapat berubah menjadi komplikasi dan mengalami ketidaklancaran persalinan apabila ditemui komplikasi penyakit atau kelainan mekanis baik dari bayi maupun ibu dan perubahan psikologis ibu karena kurang siap dalam menghadapi persalinan. Begitu pula pendapat Arikunto (2006) bahwa sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
dengan
besar
bayi.
Sedangkan
faktor
mental
berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan. Oleh karena itulah pembangunan pola pikir pada ibu hamil terutama ibu primigravida untuk menyambut kehamilannya dan menjalani kecemasan
kehamilannya dan
tingkat
dengan stress
bahagia yang dapat
untuk
menekan
mempengaruhi
kelancaran persalinan sejak awal kehamilan sangat diperlukan. Dengan pendidikan kesehatan, pemeriksaan dan informasi yang diberikan selama kehamilan diharapkan ibu dapat melewati
24
persalinannya dengan psikologis yang stabil sehingga mampu memperlancar persalinannya. Hal ini menunjukan pentingnya ANC. Ketepatan kunjungan pertama menentukan kepatuhan ibu untuk kunjungan selanjutnya. Saifuddin (2006) mengemukakan bahwa penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
untuk
mendapatkan
diagnosis kehamilan intrauterin, dan ada tidaknya masalah atau komplikasi, serta kunjungan berikutnya agar proses persalinan dapat dilalui tanpa komplikasi. Untuk itulah ketepatan kunjungan ANC memegang peranan penting dalam persiapan persalinan untuk mencapai kelancaran persalinan. 5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC Menurut standar pelayanan kebidanan (Depkes RI, 2003), ada banyak alasan mengapa ibu hamil tidak melakukan kunjungan ANC antara lain : 1) Kemampuan mengambil keputusan. Ibu sering kali tidak berhak memutuskan sesuatu, karena hal itu adalah hak suami dan mertua, sementara mereka tidak
25
mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan hanya mengandalkan cara-cara tradisional. 2) Fasilitas kesehatan Fasilitas untuk pelayanan ANC tidak memadai, tidak berfungsi
sebagaimana
mestinya,
tidak
memungkinkan
kerahasiaannya, harus menunggu lama atau perlakuan petugas kesehatan yang kurang memuaskan. 3) Pengetahuan Beberapa ibu hamil tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan. 4) Budaya Kurangnya dukungan keluarga maupun tradisi yang tidak mengijinkan seorang ibu hamil meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya. 5) Petugas kesehatan Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan pada petugas kesehatan secara umur beberapa anggota masyarakat tidak mempercayai semua petugas kesehatan pemerintah. 6) Kepercayaan Takhayul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (terlebih pula jika petugasnya seorang laki-laki). 7) Sosial ekonomi
26
Ibu hamil atau anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilannya. 6. Standar pelayanan ANC Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T” meliputi : 1) Timbang berat badan (T1) Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. 2) Ukur tekanan darah (T2) Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi. 3) Ukur tinggi fundus uteri (T3) dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. 4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4). 5) Pemberian imunisasi TT (T5) sebanyak 2 kali untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas. 6) Pemeriksaan Hb (T6) pada kunjungan pertama dan pada usia kehamilan 30 minggu. 7) Pemeriksaan VDRL (T7).
27
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8). 9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9). 10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10). 11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11). 12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12). 13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13). 14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14). Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T (Prawiroharjo, 2002). Pelayanan/ asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi (Prawiroharjo, 2002)
28
C.
Persalinan 1. Pengertian a. Persalinan adalah proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Saifuddin, 2010). b. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006). c. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (keluar sendiri) (Depkes, 2003). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka persalinan dapat diartikan sebagai proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan. 2. Pembagian Persalinan Menurut( APN, 2002) cara persalinan dibagi menjadi : a. Persalinan biasa atau normal adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan
29
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/ pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. b. Persalinan abnormal adalah persalinan pervagina dengan bantuan
alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea. 3.
Tanda- tanda Persalinan a. Tanda Permulaan Persalinan Sebelum
terjadi
persalinan
sebenarnya
beberapa
minggu
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun. 3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah dari uterus (false labor pains).
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya. b. Tanda in-partu 1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
30
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. 3) Dapat disertai ketuban pecah dini. 4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks. 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelancaran jalannya persalinan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran dalam persalinan yaitu : a. Jalan Lahir (passage) ; jalan lahir yang meliputi ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang. Supaya bayi dapat lahir melalui jalan lahir tanpa rintangan maka jalan lahir harus normal. b. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan. c. Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta, air ketuban. Dalam persalinan yang sering menghambat jalan lahir adalah dari faktor janin (Prawirohardjo, 2001). d. Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.
