BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan pertanian 2.1.1. Pengertian pertanian
Indonesia merupakan Negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian. Sebagai negara yang terletak di daerah khtulistiwa maka pertanian di indonesia merupakan pertanian tropis. Topografi yang bergunung-gunung menyebabkan terjadinya variasi suhu yang berada pada suatu daerah tertentu sehingga mempengaruhi jenis-jenis tanaman yang cocok ditanami. Kemudian letak indonesia yang berada diantara dua
samudra dan dua benua turut
mempengaruhi iklim di indonesia terutama di dalam perubahan arah angin yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah dari sekilas uraian di atas dapatlah kita pahami tentang pertanian di Indonesia. Definisi ilmu ekonomi pertanian, Mubyarto adalah : ” Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu kemasyarakatan (social sciences), ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antar manusia. Perilaku yang di pelajari bukan hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani dan kelompok-kelompok petani.”
Universitas Sumatera Utara
Pertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan menggiatkan perumbuhan tanaman dan hewan tersebut. Kegiatan produksi dalam setiap kegiatan usaha tani merupakan kegiatan usaha (business) dimana biaya dan penerimaan merupakan aspek penting. Dari defenisi ekonomi pertanian diatas maka analisis perusahaanperusahaan pengolahan hasil pertanian, perdagangan internasional atas hasil-hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian.
2.1.2 Pengertian Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian merupakan proses dinamis yang pada gilirannya akan membawa dampak perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat yang hidup dan tinggal di wilayah pedesaan, karena sebagian besar dari mereka menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Iqbal
dan
sudaryanto
(Dalam
Haryono,2008)
mendefinisikan
pembangunan pertanian sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga di maksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya
Universitas Sumatera Utara
meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia : (1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, (2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, (3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Pembangunan di sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan dan dampak-dampak lingkungan yang telah terjadi, seperti hujan asam (acid deposition) akibat pencemaran udara, serta penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Beberapa kendala dan masalah lain yang dihadapi adalah: (1) rendahnya kesejahteraan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan petani dan nelayan; (2) lahan pertanian yang semakin menyempit; (3) terbatasnya akses ke sumberdaya produktif, terutama akses terhadap sumber permodalan yang diiringi dengan rendahnya kualitas SDM; (4) penguasaan teknologi masih rendah; (5) belum optimalnya pengelolaan sumberdaya , (6) terjadinya penurunan hasil hutan alam sementara hasil hutan tanaman dan hasil non kayu belum dimanfaatkan secara optimal, serta (7) lemahnya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian pada khususnya dan pedesaan pada umumnya. Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul “ Getting Agriculture Moving” dijelaskan secara sederhana dan jelas tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi : (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usaha
Universitas Sumatera Utara
tani, (2) teknologi yang selalu senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahanbahan dan alat-alat produksi secara lokal, (4) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5) tersedainya alat transportasi yang lancer dan kotinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi : 1) Pendidikan pembangunan 2) Kredit produksi 3) Kegiatan gotong royong petani 4) Perbaikan dan perluasan tanah pertanian dan, 5) Perencanaan nasional pembangunan pertanian. Beberap Negara berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti literatur klasik karya Arthur Mosher dalam langkah kebijakan pembangunan pertanian. Tetapi,
kondisi
pembangunan
pertanian
saat
ini dalam
sejarah
perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali didengung dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini diuraikan sebagai berikut: 1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibandingkan dengan sektor lain. 2. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan. 3. Kurang mampu bersaing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas hortikultura. 4. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih/ bibit unggul sangat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
5. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan. 6. Kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah. Pembangunan agribisnis yang ada masih belum didasarkan kepada kawasan unggulan. 7. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh cirri-ciri : (a) skala kecil, (b) modal terbatas, (c) teknologi sederhana, (d) sangat dipengaruhi musim, (e) wilayah pasarnya lokal , (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga
sehingga
menyebabkan
terjadinya
involusi
pertanian
(pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar
sangat
rendah,
(h)
Pasar
komoditi
pertanian
sifatnya
mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga pada petani. 8. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usahatani yang tidak terkait dengan agroindustri. Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum terbentuk dengan kokoh sehingga system dan usaha agribisnis belum berkembang seperti yang diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan usahatani. 9. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan sementara kapasitas dan potensi yang dimilikinya lebih besar. 10. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk – produk perkebunan semenjak zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor komoditas primer (mentah).
Universitas Sumatera Utara
11. Terjadinya
degradasi
pemanfaatan
kualitas
sumberdaya
pertanian
akibat
yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang
berkelanjutan . 12. Masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan , saling memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan yang timpang (skewed) yang merugikan petani. 13. Lemahnya peran
lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer
teknologi kepada petani, setelah era otonomi daerah. 14. Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti perguruan tinggi, LSM, dalam pembangunan pertanian. 15. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik fiscal maupun moneter seperti kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi maupun pasar, dll Menurut suhendra (Dalam Haryono, 2008) di banyak Negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan pada awal pemerintahan Indonesia pada awal masa orde baru menyadari benar hal tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Dari defenisi diatas dapat di uraikan pula Pembangunan pada suatu daerah dilakukan dengan mengusahakan agar senantiasa tercipta perubahan-perubahan
Universitas Sumatera Utara
sosial, dalam arti kata masyarakat di ajak maju, sehingga makin pandai, makin terampil,makin bergairah dan makin bersemangat bekerja. Sasaran pembangunan sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah tingkat pertumbuhan rata-rata mencapai 3.6%/tahun dalam kurun waktu 20062009. Untuk mencapai target tersebut sasaran per subsektor harus ditetapkan. Maka dipandang perlu adanya grand strategi
pembangunan pertanian
melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran :(1) mensejahterkan petani, (2) menyediakan pangan, (3) sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, (4) merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri,(5) menghasilkan devisa, (6) menyediakan lapangan pekerjaan, (7) peningkatan pendapatan nasional, dan (8) tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya. Untuk
mengerakkan
perubahan-perubahan
demi
meningkatkan
kemajuan dalam usahatani dalam rangka pembangunan pertanian, maka perlu diterapkan berupa syarat-syarat pokok yang mutlak harus dilakukan antara lain: 1. Pasaran untuk hasil-hasil usahatani Hasil-hasil usahatani dapat dijual apabila ada permintaan dijual apabila ada permintaan maka yang harus dilakukan agar terjaminnya pasaran usahatani diperlukan peran pemerintah dalam patokan mutu, pengarahan harga, penyaluran hasil usahatani, dan informasi sehingga terbentuk suatu stimulus dalam rangka meningkatkan produksi petani.
Universitas Sumatera Utara
2. Teknologi yang senantiasa berubah Usaha untuk meningkatkan produksi dapat dari dua segi yaitu kesatuan luas serta mutunya dan untuk melaksanakan diperlukan adanya perubahanperubahan cara salah-satunya adalah teknologi yang cenderung berubah. Dalam pelaksanaan penerapan teknologi khususnya teknologi pangan menurut bentuk fisiknya dibedakan atas: a. teknologi hayati kimia b. teknologi mekanis yang termasuk kedalam teknologi hayati kimiawi adalah benih unggul, pupuk buatan, pestisida serta segala jenis sarana produksi modern yang didasarkan pada proses ilmu-ilmu hayat dan ilmu kimia sedangkan dalam pengertiam teknologi mekanis dapat dikelompokkan segenap alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian. Umumnya teknologi hayati kimia diterapkan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam proses produksi pangan, teknologi ini sangat cocok pada sumber daya alam terbatas dan teknologi mekanis umumnya dipakai di daerah-daerah yang tenaga kerja terbatas akan tetapi sumber daya alam tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. 3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal Bahan baku (input) dalam proses produksi sangat penting karena kombinasi yang digunakan turut menentukan produktivitas hasil pertanian. Disamping itu ketersediaan alat-alat produksi memegang peranan penting dalam proses produksi sehingga keterlibatan masyarakat dalam penyediaan bahan-bahan dan alat-alat secara langsung dapat memberdayakan daerah setempat.
Universitas Sumatera Utara
4. Perangsang produksi bagi petani Tujuan pembangunan pertanian bukan sekedar meningkatkan produksi saja juga meningkatkan gairah dan kesejahteraan petani. Karena sifat perangsang dapat diciptakan dalam bebagai bentuk seperti penghargaan, penurunan harga sarana produksi, perbaikan sistem tata niaga, dan perbaikan pelayanan sarana produksi maka sifat perangsang ini harus dilakukan. 5. Pengangkutan Sebagai syarat lagi adalah pengangkutan yang efisien dan murah, dalam hal ini diperlukan jaringan pengangkutan yang digunakan untuk membawa hasil usahatani ke konsumen di kota besar dan kecil serta meningkatkan lalu lintas.
