BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memainkan peranan penting dalam perkembangan sebuah perusahaan. Dalam penerapannya, manajemen keuangan tidak dapat berdiri sendiri. Manajemen keuangan selalu berkaitan, ilmu ekonomi mikro dan makro, manajemen pemasaran, manajemen produksi, metode kuantitatif dan manajemen sumber daya manusia. Pengertian manajemen keuangan menurut Sustrisno (2001:3) : “Manajemen
keuangan
dapat
diartikan
sebagai
semua
aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya murah serta usaha menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.“ Dan menurut Van Horn (2005:3) bahwa: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya.“ Sedangkan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:4) bahwa: “Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melakukan kegiatan ini sering disebut sebagai manajer keuangan.“ Dari
ketiga
pengertian
diatas
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
manajemen keuangan merupakan koordinator dan pengendali bidang-bidang lainnya yang ada dalam perusahaan. Semua keputusan bisnis mempunyai implikasi keuangan dan semua manajer yang ada di perusahaan harus berkoordinasi dengan manajer keuangan yang digunakan sebagai standar. Kemampuan seseorang manajer keuangan untuk beradaptasi dengan perubahan, mencari dana, menginvestasi aktiva serta mengelolanya secara
bijaksana akan sangat mempengaruhi kesuksesan perusahaan dan ekonomi secara menyeluruh.
2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan adanya tujuan dan sasaran yang digunakan sebagian standar dalam memberikan penelitian koefisienan keputusan keuangan. Memaksimalkan nilai perusahaan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen keuangan. Menurut Atmaja (2008:4) tujuan ini melandasi keputusan manajemen yaitu dengan mempertimbangkan resiko dan waktu dalam kaitannya dengan laba perusahaan yang diharapkan manajemen keuangan dapat memaksimumkan harga saham biasa perusahaan. Dengan
nilai
perusahaan
yang
maksimal
artinya
perusahaan
dapat
memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efektif haruslah memiliki fungsi yang jelas agar dapat dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin oleh penggunanya. Manajamen keuangan juga harus memiliki fungsi yang dapat mendukung keputusan. Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2001:5) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu : 1. Keputusan Investasi Keputusan
investasi
adalah
bagaimana
manager
keuangan
harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa depan. Investasi akan mengandung banyak risiko dan ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari
investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan Manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dana dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta usahanya. 3. Keputusan Deviden Deviden merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan deviden merupakan keputusan keuangan untuk menentukan (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash deviden, (2) stabilitas deviden yang dibagikan, (3) deviden saham (stock devident), (4) pemecahan saham (stock split), (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Setiap perusahaan, khususnya perbankan membutuhkan manajemen keuangan agar dana yang diperoleh bank dari masyarakat dapat dialokasikan atau diinvestasikan dengan baik ke aset produktif sehingga didapatkan hasil yang menguntungkan.
2.1.3 Kegiatan Manajer Keuangan Manajer keuangan adalah seseorang atau orang-orang yang akan mengelola keuangan yang akan dialokasikan atau mengatur dana yang akan didapat perusahaan untuk kelangsungan hidup serta kegiatan perusahaan. Menurut Irawati (2006:4) tugas utama manajer keuangan, yaitu membuat
planning tentang pengadaan dan pengalokasian dana guna memaksimumkan nilai perusahaan. Dimana di dalamnya menyangkut kegiatan sebagai berikut: 1.
Peramalan dan Perencanaan Manajer keuangan harus berhubungan dengan para eksekutif yang lain dalam memprediksi masa depan perusahaan.
2.
Keputusan Investasi dan Pembiayaan Manajer keuangan harus dapat menyediakan modal untuk bahan pendukung dalam pertumbuhan perusahaan. Sumber dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan
perusahaan adalah
modal
internal dan
eksternal. 3.
Pengkoordinasian dan Pengendalian Manajer keuangan juga harus bersikap kooperatif atau bekerja sama dengan eksekutif bidang lain agar perusahaan dapat beroperasi seefisen mungkin.
4.
Interaksi dengan Pasar Modal Dikarenakan pasar modal sebagai salah satu tempat penyedia dana, maka manajer keuangan harus selalu berhubungan dengan pasar modal.
2.2 Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi Investor melakukan sejumlah investasi untuk memperoleh keuntungan. Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung bagaimana investor yang memilihnya. Pengertian Investasi menurut Bodie, Kane, Marcus (2004:3) sebagai berikut: “An investment is the current commitment of money or other resources in the expectation of reaping future benefits.“
Artinya bahwa suatu investasi adalah komitmen yang dibuat sekarang mengenai uang atau sumber daya lainnya dengan harapan mendapat keuntungan di masa yang akan datang. Manajemen investasi atau yang lebih dikenal dengan portofolio itu sangat dibutuhkan dalam proses pengaturan uang dan juga dalam proses pembelian dan penjualan saham. Investasi itu sendiri adalah penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan mengharapkan keuntungan di masa mendatang dan tujuannya untuk memperoleh penghasilan selama jangka waktu tertentu. Definisi Investasi menurut Jogiyanto (2007:5) sebagai berikut: “Penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.“ Sedangkan definisi Investasi menurut Tandelilin (2010:2) sebagai berikut: “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.“ Istilah
investasi
bisa
berkaitan
dengan
berbagai
macam
aktivitas.
Menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun aset financial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan.
2.2.2 Kepemilikan Aktiva Financial Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
Dalam
melaksanakan
investasi,
seorang
investor
dihadapkan pada dua hal, yaitu tingkat pengembalian dan juga risiko yang mungkin timbul akibat adanya ketidakpastian. Investasi dapat dilakukan dengan cara memiliki aktiva financial. Menurut Sunariyah (2003:4) bahwa kepemilikan
aktiva financial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1.
Investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Investasi langsung diartikan sebagai suatu kepemilikan suratsurat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah Go-Public dengan harapan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen atau capital gains.
2.
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
2.2.3 Tujuan Investasi Investasi dilakukan untuk tujuan tertentu agar investor mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Tujuan dari investasi menurut Tandelilin (2007:5) adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatan yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2.
Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan inflasi dalam pemilihan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3.
Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu. Untuk mendapatkan tingkat return yang diharapkan, investor dituntut
keberaniannya dalam menanggung risiko. Pada investasi terdapat dua atribut berbeda yang melekat pada investasi yaitu risiko dan waktu. Pada beberapa kasus, elemen waktu merupakan faktor yang mendominasi, sedangkan pada kasus lainnya risiko dapat menjadi atribut yang dominan. Namun bisa juga baik waktu maupun risiko menjadi faktor yang penting. Pilihan investasi yang dihadapi oleh pemodal tidak hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan saja, karena pemodal dihadapkan pada risiko yang harus diambil ketika melakukan kegiatan investasi. Apabila pemodal mengharapkan tingkat keuntungan yang tinggi maka pemodal juga harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.
2.2.4 Proses Investasi Seorang investor yang ingin membentuk portofolio perlu melakukan langkah-langkah dalam penilaian investasi yang disebut sebagai proses investasi. Husnan (2005:47) mengatakan bahwa proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas : yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menentukan kebijakan investasi Pada tahap ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Pemodal harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
2.
Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual (sekelompok) sekuritas. Ada dua filosopi dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama adalah mereka yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang misspriced (harganya dalam, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), dan analisis dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis sekuritas, tetapi pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis tehnikal dan analisis fundamental. Analisis tehnikal menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu sebagai upaya memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Kedua adalah mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada sekuritas yang misspriced analisis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pada dasarnya mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien. Dengan demikian pemilihan
sekuritas bukan didasarkan atas preferensi risiko para pemodal (pemodal yang bersedia menanggung risiko tinggi akan memilih saham yang lebih berisiko), dan sebagainya. Keuntungan yang diperoleh pemodal, sesuai dengan pendapat ini, adalah sesuai dengan risiko yang mereka tanggung. 3.
Pembentukan portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas. Sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi investasi yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Sebagaimana telah disebutkan di atas, pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.
4.
Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Kalau dirasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
5.
Evaluasi kinerja portofolio Dalam
tahap
ini
pemodal
melakukan
penilaian
terhadap
kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari
portofolio lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan, karena itu perlu dilakukan standar pengukurannya. Menurut Arifin (2005:21), sebuah keputusan investasi dikatakan optimal jika pengaturan waktu konsumsi tersebut dapat memaksimumkan ekpektasi utilitas (expected utility). Untuk memaksimumkan utilitas seseorang hanya akan melakukan investasi jika ekspektasi manfaat dari penundaan konsumsi lebih besar dibandingkan dengan jika uang tersebut dibelanjakan sekarang. Namun ekspektasi manfaat tersebut nilainya tidak pasti. Untuk itu, lebih lanjut Arifin (2005:21) mengatakan bahwa investor mempunyai beberapa tahap sebelum berinvestasi, tahap pertama, mengidentifikasi pilihan-pilihan yang tersedia dan tahap kedua, investor memilih satu pilihan yang terbaik.
2.2.5 Return dalam Investasi Dikatakan bahwa suatu investasi mempunyai risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberi return yang pasti. Dengan kata lain, return yang diperoleh bersifat tidak pasti. Dalam keadaan seperti itu para pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu. Menurut Jogiyanto (2007:147) mengukur return dan risiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi mengukur return dan risiko seluruh sekuritas di dalam portofolio lebih diperlukan. Bagaimanapun juga menghitung return dan risiko untuk sekuritas tunggal juga berguna karena nilai-nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung return dan risiko portofolio. Return realiasasi portofolio (portofolio realized return) merupakan ratarata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di
dalam portofolio. Secara matematis, return realisasi portofolio menurut Jogiyanto (2007:147) dapat ditulis sebagai berikut : Rp = ∑ Dimana: Rp
= Return realisasi portofolio
Wi
= Porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio
Ri
= Return realisasi dari sekuritas ke i
n
= Jumlah dari sekuritas tunggal Sedangkan
menurut Jogiyanto (2007:148) return ekspektasi portofolio
(portofolio expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut: E(Rp) = ∑ Dimana: E(Rp) = Return ekspektasi dari portofolio Wi
= Porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio
E(Ri) = Return ekspektasi dari sekuritas ke i n
= Jumlah dari sekuritas tunggal
2.2.6 Risiko dalam Investasi Tidak seperti halnya return portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh return sekuritas tunggal, risiko portofolio (portofolio risk) tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata-rata tertimbang masingmasing sekuritas tunggal. Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan
tingkat keuntungan yang sesungguhnya (actual return) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Jogiyanto (2007:149) Pengertian Risiko menurut Van Horne (2005:145) sebagai berikut: “Risiko
adalah
perbedaan
antara
pengembalian
aktual
dengan
pengembalian yang diharapkan.“ Sedangkan pengertian Risiko menurut Tandelilin (2010:103) sebagai berikut: “Risiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan.“ Risiko portofolio dapat dinyatakan secara sistematis sebagai berikut: =∑
.
+∑
∑
Dimana: = Variance portofolio = Variance saham i = Covariance saham i dan j Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut menurut Tandelilin (2010:103) antara lain: 1.
Risiko Suku Bunga Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return
suatu
investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus. Demikian pula sebaliknya, jika suatu bunga turun, harga saham naik.
2.
Risiko Pasar Fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan.
3.
Risiko Inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.
4.
Risiko Bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.
5.
Risiko Finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.
6.
Risiko Likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan, semakin liquid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak liquid suatu sekuritas semakin besar pulas risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.
7.
Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
8.
Risiko Negara (Country Risk) Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi di negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi. Disamping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi
modern menurut Tandelilin (2010:104) juga dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau yang dikenal dengan risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Sedangkan risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan) adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perubahan penerbit sekuritas. Dalam manajemen protofolio, risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas.
2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Investasi di pasar modal adalah bagian dari investasi pada pasar keuangan secara keseluruhan. Pada dasarnya pengertian pasar modal dan bursa efek merupakan dua hal yang berbeda, meskipun demikian sebagian orang masih seringkali menganggap bahwa keduanya merupakan hal yang sama. Ada beberapa definisi pasar modal sebagai berikut: Menurut Bab 1, Pasal 1, Undang-undang Pasar Modal RI No. 8 Butir 13 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, secara spesifik Pasar Modal mempunyai pengertian: “Kegiatan
yang
bersangkutan
dengan
penawaran
umum
dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.“ Sedangkan Gitman (2006:25) mengemukakan pengertian dari Pasar Modal, sebagai berikut: “The capital market is a market that‘s enable suppliers and demanders of long term funds to make transaction.“ Artinya bahwa Pasar Modal adalah sebuah pasar yang mana para investor dan pihak yang membutuhkan pendanaan jangka panjang memungkinkan untuk melakukan suatu transaksi. Selanjutnya Tandelilin (2010:26), mengemukakan bahwa: “Pasar modal merupakan pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.“
Sedangkan mengenai pengertian dari Bursa Efek (Stock Exchange) menurut UU No. 8, Pasal 1 Butir 4 tentang Pasar Modal adalah: “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.“ Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal bisa dalam pengertian abstrak ataupun dalam pengertian kongkrit. Dalam perdagangan abstrak maka, perdagangan surat berharga tidak harus terjadi pada sutau tempat tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud pasar abstrak dikenal dengan istilah over-the-counter (OTC). Berikut ini kutipan mengenai OTC yang diambil dalam artikel “Coller‘s Year Book“ pada situs (www.encarta.msn.com, 2005), bahwa tidak adanya pasar yang pasti dalam pengertian lokasi yang tertentu di mana para pembeli dan penjual, atau agen-agen mereka, bertemu untuk bertransaksi pada surat berharga. Hampir sama dengan pasar OTC adalah merupakan suatu jaringan pedagang sekuritas yang melengkapi seluruh negara, dihubungkan dengan pesawat telepon, teletip, dan telegram, atau dengan surat. Sedangkan dalam pengertian konkrit maka Pasar Modal adalah bursa efek (stock exchange). Lalu, komiditi yang diperdagangkan di pasar modal adalah suratsurat berharga jangka panjang. Kesimpulan terakhir, bursa efek merupakan pasar yang sangat terorganisir karena terdapat serangkaian peraturan yang mengikat pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Dengan demikian dalam
jelaslah bawa pasar modal merupakan pasar, baik
pengertian abstrak maupun konkrit, sedangkan bursa efek adalah
lembaga yang menyelenggarakan atau menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang ada di pasar modal.
2.3.2 Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitat dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Peranan pasar modal menurut Sunariyah (2003:7) sebagai berikut: 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehinggan kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka. 2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar
modal
berpartisipasi
menciptakan dalam
kesempatan
perkembangan
suatu
kepada
masyarakat
perekonomian.
untuk
Masyarakat
berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain, menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para pemodal secara lengkap. Kelima aspek tersebut merupakan aspek mikro yang ditinjau dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal. Selanjutnya Sunariyah (2003:8) menyatakan bahwa pasar modal pun mempunyai peranan dalam suatu perekonomian negara. Peranan tersebut antara lain: 1. Fungsi Tabungan (Savings Function) Dengan membeli surat berharga sebagai tabungan, masyarakat diharapkan dapat mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. 2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. 3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar
modal
bagi
suatu
perekonomian
negara
merupakan
sumber
pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Pasar modal sebagai tempat bertemunya penjual (emiten) dan pembeli (investor) tentu memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pasar modal seperti yang dikemukakan Suad Husnan (2005:8) antara lain adalah: 1. Supply sekuritas, yang berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Demand akan sekuritas, ini berarti bahwa masyarakat harus mempunyai dana yang cukup besar untuk dipergunakan dalam membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan di pasar modal. 3. Kondisi politik dan ekonomi, dimana politik yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang akhirnya mempengaruhi penawaran dan permintaan sekuritas. 4. Masalah hukum dan peraturan, hukun yang jelas akan melindungi pemodal dari informasi yang tidak jelas. 5. Keberadaan lembaga-lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien akan membantu kegiatan pasar modal secara tepat. Lembaga ini antara lain adalah BAPEPAM, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan efek, reksa dana, kustodian, biro administrasi efek, wali amanat (trustee), akuntan, notaris, konsultan hukum, dan penilai.
2.3.4 Instrumen Pasar Modal Instrumen
pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat
berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Pengertian efek menurut Undang-undang Pasar Modal RI No. 8 Tahun 1995 Butir 5 tentang Pasar Modal, sebagai berikut : “Efek adalah surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap rights, waran, opsi atau
setiap turunan (derivative) dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.“ Menurut “Panduan Bursa Efek Jakarta (2004)” mengenai instrumen pasar modal yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia, antara lain adalah: 1.
Saham Biasa (Common Stock) Merupakan kepemilikan atas suatu perusahaan, keuntungan yang dinikmati oleh pemilik saham berasal dari dividen dan kenaikan harga saham (capital gain). Besar kecilnya saham yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap tergantung pada rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk keputusankeputusan yang memerlukan pemungutan suara, seperti pembagian dividen, pengangkatan direksi dan komisaris, dan sebagainya.
2. Saham Preferen (Preferent Stock) Saham preferen merupakan saham yang akan menerima sejumlah dividen dengan jumlah yang tetap. Biasanyan pemilik tidak mempunyai hak pilih dalam RUPS. 3. Obligasi Obligasi yaitu surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam hal ini pemodal) dengan yang memberi pinjaman (emiten). Obligasi dapat diartikan sebagai surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah. Obligasi tersebut membayarkan bunga yang ditunjukkan oleh coupon rate yang tercantum pada obligasi tersebut. 4. Obligasi Konversi Obligasi konversi sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberikan kupon tetap, memiliki jatuh tempo, dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu obligasi dapat dikonversi
(ditukar) menjadi saham biasa sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Right Issue Bukti right (Right Issue) merupakan produk turunan dari saham. Right issue merupakan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten.
Karena merupakan
hak,
maka
investor
tidak
terikat
harus
membelinya. Biasanya hak ini diberikan kepada pemegang harga saham lama sewaktu dilakukan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lain. 6. Reksadana Reksadana (Mutual Fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (disebut manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. 7. Waran Waran merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan yang menerbitkan waran tersebut dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi dan saham. Namun, setelah obligasi atau saham disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
2.3.5 Mekanisme Perdagangan di Pasar Modal (BEI) Dapat dikatakan bahwa suatu saham tercatat di bursa, berarti saham bersangkutan dapat dijual atau dibeli di lantai bursa. Agar perusahaan tercatat dalam bursa, perusahaan tersebut harus melalui proses penawaran perdana,
yang diawali dengan penyampaian daftar emisi saham. Di pasar perdana inilah perusahaan untuk pertama kalinya menjual sekuritasnya, dan menurut Tandelilin (2010:27) proses itu disebut dengan istilah Initial Public Offering (IPO) atau Penawaran Umum. Setelah melalui penawaran perdana, selanjutnya saham diperjual-belikan di lantai bursa. Harga saham selanjutnya ditentukan oleh tingkat penawaran dan permintaan atas saham tersebut. Jadi dari penjelasan di atas kita dapat melihat bahwa di pasar modal dan bursa efek ada dua hal yang saling berkaitan yaitu pasar primer, tempat dimana sekuritas pertama kali diterbitkan dan dijual. Sedangkan pasar sekunder yaitu tempat pemilik saham memperdagangkan sahamnya.
2.4 Saham 2.4.1 Pengertian Saham Pasar modal (capital market) pada prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas (modal sendiri) serta berbagai produk turunannya. Sekuritas yang diperjualbelikan di pasa modal Indonesia, salah satunya adalah saham. Menurut Coyle (2002:112) menyatakan definisi saham sebagai berikut: “A short-term unsecured promissory note. The issuer of the note promises to pay its holder a specified amount at a specified future date.“ Artinya bahwa saham merupakan suatu bukti kepemilikan jangka pendek. Surat perjanjian yang pembayarannya akan diberikan kepada pemilik (stockholder) di kemudian hari. Kemudian Bodie, Kane, Marcus (2004:97) mendefinisikan saham sebagai berikut:
“Short term unsecured issued by large corporation.“ Sedangkan menurut Tandelilin (2007:18) definisi Saham sebagai berikut: “Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-asset perusahaan yang menerbitkan saham.“ Selanjutnya menurut Tandelilin (2007:18) dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjual-belikan di pasar modal. Oleh karena itu, maka tidak heran bila dikatakan bahwa saham adalah jenis sekuritas yang paling berisiko, investor akan menanggung risiko penuh sebesar modal sahamnya tersebut bilamana perusahaan itu bangkrut. Ada dua kemungkinan yang diharapkan seorang investor dalam membeli saham, yaitu pertama, dividen atau keuntungan yang dibagikan. Untuk mendapatkan dividen seorang investor harus menunggu saat RUPS dilakukan, oleh karena itu maka dividen adalah daya tarik bagi investor yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang. Sedangkan yang kedua adalah capital gain atau selisih harga jua dengan harga beli. Investor akan mengalami keuntungan bila harga jual lebih tinggi dari harga ketika ia membeli dan demikian juga sebaliknya. Harga saham suatu perusahaan dapatlah dijadikan salah satu indikator untuk melihat apakah perusahaan itu baik atau tidak. Bila harga saham suatu perusahaan turun apalagi secara drastis misalnya, maka dapatlah kita katakan bahwa kinerja perusahaan itu terganggu, apakah oleh faktor eksternal atau internal, kendati harga saham tidaklah mencerminkan secara komprehensif kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
2.4.2 Jenis-Jenis Saham Di dalam prakteknya terdapat beberapa jenis saham, yang dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. Ditinjau dari peralihannya, saham dibedakan menjadi saham atas tunjuk dan saham atas nama. Saham atas tunjuk adalah saham yang di dalam sertifikatnya tersebut tidak dicatat nama pemiliknya agar mudah dipindah-tangankan dari seorang investor kepada investor lainnya. Jadi siapapun pemegang saham semacam ini berhak untuk duduk dalam RUPS dan mendapatkan dividen. Sedangkan saham atas nama adalah saham yang di dalam lembarannya tertulis nama pemiliknya. Ditinjau dari segi manfaat untuk pemiliknya saham digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen. Gruber (2003:17) menjelaskan pengertian saham biasa sebagai berikut: “Common stock represents an ownership claimant the earnings and asset of a corporation. After holders of debt claim are paid, the management of the company can either pay out the remaining earnings to stakeholders in the form of dividends or reinvest par or all of the earnings in the business.“ Artinya bahwa saham biasa menunjukkan suatu kepemilikan yang dapat memberikan pendapatan dan aset suatu perusahaan. Setelah kewajiban hutang dibayar, manajemen suatu perusahaan dapat memberikan pembayaran kepada stakeholders dalam bentuk dividen atau menginvestasikan kembali sebagian atau seluruh pendapatannya ke dalam bisnis. Menurut Sunariyah (2003:12) ada dua jenis saham biasa, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Saham atas nama yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut. Sedangkan saham atas unjuk yaitu nama pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham adalah
yang
memegang
saham
tersebut.
Pada
saat
ini
saham-saham
yang
diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama. Para pemegang saham pada suatu perusahaan mempunyai hak-hak yang melekat dalam pemilikan saham biasa yang dijamin oleh undang-undang. Hak pemegang saham biasa menurut Sunariyah (2003:129) antara lain: 1.
Mempunyai hak suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Luar Biasa (RULBS). Ketentuannya adalah satu saham satu suara.
2.
Mempunyai wewenang untuk memilih direktur perusahaan, memilih manajemen seperti komisaris dan direksi perusahaan.
3.
Mempunyai hak terlebih dahulu untuk membeli saham pada perusahaan yang bersangkutan sebelum dibeli oleh investor baru.
4.
Pemegang saham diberi hak atas laba bersih perusahaan sebagai hasil atas dana yang diinvestasikan.
5.
Pada saat likuidasi pemegang saham biasa bertanggung jawab sebesar jumlah saham yang dimiliki atas kewajiban-kewajiban perusahaan.
6.
Risiko pemegang saham terbatas sesuai dengan modal yang ditanam dalam perusahaan tersebut. Selain saham biasa, perusahaan juga biasanya mengeluarkan saham
preferen
untuk
diperjual-belikan
kepada
publik.
Sunariyah
(2003:132)
menjelaskan pengertian saham preferen (preffered stock) sebagai berikut: “Saham preferen adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa. Disebut preferensi karena pemegang saham pereferensi mempunyai hak keistimewaan di atas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham.“
Selanjutnya Sunariyah (2003:133) menjelaskan mengenai hak-hak istimewa pemegang saham preferen tersebut adalah: 1.
Masing-masing pemegang saham preferensi mempunyai dividen yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu pemegang saham dan manajemen.
2.
Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham preferensi mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dibayarkan.
3.
Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferensi mempunyai hak klaim terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa.
4.
Pemegang saham preferensi tidak mempunyai hak suara (voting).
2.5 Portofolio Investasi dapat dilakukan dalam dua bentuk, investasi pada real assets dengan melakukan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, dan lainnya. Bentuk lain investasi adalah investasi pada financial assets dapat dilakukan di pasar uang (berupa sertifikat deposito, commercial paper, dan lainnya) maupun di pasar modal (berupa saham, obligasi, dan lain-lain). Investor pada umumnya merupakan pihak yang sangat tidak menyukai risiko tetapi menginginkan return yang maksimal, untuk itulah dewasa ini, investasi di pasar modal menjadi pilihan dikalangan investor karena menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di sektor real assets maupun di pasar uang. Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi, namun perlu diingat bahwa semakin tinggi return suatu investasi, maka akan semakin tinggi pula risikonya. Untuk itulah para investor dapat melakukan
strategi diversifikasi untuk meminimalisir risiko dengan membentuk portofolio. Jadi yang dimaksud dengan Portofolio menurut Sunariyah (2003:194) diartikan sebagai berikut: “Portofolio
adalah
serangkaian
kombinasi
beberapa
aktiva
yang
diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.“ Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya memilih satu saham saja. Alasannya dengan melakukan kombinasi saham, pemodal dapat meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui diversifikasi. Pembentukan portofolio berawal dari usaha diversifikasi investasi guna mengurangi risiko. Menurut Sunariyah (2003:194), terbukti bahwa semakin banyak jenis efek yang dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka risiko kerugian saham yang satu dapat dinetralisir oleh keuntungan yang diperoleh dari saham lain. Selanjutnya Sunariyah menyatakan, dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya risiko investasi yang terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu: 1.
Risiko tidak sistematik (unsystematic risk)
2.
Risiko sistematik (systematic risk) Risiko tidak sistematik merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham
tertentu yang umumnya dapat dihindari (diversifiable), sedangkan risiko sistematik merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh pemodal melalui diversifikasi. Teori
pemilihan portofolio pertama kali dikembangkan oleh Markowitz
dengan beberapa asumsi sebagai berikut: Sunariyah (2003:194)
1.
Seorang pemodal mempunyai sejumlah uang tertentu.
2.
Sejumlah uang tersebut diinvestasikan untuk jangka waktu tertentu disebut holding period.
3.
Pada akhir masa tertentu (holding period) pemodal akan menjual sahamnya.
4.
Pemodal akan selalu mencoba menghindari risiko (risk averse).
5.
Untuk menghindari risiko, pemodal mencoba melakukan diversifikasi investasinya.
6.
Pemodal mengahadapi beberapa portofolio dimana harga sudah pasti. Masalahnya adalah bagaimana mengalokasikan uang diantara portofolio untuk memaksimalkan hasil yang diharapkan.
7.
Pemodal mampu mengestimasikan hasil yang diharapkan dari masingmasing portofolio.
8.
Pilihan untuk investasi tidak tergantung pada pemodal lain. Asumsi tersebut dipakai sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan
portofolio investasi. Ini berarti, apabila asumsi-asumsi tersebut tidak dipenuhi, maka kesimpulan yang diambil harus dengan kehati-hatian. Banyaknya asumsi yang
dipertimbangkan,
mempengaruhi
portofolio
menunjukkan investasi
banyaknya
sekaligus
variabel
menunjukkan
yang
dapat
kompleksnya
permasalahan yang harus dipertimbangkan.
2.6 Model Indeks Tunggal (Single Index Model) Banyak metode yang dapat digunakan untuk pembentukan portofolio, diantaranya model Markowitz dan Single Index Model (Model Indeks Tunggal). Dalam penelitian ini metode pembentukan portofolio optimal yang digynakan adalah Single Index Model (Model Indeks Tunggal). Jogiyanto (2007:231)
menyatakan bahwa Single Index Model (Model Indeks Tunggal) dikembangkan oleh William Sharpe (1963). Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan di model Markowitz. Single Index Model didasarkan pada pengamatan bahwa tingkat keuntungan suatu sekuritas dipengaruhi oleh tingkat keuntungan portofolio pasar. Saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, begitu pula sebaliknya jika indeks harga saham turun maka saham akan mengalami penurunan harga. Menurut Jogiyanto (2007:231) pengertian Single Index Model sebagai berikut: “Single Index Model didasarkan pada pengamatan harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar.“ Selanjutnya Tandelilin (2010:132) mendefinisikan Single Indeks Model dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana: = Tingkat keuntungan sekuritas individual emiten = Bagian dari tingkat keuntungan suatu saham yang tidak dipengaruhi oleh perubahan saham = Koefisien beta untuk sekuritas i = Tingkat keuntungan ekspektasi pasar Selanjutnya,
persamaan
tersebut
dapat
dianalogikan sebagai persamaan garis lurus Y = a + bX. Maka harga-harga dan
dapat diperoleh dengan regresi linier sebagai berikut:
=
Dimana: a
=
b
=
X
=
Y
=
2.6.1 Asumsi-asumsi Model Indeks Tunggal menggunakan asumsi-asumsi yang merupakan karakteristik model ini sehingga menjadi berbeda dengan model-model lainnya. Menurut Jogiyanto (2007:235) asumsi utama dari Model Indeks Tunggal adalah kesalahan residu dari sekuritas ke-i tidak berkovari (berkorelasi) dengan kesalahan residu sekuritas ke-j atau
tidak berkovari dengan
untuk semua
niali dari i dan j. Selanjutnya Jogiyanto (2007:235) merumuskan asumsi tersebut sebagai berikut: Cov (
)=0
2.6.2 Varian Return Sekuritas Model Indeks Tunggal Jogiyanto (2007:238) menyatakan bahwa rumus varian return sekuritas berdasarkan Model Indeks Tunggal adalah sebagai berikut:
Risiko (varian return) sekuritas yang dihitung berdasarkan model ini terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang berhubungan dengan pasar (market related risk) yaitu .
