BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu Suatu penelitian dikatakan memiliki kebaruan apabila memiliki perbedaan dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penting untuk mengetahui penelitian sebelumnya yang sejenis. Berikut ini beberapa penelitian ilmiah yang relevan dengan penelitian ini : 1. Maria Misankova dan Katarina Kocisova (2014) melakukan penelitian dengan judul “Strategic Implementation as a Part of Strategic Management”. Penelitian ini membahas tentang implementasi strategi sebagai bagian dari manajemen strategis. Hal ini diperlukan untuk merumuskan visi dan misi perusahaan dalam rencana bisnis. Manajemen strategi, penyusunan strategi dan implementasi adalah alat penting perusahaan untuk pengembangan masa yang akan datang dan untuk menjaga daya saing. Strategi merupakan faktor dasar bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan pustaka. 2. Mahmood Samadi Largani, Mohammad Taleghani, dan Azita Sherej Sharifi (2011) menyusun artikel dengan judul “Industrial Strategic Planning and Its Effects in Performance Improvement of Industrial Enterprises and Economical Development”. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan strategis dan faktor-faktor 10
11 yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah tinjauan pustaka. 3. S. Sorooshian, Z. Norzima, I. Yusof dan Y. Rosnah (2010) melakukan penelitian dengan judul “Effect Analysis on Strategy Implementation Drivers”. Penelitian ini membahas tentang implementasi strategi diyakini menjadi aktivitas dinamis dalam proses manajemen strategis. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan struktural antara implementasi strategi dan kinerja dalam perusahaan manufaktur kecil dan menengah. Dalam rangka mengimplementasikan strategi secara efektif, sangat penting untuk mempertimbangkan beberapa masalah organisasi. Peneliti mengidentifikasi tiga unsur fundamental
dalam
implementasi
strategi
:
struktur,
gaya
kepemimpinan dan sumber daya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. 4. Joseph O. Ukpata dan Anderson A. Etika (2012) melakukan penelitian dengan judul “Traffic Congestion in Major Cities of Nigeria”. Penelitian ini membahas tentang penyebab kemacetan lalu lintas di kota-kota urban di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan buruk mengemudi, jaringan jalan yang buruk, kapasitas jalan yang tidak memadai, dan kurangnya fasilitas parkir merupakan penyebab terbesar dari kemacetan lalu lintas di Nigeria. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
12 5. Widyawati Boediningsih (2011) melakukan penelitian dengan judul “Dampak Kepadatan Lalu Lintas terhadap Polusi Udara Kota Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kepadatan lalu lintas pada jam-jam sibuk di Kota Surabaya akibat kemacetan lalu lintas adalah salah satu sumber utama timbulnya polusi udara di Kota Surabaya. Selain itu, asap yang dihasilkan pabrik, seperti polusi udara dan polusi suara (kebisingan) yang ditimbulkan pembuangan asap (emisi) kendaraan bermotor sangat berpengaruh pada lingkungan hidup, efek yang langsung berpengaruh pada manusia dan langsung dapat dirasakan berupa udara sekitar menjadi panas, sesak napas, mata merah, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan bertambah dan berkembangnya penggunaan alat transportasi di Kota Surabaya tidak diimbangi pengaturan jalan maupun pelebaran jalan yang memadai. Jumlah kendaraan yang berada di jalanan tidak terbendung jumlahnya. Jalan yang tersedia tidak cukup untuk menampung jumlah kendaraan lantas menyebabkan kepadatan lalu lintas. Pada jam-jam sibuk sudah pasti terjadi kemacetan yang sangat panjang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asasasas hukum.
13 TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No. 1.
Judul, Penulis, Tahun Judul : Strategic Implementation as a Part of Strategic Management. Penulis dan Tahun : Maria Misankova dan Katarina Kocisova (2014).
2.
Judul : Industrial Strategic Planning and Its Effects in Performance Improvement of Industrial Enterprises and Economical Development. Penulis dan Tahun : Mahmood Samadi Largani, Mohammad Taleghani, dan Azita
Isi Singkat Penelitian ini membahas tentang implementasi strategi sebagai bagian dari manajemen strategis. Hal ini diperlukan untuk merumuskan visi dan misi perusahaan dalam rencana bisnis. Manajemen strategi, penyusunan strategi dan implementasi adalah alat penting perusahaan untuk pengembangan masa yang akan datang dan untuk menjaga daya saing. Strategi merupakan faktor dasar bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis proses perencanaan strategis dan faktorfaktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan strategi.
Metode Tinjauan pustaka.
Relevansi Persamaan : Implementasi strategi merupakan tahapan penting yang harus dilakukan organisasi untuk pengembangan organisasi di masa yang akan datang. Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh Maria dan Katarina menggunakan metode penelitian tinjauan pustaka, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Tinjauan pustaka.
Persamaan : Adanya aspekaspek yang dilihat dalam mengimplementasi kan strategi. Perbedaan : Artikel ini melihat struktur organisasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi sebagai aspekaspek dalam
14 Sherej Sharifi (2011).
3.
4.
Implementasi on strategi diyakini menjadi aktivitas dinamis dalam proses manajemen strategis. Tujuan Penulis dan Tahun : utama dari penelitian S. Sorooshian, Z. ini adalah untuk Norzima, I. Yusof menguji hubungan and Y. Rosnah struktural antara (2010). implementasi strategi dan kinerja dalam perusahaan manufaktur kecil dan menengah. Dalam rangka mengimplementasik an strategi secara efektif, sangat penting untuk mempertimbangkan beberapa masalah organisasi. Peneliti mengidentifikasi tiga unsur fundamental dalam implementasi strategi : struktur, gaya kepemimpinan dan sumber daya. Penelitian ini Judul : Traffic Congestion in membahas tentang Major Cities of penyebab kemacetan Nigeria. lalu lintas di kotakota urban di Nigeria. Hasil Penulis dan Tahun : penelitian Joseph O. Ukpata and menunjukkan bahwa Judul : Effect Analysis Strategy Implementation Drivers.
Pendekatan kuantitatif.
implementasi strategi. Sedangkan penelitian ini melihat program, anggaran, dan prosedur sebagai aspek-aspek dalam implementasi strategi. Persamaan : Mengidentifikasi unsur-unsur dalam implementasi strategi. Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh Sorooshian, et. al bertujuan untuk menguji hubungan struktural antara implementasi strategi dan kinerja dalam perusahaan manufaktur kecil dan menengah. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi strategi Dishubkominfo dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.
Pendekatan kuantitatif.
Persamaan : Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kemacetan. Perbedaan : Penelitian yang
15 Anderson A. Etika kebiasaan buruk (2012). mengemudi, jaringan jalan yang buruk, kapasitas jalan yang tidak memadai, dan kurangnya fasilitas parkir merupakan penyebab terbesar dari kemacetan lalu lintas di Nigeria.
5.
Judul : Dampak Kepadatan Lalu Lintas terhadap Polusi Udara Kota Surabaya. Penulis dan Tahun : Widyawati Boediningsih (2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kepadatan lalu lintas pada jam-jam sibuk di Kota Surabaya akibat kemacetan lalu lintas adalah salah satu sumber utama timbulnya polusi udara di Kota Surabaya.
Penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum.
dilakukan oleh Joseph O. Ukpata and Anderson A. Etika membahas tentang penyebab kemacetan lalu lintas. Sedangkan dalam penelitian ini lebih berfokus pada implementasi strategi Dishubkominfo dalam mengatasi kemacetan lalu lintas. Persamaan : Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengakibatkan kemacetan. Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh Widyawati Boediningsih bertujuan untuk mengetahui dampak kepadatan lalu lintas terhadap polusi udara Kota Surabaya. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi strategi Dishubkominfo dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.
16 Kebaruan dari penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu tersebut adalah jika dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut ada yang fokus pada perencanaan strategis, penyebab kemacetan, dampak kepadatan lalu lintas, maka penelitian ini fokus pada implementasi strategi dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.
B. Landasan Teori 1. Strategi Menurut Salusu (2005 : 101) strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Menurut Coulter (dalam Kuncoro, 2005 : 12) mengungkapkan bahwa strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan
industrinya.
Dengan
kata
lain,
definisi
strategi
mengandung dua komponen, yaitu : a. Future Intentions (Tujuan Jangka Panjang) Tujuan jangka panjang adalah pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya. b. Advantage (Sumber Keunggulan) Sumber keunggulan adalah pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan atau customer oleh perusahaan yang juga menunjukkan kepada cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar.
17 Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Johnson dan Scholes (dalam Armstrong, 2003 : 38) yang menyatakan strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus dengan pasarnya, dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi harapan stakeholders. Strategi merupakan suatu keputusan untuk melakukan perubahan dan mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan. Sehingga organisasi harus mampu menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan demikian, ciri utama strategi (Kuncoro, 2005 : 12) adalah : 1. Goal directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukkan apa yang diinginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya. 2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan.
Menurut James dan Charles (dalam Prayogo, 2011 : 14-15), strategi memiliki dua perspektif yang berbeda antara lain : 1. Apa yang hendak dilakukan oleh organisasi. Strategi didefinisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Disini kata “program” mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi. 2. Apa yang sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, baik tindakannya sejak semula memang disengaja atau tidak. Strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
18 Armstrong (2003 : 39) dalam tulisannya menyimpulkan bahwa startegi adalah pernyataan cita-cita organisasi, kemana akan pergi dan secara luas bagaimana mencapai arah yang dituju. Pernyataan tersebut dilengkapi dengan pernyataan Allison dan Jude Kaye (2005 : 3) yang menyatakan bahwa strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi adalah pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi. Nawawi (2012 : 147-148) mengungkapkan strategi dalam manajemen sebuah organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Dari beberapa pengertian strategi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa startegi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara atau upaya yang digunakan oleh organisasi dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi serta menyesuaikan sumber daya yang ada untuk mencapai suatu tujuan. Rangkuti (2006 : 6-7) mengemukakan bahwa pada prinsipnya, strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe, yaitu : a. Strategi Manajemen, merupakan strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara mikro; b. Strategi Investasi, merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya apakah organisasi tersebut ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif, strategi bertahan, strategi
19 pengembangan kembali suatu divisi atau strategi divestasi, dan sebagainya; c. Strategi Bisnis, sering disebut juga dengan strategi bisnis fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen.
Sedangkan tipe-tipe strategi menurut Koteen (dalam Salusu, 2005 : 104-105), yaitu : a. Coorporate Strategy (Strategi Organisasi) Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. b. Program Strategy (Strategi Program) Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi. c. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya) Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya. d. Institutional Strategy (Strategi Kelembagaan) Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
2. Implementasi Strategi Implementasi strategi menurut Salusu (2005 : 409) adalah rangkuman dari berbagai kegiatan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada karyawan lini paling bawah.
20 Pentingnya fungsi implementasi strategi diungkapkan oleh Siagian (2004 : 198) bahwa : “Untuk melihat apakah strategi yang telah ditentukan tepat atau tidak, baik pada tingkat organisasi atau bisnis yang ditangani, tidak hanya terletak pada tepatnya pilihan yang dijatuhkan pada satu alternatif yang diperkirakan akan mendukung keseluruhan upaya untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran serta mengembangkan misi yang telah ditentukan, juga tidak hanya terletak pada akuratnya analisis strategi yang dilakukan, melainkan terutama pada analisis terakhir terjadi pada waktu strategi tersebut diimplementasikan.”
Pearce dan Robinson (2007 : 20) berpendapat bahwa dalam mengimplementasikan strategi, aktivitas yang dilakukan adalah mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, Sumber Daya Manusia (SDM), struktur, teknologi dan sistem imbalan. Lain halnya dengan Dirgantoro (2004 : 13) yang lebih merinci dalam implementasi strategi yang mendapat penekanan cakupan kegiatan, antara lain : a. b. c. d. e. f. g. h.
Menetapkan tujuan tahunan, Menetapkan kebijakan, Memotivasi karyawan, Mengembangkan budaya yang mendukung, Menetapkan struktur organisasi yang efektif, Menyiapkan budget, Mendayagunakan sistem informasi, Menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance perusahaan.
Hunger dan Wheelen (2007 : 12) menggambarkan model manajemen strategis sebagai berikut :
21 GAMBAR 2.1 MODEL MANAJEMEN STRATEGIS HUNGER DAN WHEELEN
Sumber : Hunger dan Wheelen (2007 : 12)
Gambar di atas menjelaskan apa yang harus dilakukan dalam implementasi strategi, yaitu menetapkan program, anggaran, dan prosedurnya. a. Program Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkahlangkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program berisi tahapan-tahapan kegiatan yang merupakan urutan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran strategik (the step-by step sequence of actions). Tujuan dari program adalah untuk membuat tindakan yang berorientasi pada strategi.
22 b. Anggaran Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. Dalam rumusan anggaran berisi rencana kegiatan / program (biasanya tahunan) yang disertai taksiran sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan semua kegiatan yang direncanakan. Anggaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi baru dalam tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan performa yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan organisasi. c. Prosedur Prosedur atau biasa disebut dengan Standart Operating System (SOP) adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktivitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan program-program organisasi.
Implementasi strategi adalah proses di mana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Dari model Hunger dan Wheelen di atas, menjelaskan secara sederhana bahwa dengan
23 program yang telah ditetapkan tidak akan berarti tanpa dukungan anggaran, dan dalam menerapkannya tentu diperlukan prosedur sebagai alat dan kontrol alur pengimplementasiannya dan juga konsistensinya. Lebih jelasnya dalam strategi dikembangkan dalam program di mana pelaksanaan program tersebut tidak lepas dari tindakan pengelolaan bermacam-macam sumber daya organisasi dan manajemen yang mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan sumber-sumber daya perusahaan (keuangan, manusia, peralatan, dan lain-lain). Implementasi strategi menurut Hunger dan Wheelen tidak berhenti sampai pada disusunnya program beserta anggaran dan prosedur
pelaksanaannya,
namun
perlu
ditekankan
adanya
pemahaman yang seragam terkait program tersebut sehingga menciptakan sinergi di antara para pelaksana. Hunger dan Wheelen menyatakan bahwa setelah mengembangkan program, anggaran, dan prosedur perlu dilakukan pengorganisasian tindakan yang sesuai dengan strategi, diantaranya mencapai sinergi dengan membentuk struktur yang mengikuti strategi kemudian mengelola budaya perusahaan, staffing dan directing yang harus dipenuhi untuk keberhasilan sebuah strategi. Sejalan dengan penelitian Largani, et. al. (2011 : 575) dalam Journal of Basic and Applied Scientific Research Volume 7 Issue 1 yang mengemukakan :
24 “After strategy formulation, its implementation must be programmed. Best formulated strategies without correct implementation don’t have practical value. For strategy implementation the following tools should be utilized : Organizational structure appropriate to strategies, Coordination of organization’s skills, resources and capabilities in the executive level, Create an organizational culture appropriate to the organization’s new strategy, Cooperation symphaty among managers and employees of all sections and units of organization. Also succesful implementation of these strategies will depend on suitable support from the planning systems.”
Berdasarkan dirumuskan strategi,
jurnal
di
atas
dikatakan
pelaksanaannya harus
bahwa
diprogram.
setelah Untuk
mengimplementasikan strategi ada alat-alat yang digunakan antara lain struktur organisasi harus sesuai dengan strategi, koordinasi organisasi sumber daya keterampilan dan kemampuan ditingkat eksekutif, menciptakan budaya organisasi yang tepat untuk strategi baru, kerja sama, dan simpati di antara manajer dan karyawan dari semua bagian dan unit organisasi. Selain hal tersebut, keberhasilan implementasi strategi juga ditentukan oleh sistem perencanaan. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sorooshian, et. al. (2010 : 1255) dalam World Applied Sciences Journal Volume 11 menyatakan bahwa : tiga unsur fundamental dalam implementasi strategi adalah struktur organisasi, kepemimpinan, dan sumber daya yang dimiliki.
25 Hampir sama dengan hasil penelitian Misankova dan Kocisova (2014 : 861) dalam Procedia-Social an Behavioral Sciences Volume 110 yang mengatakan bahwa : “Implementation of the strategy is a part of strategic management which success is conditioned by managers, employees, their organization, as well as by the transformation of company’s culture.” (Implementasi strategi adalah bagian dari manajemen strategis di mana kesuksesannya ditentukan oleh para manajer, karyawan, pengorganisasian, dan budaya perusahaan).
Pendapat tersebut diperjelas oleh Amirullah (2015 : 173) yang mengatakan bahwa : “Masih terdapat cara lain yang diperlukan untuk melaksanakan strategi dengan sukses. Cara yang dimaksud itu adalah implementasi strategi melalui tiga komponen utama, yakni struktur, kepemimpinan, dan kultur.” Selain itu, Siagian (2004 : 229) menyebutkan unsur dalam implementasi
strategi,
yaitu
terdiri
dari
struktur
organisasi,
kepemimpinan, dan budaya organisasi. a. Struktur Organisasi Dirancang untuk mewakili hubungan antar sumber daya yang akan melaksanakan tugas dan biasanya dalam bentuk bagan. Menurut Hunger dan Wheelen (2007), penetapan struktur organisasi merupakan hal utama dalam mengorganisasikan berbagai aktivitas dan SDM yang tersedia dalam sebuah organisasi agar semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya strategi baru, perlu dilakukan perubahan terhadap
26 struktur
organisasi
yang
ada
agar
strategi
dapat
diimplementasikan dengan efektif. Amirullah (2015 : 177) menjelaskan bagaimana sebuah strategi mempengaruhi struktur : 1) Strategi menentukan kegiatan-kegiatan organisasional yang merupakan basis pokok bagi desain organisasi. 2) Strategi mempengaruhi pemilihan teknologi dan orang-orang yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dan hal ini selanjutnya mempengaruhi struktur yang sesuai. 3) Strategi mempengaruhi lingkungan spesifikasi di mana organisasi akan beroperasi, ini juga mempengaruhi struktur.
Alasan
utama
mengapa
perubahan
dalam
strategi
memerlukan bahkan mengharuskan perubahan dalam struktur organisasi, yaitu : 1) Struktur biasanya menjelaskan tentang bagaimana kebijakan akan disusun. 2) Struktur biasanya menjelaskan tentang bagaimana sumber daya akan dialokasikan.
Struktur organisasi yang baik dapat diwujudkan apabila memenuhi beberapa pertanyaan (Siagian, 2004 : 229 ) : 1) Pembagian tugas yang jelas, 2) Hierarki wewenang dan tanggung jawab yang dapat menjelaskan siapa yang bertanggungjawab kepada siapa, 3) Harus jelas siapa berinteraksi dengan siapa, 4) Pola komunikasi yang berlaku dalam organisasi berdasarkan kultur organisasi, 5) Jaringan informasi apa yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi.
b. Kepemimpinan Penggunaan struktur organisasi yang tepat tidak menjamin implementasi strategi akan berhasil. Perlu unsur lain yang
27 peranannya
sangat
menentukan
yakni
kepemimpinan.
Kepemimpinan yang baik dapat dilihat dari adanya karyawan yang terampil, loyal, memiliki dedikasi yang tinggi, sikap yang positif, dan semangat kerja yang tinggi. Kepemimpinan mempengaruhi sejauh mana implementasi strategi akan didelegasikan dan dikembangkan dengan tingkat pengendalian yang tepat. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan menjadi aspek yang sangat penting, karena
nantinya
akan
berpengaruh
terhadap
cara-cara
berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan di dalam sebuah organisasi. Merujuk kepada gaya kepemimpinan yang digunakan dalam organisasi mempengaruhi implementasi strategi. Kepemimpinan yang tangguh pada semua lini, dan terutama pada jajaran top manajemen, akan memberikan dampak yang dramatis bagi peningkatan kinerja bisnis. Amirullah (2015 : 180) mengungkapkan dua permasalahan utama yang terkait dengan kepemimpinan dalam manajemen strategis, yaitu kemampuan apa yang harus dimiliki oleh pemimpin strategis dan siapa yang pantas menjadi pemimpin. c. Budaya Organisasi Budaya organisasi adalah nilai-nilai inti organisasi yang telah menjadi budaya organisasi itu sendiri. Budaya organisasi sangat berpengaruh dalam kesuksesan implementasi strategi, hal yang perlu diperhatikan terkait implementasi strategi adalah
28 perihal kerja sama, pengawasan, komunikasi, pengambilan keputusan dan komitmen. Budaya organisasi yang mempengaruhi strategi dapat dibentuk dengan memperhatikan hal-hal berikut : 1) 2) 3) 4) 5)
Filosofi pendirian organisasi; Desain ruang dan bangunan; Memberi teladan, pengajaran, pelatihan oleh pimpinan; Sistem kompensasi dan status; Kisah, legenda, mitos, dan perumpamaan mengenai orangorang dan kejadian penting; 6) Apa yang diperhatikan, diukur, dikendalikan pimpinan; 7) Reaksi pimpinan terhadap peristiwa penting.
Sukanto (2003 : 78) lebih menekankan budaya sebagai sebuah kepercayaan, bahwa hal tersebut bisa berubah dalam diri seseorang, misalnya yang biasanya sopan dan peduli dapat berubah sebaliknya, apalagi jika berkelompok. Karena itu, menurutnya
budaya organisasi
dapat
menentukan tingkat
produktivitas dan kinerja organisasi. Dengan didasarkan pada budaya, sebuah organisasi akan menjadi solid karena ada pengikatnya, yaitu nilai yang dimiliki bersama. Makin kental budaya,
makin
tinggi
kinerjanya
karena
menjalin
dan
menginternalisasikan perilaku anggota organisasi, di mana dengan adanya budaya, para anggota berkomitmen pada tugasnya.
29 Dari beberapa penjelasan di atas, dalam penelitian ini menggunakan pendapat dari Hunger dan Wheelen, di mana hal-hal yang perlu dilakukan dalam implementasi strategi yaitu menetapkan program, anggaran, dan prosedur. a. Program Program (Hunger dan Wheelen, 2007 : 17) adalah pernyataan
aktivitas-aktivitas
atau
langkah-langkah
yang
diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program berisi tahapan-tahapan kegiatan yang merupakan urutan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran strategik (the step-by step sequence of actions). Tujuan dari program adalah untuk membuat tindakan yang berorientasi pada strategi. Terry (2001 : 228) mendefinisikan program sebagai sebuah rencana komprehensif yang meliputi penggunaan macam-macam sumber daya untuk masa yang datang dalam bentuk sebuah pola yang terintegrasi dan yang menetapkan suatu urutan tindakantindakan yang perlu dilaksanakan serta schedule-schedule waktu untuk masing-masing tindakan tersebut dalam rangka usaha mencapai
sasaran
yang
ditetapkan.
Lebih
lanjut,
Terry
menjelaskan bahwa suatu program menggariskan tindakantindakan yang akan dilakukan oleh pihak mana, bagaimana, dan di mana. Ditetapkan pula asumsi-asumsi, komitmen-komitmen, dan bidang-bidang yang akan dipengaruhi.
30 Sedangkan menurut Siswanto (2007 : 49), program mencakup serangkaian aktivitas yang relatif luas. Suatu program menjelaskan : 1) Langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, 2) Unit atau anggota yang bertanggungjawab untuk setiap langkah, 3) Urutan serta pengaturan waktu setiap langkah.
Oleh karena itu, operasionalisasi program biasanya ditetapkan dalam bentuk proyek atau kegiatan. b. Anggaran Anggaran (Hunger dan Wheelen, 2007 : 18) adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan
oleh
manajemen
untuk
merencanakan
dan
mengendalikan. Dalam rumusan anggaran berisi rencana kegiatan / program (biasanya tahunan) yang disertai taksiran sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan semua kegiatan yang direncanakan. Anggaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi baru dalam tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan performa yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan organisasi. Lebih rinci lagi, Terry (2001 : 227) mengartikan anggaran atau budget sebagai sebuah rencana pendapatan atau pengeluaran ataupun kedua hal tersebut, yang menyangkut uang, personil,
31 barang-barang yang dibeli, barang-barang penjualan, ataupun entitas lain mengenai soal apa pihak manajer menganggap bahwa penetapan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang akan membantu usaha-usaha manajerialnya. Sedangkan menurut Siswanto (2007 : 50), anggaran adalah pernyataan tentang sumber daya keuangan (financial resource) yang disediakan untuk kegiatan tertentu dalam waktu tertentu pula. Oleh karena itu, anggaran merupakan komponen penting dalam setiap program dan proyek karena anggaran menunjukkan pengawasan yang didasarkan pada anggaran. c. Prosedur Prosedur atau biasa disebut dengan Standard Operating System (SOP) (Hunger dan Wheelen, 2007 : 18) merupakan sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktivitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan programprogram organisasi. Sedangkan Siswanto (2007 : 50) menjelaskan bahwa suatu prosedur
memberikan
seperangkat
petunjuk
detail
untuk
melaksanakan urutan tindakan yang sering atau biasa terjadi. Secara formal dapat dinyatakan bahwa sebuah prosedur merupakan suatu seri tugas-tugas yang berhubungan satu sama
32 lain yang merupakan bagian daripada urutan kronologis dari cara yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Urutan kronologis tugas-tugas tersebut merupakan ciri khas daripada sebuah prosedur. Oleh karena itu, sebuah prosedur menunjukkan bagaimana masing-masing tugas akan dilaksanakan, bila hal tersebut akan dilaksanakan dan siapa yang akan melaksanakannya (Terry, 2001 : 221).
3. Kemacetan a. Definisi Kemacetan Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak lambat (Tamin, 2000). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008), kemacetan berasal dari kata macet yang berarti tidak dapat berfungsi dengan baik; sendat; serat: rem mobilnya; terhenti; tidak lancar: pembongkaran saluran air menyebabkan lalu lintas; usahanya. Sementara itu, kemacetan /ke·ma·cet·an/dan hal (keadaan) macet : pawai itu mengakibatkan lalu lintas. Definisi lain menyatakan bahwa kemacetan merupakan masalah yang timbul akibat pertumbuhan dan kepadatan
33 penduduk sehingga arus kendaraan bergerak lambat. (Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang ditandai oleh kecepatan yang lambat, waktu perjalanan yang lebih panjang, dan meningkatnya antrian kendaraan.
b. Faktor-Faktor Penyebab Kemacetan Menurut Adler (dalam Adisasmita dan Adisasmita, 2011 : 67), faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas adalah : 1) Keadaan prasarana jalan raya pada umumnya kurang memuaskan yaitu sempit dan kualitasnya dibawah standar. 2) Jumlah kendaraan bermotor bertambah terus setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan yang sangat besar, tidak sebanding dengan jalan raya yang tersedia. 3) Banyaknya kendaraan yang berkecepatan lambat seperti dokar dan becak sering kali menimbulkan terjadinya kemacetan lalu lintas. 4) Kedisiplinan, kesopanan dan kesadaran berlalu lintas para pemakai jalan raya masih kurang sehingga kerap kali mengakibatkan kesemrawutan lalu lintas. 5) Sebagian pengaturan lalu lintas masih dirasakan belum mampu menjamin kelancaran arus lalu lintas.
Menurut Ukpata dan Anderson A. Etika (2012) dalam International Journal of Engineering and Technology Volume 2 No. 8, yaitu : “Other major causes of traffic congestion include: poor parking habits, poor road network, inadequate road capacity, lack of parking facilities, poor traffic
34 control/management, poor drainage, presence of heavy vehicles, poorly designed junctions/roundabouts and lack of efficient mass transport system.” (Penyebab utama dari kemacetan lalu lintas meliputi : parkir sembarangan, jaringan jalan yang buruk, kapasitas jalan yang tidak memadai, kurangnya fasilitas parkir, manajemen kontrol lalu lintas yang buruk, drainase yang buruk, adanya kendaraat berat, persimpangan/bundaran yang dirancang kurang baik dan kurangnya sistem transportasi massal yang efisien).
Selain itu, menurut Winarso (2010), faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas adalah : 1) Buruknya layanan transportasi umum yang ada, 2) Jumlah kendaraan bermotor yang sangat banyak akibat dari buruknya pelayanan angkutan umum, 3) Arus urbanisasi yang tidak bisa dibendung, 4) Infrastrukur jalan yang tidak memadai, 5) Fasilitas pendukung jalan kurang, 6) Kesadaran tertib lalu lintas yang sangat rendah, 7) Kebebasan melakukan kegiatan usaha oleh siapa saja dan di mana saja, dan 8) Penerapan sistem jalan bebas hambatan di jalan umum.
Menurut Ekawati, dkk (2014) dalam Jurnal Administrasi Publik (JAP) Volume 2 No. 1, mengatakan bahwa : “pada dasarnya faktor utama penyebab kemacetan adalah kapasitas jalan raya
yang
tidak
seimbang
dengan
peningkatan
jumlah
kendaraan”. Boediningsih (2011) dalam Jurnal Fakultas Hukum Volume XX No. 20 mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas, yaitu : a) Pengguna jalan tidak tertib, b) Pemakai jalan melawan arus,
35 c) Kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi/mengatur, d) Persimpangan jalan tidak dikendalikan dengan lampu lalu lintas, e) Terjadi konflik antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah belok, f) Adanya mobil yang parkir di badan jalan, g) Penyeberang jalan yang kurang tertib, h) Angkutan umum sering mangkal, menaikkan/menurunkan penumpang tidak pada tempatnya, i) Penyempitan jalan dan antrian di mulut persimpangan jalan, j) Rambu-rambu lalu lintas kurang jelas dan banyak yang hilang, k) Bahu jalan digunakan untuk parkir becak, l) Adanya pedagang kaki lima/pasar yang berjualan di badan jalan, m) Marka jalan tidak jelas, n) Angkutan barang (truk) melanggar klas jalan, o) Permukaan jalan tidak rata, p) Halte bus digunakan menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan, seharusnya hanya untuk menaikkan/menurunkan penumpang, q) Mungkin daerah rawan banjir yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kemacetan, r) Radius putar terlalu sempit, s) Tidak adanya rambu larangan berhenti dan parkir di lokasi persimpangan, t) Tidak ada tempat/jembatan penyeberangan, u) Lampu penerangan jalan umum banyak tertutup dedaunan, v) Rambu-rambu lalu lintas banyak yang hilang, w) Adanya crossing kendaraan yang berjalan lurus dengan kendaraan menuju gang-gang di kanan-kiri perlintasan kereta api, x) Jarak pandang dengan perlintasan sebidang kurang, y) Tidak ada pembatasan jenis kendaraan, z) Drainase kurang baik sehingga menimbulkan banjir.
c. Dampak Kemacetan Menurut Adisasmita dan Adisasmita (2011 : 88), terdapat beberapa kecenderungan penting dalam pelayanan transportasi perkotaan, yaitu :
36 (a) Aksesibilitas relatif buruk, (b) Kelancaran lalu lintas jalan masih kurang, (c) Tidak sebandingnya jumlah kendaraan bermotor dengan panjang jalan yang tersedia, dan (d) Rendahnya disiplin pengguna jalan.
Empat
kecenderungan
tersebut
telah
menyebabkan
terjadinya kemacetan lalu lintas perkotaan yang semakin serius yang merupakan tuntutan yang sangat mendesak untuk segera diatasi. Upaya untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas harus dilakukan secara cepat dan tepat, secara mantap dan bertahap dalam implementasinya. Menurut Adisasmita dan Adisasmita (2011 : 90-91), kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor menimbulkan dampak negatif dalam berbagai aspek, yaitu mengganggu kelancaran lalu lintas, waktu perjalanan menjadi lebih lama, konsumsi bahan bakar meningkat dan menimbulkan polusi udara. Kemacetan lalu lintas akan mengganggu kelancaran lalu lintas perkotaan, dampaknya waktu tempuh menjadi lebih lama, akibatnya sampai di tempat tujuan terlambat. Waktu perjalanan yang ditempuh menjadi lebih lama sehingga menimbulkan suasana tidak nyaman, melelahkan, dan mengurangi konsentrasi kerja. Hal ini akan mengurangi waktu produktif seseorang. Waktu perjalanan yang lama dan tidak mematikan mesin kendaraan menyebabkan meningkatnya konsumsi bahan bakar. Terdapat pilihan untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi,
37 yaitu beralih menggunakan kendaraan umum tetapi karena kondisi kendaraan umum perkotaan yang kurang memuaskan, banyak yang memilih tetap menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya anggaran yang dikeluarkan seseorang untuk pembelian bahan bakar. Kemacetan lalu lintas perkotaan akan menimbulkan polusi udara, terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar solar. Semakin banyak kendaraan bermotor yang berlalu lintas di jalan raya, akan semakin besar polusi udara yang ditimbulkan. Polusi udara mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia, berupa gangguan pernafasan seperti batuk, paru-paru, dan sebagainya. Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Ekawati, dkk (2014) dalam Jurnal Administrasi Publik (JAP) Volume 2 No. 1, bahwa : “Kemacetan lalu lintas memberi dampak terhadap masyarakat yang dapat dilihat dari segi waktu, biaya, dan lingkungan. Berdasarkan waktu, kemacetan menyebabkan waktu tempuh perjalanan lebih lama dan menjadi sering terlambat terutama saat masuk kerja atau berangkat sekolah. Dampak kemacetan berdasarkan biaya, menyebabkan boros bensin. Sedangkan dari segi lingkungan, kemacetan menimbulkan polusi udara meningkat dan berpengaruh pula terhadap lingkungan sosial, karena masyarakat merasa terganggu dengan suara kendaraan atau biasa disebut polusi suara”.
38 4. Implementasi Strategi Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Surakarta dalam Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas Dishubkominfo
Kota
Surakarta
merupakan
lembaga
pemerintahan yang berperan sebagai pihak yang berwenang dalam penyelenggara kegiatan lalu lintas, di mana salah satu visinya yaitu mewujudkan kelancaran lalu lintas. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan kelancaran lalu lintas, maka dibuat berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra). Salah satu program yang dibuat oleh Dishubkominfo Kota Surakarta adalah peningkatan dan pengamanan lalu lintas. Program ini muncul akibat adanya permasalahan kemacetan yang terjadi di Kota Surakarta. Program tersebut kemudian dilaksanakan dalam beberapa kegiatan diantaranya adalah menerapkan teknik push and pull, membangun dan meningkatkan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL), menerapkan parkir zoning dan progressing, mengurangi dan mengalihkan ruang-ruang parkir di beberapa tempat rawan kemacetan. Dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dishubkominfo Kota Surakarta tersebut diharapkan Kota Surakarta menjadi kota yang terbebas dari kemacetan.
39 C. Kerangka Berpikir Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Surakarta, aktivitas manusia terjadi suatu perubahan dalam lingkup kehidupan, perubahan tersebut ditandai dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan dan fasilitas yang tidak digunakan sebagaimana mestinya serta perilaku pengguna kendaraan yang kurang baik yaitu banyak pengguna kendaraan bermotor yang parkir sembarangan yang membuat lalu lintas semakin macet. Masalah kemacetan menjadi bagian dari beragam permasalahan kota yang saling berkaitan satu dengan lainnya, seperti dapat membuat inefisien waktu, biaya, dan tenaga yang terbuang sia-sia. Terjadinya kemacetan lalu lintas di Kota Surakarta merupakan salah satu permasalahan penting yang harus segera diatasi oleh Pemerintah Kota Surakarta. Maka dari itu, Dishubkominfo Kota Surakarta sebagai pihak yang berwenang dalam penyelenggara kegiatan lalu lintas telah membuat strategi untuk mengatasi kemacetan yang telah ditetapkan dalam Renstra yaitu dengan membuat program peningkatan dan pengamanan lalu lintas, kemudian strategi tersebut diimplementasikan. Untuk mengkaji bagaimana implementasi yang dilakukan oleh Dishubkominfo Kota Surakarta, peneliti mengacu pada pendapat dari Hunger dan Wheelen, di mana hal-hal yang perlu dilakukan dalam implementasi strategi yaitu menetapkan program, anggaran, dan prosedur. Setelah diimplementasikannya strategi tersebut
40 diharapkan Kota Surakarta menjadi kota yang terbebas dari kemacetan sehingga terciptanya kelancaran dan ketertiban lalu lintas. Maka, kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : GAMBAR 2.2 KERANGKA BERPIKIR -
-
Pertambahan jumlah kendaraan Luas jalan tidak bertambah dan fasilitas jalan tidak digunakan sebagaimana mestinya Parkir sembarangan
Kemacetan lalu lintas
Strategi Dishubkominfo Kota Surakarta dalam mengatasi kemacetan lalu lintas dengan membuat program peningkatan dan pengamanan lalu lintas
Implementasi strategi Dishubkominfo Kota Surakarta dalam mengatasi kemacetan lalu lintas dilihat dari : - Program - Anggaran - Prosedur
Terciptanya kelancaran dan ketertiban lalu lintas