BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan Akseptor KB 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana
perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin
(guided
respons),
mekanisme
(mehanisme),
adaptasi (adaptation)
(Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2003). Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang meliputi :
7
8
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. b. Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. c. Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Perilaku berawal dari adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar tersebut (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
9
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2003). 2. Pengertian Kepatuhan Pengertian kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003). Menurut
Hasibuan
(2003),
menjelaskan
bahwa
kepatuhan
merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan
norma-norma
sosial
yang
berlaku.
Kepatuhan
yang
baik
mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugastugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik. Kepatuhan yang dimiliki para akseptor KB khususnya akseptor KB implant, pada dasarnya dipengaruhi oleh kesadaran dari pemakai serta dukungan keluarga, yang mana dapat menjadi suatu motivasi bagi akseptor implant. 3. Akseptor KB Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (Family Planning Participant) yaitu pasangan usia subur di mana salah seorang
10
menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program (Depkes, 2001). 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan KB Suntik Faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam melakukan KB suntik yaitu: a. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang KB suntik yang mereka pahami berdasarkan kebutuhan dan kepentingan keluarga (Kodyat, 1999). b. Pekerjaan Banyak
ibu-ibu
bekerja
mencari
nafkah,
baik
untuk
kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya suatu pemilihan dalam melakukan KB suntik. Pekerjaan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mencukupi semua kebutuhan salah satunya kemampuan untuk melakukan suntik KB (DepKes, 2002). c. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
11
objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adoption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan,
dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama. Pengetahuan terbagi dalam enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu (Notoadmodjo, 2003) : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
12
Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan
dan
menyebutkan
contoh,
menjelaskan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Arti
dari
analisis
adalah
suatu
kemampuan
untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
13
5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara ibu yang patuh terhadap jadwal KB suntik yang telah ada, dengan ibu yang tidak patuh jadwal KB yang dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan karena tidak patuhnya ibu dalam mengikuti jadwal suntik ulang. d. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan reaksi yang
14
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi sangat memegang peranan penting. Tingkatan sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1) Menerima (receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
mengerjakan
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Memberi
jawaban
apabila
ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang untuk mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah.
15
4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. e. Jumlah anak Jumlah anak merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan ibu untuk menjadi akseptor KB, dengan alasan untuk mengurangi jumlah anak dalam keluarga. Ibu dapat memilih alat KB sesuai dengan kemampuan, kondisi ibu. f. Dukungan suami Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu secara moral maupun material, dimana dukungan suami mempengaruhi ibu untuk menjadi akseptor KB terutama pemilihan KB suntik. Adapun Dukungan suami meliputi (Friedman, 1998) : a. Perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat membantu ibu menjadi akseptor KB dan perhatian sehingga kepatuhan melakukan suntik KB dapat berjalan lancar. b. Informasi, dimana suami yang selalu mendukung akan memberikan informasi tentang suntik KB baik mendapatkan informasi dari TV maupun majalah dan koran. c. Finansial, suami akan menyediakan dana atau uang untuk keperluan biaya suntik KB, maupun biaya transport d. Emosional, dimana suami mengingatkan atau memberikan saran pada ibu untuk rutin suntik KB.
16
B. Kontrasepsi KB Suntik 1. Pengertian Suntik merupakan salah satu alat kontrasepsi yang disarankan oleh pemerintah melalui program KB. Suntik KB adalah obat suntik yang berisi zat yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalnya lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim dan menipiskan selaput lendir rahim sehingga calon janin tak dapat tertanam dalam rahim (BKKBN, 2006). Suntik pada awalnya adalah hasil penelitian setelah perang, ketika tahun 1953, Dr. Junkman menemukan bahwa suntikan aksi-lama terbentuk bila progestogen dan alkohol digabungkan. Pada tahun 1957, penelitian mulai dilakukan pada Norigest suntik, saat ini dikenal sebagai Noristerat, yang dilisensi untuk pemakaian jangka pendek di Inggris, yaitu setelah pemberian vaksin rubela. Pada tahun 1963, uji coba mulai dilakukan pada Depoprovera suntik yang dilisensi di Inggris untuk pemakaian jangka panjang pada tahun 1984 ketika metode lain tidak cocok. Sejak tahun 1990, metode ini telah dilisensi sebagai metode pilihan pertama. Kontrasepsi terbagi dalam dua macam yaitu Depoprovera adalah yang paling banyak digunakan. Namun, banyak wanita masih tidak menyadari keberadaannya atau mendapat informasi yang tidak akurat, yang menghambat Depoprovera diterima sebagai sebuah metode (Everett, 2008).