dan risiko unik masing-masing perusahaan (unique risk) yaitu
2.6.3 Kovarian Return Antar Sekuritas Model Indeks Tunggal Kovarian return antara dua sekiritas i dan j, menurut Jogiyanto (2007:241) dapat dituliskan: ij
E Ri
E Ri . Rj
E Rj ]
2.6.4 Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal Selain hasil dari Model Indeks Tunggal dapat digunakan sebagai input analisis portofolio, Model Indeks Tunggal dapat pula digunakan secara langsung untuk analisis portofolio. Analisis portofolio menyangkut perhitungan return ekspektasi portofolio dan risiko portofolio. Menurut Jogiyanto (2007:246) rumus expected return portofolio: Rp = ∑
i Ri
Atau Rp = ∑
i ai + ∑
i
iR
Sedangkan untuk rumus varians portofolio (risiko portofolio) adalah: =
∑
Dimana: = Tingkat pendapatan pasar = Varian pasar = Risiko tidak sistematis = Nilai pengharapan dari = Elemen acak dari
yang mempunyai nilai nol
= Varian saham portofolio = Varian saham i = Kovarian tingkat pendapatan saham i dan j
2.6.5 Memperkirakan Beta Penggunaan Model Indeks Tunggal memerlukan ukuran beta dari sahamsaham yang dimasukkan ke dalam portofolio. Beta yang mengukur risiko sistematis adalah risiko yang relevan karena tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi sedangkan risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan menambah jumlah sekuritas dalam portofolio. Beta diartikan sebagai kepekaan tingkat pengembalian saham terhadap perubahan-perubahan pasar. Menurut Gruber (2003:139), beta adalah: “Beta is risk measure that arises from the relationship between the return on a stock and the return on the market.“ Artinya bahwa beta adalah ukuran risiko yang timbul dari hubungan antara tingkat pengembalian suatu saham dengan tingkat pengembalian pasar. Saham dengan beta lebih dari satu merupakan saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar, dan sebaliknya. Saham dengan beta lebih besar dari satu disebut saham agresif, sedangkan yang mempunyai beta kurang dari satu disebut saham defensif. Dengan demikian untuk saham-saham yang agresif, kalau terjadi perubahan (baik naik ataupun turun) tingkat pengembalian portofolio saham sebesar 10% maka tingkat pengembalian saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar 10%. Keadaan sebaliknya berlaku untuk saham-saham yang defensif. Sekuritas dengan koefisien beta lebih dari satu akan memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar dari rata-rata pasar bila kondisi pasar melemah (bearish) Risiko sistematis yang diukur oleh beta ini nilainya dapat dihitung dengan menggunakan nilai-nilai tingkat pengembaliann pasar setiap bulannya selama periode penelitian. Rumus mencari beta menurut Suad Husnan (2005:108) dapat dituliskan sebagai berikut:
i
iM 2 M
Dimana: i
= Beta saham
iM
= Kovarian antara saham dengan pasar
2 M
= Risiko pasar
2.7 Pemilihan Portofolio 2.7.1 Konsep Dasar Pemilihan Portofolio Ada tiga konsep dasar menurut Tandelilin (2010:156) yang perlu diketahui sebagai dasar untuk memahami pembentukan portofolio, yaitu: 1.
Portofolio efisien dan portofolio optimal
2.
Fungsi utilitas dan kurva indiferen
3.
Aset berisiko dan aset bebas risiko Menurut Tandelilin (2010:157), dalam pembentukan portofolio, investor
selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien. Untuk menentukan portofolio yang optimal, terlebih dahulu harus menentukan portofolio yang efisien. Karena semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien. Pengertian portofolio yang efisien menurut Jogiyanto (2007:180) yaitu: “Portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti.“
Untuk membentuk portofolio yang efisien, kita harus berpegang pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang akan diambilnya. Salah satu asumsi yang paling penting menurut Tandelilin (2010:157) adalah bahwa semua investor tidak menyukai risiko (risk averse). Investor seperti ini jika dihadapkan pada dua pilihan investasi yang menawarkan return yang sama dengan risiko yang berbeda, akan cenderung memilih invetasi dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan pengertian portofolio optimal menurut Tandelilin (2010:157) sebagai berikut: “Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih sesuai preferensi investor dari himpunan portofolio yang efisien.“ Tentunya portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya.
2.7.2 Fungsi Utilitas dan Kurva Indiferen Menurut Tandelilin (2010:157). Fungsi utilitas dapat diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai suatu alternatif pilihan, semakin tinggi nilai utilitas alternatif tersebut. Dalam konteks manajemen portofolio, fungsi utilitas menunjukkan preferensi seorang investor tehadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko dan tingkat return yang diharapkan. Fungsi utilitas dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai kurva indiferen. Gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan tiga kurva indiferen yang dilambangkan sebagai k , k2, dan k . Garis horizontal menggambarkan risiko, sedangkan garis vertikal menggambarkan return yang diharapkan. Setiap kurva indiferen menggambarkan suatu kumpulan portofolio dengan return yang diharapkan dan risikonya masing-masing. Setiap titik-titik yang terletak di
sepanjang suatu kurva indiferen menggambarkan kombinasi return yang diharapkan dan risiko yang akan memberikan utilitas yang sama bagi investor. Misalnya pada kurva indiferen k , terdapat dua titik, titik k
a
dan k
b
yang masing-
masing menunjukkan kombinasi return diharapkan dan risiko tertentu. Titik k
a
mempunyai return diharapkan dan risiko yang lebih kecil daripada titik k b. Seorang investor akan mempunyai preferensi yang sama terhadap setiap titik dalam suatu kurva indiferen, karena titik-titik dalam kurva indiferen tersebut menunjukkan seberapa besar tingkat risk averse seorang investor. Kemiringan (slope)
positif
kurva
indiferen
menggambarkan
bahwa
investor
selalu
menginginkan return yang lebih besar sebagai kompensasi atas risiko yang lebih tinggi yang harus ditanggung. Gambar 2.1 Kurva Indiferen Return yang diharapkan (
)
Risiko (
)
Dalam gambar 2.1 di atas terlihat bahwa semakin jauh suatu kurva indiferen dari sumbu horizontal, semakin tinggi utilitas nya bagi seorang investor.
Semakin tinggi utilitas suatu kurva indiferen, berarti semakin tinggi tingkat return yang diharapkan pada setiap tingkat risiko.
2.7.3 Aset Berisiko dan Aset Bebas Risiko Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginestasikan dananya pada berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Pilihan investor akan tergantung pada preferensi investor terhadap risiko. Semakin enggan seorang investor terhadap risiko (risk averse), maka pilihan investasinya akan cenderung lebih banyak pada aset-aset yang bebas risiko. Aset berisiko menurut Tandelilin (2010:159)
adalah aset-aset yang
tingkat return aktualnya di masa depan masih mengandung ketidakpastian. Salah satu contoh aset berisiko adalah saham. Sedangkan menurut Tandelilin( 2010:159) yang dimaksud aset bebas risiko merupakan aset yang tingkat returnnya di masa depan sudah bisa dipastikan saat ini, dan ditunjukkan oleh varians return yang sama dengan nol. Salah satu contoh aset bebas risiko adalah obligasi jangka pendek yang diterbitkan pemerintah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
2.7.4 Memilih Portofolio Optimal Pemilihan portofolio optimal didasarkan pada preferensi investor terhadap return yang diharapkan dan risiko yang ditunjukkan oleh kurva indiferen. Gambar 2.2 berikut ini menunjukkan portofolio yang efisien dan portofolio yang optimal. (Tandelilin, 2010:161) Gambar 2.2 Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Return Harapan (
Garis Permukaan Efisien
)
B-C-D-E E D C G B
Titik-titik Portoflio Optimal
H A
Risko (
)
Garis vertikal pada gambar 2.2 di atas menunjukkan tingkat return yang diharapkan, sedangkan garis horizontal menggambarkan tingkat risiko portofolio. Bidang ABCDEFGH dalam gambar di atas menunjukkan kumpulan potofolio yang tersedia bagi investor. Bagian yang ditunjukkan oleh garis BCDE disebut sebagai permukaan efisien (efficient frontier), yaitu kombinasi aset-aset yang membentuk portofolio yang efisien. Bagian ini merupakan bagian yang mendominasi (lebih baik dibanding) titik-titik lainnya (A,G,H). Bagian yang ditunjukkan oleh titik BCDE merupakan pilihan-pilihan portofolio terbaik bagi
investor dibanding bagian AGH, karena BCDE mampu menawarkan tingkat return yang lebih tinggi dengan risiko yang sama dibanding bagian AGH. Oleh karena itu, pilihan investor nantinya akan berada di titik-titik yang ditunjukkan oleh garis BCDE dalam gambar tersebut. Salah satu titik kombinasi portofolio yang dipilih investor dari garis BCDE disebut sebagai portofolio optimal. Pemilihan portofolio optimal ditentukan oleh preferensi investor terhadap return yang diharapkan dan risiko. Preferensi investor ditunjukkan oleh kurva indiferen (
dan
2 ).
Dalam gambar di atas,
terlihat bahwa kurva indiferen investor bertemu dengan permukaan efisien pada titik D. Artinya, portofolio optimal bagi investor tersebut adalah portofolio pada titik D, karena portofolio D tersebut menawarkan return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor tersebut.
2.7.5 Memilih Kelas Aset yang Optimal Pada dasarnya, manajemen portofolio terdiri dari tiga aktivitas utama, yaitu: (1) pembuatan keputusan alokasi aset, (2) penentuan porsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing kelas aset, dan (3) pemilihan aset-aset dari setiap kelas aset yang telah dipilih. (Tandelilin, 2010:162) Selanjutnya, Tandelilin (2010:162) menjelaskan pengertian kelas aset, yaitu pengelompokkan aset-aset berdasarkan jenis-jenis aset seperti saham, obligasi, real estatate, sekuritas luar negeri, emas, dan sebagainya (Tabel 2.1 memperlihatkan salah satu contoh pembagian kelas aset). Setelah dilakukan pengelompokkan aset selanjutnya investor harus membuat keputusan yang disebut sebagai keputusan alokasi aset. Menurut Tandelilin (2010:163) keputusan ini menyangkut pemilihan kelas aset-aset yang akan dijadikan
sebagai pilihan investasi, dan juga berapa bagian dari keseluruhan dana yang dimiliki investor yang akan diinvestasikan pada kelas aset tersebut. Dan selanjutnya Tandelilin mengatakan bagian dari dana yang diinvestasikan pada setiap kelas aset disebut sebagai porsi dana atau bobot dana. Masing-masing bobot dana tersebut akan berkisar antara 0% sampai 100%. Keputusan alokasi aset tidak hanya meliputi penentuan alokasi dana pada kelas aset di satu negara saja, tapi bisa dilakukan pada berbagai negara. Investor bisa saja mendiversifikasikan dananya pada saham perusahaan tertentu di negara A, obligasi berjangka waktu tertentu di negara B, emas dan properti di negara C, dan seterusnya. Menurut Tandelilin (2010:162) manfaat yang bisa diperoleh dari diversifikasi tersebut, yaitu manfaat pengurangan risiko pada tingkat tertentu dari return yang diharapkan. Jika ada portofolio kelas aset yang sesuai dengan preferensi investor, maka portofolio tersebut nantinya akan menjadi portofolio optimal. Tabel 2.1 Kelas Aset untuk Investasi Portofolio SAHAM BIASA EKUITAS DOMESTIK Kapitalisasi Besar Kapitalisasi Kecil EKUITAS INTERNASIONAL Pasar Modal Negara Maju Pasar Modal Negara Berkembang OBLIGASI OBLIGASI PEMERINTAH OBLIGASI PERUSAHAAN Rating AAA Rating BAA Obligasi Berisiko TInggi (Junk Bond) OBLIGASI DENGAN JAMINAN OBLIGASI INTERNASIONAL INSTRUMEN PASAR UANG TREASURY BILLS COMMERCIAL PAPER GUANRANTEED INVESTMENT CONTRACTS REAL ESTATE MODAL VENTURA
Sumber : Tandelilin (2010:164)