2.2. Usahatani 2.2.1 Pengertian Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya (Mubyarto 1989:66). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja, dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ketatalaksanaanya berdiri sendiri atau sengaja diusahakan
Universitas Sumatera Utara
oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolaanya (Hernanto, 1993:7). Dalam usahatani petani biasanya tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik (kontur) lahan, jaminan kelangsungan, fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim tanam dan pertimbangan ekonomis. Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi: (a) adanya lahan, tanah usahatani yang diatasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul, garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana usahataninya, mengawasi jalanya usahatani dan menikmati hasil usahataninya (Hernanto, 1993:8). Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka pendapatan yang tercermin dalam keuntungan digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis keuntungan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha,
Universitas Sumatera Utara
(2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Secara khusus bagi petani, analisis keuntungan usahatani dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam usaha. Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, lebih jauh Hadisapoetro (1973:10-13) menyatakan beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi. Syaratsyarat tersebut adalah: 1. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan. 2. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak. 3. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat di pergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut. 4.
Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula.
5. Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Pendapatan Usahatani Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani yang akan memilih bentuk output yang mana menjanjikan keuntungan yang lebih baik. Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Hadisapoetra (1973:9) menjelaskan bahwa pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar. Pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber di dalam usahatani sekali musim panen, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali. Pendapatan kotor ini sering disebut sebagai penerimaan usahatani yang merupakan hasil perkalian dari seluruh faktor produksi yang dihasilkan dengan harga produk. Dalam menganalisis usahatani, terdapat dua unsur data yang harus dikumpulkan, yaitu data mengenai penerimaan usahatani dan pengeluaranpengeluaran dalam melaksanakan usahataninya. Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak
Universitas Sumatera Utara
kerja atau traktor, sewa alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi (penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga, selain itu terdapat juga pengeluaran seperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani. Berdasarkan uraian diatas usahatani, maka struktur pendapatan usahatani jeruk dianalisis menggunakan analisis biaya dan pendapatan dengan rumus : π = TR – TC Dimana: π
= Pendapatan petani dari usahatani
TR = Total penerimaan dari usahatani TC = Total pengeluaran pada usahatani Pada analisis ini akan dilihat seberapa besar pendapatan usahatani dan produksi yang dihasilkan petani. Dampak peningkatan produksi dan pendapatan usahatani akan terlihat dengan menganalisis data dari petani yang memiliki akses yang luas dalam pemasaran komoditas hortikultura ini dan petani yang akses pemasarannya masih terbatas. Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan: TR = Y·Py Dimana: TR
= jumlah penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Y
= produk
Py
= harga produk per satuan
Menurut Soekartawi et al, (1993:99), pendapatan kotor usahatani secara operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3) nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktor-faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktorfaktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang temasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja harian, dan biaya bibit.
2.2.3. Efisiensi Usahatani Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyebut usahatani yang baik adalah usahatani yang produktif dan efisien. Usahatani yang produktif berarti bahwa usahatani tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi
Universitas Sumatera Utara
usaha (fisik) dan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Dalam kaitannya dengan efisiensi usahatani ada beberapa cara pengukuran tingkat efisiensi yaitu: 1. efisiensi teknis, berkenaan dengan jumlah hasil fisik yang dihasilkan . 2. efisiensi alokatif (harga), berkenaan dengan harga dan nilai marginal. 3. efisiensi ekonomi, merupakan gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usahatani yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani tersebut. Sering dijumpai bahwa ketidakefisienan yang terjadi justru pada lahan yang luas, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena: 1. rendahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. 2. terbatasnya persediaan tenaga kerja daerah setempat pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani tersebut. 3. terbatasnya persediaan modulasi untuk membiayai usaha pertanian dalam skala yang luas.
Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pegawasan terhadap produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja terpenuhi, dan ketersediaan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian yang seperti ini lebih efisien. Tetapi walaupun demikian lahan yang sempit kadangkala menghasilkan usaha yang tidak efisien juga.
Universitas Sumatera Utara
Dalam prinsip hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing return) digambarkan tentang produksi marginal (marginal product). Produk marginal adalah tambahan produksi dari penambahan suatu unit faktor produksi (cateris paribus). Mula-mula marginal produk akan menaik, kemudian menurun bahkan dapat mencapai negatif apabila faktor produksi ditambah terus. Marginal produk mencerminkan produktivitas dari faktor produksi yang bersangkutan dalam kerjasamanya dengan faktor produksi lain.