31
Menurut Walsh (2008) kelahiran menuntut bahwa janin berhasil melalui pelvic keluar ke lingkungan ekstrauterin. Navigasi proses keluar ini dipengaruhi loh 3 “P” yaitu passanger (janin), passange (jalan
lahir),
dan
power
(kekuatan),
beberapa
penulis
juga
mempertimbangkan “ P” keempat (psikis maternal) karena terdapat hubungan antara psikis dan kemajuan persalinan. 5. Tanda bahaya pada waktu melahirkan Menurut Depkes RI (2002) terdapat beberapa tanda bahaya pada waktu melahirkan, yaitu : a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas b. Keluar darah dari jalan lahir sebelum kelahiran c. Tali pusat atau anggota badan bayi merumbung/ keluar lebih dulu d. Ibu tidak kuat mengejan e. Ibu kejang-kejang f. Air ketuban berbau busuk atau berwarna keruh g. Keluar darah banyak setelah melahirkan.
6. Tahap Persalinan Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala: a. Kala I Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase : 1.) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
32
2.) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam. Untuk mengetahui persalinan dalam kala I maju sebagaimana mestinya, sebagai pegangan diambil Kurve Friedman atau partograf. b. Kala II Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multipara. c. Kala III Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit atau tidak lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. d. Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 2 jam pertama post partum, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan post partum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah,
33
nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan. (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Persalinan normal adalah suatu proses persalinan dimana bayi lahir dengan letak belakang kepala, melalui jalan lahir ibu (bukan caesar), tanpa menggunakan alat-alat pertolongan persalinan yang dapat melukai ibu dan bayi, dan pada umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Saifuddin, 2006). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Depkes RI, 2002). Persalinan sebagian besar merupakan persalin normal, persalinan patologi (perlu tindakan) terjadi sekitar 12%-15% saja. Pada beberapa kasus persalinan normal dapat menjadi persalinan patologi apabila terjadi kesalahan dalam penilaian dan tindakan dalam memimpin proses persalinan (Saifuddin, 2006).
7. Faktor- faktor Risiko Persalinan ( Persalinan Risiko Tinggi) Faktor risiko persalinan adalah suatu komplikasi yang terjadi pada
saat
persalinan
berlangsung
yang
berhubungan
dengan
meningkatnya kesakitan (kematian) ibu dan bayi. Apabila ditemukan resiko persalinan, harus segera dirujuk kerumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Menurut Manuaba (2001) Beberapa risiko persalinan, diantaranya : a. Persalinan lama
34
b. Ketuban pecah dini c. Berat badan bayi diperkirakan kurang dari 2500 gram. d. Tali pusat merumbung. e. Pre eklamsia berat f. Eklamsia g. Perdarahan post partum h. Retensio plasenta i. Solusio plasenta j. Ruptur uteri. Persalinan risiko tinggi menurut Depkes RI (2002), diantaranya adalah sebagai berikut : a. Persalinan lama b. Ketuban pecah dini c. Berat badan diperkirakan <2500 gram d. Tali pusat merumbung e. Pre eklamsi berat dan eklamsia f. Perdarahan post partum g. Retensio plasenta h. Ruptur uteri.
35
D. Kerangka teori
Faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC : a. Kemampuan mengambil keputusan b. Fasilitas kesehatan c. Pengetahuan d. Budaya e. Petugas kesehatan f. Kepercayaan g. Sosial ekonomi
Faktor yang mempengaruhi kelancaran persalinan: a. b. c. d.
Frekuensi kunjungan Ante Natal Care (ANC): a. Trimester 1 b. Trimester II c. Trimester III
Kelancaran persalinan
Passage ( jalan lahir) Power (kekuatan) Passanger (janin) Psyche (kejiwaan)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Prawirohardjo (2004), Saifuddin (2006), Wignyosastro (2006)
36
E. Kerangka konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
Frekuensi kunjungan Ante Natal Care (ANC):
Kelancaran persalinan:
d. Trimester 1 e. Trimester II f. Trimester III
Faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC : h. Kemampuan mengambil keputusan i. Fasilitas kesehatan j. Pengetahuan k. Budaya l. Petugas kesehatan m. Kepercayaan n. Sosial ekonomi
Faktor yang mempengaruhi kelancaran persalinan: e. f. g. h.
Passage ( jalan lahir) Power (kekuatan) Passanger (janin) Psyche (kejiwaan)
Keterangan : : diteliti : tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
37
F. Hipotesis Ha : Ada hubungan antara frekuensi kunjungan Ante Natal Care (ANC) dengan kelancaran persalinan pada ibu bersalin di BPS Hj. Kalimah Jatinegara Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. Ho : Tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan Ante Natal Care (ANC) dengan kelancaran persalinan pada ibu bersalin di BPS Hj. Kalimah Jatinegara Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen.