4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi Saluran Kencing Saluran kencing sebagai organ penting dalam ekskresi urin terdiri dari: 2 buah ginjal, 2 buah ureter, 1 buah vesica urinaria, 1 buah urethra. Ginjal terdiri dari nefron dan tiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Nefron terdiri dari gromelurus, kapsula Bouman dan tubulus. Ginjal selain mengatur volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas normal juga berfungsi untuk : mengatur volume plasma dan cairan tubuh lainnya, menjaga keseimbangan asam basa darah, mengeluarkan renin, mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan ion-ion dalam plasma, menghasilkan eritropoetin yang berguna dalam proses eritropoisis. (Pearce, 1989) Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih. Panjangnya kurang lebih 25-30 cm dengan penampang kurang lebih 0,5 cm. lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali mendorong urin melalui ureter yang di ekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran masuk ke kandung kemih. (Syaifudin, D.A.C, 1983) Vesica urinaria berbentuk seperti buah pir dan bekerja sebagai penampung urin untuk sementara waktu.
5
Urethra merupakan saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang luar. Pada wanita panjangnya 2,5-3,5 cm dan pada pria 17-22,5 cm. (Evelyn C. Pearce, 1989). Ada 3 tahap pembentukan urin : 1. Proses filtrasi Proses ini terjadi di glomerulus. Cairan yang disaring sebagian besar dari air tetapi juga mengandung bahan-bahan yang berguna seperti glukosa, asam amino, mineral, seperti sodium dan potasium. (Brian R. Ward, 1990) Faktor-faktor yang menentukan filtrasi di glomerulus adalah tekanan koloid osmotik plasma dan tekanan kapsula bowman. (Guyton, 1994). 2. Proses Reabsorbsi Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorbsi, yang dikembalikan kealiran darah ialah banyaknya air bersama glukosa, asam amino, asam urat, protein yang berhasil menembus filter glomerulus dan elektrolit teristimewa natrium chlorida dan bikarbonat. Simpai hanle mereabsorbsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus mengatur konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat dan hidrogen. (Frances K. Widman, 1992) 3. Proses Sekresi Sisa penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan keluar. (Syaifuddin, 1992)
6
B. Sistem Urinaria Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum. Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dan ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya enam sampai tujuh setengah cm dan tebal satu setengah sampai dua setengah cm. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan isi didalamnya atau hilum menghadap ketulang punggung. Sisi luarnya cembung, pembuluh-pembuluh ginjal semua masuk dan keluar pada hilum. (Evelyn C, 1989) C. Pembentukan Urin Setiap menit ginjal akan di aliri 1200 mili liter darah, yang berupa plasma 650 mili liter dan mengalir ke glomerulus untuk di filtrasi. Sedang yang mengalir ke kapsula Bowman hanya 125 mili liter per menit dan dikenal dengan GFR (Glomerulus Filtration Rate). Komposisi filtrat glomerulus sama dengan plasma kecuali tidak mempunyai protein (Baron, 1981). Filtrat kemudian masuk dalam tubulus dan mengalami proses sekresi dan absorbsi melalui mekanisme aktif maupun pasif. Zat-zat yang diabsorbsi seluruhnya seperti glukosa, Asam amino, Na+, K+, P+, Ca+2, Mg+, Cl-, dan Bicarbonat. Sedangkan zat yang hanya sedikit direabsorbsi ialah urea, creatinin, asam urat dan zat sampah lain dalam tubuh (Bauer, 1982).
7
Urin yang di sekipsi terakhir mempunyai komposisi yang sama sekali berbeda dari filtrat glomerulus dari mana ia berasal, yang disekresi sedikit ialah creatinin sedangkan yang disekresi semua ialah penisilin, inulin, obat-obatan, PAH (Para Amino Hipurat), PSP (Phenol Sulto Phatalein), sedangkan urea mendifusi kembali dalam jumlah tertentu. (Baron, 1981).
D. Urin Urin merupakan hasil filtrasi ginjal. Sebagian hasil dari pemecahan yang terdapat didalam darah akan disaring oleh ginjal yang disertai sejumlah air yang akan meninggalkan tubuh kita dalam bentuk urin. Sifat fisis urin adalah mempunyai jumlah ekskresi dalam 24 jam kurang lebih 1500 ml, ini tergantung dari pemasukan cairan dan faktor lainnya. Selain itu juga mempunyai warna bening dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya. (Pearce, 1989) Urin merupakan suatu larutan yang kompleks dan mengandung bermacam-macam bahan organik dan anorganik. Yang susunannya tergantung dari bahan-bahan yang dimakan, keadaan metabolisme tubuh dan kemampuan ginjal untuk mengadakan seleksi. (Dep Kes RI, 1989)
8
E. Sedimen Urin Unsur-unsur sedimen dalam urin dibagi atas dua golongan : yaitu organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan dan yang anorganik yaitu tidak berasal dari suatu jaringan. Biasanya unsur organik lebih bermakna dari pada anorganik. 1. Unsur - unsur organik a. Epithel 1) Epithel Squamus : bentuk polimorfosa, sitoplasma lebar, inti satu besar dapat berasal dari kandung kencing urethra dan kontaminasi dari vagina. 2) Epitel Bulat : inti besar, sitoplasma sering berisi granula, berasal dari ren. 3) Epitel Berekor (transisional) : inti besar bulat, sitoplasma seperti ekor, berasal dari urether, pelvis dan dari prostat. 4) Epitel kontaminasi epithel dari vagina atau adanya sel-sel tumor. b. Eritrosit Mempunyai bentuk bulat, bikonkaf, kadang tampak cekungan bagian tengahnya, tidak berinti maupun bergranula. Sel darah merah dalam urin dapat meningkat karena pendarahan dengan lokasi disepanjang ginjal dan saluran kencing. Selain itu sel darah merah dalam urin dapat meningkat juga karena kerja fisik yang berlebihan dan juga bisa karena panas (febris). Eritrosit mempunyai harga normal 1-3 / lpb.
9
c. Leukosit Bentuk bulat, lebih besar dari eritrosit, mengandung inti dapat satu atau lebih mempunyai harga normal 15 / lpb untuk wanita, 0-5 / lpb untuk pria. Jumlah meningkat lebih dari normal (piuria) karena peradangan dapat pula karena keadaan dehidrasi, panas (fibris) aktivitas fisik berlebihan dan stress. d. Silinder / Torak Unsur yang dibentuk didalam lumen tubulus ginjal. Menurut ukuran atau besarnya dibedakan menjadi 3, yaitu ukuran sempit dibentuk di ansa Hanle, ukuran sedang dari tubulus contortus proksimalis atau tubulus distalis, dan ukuran besar dari tubulus pengumpul. Macam-macam Silinder a. Hialin Jernih atau transparan, bentuk bulat dengan tepi tegas, ujung tumpul atau pecah-pecah mempunyai harga normal 0-1 / lpk atau terjadi pemekatan urin. b. Silinder Eritrosit Merupakan silinder hialin yang berisi eritrosit dengan pembesaran lemah tampak padat, kekuningan, bentuk tegas bila eritrosit penuh dasar silinder tak kelihatan.
10
c. Silinder Granula Butir-butir berasal dari sisa-sisa sel yang mengalami degenerasi, ada 2 macam yaitu silinder granula kasar yang mempunyai ciri : granula yang ada dalam silinder besar-besar, irreguler, ujung kecoklatan dan silinder granula halus yang mempunyai ciri granula berasal dari granula kasar yang mengalami degenerasi, pendek, lebar dan oval. d. Silinder Leukosit Merupakan silinder hialin yang mengandung sel-sel leukosit. e. Silinder sel dan silinder campuran Dalam silinder tampak sel-sel darah bersama-sama dengan epitel dan masih dapat diidentifikasi bentuknya. Bila bentuk sel/jenis sel tidak dapat di identifikasi maka silinder ini dimasukkan jenis silinder sel. f. Silinder Lilin (Waxy cast) Irreguler, sangat refraktil (bias sinar), kekuningan, asal dari silinder granula yang mengalami degenerasi tapi ada yang mengatakan komposisinya tak jelas, bentuk besar. g. Silinder Lemak Silinder yang mengandung tetes-tetes lemak atau oval berasal dari sel tubulus yang mengalami degenerasi lemak adanya silinder ini dapat dilakukan pengecatan sudan III.
11
2. Unsur-Unsur Anorganik (kristal) Menurut arti klinisnya kristal dibagi menjadi dua : a. Kristal tak patologis 1) Dalam urin asam meliputi : Kristal amorf urat, natrium urat, uric acid, kalsium, sulfat dan ammonium urat. 2) Dalam urin basa meliputi : Kristal amorf fosfat, triple fosfat, kalsium, karbonat, amonium biurat dan kalsium fosfat. b. Kristal Patologis Cystin, tyrosin, leucin dan sulfa. 3. Unsur-unsur lain yang dapat ditemukan dalam sedimen yaitu spermatozoa, bakteri, parasit, potongan-potongan jaringan dan kapang.
F. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan urin walaupun sederhana bila dilakukan dengan baik dapat memberikan petunjuk, untuk diagnosa penyakit baik didalam maupun diluar ginjal dan saluran kencing dan juga mempunyai arti yang sangat penting di dalam menunjang kemungkinan kelainan dini penyakit ginjal. Pelaporan hasil menurut apa adanya sangat diperlukan dan keyakinan yang tanpa keraguan akan penemuan kelainan didalam urin merupakan modal yang sangat berharga. Tentu juga perlu memperhatikan syarat-syarat pemeriksaan
12
dan cara kerja yang tepat dan benar serta faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pemeriksaan urin. 1. Penampung Keperluan penampungan untuk : a. Orang Dewasa Botol dari gelas/plastik yang kering dan bersih bermulut lebar dan mudah di bersihkan. b. Anak kecil/infant Jangan menggunakan botol yang keras sebaiknya pakai botol plastik yang lunak dan lentur. 2. Pengambilan a. Tanpa kateter Diambil pancaran tengah dari urin yang dikemihkan spontan, hindari kontaminasi dari genital luar dengan cara dicuci dulu. b. Dengan kateter Terutama untuk pemeriksaan bakteriologis, untuk menghindari kontaminasi genital luar, tetapi cara kateterisasi ini dapat merupakan penyebab infeksi. 3. Macam Sampel Urin a. Urin Sewaktu Urin yang dikeluarkan pada satu waktu dan tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa
13
pendapat khusus cukup baik dengan urin sewaktu. (Ganda Soebrata, 1989). b. Urin Midstrem Urin tampung dalam 2 atau 3 gelas yang terpisah. Wadah yang pertama berasal dari urethra sedang yang lain ditampung dalam wadah yang kedua yang berasal dari vesica urinaria dan ginjal. Hal ini dapat menunjukkan tempat yang mengalami kelainan. Urin ini sama baiknya dengan urin pagi hari. (Ganda Soebrata, 1989). c. Urin 24 Jam Urin ini untuk penetapan kuantitatif suatu zat didalam urin. Dalam pengumpulan urin harus dipakai pengawet karena urin sebagai media kuman yang baik. Selain itu wadah yang digunakan harus bersih dan volumenya cukup (Ganda Soebrata, 1989) d. Urin Pagi Urin pagi adalah urin yang pertama-tama pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan siang hari, baik untuk pemeriksaan sedimen. (Ganda Soebrata, 1989). e. Urin Tampung Urin 24 jam atau urin 12 jam, untuk pemeriksaan kuantitatif, harus diberi pengawet supaya unsur yang dibutuhkan tak mengalami perubahan selama penyimpanan atau penampungan.
14
4. Syarat-Syarat Urin Yang akan Diperiksa Urin pagi, sebaiknya kurang dari 3 jam paling lama 6 jam, karena urin segar warnanya belum berubah, zat-zat organik dan anorganik juga belum berubah atau menguap serta bakteri belum berkembang biak, bila didiamkan lama urin akan menjadi basa atau unsur-unur mikroskopis akan rusak. Bila pemeriksaan ditunda, urin harus disimpan dalam almari es 4 Âșc yang merupakan pengawet umum, atau bila perlu dapat dipakai pengawet kimia.