BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bina Keluarga Balita (BKB)
2.1.1 Dasar Pembentukan BKB Program BKB dicanangkan Bapak Soeharto pada hari ibu tahun 1981. Program ini merupakan suatu program yang melengkapi program-program pengembangan sumber daya manusia yang telah dilaksanakan seperti misalnya program-program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992). Pelaksanaan program BKB dimulai pada tahun anggaran 1985/1986. Hal ini berdasarkan pengarahan Ibu Negara pada tanggal 21 Juli 1984 melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Negara UPW dan Kepala BKKBN no 11 KEPMEN UPW/IX/84 dan no 170/HK010/E3/84 tentang kerjasama pelaksanaan pengembangan proyek BKB dalam keterpaduan dengan program KB dalam rangka mempercepat proses pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Keputusan Bersama ini menggariskan BKKBN sebagai penanggung operasional BKB (BKKBN, 2007a). 2.1.2 Ciri Khusus Program BKB Program BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut : a. Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki balita b. Membina tumbuh kembang anak c. Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak
Universitas Sumatera Utara
d. Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun mental e. Tidak langsung ditujukan kepada balita f. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat mendidik dan mendidik balitanya (BKKBN, 2007a). 2.1.3 Tujuan BKB BKB dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tenntang pentingnya : - Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial - Pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu b. Meningkatkan
keterampilan
ibu
dan
anggota
keluarga
lainnya
dalam
mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995). 2.2
Kegiatan BKB Kegiatan BKB dilakukan satu kali dalam sebulan. Penanggung jawab umum
gerakan BKB adalah Lurah atau Kepala Desa. BKB direncanakan dan dikembangkan oleh kader, LKMD dan PKK serta Tim Pembina LKMD tingkat kecamatan. Penyelenggarannya dilakukan oleh kader terlatih berasal dari anggota masyarakat yang bersedia secara sukarela bertugas memberikan peyuluhan kepada sasaran gerakan BKB.
Universitas Sumatera Utara
BKB dilaksanakan untuk membina ibu kelompok sasaran yang mempunyai anak Balita. Ibu sasaran ini, dibagi menjadi 5 kelompok menurut umur anaknya, yaitu : 1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun 2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun 3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun 4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun 5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan anak, dimana tiaptiap kelompok umur tersebut mempunyai tugas perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995). BKB sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan BKB dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT atau di tempat khusus yang dibangun oleh masayarakat. Adapun kegiatan BKB dilakukan oleh kader yang terlatih dengan 3 kegiatan : 1. Penyuluhan 2. Bermain APE (Alat Permainan Edukatif) 3. Pencatatan hasil perkembangan ke dalam KKA Kegiatan BKB adalah kegiatan pelayanan pada hari buka BKB yang dilakukan satu hari dalam sebulan. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10 orang yang dibagi dalam 5 kelompok umur. Setiap kelompok umur dibina kader inti
Universitas Sumatera Utara
yang memberikan penyuluhan, kader piket yang mengasuh anak balita dan kader bantu yang membantu dan dapat menggantikan tugas kader inti atau kader piket demi kelancaran tugas (BKKBN, 2007a). 2.2.1 Penyuluhan BKB Pertemuan penyuluhan BKB adalah forum pertemuan yang diselenggarakan oleh kader dan ibu peserta sebagai wadah penyampaian pesan dari kader kepada ibu peserta (BKKBN, 1992). 2.2.1.1
Pengertian Penyuluhan Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya
merupakan upaya edukatif. Secara popular penyuluhan lebih menekankan "bagaimana", sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada "apa". Dalam uraian bcrikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. la merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiaian yang dilakukan secara sistematik — terencana — terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, umuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat (Suhardjo, 2003). Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukaiif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan unluk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suhardjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.2
Materi Penyuluhan BKB Isi materi pada kegiatan penyuluhan BKB berbeda pada setiap kelompok
umur balita. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan anak yang berbeda masingmasing kelompok umur, sehingga cara stimulasi maupun media yang diperlukan untuk interaksi antara ibu dan anak pun berbeda. Pada program BKB, secara garis besarnya materi penyuluhan diantaranya (BKKBN, 2007a): -
Materi I
: Integrasi KB dengan BKB
-
Materi II
: Konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita
-
Materi III
: Proses tumbuh kembang anak
-
Materi IV
: Gerakan kasar
-
Materi V
: Gerakan halus
-
Materi VI
: Komunikasi Pasif
-
Materi VII
: Komunikasi Aktif
-
Materi VIII : Kecerdasan
-
Materi IX
: Menolong Diri Sendiri
-
Materi X
: Tingkah laku sosial
2.2.1.3
Pengelolaan Penyuluhan BKB
a. Perencanaan Penyuluhan Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dituangkan kedalam bentuk tindakan-tindakan perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan. Tahap perencanaan itu ditata secara sistematis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan berarti pula bagaimana cara dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien dengan memperhatikan keadaan sosial budaya, psikis dan biologis dari sasaran penyuluhan. Langkah-langkah dalam penyuluhan: 1. Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah. 2. Menentukan prioritas. 3. Menentukan tujuan penyuluhan. 4. Menetukan sasaran. 5. Menentukan isi/materi penyuluhan 6. Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan. 7. Melihat alat-alat peraga/media yang dibutuhkan. 8. Menyusun rencana penilaian. 9. Menyusun rencana kerja/rencana pelaksanaan. b. Pelaksanaan Penyuluhan Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebuluhan sasaran dalam rangka meningkatkan pengetahuan ibu antara lain dalam hal : -
Kesehatan keluarga, sanitasi gizi, air susu ibu (ASI), imunisasi, KB dan pemanfaatan pelayanan yang tersedia
-
Hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga (Soetjiningsih, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan. c. Evaluasi Penyuluhan Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai aiau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi: 1. Apakah dalam tujuan penyuluhan sudah jelas dijabarkan dan sesuai dengan tujuan program. 2. Apakah indikator/kriteria yang akan dipakai dalam penilaian. 3. Kegiatan penyuluhan yang mana yang akan dievaluasi. 4. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi. 5. Instrumen apa yang digunakan dalam evaluasi. 6. Siapa yang melaksanakan evaluasi. 7. Sarana-sarana apa yang diperlukan untuk evaluasi. 8. Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga yang melaksanakan evaluasi. 9. Bagaimana cara untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi. 2.2.2
Alat Permainan Edukatif (APE) APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk: -
Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
Universitas Sumatera Utara
-
Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, mennggunakan kalimat yang benar.
-
Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, dll.
-
Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat (Soetjiningsih, 1995). Kegiatan yang dilaksanakan dalam bermain APE adalah :
1. Kegiatan bermain APE secara teratur dilaksanakan di BKB oleh balita dengan bimbangan kader. 2. Kader juga menjelaskan kepada ibu yang mempunyai balita dalam hal penggunaan APE agar dapat diaplikasikan di rumah. Syarat yang harus dipenuhi APE adalah sebagai berikut : 1. Aman. Alat permainan anak balita, tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian-bagian yang tajam, dan tidak ada bagianbagian yang mudah pecah. Karena pada umur tersebut anak mengenal benda di sekitarnya dengan memegang, mencengkeram, memasukkan kedalam mulutnya. 2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak. Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan kalau APE terlalu berat, maka anak akan sulit memindah-mindahkannya serta akan membahayakan bila APE tersebut jatuh dan rnengenai anak.
Universitas Sumatera Utara
6. Disainnya harus jelas. APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya. 4. APE harus mempunyai fungsi uniuk
mengcmbangkan berbagai aspek
perkembangan anak, seperti motorik, bahasa. kecerdasan dan sosialisasi. 5. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga membuat anak cepat bosan. 6. Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas. 7. APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya sangat umum 8. APE harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, harganya terjangkau oleh masyarakat luas (Soetjiningsih,1995).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Daftar Jenis Permainan APE Standar BKB 0-1 tahun
1-2 tahun
2-3 tahun
3-4 tahun
4-5 tahun
1.
Jenis Tangga a. Kubus b. Silinder 2. Jenis Menara a. Lingkaran b. Segitiga c. Segienam 3. Papan Pasak 4. Balok Ukur 5. Lotto Warna 6. Kotak Bentuk 7. Kotak Pola 8. Puzzle 9. Mainan Gantung 10. Balok Pembangunan 11. Pakul Paku
Sumber : Materi Pelatihan Kader BKB 2007a 2.2.3 Kartu Kembang Anak (KKA) Satoto telah menegmbangkan Kartu Kembang Anak (KKA), yang berfungsi ganda yaitu sebagai alat penanda dan sekaligus sebagai alat komunikasi dalam membahas perkembangan anak, dari dan untuk ibu strut keluarga dalam masyarakat. Namun yang paling utama adalah untuk memfasilitasi interaksi antara ibu (beserta keluarga seluruhnya) dengan anak (Soetjiningsih, 1995). Kartu tersebut dapat dipergunakan dalam setiap kesempatan interaksi ibu dan anak. Juga dalam keluarga dan pertemuan ibu-ibu, sebagai wahana belajar bersama. Sehingga penggunaan KKA di kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) bersama KMS di Posyandu, dapat untuk memantau tumbuh kembang anak.
Universitas Sumatera Utara
2.3
Pertumbuhan
2.3.1 Konsep Pertumbuhan Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara
bergantian atau
bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan
merupakan bagian dari perkembangan. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat berlipatgandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel (Aritonang, 1996). Sebagai contoh, seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini dapai dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai fungsi
bertambahnya
tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.
Sebagai contoh seorang anak berkembang dari hanya mampu berbaring menjadi mampu berjalan, atau dari tidak dapat berbicara menjadi mampu berbicara (Depkes Rl, 2002). Kalau tiap organ tubuh diukur beratnya, maka kemajuan atau pola pertumbuhan akan berbeda-beda. Ada organ yang menunjukkan permulaan pertumbuhan sangat dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula ada yang mempunyai pola yang sangat cepat, sehingga dalam waktu yang pendek
telah
mencapai
bentuk
organ
biasa,
sedangkan
yang
lain
pola
pertumbuhannya sangat perlahan, sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada umur yang sudah lanjut (Sediaoetama, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kubutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Depkes Rl, 2002). Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbanng atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan scorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek atau gemuk (Depkes Rl, 2002). Kalau seorang anak sejak lahir diukur berat badannya secara periodik misalnya setiap tiga bulan sekali, maka akan terrdapat suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut. Studi serial dengan waktu yang berturut-turut dari satu subyek tertentu, disebut studi longitudinal, dimana pada satu saat tertentu dipelajari sejumlah individu yang disebut suatu populasi. Ternyata bahwa pola pertumbuhan seseorang sejak lahir sampai meninggal, tidak merupakan suatu kurva garis lurus, tetapi terdiri atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan tumbuh yang cepat, diseingi oleh kecepatan tumbuh lambat. Pertumbuhan scorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai umur dewasa, karena sudah sangat lambat, sehingga dapai diabaikan. Disini tubuh sudah tidak banyak lagi menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan bahan-bahan yang telah rusak atau terpakai. Pada seorang dewasa yang sehat, berat badannya diharapkan akan konstan dalam batas-batas tertentu. Jadi
Universitas Sumatera Utara
mudah difahami bahwa untuk fase pertumbuhna diperlukan banyak bahan baru dalam zat-zat gizi tersebut (Sediaoetama, 2004). Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit diare dan infeksi saluran pernafasan, atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama dapat terlihat pada hambatan penambahan tinggi badan (Depkes Rl, 2002). Pertumbuhan sebagai indikator perkembangan status gizi, dimana indikator yang baik terjadi apabila tanda dapat memberikan indikasi yang sensitif atas perubahan suatu keadaan. Pertumbuhan merupakan salah satu produk dari keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi (status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, maka pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes RI, 2002). 2.3.2. Pemantauan Pertumbuhan Istilah status gizi dalam kaitannya dengan pemantauan pertumbuhan lebih ditujukan untuk menilai perkembangan status gizi anak. Perkembangan status gizi dalam pemantauan pertumbuhan memiliki pengertian yang relatif (tidak kaku). Pengertian relatif disini berarti perkembangan status gizi memiliki sifat luwes tidak didasarkan pada kategori-kategori yang kaku misalnya gizi Iebih atau gizi kurang, gemuk atau kurus, tinggi atau pendek. Oleh karena itu interpretasi terhadap perkembangan status gizi yang didasarkan pada hasil pemantauan pertumbuhan,
Universitas Sumatera Utara
hanya menyimpulkan bahwa gizi anak tetap baik, membaik atau memburuk (Depkes RI, 2002). Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk digunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan Balita. Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yan memuat suatu grafik pertumbuhan BB menurut Umur, yang menunjukkan batas-batas pertumbuhan BB anak Balita (Aritonang, 1996). Anak sehat digambarkan dengan jalur berat badan yang berwarna hijau. Anak yang sedang diteliti dicatat umurnya dan ditimbang berat badannya. Data yang didapat ditempatkan pada jalur KMS. Bila jatuh dijalur hijau berarti berat badan anak tersebut baik dan anak ada dalam kondisi kesehatan gizi yang baik. Pada pemeriksaan yang berturut-turut hasilnya menunjukkan suatu grafik suatu pertumbuhan anak tersebut. Anak sehat akan memperlihatkan grafik pertumbuhan anak terletak pada jalur hijau. Kalau garis grafik menurun ke luar jalur hijau berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan pertumbuhan anak tersebut. Ini merupakan petunjuk pula adanya gangguan kesehatan anak tadi. Harus diteliti Iebih lanjut, mengapa kurva menurun dan keluar dari jalur hijau (Sediaoetama, 2004). Dengan melihat KMS si ibu atau mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya akan segera mengetahui kondisi kesehatan anak tersebut. Kalau kurva pertumbuhannya masih tetap di dalam jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi kesehaian gizi baik, dan bila menurun ke jalur kuning, anak memerlukan perhatian yang lebih banyak dan sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang dokter atau di bawa ke puskesmas, sedangkan bila kurva pertumbuhan anak sudah turun ke
Universitas Sumatera Utara
bawah garis merah, berarti anak tersebut sudah masuk ke dalam kondisi kesehatan yang buruk dan perlu penanganan kesehatan yang serius (Sediaoetama, 2004). Untuk menilai pertumbuhan fisik anak lainnya sering digunakan ukuranukuran antropometri. Penilaian antropometri pada umumnya dapat dibedakan menjadi berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks antropometri berat badan menurut tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Hal ini disebabkan berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan menurut tinggi badan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, 2002). Untuk menginterpretasikan ukuran-ukuran antropometri tersebut dibutuhkan ambang batas. Batasan-batasan status gizi dan indeks antropometri dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2. Baku Antropometri Menurut Standar WHO 2005 Indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U) Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Status Gizi BB normal BB kurang BB sangat kurang Normal Pendek Sangat Pendek
Keterangan ≥ - 2 SD sampai 3 SD < - 2 SD sampai - 3 SD < - 3 SD ≥ - 2 SD sampai 3 SD < - 2 SD sampai -3 SD < - 3 SD
Sangat gemuk Gemuk Risiko gemuk Normal Kurus Sangat kurus
> 3 SD > 2 SD sampai 3 SD > 1 SD sampai 2 SD ≥ - 2 SD sampai 1 SD < - 2 SD sampai -3 SD < - 3 SD
Sumber : Interpretasi Indikator Pertumbuhan Depkes 2008
Universitas Sumatera Utara
2.4
Perkembangan
2.4.1 Konsep Perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, inteektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan yang dialami anak dan merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum (Depkes RI, 2000). 2.4.2 Pemantauan Perkembangan Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan rnerupakan landasan perkembangan berikutnya Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini (Depkes Rl, 2001). Untuk memantau perkembangan anak balita, terdapat 7 aspek yang dipantau tingkat perkembangannya, antara lain (Ozsa, 2007): 1. Perkembangan kemampuan gerak kasar. Gerakan (motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh, sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak
Universitas Sumatera Utara
tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Disebut gerak kasar karena gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Contoh; gerakan membalik dari telungkup menjadi telentang atau sebaliknya, gerakan berjalan, berlari dan sebagainya. 2. Perkembangan kemampuan gerak halus. Dikatakan gerakan halus karena hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Contoh; gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan, memasukan benda ke dalam lubang, menari, menggambar dan gerakan lainnya. 3. Perkembangan kemampuan komunikasi pasif. Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk
mengerti isyarat
dan
pembicaraan orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana, senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang sederhana hingga yang lebih sukar. 4. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif Perkembangan kemampuan komunikasi aktif yaitu kemampuan untuk menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain. Agar dicapai saling pengetian maka diperlukan suatu komunikasi, dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaannya.
Universitas Sumatera Utara
Baik komunikasi pasif maupun yang aktif, keduanya perlu dikembangkan yaitu dengan cara melatih anak secara bertahap agar mau dan mampu berkomunikasi seperti berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi dan ungkapan verbal (lisan) lainnya. 5. Perkembangan kecerdasan. Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima inderanya. Ia melihat warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi, mengenal rasa dan seterusnya. Daya pikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan. Kemudian berbagai konsep atau pengertian akan dimiliki, seperti konsep tentang benda, warna, manusia, bentuk, dll. Semua konsep ini kemudian memungkinkan anak melakukan pemikiranpemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih abstrak dan majemuk. 6. Perkembangan menolong diri sendiri. Seorang anak pada awal kehidupannya mula-mula masih bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Dengan makin mampunya dia melakukan gerakan motorik dan bicara, anak terdoromg untuk melakukan sendiri berbagai hal. Orang tua harus melatih usaha mandiri anak ini, mula-mula dalam hal menolong kebutuhun anak sehari-hari, misalnya makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian, dll. Kemudian kemampuannya ditingkatkan dalam hal kebersihan, kesehatan dan kerapihan. 7.
Perkembangan tingkah laku sosial. Yaitu kemampuan anak berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Mula-mula anak hanya mengenal orang-orang yang paling dekat dengan dirinya yaitu
Universitas Sumatera Utara
ibunya, kemudian orang-orang serumah. Dengan bertambahnya usia anak, luas pergaulan juga perlu dikembangkan. Anak perlu berkawan, perlu diujar tentang aturan-aturan, disiplin, sopan santun, dan lain-lain. 2.5
Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
maka kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Kegiatan BKB : -
Penyuluhan
-
Bermain
dengan
Alat
-
Pertumbuhan
-
Perkembangan
Permainan Edukatif (APE)
Dari beberapa kegiatan BKB yang dilakukan diduga memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan balita. 2.6
Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Ha : Ada hubungan antara kegiatan BKB {penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)} dengan pertumbuhan dan perkembangan balita. - Ho : Tidak ada hubungan antara kegiatan BKB {penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)} dengan pertumbuhan dan perkembangan balita.
Universitas Sumatera Utara