2.3. Teori Produksi 2.3.1 Pengertian Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan mengubah teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut:
input (kapital, tenaga kerja, tanah dan sumber alam, Keahlian keusahawanan) atau
Fungsi produksi (dengan teknologi tertentu)
output (barang jasa)
Gambar 2.1 Proses Produksi
Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, suatu usaha harus menentukan kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap suatu usaha yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dikatakan
Universitas Sumatera Utara
berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Dalam jangka pendek tersebut suatu usaha tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal seperti mesin dan peralatannya, bangunan, dll. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variable input) misalnya adalah tenaga kerja. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang suatu usaha dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan ditingkatkan efisiensinya, jenis-jenis komoditi baru dapat dihasilkan, dsb. Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994; 100), yaitu: 1. Produk Total (Total Product) Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input/faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut: TP = f (FP)
Universitas Sumatera Utara
Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana: TP = Total Product (produk total) FP = Factor of Production (factor produksi) 2. Produksi Rata-rata (Average Product) Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut: AP =
TP FP
Dimana: AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi) FP = jumlah faktor produksi yang digunakan 3. Produksi Marginal (Marginal Product) Produk marginal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut: MP = ∆ Q = Qa – Qa - 1 Dimana: MP = produksi marginal (marginal product) Qa = total produksi setelah penambahan faktor produksi Qa - 1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Produksi Dalam Usahatani Usahatani sesungguhnya tidak sekedar hanya terbatas pada pengambilan hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan berlangsung pendayahgunaan tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan sebagai faktor produksi tersebut. Jika pendayagunaannya dilakukan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula dan sebaliknya jika pengelolaanya tidak berjalan dengan baik maka hasilnya tidak dapat diandalkan. Jika hasil-hasilnya tersebut sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas akan menghasilkan suatu kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara sumbersumber produksi yang digunakan dengan hasil komoditasnya. Ditinjau dari pengertian teknis maka produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia dan hasilnya dimiliki akan lebih besar dari pengorbanan yang diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang kualitas dan kuantitasnya baik, sehingga menjadi komoditi yang layak diperdagangkan. Agar lebih jelas tentang pengertian produksi maka kita dapat melihat pengertian produksi menurut Sofyan Assauri (1992:25) yang mengatakan: “yang dimaksud dengan produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan atau utility sesuatu barang dan jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang didalam ilmu ekonomi terdiri dari tanah,modal ,tenaga kerja, dan keterampilan”. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi ialah suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari uraian diatas dapat pula diperoleh
Universitas Sumatera Utara
pengertian produksi pada usahatani jeruk secara khusus yaitu suatu proses produksi sehingga menghasilkan jeruk yang dapat disebut sebagai komoditi (output). 2.3.3 Tahapan produksi P 90 88 84 80 TPL 70
III
E 60
II
45
25 D 15 APL 10
I Tenaga Kerja 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 MPL
Gambar 2.2 Kurva Tahapan Produksi, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal
Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.2 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total
Universitas Sumatera Utara
product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negatif. Tahap I penggunaan tenaga kerja relative kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi diatas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59).
2.3.4 Faktor produksi
Dalam suatu kegiatan usahatani selalu melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). Menurut Mosher (1965), produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan input untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan faktor-faktor tersebut.
2.3.4.1. Lahan Luas lahan adalah luas tanah yang mampu menghasilkan hasil panen. Luas panen di sini adalah mencakup semua luas tanah atau lahan yang mampu menghasilkan hasil panen untuk tanaman bahan pangan. Proses produksi pertanian pada dasarnya berlangsung pada sebidang tanah atau lahan karena dalam tanah tersebut terjadi proses kimia, proses kehidupan
Universitas Sumatera Utara
biologi dan fisika yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman atau budi daya tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman tersebut tanah berfungsi sebagai: tunjangan mekanis sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh, penyedia unsur hara dan air, dan lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologinya. Lahan termasuk dalam modal tetap dan merupakan salah-satu faktor produksi yang sangat berperan dalam setiap usaha yang dilakukan. Menurut Mubyarto (1989) lahan merupakan salah-satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu dimana tempat produk itu berjalan dan darimana hasil produksi itu keluar. Dalam hubungannya dengan faktor produksi, jumlah produksi ditentukan oleh keadaan lahan usahatani yang meliputi kualitas (kesuburan) dan kuantitas (luas lahan). Kualitas dan kuantitas lahan tersebut akan mempengaruhi produktivitas, lahan yang subur akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pada lahan-lahan yang tingkat kesuburannya sama namun luas lahan yang diusahakan berbeda maka produksi yang dihasilkan akan berbeda pula. Lahan mempunyai sifat yang khusus sehingga dikatakan sebagai faktor produksi. Sifat khusus tersebut diantaranya luasnya relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau dijualbelikan. Semakin luas lahan yang diusahakan maka produksi yang dihasilkan secara kuantitas akan cenderung meningkat. Di samping itu, ada kemungkinan sebidang tanah tidak secara langsung dipakai oleh pemiliknya sebagai modal untuk usahatani tetapi dipakai sebagai alat
Universitas Sumatera Utara
mencari kredit atau membayar hutang-hutang. Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi ini dikatakan sewa tanah (rent). David Ricardo, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai salah seorang penulis terkemuka dalam soal sewa tanah dengan teorinya mengenai sewa tanah differensial, dimana ditunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa tanah. Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan, dapat diketengahkan sebuah simpulan mengenai tanah sebagai komponen hidup dari lingkungan yang sangat penting terutama bagi hidupnya tumbuhan bahan pangan. Karena tanah merupakan salah satu usaha pada bidang pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting lainnya. Oleh sebab itu luas panen atau sering disebut luas tanah yang mampu memberikan hasil panen atau produktivitas pertanian sebagai suatu proses dalam produksi bidang pertanian.