17
Seperti pil yang hanya berisi progestogen (POP), kontrasepsi suntik mencegah kehamilan dengan berbagai cara. Kontrasepsi ini menyebabkan lendir serviks mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometrium menjadi tidak cocok untuk implantasi, dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun, fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi. Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare atau muntah (Everett, 2008). Penggunaan alat kontrasepsi suntik menuntut akseptor KB untuk rutin melakukan pemeriksaan sesuai jadwal dan melakukan kunjungan ulang untuk suntik periode berikutnya sehingga berhasil dengan baik. Tidak rutinnya penetapan jadwal dan melakukan kunjungan ulang suntik akan mengakibatkan kehamilan, perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis, penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini, kelainan lipid yang hebat, penyakit trofoblastik, efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi oral kombinasi (COC) yang bukan disebabkan oleh estrogen, dan adanya penyakit hati, adenoma, atau bahkan kanker hati (Arum, 2009). 2. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Alat Kontrasepsi KB suntik Keuntungan dan kerugian penggunaan alat kontrasepsi KB suntik dalam Everett (2008) dapat dijelaskan sebagai berikut :
18
a. Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi KB suntik yaitu : 1) Efektivitas tinggi 2) Bertahan sampai 8–12 minggu 3) Penurunan dismenorea dan menoragi yang menyebabkan anemia berkurang 4) Penurunan gejala pramenstruasi 5) Penyakit radang panggul berkurang 6) Kemungkinan penurunan endometriosis karena pengentalan lendir serviks 7) Efektivitas tidak berkurang karena diare, muntah atau penggunaan antibiotik. Berdasarkan keuntungan diatas maka akseptor KB suntik akan dapat beraktivitas dengan baik sebagaimana orang sehat lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi KB suntik semua kegitan dapat dilakukan seperti biasa. b. Kerugian dengan dilakukannya KB menggunakan Suntik adalah : 1) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau amenore 2) Keterlambatan kembali subur sampai satu tahun, berat badan meningkat 3) Galaktore (produksi cairan susu) 4) Setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali 5) Berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang 6) Efek suntikan pada kanker payudara
19
Hal ini berarti akseptor KB suntik akan mengalami tidak subur sampai satu tahun dan perdarahaan yang tidak teratur sehingga untuk bisa subur kembali diperlukan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan dengan alat kontrasepsi yang lain (Everett, 2008). 3. Metode-Metode Kontrasepsi Suntik Ada dua jenis suntikan, yaitu Depoprovera dan Noristerat (Everett, 2008). a. Depoprovera Depoprovera
(disingkat
DMPA)
berisi
depot
medoksiprogesteron asetat dan diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara intramuskular setiap 12 minggu. DMPA saat ini tersedia dalam spuit yang sebelumnya telah diisi dan dianjurkan untuk diberikan tidak lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir. Depoprovera dilisensi untuk pemakaian jangka panjang. Preparat ini cocok untuk sebagian besar wanita, khususnya mereka yang lupa meminum pil mereka dan bagi wanita pengguna COC yang sedang minum obat yang mengurangi efektivitas pil COC. Namun, informasi mengenai amenorea jangka panjang dan implikasinya jarang disampaikan, yang biasanya terjadi akibat suntikan ini. Pada tahun 1991, penelitian yang dilakukan oleh Cundy et.al., setelah mengalami amenore 5 tahun estradiol dapat rendah, baik pada wanita amenorik maupun tidak, penting untuk memastikan apakah wanita mengalami
20
gejala hipoestrogenisme, seperti kekeringan pada vagina, kehilangan libido, dan rasa panas pada wajah. Apabila wanita mengalami gejala tersebut atau wanita seorang perokok, maka harus menjalani penapisan atau mengganti metode kontrasepsinya. Namun, bila wanita bukan perokok dan tidak mengalami gejala setelah diskusi, maka dapat menangguhkan penapisan. Apabila estradiol serum kurang dari 100 pmol 1-1, ini menandakan defisiensi estrogen. Estrogen tambahan tepat diberikan dan metode kontrasepsi lain mungkin lebih cocok.
Penapisan densitas tulang dapat
diindikasikan bersamaan dengan pengawasan ketat terhadap situasi tersebut. Meskipun begitu, panduan penatalaksanaan berbasis bukti yang jelas bagi wanita yang memakai Depoprovera jangka panjang tidak tersedia karena studi yang ada saling bertentangan (Cundy et.al., 1991) World Health Organization telah menggolongkan Depoprovera sebagai kategori 2 bagi wanita muda di bawah usia 16 tahun, bukan kategori 1 (selalu dapat dipakai dalam rentang usia ini) karena pertimbangan terhadap densitas tulang. Kategori 2 bermakna metode tersebut digunakan secara luas karena manfaatnya melebihi resikonya. Densitas tulang masih dalam proses pembentukan pada wanita di bawah usia 16 tahun setelah ia mulai menarke. Bagi banyak wanita muda metode ini dapat menjadi metode yang palng cocok bila mereka
21
tidak dapat meminum pil kombinasi dan beresiko hamil (World Health Organization, 1992). Faktor resiko kanker payudara pada pemakaian suntikan ternyata sama dengan pemakaian pil kombinasi.
Tidak ada
peningkatan resiko kanker serviks (International Family Planning Perspective, 1992) atau kanker ovarium pada pemakaian Depoprovera, namun terdapat efek perlindungan terhadap kanker enometrium (Pisake, 1994). b. Noristerat Noristerat (disingkat NETEN) berisi noretisteron enantal dan diberikan dalam suntikan tunggal 200 mg secara intramuskular setiap 8 minggu. Efek samping yang dapat diterima adalah : Sakit kepala, Kembung, Depresi,
Berat badan meningkat, Perubahan mood,
Perdarahan tidak teratur dan Amenore. Noristerat dilisensi hanya untuk pemakaian jangka pendek ini berarti tidak lebih dari dua suntikan berturut-turut. Noristerat biasanya digunakan sebagai metode setelah vasektomi atau pemberian rubela saat dibutuhkan metode yang sangat efektif selama kurun waktu yang singkat (Cundy et.al., 1991) 4. Efek Samping KB Suntik Efek samping dari pemakaian KB suntik dapat berupa gangguan haid, mual, sakit kepala, penambahan berat badan serta terkadang ibu mengeluh gairahnya menurun (BKKBN, 2007).
22
5. Cara Memberi Suntikan Depoprovera dalam pemakaian idealnya harus diberikan dalam 5 hari pertama masa menstruasi, tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan. Setelah itu semua suntikan harus diberikan setiap 12 minggu. Noristerat harus diberikan pada hari pertama masa menstruasi tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan. Setelah itu, semua injeksi harus diberikan setiap 8 minggu. Suntikan harus diberikan secara intramuskular pada kuadran luar atas bokong. Spuit yang sebelumnya telah diisi Depoprovera harus dikocok sebelum diberikan. Ampul Noristerat harus dihangatkan hingga suhu tubuh sebelum diberikan. Hal ini akan membuatnya mudah tertarik ke atas saat dicampur dengan minyak jarak. Kedua tempat suntikan tidak boleh dipijat setelah pemberian suntikan karena ini akan mengurangi efektivitanya. Setelah terminasi kehamilan trimester pertama dan keguguran, suntikan pertama biasanya diberikan dalam 5 hari pertama tanpa dibutuhkan kewaspadaan tambahan. Wanita pascapartum harus mulai mendapat suntikan pertama 5-6 minggu setelah melahirkan, karena bila diberikan lebih awal, perdarahan menstruasi menghebat dan memanjang. Efektivitas tidak hilang pada penggunaan antibiotik spektrum luas. Untuk obat yang penginduksi enzim, interval pemberian Depoprovera harus dikurangi dan diberikan pada interval 10 minggu (Tabel 2.1).
23
Tabel 2.1. Obat yang membuat interval waktu antara suntikan Depoprovera harus diperpendek Jenis Obat Antikonvulsan
Antituberkulosis Antijamur Inhibitor protease Lain-lain
Obat Barbiturat Fenitoin Primidon Karbamazepin Topiramat Rifampisin Griseofulvin Ritinavir, nelfinavir Serat-seratnya John’s Wort Lansoprazol Tacrolimus Nevirapin Modafinil
24
C. Kerangka Teori Faktor Prediposisi 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Tingkat Pengetahuan 4. Sikap 5. Jumlah Anak Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan: puskesmas, rumah sakit 2. Fasilitas umum: media massa (koran, TV, Radio)
Kepatuhan Akseptor Melakukan KB Suntik
Faktor Penguat 1. Dukungan suami 2. Dukungan tenaga kesehatan Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber Green (1988) dalam Notoatmodjo (2003), Saifuddin (2003).
25
D. Kerangka Teori
1. Pendidikan Kepatuhan Akseptor
2. Tingkat Pengetahuan
Melakukan KB Suntik
3. Sikap
Gambar 2.2. Kerangka Konsep E. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti meliputi : 1. Variabel Independen atau bebas Variabel independen adalah suatu variabel yang menjadi sebab atau variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan sikap. 2. Variabel Dependen atau terikat Variabel dependen adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat dari pengaruh variabel bebas (Nursalam & Pariani, 2001). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan akseptor KB. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis
adalah
dugaan
sementara
yang
hendak diuji
kebenarannya (Setiawan, 2004). Hipotesis penelitian ini adalah :
26
a. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan akseptor KB dalam melakukan KB suntik di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.. b. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan akseptor KB dalam melakukan KB suntik di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. c. Ada hubungan sikap dengan kepatuhan akseptor KB dalam melakukan KB suntik di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.