BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian –
penelitian sebelumnya. Berikut ini diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung penelitian ini : 1) Sri Hermuningsih (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal terhadap nilai perusahaan public di Indonesia. Penelitian ini mengguji 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2006 – 2010. Penelitian ini memberikan beberapa temuan empiris. Pertama, variabel profitabilitas, growth opportunity dan struktur modal, berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini berarti, semakin besar profitabiliitas, semakin tinggi peluang pertumbuhan, dan semakin besar proporsi hutang dalam struktur pendanaan perusahaan, maka semakin besar pula nilai perusahaan tersebut. Kedua, variabel struktur modal merupakan variabel intervening bagi growth opportunity dan tidak bagi profitabilitas. Yang terakhir ini disebabkan karena profitabilitas memiliki pengaruh yang berlawanan dengan struktur modal. Ini berarti, struktur modal akan memperbesar pengaruh positif profitabilitas perusahaan terhadap nilai perusahaan tersebut.
8
9
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sri Hermuningsih (2013) adalah : a) Variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan b) Subjek yang digunkaan dalam penelitian menggunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sri Hermuningsih (2013) adalah : a) Variabel independen yang digunakan didalam penelitian Sri Hermuningsih (2013) profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini ratio likuiditas, ratio leverage, ratio solvabilitas, dan ratio profitabilitas sebagai variabel independen. b) Peneliti sebelumnya mengaplikasikan pendekatan Structural Equation Model (SEM), sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. 2) Arman M.S Hamka (2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel fundamental yang terdiri dari Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE) terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial, serta mengetahui dan menganalisis variabel dominan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan periode 2008 – 2011 di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu menjelaskan ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen melalui suatu pengujian hipotesis yang dilakukan. Populasi penelitian ini sebanyak 41
10
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk pengambilan sampel yang memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan, kemudian diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan. Berdasarkan populasi dan sampel tersebut maka dilakukan analisis regresi berganda. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukkan secara simultan EPS, PER dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan. Besarnya pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap harga saham adalah sebesar 93,3% sedangkan sisanya sebesar 6,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Sedangkan secara parsial, EPS, PER dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan pertambangan, karena EPS, PER dan ROE merupakan informasi penting bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen yaitu EPS, PER dan ROE secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Variabel EPS merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Arman M.S Hamka (2011) adalah: a) Variabel independen menggunakan rasio keuangan. b) Teknik analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Arman M.S Hamka (2011) adalah: a) Arman M.S Hamka menggunakan harga saham sebagai variabel dependennya
11
sedangkan penelitian ini menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. b) Subjek penelitian menggunakan perusahaan pertambangan, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sebagai subjek penelitian. 3) Meythi, Tan Kwang En, Linda Rusli (2011) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Current Ratio (CR), dan Earning Per Share (EPS), terhadap harga saham perusahaan manufkatur, serta menguji pengaruh kedua variabel secara bersama – sama terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar (listing) pada Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007. Jumlah populasi penelitian ini adalah 401 perusahaan. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive judgement sampling method. Hasil penelitian untuk menguji pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut: a. Secara parsial, likuiditas yang diukur dengan Current Ratio tidak berpengaruh b. signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Current Ratio dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Current Ratio memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan sehingga investor akan berusaha mengimbanginya dengan menggunakan informasi lain sebagai bahan untuk mendukung keputusannya. c. Secara parsial, profitabilitas yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Earnings Per Share (EPS) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
12
saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Earnings Per Share memiliki beberapa kelemahan. Selain itu, faktor resesi ekonomi Oktober 2008 pada keseluruhan mempengaruhi keputusan investor dalam pasar modal sehingga pengaruh rasio sebagai ukuran kinerja keuangan tidak signifikan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Meythi, Tan Kwang En, Linda Rusli (2011) adalah : a) Variabel dependen yang digunakan likuiditas dan profitabilitas. b) Subjek penelitian yang digunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Meythi, Tan Kwang En, Linda Rusli (2011) adalah : a) Variabel dependen yang digunakan peneliti sebelumnya adalah harga saham, sedangkan penelitian ini menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. b) Meythi, Tan Kwang En, Linda Rusli (2011) menggunakan variabel likuiditas, dan profitabilitas sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas,rasio solvabilitas, dan rasio leverage. 4) Sindu Priyo Wahyudi (2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh DER, EPS, PER, dan PBV terhadap Harga Saham baik secara simultan maupun parsial, serta mengetahui dan menganalisis variabel yang dominan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
13
Indonesia, dengan periode penelitian 2008 hingga 2011. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis linier berganda menunjukkan bahwa secara simultan DER, EPS, PER, PBV berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Besarnya pengaruh keempat variabel tersebut terhadap harga saham adalah 89% sedangkan sisanya sebesar 11% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan model regresi. Sedangkan, secara parsial DER, EPS, PER, dan PBV, hanya EPS dan PER yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Sedangkan DER dan PBV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.Variabel EPS merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sindu Priyo Wahyudi (2011) adalah: a) Variabel independen yang digunakan menggunakan rasio – rasio keuangan. b) Subjek penelitian yang digunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sindu Priyo Wahyudi (2011) adalah: a) Variabel dependen yang digunakan Sindu Priyo Wahyudi (2011) adalah harga saham, sedangkan penelitian ini menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. 2.2
Landasan Teori Dalam sub bab ini akan diuraikan teori – teori yang mendasari dan
mendukung penelitian diantaranya teori – teori yang ada kaitannya dengan topik penelitian, dimana penjelasannya secara sistematis mulai dari teori – teori yang
14
bersifat umum menuju teori khusus yang dapat mengantar penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran. 2.2.1
Signalling Theory Teori ini dikembangkan oleh Ross (1979) , dimana ia berusaha untuk
mengeksploitasi
struktur
modal
perusahaan
dengan
menjadikan
adanya
asymmetric information sebagai landasan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Dengan demikian, Signaling Theory didasari oleh adanya asymmetric information antara manajer dengan investor (shareholder). Karena adanya asymmetric information dari waktu ke waktu, maka perusahaan harus menjaga kapasitas cadangan pinjamannya. Teori ini juga menyatakan bahwa manajer adalah pihak yang memiliki informasi yang lengkap mengenai perusahaan dan informasi tersebut akan dikomunikasikan kepada investor yang ada dalam perusahaannya. Dengan meningkatnya hutang pada perusahaan, perusahaan tersebut dapat dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan adanya prospek perusahaan di masa mendatang. Selanjutnya investor diharapkan akan menangkap signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Menurut Brigham dan Houston (2006:40) signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor mengenai cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
2.2.2
Pengertian Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap
15
perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan atau jasa untuk dijual (Salvatore, 2005). Perusahaan ada karena akan menjadi sangat tidak efisien dan mahal bagi pengusaha untuk masuk dan membuat kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah. Sebaliknya, pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang besar dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Perusahaan ada karena untuk menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan menginternalisasi berbagai transaksi, perusahaan juga dapat menghemat pajak penjualan dan menghindari control harga dan peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan. Nilai
perusahaan
merupakan
persepsi
investor
terhadap
tingkat
keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang. Harga saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (clossing
16
price), dan merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Nilai perusahaan dapat diukur dengan price to book value (PBV) dan Tobin’s Q , yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham (Brigham dan Gapenski, 2006). Indikator lain yang terkait adalah nilai buku per saham atau book value per share, yakni perbandingan antara modal (common equity) dengan jumlah saham yang beredar (shares outstanding) (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Dalam hal ini, PBV dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham. PBV yang tinggi akan meningkatkan
kepercayaan
pasar
terhadap
prospek
perusahaan
dan
mengindikasikan kemakmuran pemegang saham yang tinggi (Soliha dan Taswan, 2002).
2.2.3
Pengertian Saham Instrumen atau yang biasa disebut dengan surat - surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia merupakan instrumen dengan jangka waktu yang panjang, yaitu lebih dari satu tahun. Secara umum, instrumen utama pasar modal dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu saham, obligasi, dan reksa dana. Instrumen lain dalam pasar modal adalah waran dan sertifikat right. 2.2.4
Pengertian Harga Saham Pengertian harga saham secara umum adalah harga dari suatu saham yang
ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud. Harga saham yang
17
berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga saham yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan. Pengertian harga saham menurut H.M Jogiyanto (2000:8) Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal. 2.2.5
Rasio keuangan Rasio keuangan merupakan suatu proses membedah – bedah laporan
keuangan kedalam komponennya (Dwi Prastowo, 2011:60). Penelahaan mendalam masing – masing komponen dan hubungan diantara komponen – komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri. Analisa laporan keuangan pada hakikatnya bertujuan untuk memberikan dasar pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang (Dwi Prastowo, 2011:60).
Rasio
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
perimbangan
(mathematical Relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio maka akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard (Munawir, 2004:64). 2.2.6
Rasio Likuiditas Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut
18
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek (Dwi Prastowo, 2011:83). Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan. Rasio likuiditas merupakan suatu cara untuk menguji tingkat proteksi yang diperoleh pemberi pinjaman berpusat pada kredit jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi. Hal ini mencakup aktiva likuid perusahaan, yaitu aktiva lancar yang dapat segera dikonversikan menjadi kas, dengan asumsi aktiva – aktiva ini dapat menjadi pelindung dalam menghadapi kegagalan. Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut : 1.
Rasio lancar (Current Ratio) Rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko hutang yang
disajikan dalam neraca adalah rasio lancar (current ratio). Rasio ini menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan. Current ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current ratio = 2.
Acid Test Ratio Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih teliti ditemukan pada angka rasio
yang disebut acid test ratio atau quick ratio. Pada rasio ini, pos persediaan dan persekot biaya dikeluarkan dari total aktiva lancar, dan hanya menyisakan pos – pos aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancar. Quick ratio dihitung dengan formula sebagai berikut :
19
Quick ratio (QR) = Acid test atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaanya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu.
3.
Rasio Perputaran Piutang ( account receivable turnover ) Rasio perputaran piutang biasanya digunakan dalam hubungan dengan
analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan
lamanya
suatu
piutang
bisa
ditagih
(jangka
waktu
pelunasan/penagihan hutang). Rasio perputaran ini piutang dan jumlah hari piutang ini dihitung dengan cara sebagai berikut: Perputaran piutang =
Jumlah hari piutang =
4.
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan
telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama tahun tertentu. Rasio perputaran persediaan dan jumlah hari persediaan ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
20
Perputaran persediaan =
Jumlah hari persediaan =
2.2.7
Rasio Solvabilitas ( Struktur Modal ) Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. 1.
Rasio Debt to Equity Ratio Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio
yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi Dian Rosalina (2010:16). Debt to Equity Ratio = 2.
Rasio Time Interest Earned Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan
proteksi kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga, digunakan rasio time interest earned, dengan cara perhitungan sebagai berikut : Time interest earned : 3.
Rasio Fixed Charges Coverage
21
Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan membayar beban tetap total, termasuk biaya sewa. Rasio ini memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang, tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang (dept capacity) perusahaan. Fixed charges coverage = 2.2.8
Rasio Leverage Rasio leverage mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
dengan hutang. Rasio ini mengacu kepada kondisi yang menguntungkan karena memiliki unsur biaya yang stabil yang menunjang suatu tingkat volume yang tinggi. Pengaruh positif dan negatif dari rasio ini meningkat berdasarkan proporsi hutang dalam suatu perusahaan. 1.
Total Debt To Equity Ratio Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu upaya untuk memperlihatkan proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikian, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang. Total Debt To Equity Ratio = 2.
x 100%
Total Debt To Assets Ratio Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana
yang dibelanjai oleh hutang atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.
22
Total debt to assets ratio = 3.
x 100%
Rasio Debt To Capitalization Versi analisis proporsi hutang yang lebih mendalam melibatkan rasio
hutang jangka panjang terhadap kapitalisasi (modal yang diinvestasikan) (Erich A Helfret 1996:97). Kapitalisasi didefinisikan sebagai jumlah klaim jangka panjang terhadap perusahaan, baik hutang maupun ekuitas pemilik, tetapi tidak termasuk kewajiban (lancar) jangka pendek. Long Term Debt To Equity Ratio =
2.2.9
x 100%
Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing – masing pengukuran dihubungkan dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Syamsuddin , 2007:59). Rasio profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 1.
Profit Margin Profit
margin
menghitung sejauh
mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common size untuk laporan laba rugi. Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya – biaya di perusahaan pada periode tertentu.
23
Profit margin = 2.
Return On Investment (ROI) Return on investment merupakan terminologi yang luas dari rasio yang
digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk hasil laba tersebut. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (Dwi Prastowo, 2011:90) . Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rasio ini dibagi menjadi dua, yaitu return on total assets (ROA) dan return on equity (ROE). 3.
Return on Total Assets (ROA) Return on Total Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. ROA = 4.
Return On Common Stockholder’s Equity (ROE) Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
24
ROE =
2.2.10 Tobin’s Q Tobin’s Q atau biasa juga disebut Q ratio atau Q Teori diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin pada tahun 1969. James Tobin adalah ekonom Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi dengan mengajukan hipotesis bahwa nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya penggantian
aktiva
perusahaan
tersebut
sehingga
menciptakan
keadaan
ekuilibrium. Tobin’s Q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin’s Q model mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Nilai Tobin’s Q perusahaan yang rendah (antara 0 dan
1)
mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai Tobin’s Q suatu perusahaan tinggi (lebih dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa aktiva
perusahaan
yang tidak terukur atau tercatat. Tobin’s Q adalah
perbandingan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai buku total aktiva. Tobin’s Q dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Q=
25
Keterangan : Q
= Nilai perusahaan
CP
= Closing Price
TL
= Total Liabilities
I
= Inventory
CA
= Current Asset
TA
= Total Asset
2.2.11 Hubungan Rasio Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian mengenai pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan telah diteliti
oleh
Siregar
(2010)
dengan
obyek
peneltian
perusahaan
manufaktur periode 2006-2008. Menggunakan teknik purposive sampling sampel yang diperoleh 61 perusahaan. Hasil penelitian menemukan secara parsial dan simultan likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin melalui harga sahamnya. Dalam penelitian di interpretasikan nilai koefisien likuiditas adalah negatif yang artinya semakin tinggi likuiditas semakin rendah nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham. Hal tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi dan persepsi subjektif dari investor.
2.2.12 Hubungan Rasio Solvabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Rasio solvabilitas atau yang disebut struktur modal adalah kombinasi dari berbagai sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan dan menggambarkan biaya modal yang menjadi beban perusahaan. Pengukuran ini
26
mengacu penelitian Sudarma (2003). Dalam menjalankan kegiatan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Sumber dana suatu perusahaan dapat di lihat dari sisi pasiva dari neraca perusahaan. Sedangkan penggunaan dana dapat di lihat dari dari sisi aktiva dari neraca perusahaan. Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin tercapainya stabilitas finansial perusahaan. Memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap – tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam setiap perusahaan harus berorientasi kepada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya
kelangsungan
hidup
perusahaan.
Dengan
demikian
apabila
perusahaan tersebut tidak dapat melunasi kewajiban jangka panjangnya, maka kreditur dapat memaksa perusahaan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu kegagalan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya dapat membuat pemilik perusahaan kehilangan kontrol untuk mengendalikan perusahaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh temponya sehingga nilai perusahaan dapat berkurang.
2.2.13 Hubungan Rasio Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian
mengenai
pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan
27
telah diteliti oleh Jhohor (2009) meneliti pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dengan hasil penelitian secara parsial variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi secara simultan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian Jhojor (2009), Hartini (2010) menemukan leverage secara parsial dan simultan memiliki pengaruh
terhadap harga saham dengan meyimpulkan investor tidak melihat
perusahaan dari faktor leverage-nya. Hasil penelitian serupa dengan Hartini (2010) dengan menggunakan uji F dan t menunjukkan bahwa leverage secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.2.14 Hubungan Rasio Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing – masing pengukuran dihubungkan dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Syamsuddin, 2007:59). Profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur modal, dimana keuntungan yang diperoleh perusahaan sebagian dapat ditanamkan kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal sendiri . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin kecil profitabilitas perusahaan, semakin kecil pula nilai perusahaan.
2.3
Kerangka Pemikiran Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:
28
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI INDONESIA
rasio likuiditas (X1) rasio solvabilitas (X2)
nilai perusahaan
rasio leverage
(Y1)
(X3) rasio profitabilitas (X4)
Penjelasan : Berdasarkan penilitian terdahulu, bahwa untuk mengetahui dengan tepat bagaimana mengetahui dan mengukur pengaruh rasio keuangan terhadap nilai perusahaan dapat dilakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan tersebut diperlukan suatu tolak ukur, tolak ukur yang sering digunakan adalah berbentuk rasio atau indeks. Rasio keuangan merupakan suatu tolak ukur yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis laporan keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi dan lainnya dapat memberikan gambaran perusahaan saat ini.
29
Analisa laporan keuangan meliputi dua jenis perbandingan, pertama dengan membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Kedua, perbandingan meliputi satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama . perbandingan tersebut dapat mengetahui gambaran perusahaan , apakah mengalami kenaikan atau penurunan kinerja. Kerangkan pemikiran ini menjelaskan apakah ada pengaruh rasio keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan, dengan membandingkan datadata keuangan ditahun sebelumnya dan dari perusahaan lain.
2.4
Hipotesis Penelitian Dari uraian tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Serta landasan teori di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1
= terdapat pengaruh rasio likuiditas terhadap nilai perusahaan
H2
= terdapat pengaruh rasio solvabilitas terhadap nilai perusahaan
H3
= terdapat pengaruh rasio leverage terhadap nilai perusahaan
H4
= terdapat pengaruh rasio profitabilitas terhadap nilai perusahaan