2.3.4.2. Modal Modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lahan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian dalam suatu proses produksi. Sedangkan modal merupakan bentuk kekayaan berupa uang tunai ataupun barang yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Pengertian barang disini meliputi alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian lainnya seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan (Mubyarto,1989).
Universitas Sumatera Utara
Menurut hernanto (1991), modal menurut sifatnya dibedakan menjadi modal tetap (fixed cost) yaitu modal yang tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi, seperti tanah, bangunan dan alat pertanian. Sedangkan modal bergerak (variable cost) yaitu modal yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi seperti uang tunai yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Sumber modal petani bisa berasal dari petani itu sendiri maupun dari luar usahatani.
2.3.4.3. Tenaga kerja Tenaga kerja dalam kegiatan usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan teknologi. Soehardjo dan patong (dalam Daniel.2002) menyatakan bahwa tenaga kerja dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai daya manusia untuk melakukan usaha yang dijalankan. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan usaha pertanian. Jumlah kerja yang dicurahkan untuk tiap kegiatan berbeda-beda, dimana semakin banyak tenaga kerja yang tersedia dan dicurahkan dalam kegiatan usaha pertanian maka
Universitas Sumatera Utara
jumlah produk yang dihasilkan semakin besar yang akan berdampak pada pendapatan yang semakin besar pula.
2.3.4.4. Curahan Kerja Peningkatan jumlah produksi dalam suatu lahan, selain bibit, pupuk, dan pestisida diperlukan sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada bisa berasal dari dalam dan luar keuarga. Tanpa orang bekerja tidak dapat dicapai produksi yang baik. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialis pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha yang dilakukan, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja
biasanya digunakan
standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan “Hari Kerja Pria” atau HKP. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi.
2.3.4.5. Kualitas Tenaga Kerja Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Menurut Hernanto (1991), kerja
Universitas Sumatera Utara
manusia tersebut dipengaruhi oleh (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) pengalaman, (d) faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani, dan (e) keterampilan.
2.3.4.6. Keterampilan (skill) Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya, keahlian ini yang disebut dengan skill yang merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, menurut Soemitro Djoyohadikusumo pengertian pembangu nan ekonomi adalah suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan keterampilan agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas yang lebih tinggi. Dari pengertian tersebut menjelaskan bahwa keterampilan dan modal mempunyai peranan yang sejalan dalam pembangunan ekonomi. Dahulu, masa pertanian di mana keterampilan kurang mendapat perhatian atau disebut dengan petani
tradisional,
petani
memproduksi
hasil-hasil
pertanian
dengan
mengkesampingkan aspek keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik. Oleh karena itu, keterampilan sangat penting dalam proses produksi, sebab di Indonesia sendiri keterampilan kurang ditekankan dan tenaga kerja sektor pertanian masih didominasi oleh tenaga kerja yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun-temurun.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hukum Hasil Lebih Yang semakin Berkurang Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun. Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu: a. Tahap pertama: Produksi total mengalami pertambahan yang semakin kuat b. Tahap kedua: Produksi total pertambahannya semakin lambat c. Tahap ketiga: Produksi total semakin lama semakin berkurang
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris, agar diketahui pokok permasalahan apa yang sedang dihadapi dan bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara