BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perpustakaan Perguruan Tinggi Pengertian perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang
berada di lingkungan Perguruan Tinggi atau Sekolah Tinggi, Akademi atau Sekolah Tinggi lainnya yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu Perpustakaan Perguruan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Untuk melaksanakan tugasnya itu, Perpustakaan Perguruan Tinggi, memilih, mengolah, mengoleksi, merawat, koleksi yang dimiliki kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Menurut Sulistyo, Basuki (1991), Perpustakaan adalah sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual. Sedangkan menurut Soejono Trimo dalam Prastowo (2012 : 302), bahwa gedung perpustakaan atau ruang perpustakaan sedikitnya memberikan lima persen dalam berhasil atau tidaknya pemberian jasa-jasa perpustakaan kepada masyarakat. Siregar (2008), mengatakan bahwa untuk menghasilkan gedung
perpustakaan yang dapat menjadi tempat kerja yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan pengunjung, maka gedung atau ruangan perpustakaan haruslah direncanakan secara baik agar dapat menampung segala kegiatan dalam pelaksanaan fungsi perpustakaan sesuai dengan jenis layanannya, terbuka (open access) atau tertutup (closed access). 2.1.1
Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan
misinya, Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki tujuan, menurut SulistyoBasuki (1993: 52) tujuan perguruan tinggi antara lain: 1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa 2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar. 3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan. 4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai. Berdasarkan pendapat diatas terdapat 4 (empat) tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi yaitu memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, menyediakan bahan pustaka, menyediakan ruang belajar, dan menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna.
2.1.2
Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Agar tujuan perpustakaan dapat terlaksana, perpustakaan perguruan
tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (2004 : 3) adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pemblajaran. 2. Fungsi Informasi Perpustakaan adalah sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi. 3. Fungsi Rekreasi yaitu perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan data inovasi pengguna perpustakaan. 4. Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Sesuai dengan pendapat diatas, terdapat 4 (empat) fungsi fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi yaitu fungsi Edukasi, Fungsi Informasi, Fungsi Rekreasi, dan Fungsi Interpretasi.
2.2
Tata Ruang Perpustakaan
Tata berarti peraturan, atau penyusunan. Sedangkan gedung atau ruangan perpustakaan adalah bangunan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi seluruh aktivitas sebuah perpustakaan. Segala sesuatu yang berada dalam ruangan yang dibuat dan diatur sebagai wadah dalam suatu kegiatan dalam melakukan kegiatan adalah arti dari tata ruang. Sedangkan tata ruang perpustakaan adalah usaha untuk mengatur dan menyusun ruangan perpustakaan dengan sedemikian rupa sehingga dapat tercipta suasana yang indah, rapi, bersih, aman dan nyaman bagi pengguna maupun pustakawan” (UU No. 24 Th.1992). Bentuk tata ruang yang paling efektif adalah bentuk bujur sangkar, karena paling mudah dalam pengaturan perabot terutama bila rak buku yang dimiliki banyak dan lalu lintas ramai. Bentuk ini juga paling mudah dan dalam pengaturan pencahayaan/penerangan. Merencanakan tata ruang harus didasari dengan hubungan antar ruang yang dipandang dari segi efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan dan pengawasan. Penempatan fasilitas atau perabotan perpustakaan diletakkan sesuai dengan fungsi dan berdasarkan pembagian ruang di perpustakaan diantaranya : 1. Lobi, dapat ditempatkan perabotan berupa lemari penitipan barang, papan pengumuman, dan pameran, kursi tamu, meja dan kursi petugas. 2. Ruang Peminjaman dapat diletakan meja dan kursi sirkulasi, lemari arsip, laci-laci kartu pengguna, jika sudah otomasi komputer, barcode reader dan kursi petugas.
3. Ruang Koleksi buku sebagai tempat rak buku baik dari satu sisi atau dua sisi, tangga beroda. 4. Ruang Baca yang terdiri dari, meja kursi baca kelompok, perorangan, dan meja kamus. 5. Ruang Administrasi yang didalmnya terdapat meja kursi petugas, lemari arisip, meja ketik, komputer, pesawat telefon, lemari buku dan sebagainya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tata ruang perpustakaan adalah pengaturan dan penyusunan ruangan dengan sedemikian rupa agar terciptanya kondisi ruangan yang kondusif.
2.2.1
Penempatan Rak Buku Untuk
menempatkan
rak-rak
buku
dalam
ruang
perpustakaan,
pustakawan harus memperhatikan luas ruang, banyak furniture, letak jendela, dan pintu serta tinggi plafon ruangan tersebut. Untuk mendapatkan hasil optimal pada ruang yang terbatas maka harus diperhatikan furniture, pintu, dan jendela. Posisi meja dan kursi untuk membaca bagi pengunjung diletakkan pada bagian dinding yang terpendek, agar ruangan terlihat seimbang dan selaras. Pintu diletakkan di sudut ruangan sehingga pandangan lebih terarah dan jelas kedalam ruangan. Jendela diletakkan antara ruang koleksi buku dan ruang informasi (didepannya), jendela kaca ini memisahkan ruang, memberi kesan menyatu dan pengolahan perpustakaan lebih mudah untuk mengontrol dan mengawasi.
1. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan menjadi salah satu unsur utama dalam menciptakan suasana nyaman dalam ruangan. Sumber pencahayaan dapat berasal dari sumber cahaya alami. Misalnya matahari, sinar bulan, sinar api. Sedangkan sumber pencahayaan buatan misalnya lampu. Sumber pencahayaan ini menimbulkan efek-efek dan memberi pengaruh sangat luas kepada pembaca perpustakaan atau penghuni ruangan tersebut. Menurut Suptandar (1999 : 217), terang suatu penerangan ditentukan oleh faktor-faktor :
1. Kondisi ruangan (tertutup atau tidak) 2. Letak penempatan lampu 3. Jenis dan daya lampu 4. Jenis permukaan benda-benda dalam ruang (memantulkan atau menyerap) 5. Warna-warna dinding (gelap atau terang) 6. Udara dalam ruang (asap rokok dan sebaginya) 7. Pola diagram dari tiap lampu
Sumber pencahayaan dari matahari biasanya melaui atap/vide, jendela, genting kaca dan sebagainya. Cahaya dari sumber alam ini sangat baik untuk kesehatan. Sedangkan pencahayaan buatan dalam perancangan ruang dapat bersumber dari lampu atau permainan bidang kaca. Pada umumnya
suasana
gelap
dalam
ruang
perpustakaan
kurang
memberikan suasana nyaman. Suasana gelap dapat memberikan dampak sebagai berikut :
1. Rasa takut 2. Rasa tidak jelas 3. Menyeramkan
Tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan rasa ketakutan, tergantung faktor pengalaman dan kebiasaan. Terbatasnya cahaya penerangan sebuah ruang memberi persepsi menyeramkan pada ruang tersebut. Suasana gelap dan terang ini dapat menghasilkan suatu nilai dan kesan menarik atau tidak menarik pada sebuah ruang perpustakaan. Menurut Hakim (2004 : 174), untuk mendapatkan cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat menjadi 3 bagian :
1. Sumber cahaya diatas mata manusia 2. Sumber cahaya setinggi mata manusia 3. Sumber cahaya dibawah mata manusia
Sedangkan Dilihat dari segi arah sumber cahaya, dapat pula dikategorikan menjadi 3 bagian :
1. Arah cahaya tegak lurus kebawah 2. Arah cahaya tegak lurus 3. Arah cahaya membentuk sudut
Cahaya yang dipantulakan oleh lampu dari arah atas kepala akan lebih baik untuk kegiatan membaca. Karena sinar lampu tidak menimbulkan bayangan manusia yang jatuh ke permukaan meja ketika orang sedang membaca.
2. Sirkulasi Udara Tidak adanya pertukaran udara, antara udara luar dengan udara di dalam ruangan menyebabkan ruangan terasa pengap. Sebagai antisipasi dari kepengapan tersebut digunakannya alat pendingin udara atau AC (Air Conditioner).
3. Ruang Baca Ruang baca tidak sekedar dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan fisik dan kebutuhan visual saja, melainkan disesuaikan dengan fungsi yang mendukung ruang tersebut. Secara fisik, semua orang membutuhkan besar ruangan tertentu untuk merasa aman dan nyaman dalam membaca. Jumlah dan bentuk ruang ini bervariasi, tergantung pada luas ruang perpustakaan, aktivitas dan pengguna.
Area membaca merupakan area penting karena disinilah pengguna menghabiskan sebagian besar waktunya saat mengakses informasi di perpustakaan.
1. Area membaca individu ditujukaan untuk pembaca serius yang memang bertujuan untuk memplajari sesuatu atau penggunaan
koleksi perpustkaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Area ini dilengkapi dengan perabot meja dan kursi yang tersusun untuk mendukung keegiatan membaca secara individu. 2. Area membaca berkelompok memungkinkan pembaca juga melakukan diskusi, sehingga dapat disediakan perabot meja dan kursi untuk duduk saling berhadapan. 3. Area membaca santai disediakan untuk kegiatan membaca yang semata-mata bertujuan untuk rekreasi dan kesenangan. Pada dasarnya selain menggunakan meja dan kursi yang tersedia, pengguna perpustakaan dapat membaca dimanapun dalam area perpustakaan. Untuk itu dapat disediakan ruang-ruang kosong di antara area koleksi yang memungkinkan pengguna membaca dengan santai dilantai. Untuk mendukung kenyamanan dapat disediakan sofa, karpet, serta bantal bantal atau beanbeg tempat pengguna dapat bersantai saat membaca.
Dalam penyusunan area membaca perlu dipertimbangkan pemisah antara area membaca individu untuk pengguna yang menginginkan ketenangan dengan area membaca berkelompok atau area diskusi yang cenderung untuk lebih ramai. Pada perpustakaan yang cukup besar sebaiknya diadakan area tersendiri untuk diskusi. Untuk penataan area koleksi dan area membaca untuk remaja, umumnya harus memberikan suasana santai tapi serius. Sehingga area ini dapat dilengkapi dengan bagian untuk membaca santai namun dengan penataan yang tidak
terkesan kekanak-kanakan, tapi juga dilengkapi area membaca serius yang juga dibutuhkan sebagian pengunjung remaja. Area ini dapat dilengkapi dengan warna dan display yang sesuai dengan jiwa remaja.
4. Area Multimedia/Audiovisual Perkembangan teknologi saat ini menjadikan setiap perpustakaan perlu menyediakan koleksi dan ruang yang memadai agar pengunjung dapat
memanfaatkan koleksi audiovisual, akses internet
dan
perpustakaan digital. Pada area multimedia dapat disediakan sejumlah komputer dan peralatan pandang dengan lain seperti tape, video/DVD Player, dan televisi. Area ini umumnya ditempatkan dalam satu kelompok tersendiri yang terpisah dari area lain.
Pada perpustakaan yang memiliki perlengkapan elektronik cukup banyak maka dapat disediakan area khusus untuk tiap perlengkapan elektronik (misalnya area komputer, area tape recorder, area tv/audio) yang dapat diakses kapan saja oleh pengguna. Sedangkan pada perpustakaan dengan peralatan tebatas umumnya tape, video dan TV disimpan dan dikunci oleh petuugas perpustakaan dan hanya digunakan
pada
waktu
tertentu.
Area
multimedia/audiovisual
dilengkapi dengan perabot meja dan kursi sesuai dengan jumlah peralatan yang tersedia.
5. Area Kerja Petugas
Area kerja petugas merupakan area yang dilengkapi dengan perabot dan fasilitas yang mendukung petugas melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien. Kegiatan petugas terdiri dari pelayanan (informasi, sirkulasi), pengolahan koleksi perpustakaan (inventaris, katalogisasi, klasifikasi, penyeleksian fisik dan pengaturan koleksi), pemeliharaan koleksi (reproduksi, penjilidan kembali, laminasi atau penyampulan koleksi serta penyiangan) serta pekerjaan pengolahan umum (administrasi, keuangan).
Pada perpustakaan yang kecil, hanya diperlukan satu area untuk seluruh kegiatan pelayanan, sekaligus sebagai pusat informasi pengguna dan pusat pengawasan seluruh kegiatan perpustakaan. Sebaiknya area pelayanan ditempatkan di dekat pintu masuk sehingga memungkinkan petugas mengawasi keluar masuk pengguna dan kegiatan di seluruh perpustakaan. Pada perpustakaan yang besar, perlu disediakan area yang berkaitan dengan pelayanan pengguna (seperti meja informasi, meja sirkulasi) yang harus mudah diakses oleh pengguna, serta area kerja yang tidak berhubungan langsung dengan pengguna (ruang kerja, ruang pengolahan koleksi) yang dapat ditempatkan lebih tersembunyi.
Area pelayanan dilengkapi dengan perabot yang terdiri atas : 1. Meja dan kursi pelayanan yang digunakan petugas untuk berinterkasi dan memberikan layanan kepada pengguna.
2. Meja dan kursi kerja yang digunakan petugas untuk melakukan kegiatan pekerjaan orang lain, seperti kegiatan administrasi, pengolahan koleksi. 3. Perabot penyimpanan untuk menyimpan peralatan adminsitrasi perpustakaan, menyimpan koleksi yang baru datang dan belum diolah, menyimpan koleksi majalah dan koran yang akan dijilid, menyimpan koleksi yang rusak dan perlu diperbaiki, serta menyimpan peralatan lain untuk pengolahan koleksi (seperti sampul buku, persediaan kantong buku, kartu buku dan label). Sebaiknya perabot penyimpanan berupa lemari tertutup karena umumnya barang-barang yang disimpan cendrung untuk berantakan. 4. Perabot untuk katalog, baik berupa lemari katalog atau berupa terminal komputer yang dapat digunakan pengunjung untuk mencari koleksi perpustakaan. Baik lemari katalog ataupun lemari komputer diletakkan di dekat tempat masuk perpustakaan sehingga pengunjung yang baru masuk ruang perpustakaan dapat segera mengakses katalog perpustakaan.
5. Area Penunjang Untuk mendukung kelancaran kegiatan, khususnya pada perpustakaan yang cukup besar perlu disediakan berbagai area penunjang, seperti WC dan gudang.
6. Area koleksi Dalam penataan ruang untuk sistem layanan terbuka, koleksi perpustakaan dapat dikelompokkan tersendiri terpisah dari area membaca, ataupun terintegrasi dengan area membaca. Bila koleksi perpustakaan ditempatkan menyebar diantara area membaca, perlu diperhatikan penempatan perabot agar sirkulasi pengguna
yang
memilih dan mengambil
koleksi tidak
mengganggu pengguna yang sedang membaca. Area koleksi cetak juga dapat dikelompokkan menjadi area koleksi buku yang dapat dipinjam, area referensi yang tidak dapat dipinjam, area majalah dan area koleksi referensi dalam bentuk lain. Selain itu perlu adanya kejelasan antara koleksi yang ditunjukan untuk anak-anak, remaja, dan dewasa.
Area koleksi dilengkapi dengan perabot yang memadai untuk menempatkan koleksi perpustakaan yang memiliki beragam bentuk. Rak buku umumnya digunakan untuk menempatkan koleksi cetak berupa buku. Rak buku diletakkan berjajar diruang perpustakaan.
Penyusunan
rak
harus
mempertimbangkan
klasifikasi koleksi, sehingga memudahkan pengguna untuk mencari koleksi yang dibutuhkannya. Selain itu harus terpenuhi jarak minimum 1 meter antara rak yang berhadapan untuk memudahkan lalu lalang pengguna dalam mencari koleksi perpustakaan.
Rak display digunakan untuk menempatkan sebagian buku-buku agar lebih terlihat oleh pengunjung, misalnya buku-buku baru, buku-buku pilihan bulan ini, atau buku-buku dengan tema tertentu yang sedang di promosikan perpustakaan. Demikian pula koleksi majalah terbaru unumnya diletakkan pada rak display. Perabot yang lain yang sering digunakan untuk menempatkan koleksi anatara lain adalah kotak/box untuk buku anak-anak, buku berukuran khusus dan peta, carousel untuk berkas-berkas lepas seperti brosur dan pamflet, serta lemari untuk menyimpan koleksi khusus seperti buku langka dan koleksi audio visual.
2.3
Gedung (tempat) atau ruangan Gedung perpustakaan merupakan sarana yang amat penting dalam
penyelenggaraan perpustakaan. Dalam gedung itulah segala aktivitas dari program perpustakaan dirancang dan diselenggarakan. Pembangunan gedung perpustakaan perlu memperhatikan faktor-faktor fungsional dari kegiatan perpustakaan. Memang secara umum gedung perpustakaan dengan gedung lainnya, yang membedakan adalah gedung perpustakaan adalah sarana yang berfungsi sebagai fasilitas layanan, untuk itu maka gedung perpustakaan harus memperhatikan kemudahan arus pergerakan manusia sebagai pemustaka (user) perpustakaan. Menurut Darmono (2001 : 191-192) Dalam pembuatannya, perancangan gedung ini harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Perkembangan perpustakaan yang cepat menuntut pemikiran yang cermat atas daya tampung dan kemungkinan perluasan gedung perpustakan untuk masa kini maupun apa yang diproyeksikan dimasa depan. Bahan pustaka yang sudah dibeli dan diputuskan untuk menjadi koleksi perpustakaan perlu di pelihara terus sampai ada keputusan untuk dikeluarkan kembali. Masa pakai koleksi perpustakaan di Indonesia, pada umumnya sangat panjang, bahkan tidak jarang perpustakaan memutuskan untuk tetap memelihara dan merawat bahan pustaka menjadi koleksi perpustakaan meski usianya sudah puluhan atau ratusan tahun. 2. Untuk membuat suatu gedung perpustakaan diperlukan pengetahuan yang cukup tentang segala aspek yang merupakan ciri khas gedung perpustakaan yang bersangkutan, baik aktivitas yang harus dijalankan maupun segi-segi teknologi yang telah masuk dalam dunia perpustakaan. 3. Gedung/ Luasan ruang Jumlah Mahasiswa
Luas Ruangan (m2)
>1.000
200
1.000 – 2.500
500
2.501 – 5.000
1000
5.001 – 7.500
1.500
7.501 – 10.000
2.000
10.001 – 20.000
4.000
4. Ruang Komposisi Ruang perpustakaan meliputi : 1. Area koleksi 45%
2. Area membaca 25% 3. Area pengolahan atau sirkulasi 10% 4. Area lain/toilet, gudang, lobi 20% 2.3.1
Fasilitas Dan Perlengkapan Perpustakaan Fasilitas perpustakaan
adalah perlengkapan fisik yang diperlukan di
dalam ruang perpustakaan untuk menunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan adalah perangkat atau benda yang digunakan sebagai daya dukung pekerjaan administrasi dan pelayanan seperti mesin fotokopi, komputer, LCD proyektor, VCD player, pesawat telepon, pengaman bahan pustaka, mesin potong, dan lain-lain (Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004). Sementara itu, Sulistyo-Basuki (1992) mengatakan bahwa: “perabot perpustakaan (furniture) merupakan perlengkapan dan fasilitas yang berada di setiap unit jasa informasi di perpustakaan, dan istilah tersebut disebut dengan premis, yaitu lokasi atau tempat unit informasi berkedudukan.Unit informasi di perpustakaan terdiri dari ruang umum, ruang kerja, dan ruang simpan (bukan berarti gudang).” Dalam pengaturan ke tiga unit informasi tersebut harus memperhatikan ruang gerak antara unit yang satu dengan yang lain sehingga para staf lebih leluasa berkomunikasi. Secara detail beberapa perlengkapan perpustakaan terdiri dari:
1 Perlengkapan simpan, digunakan untuk menyimpan dokumen/koleksi dan kartu (anggota dan katalog) perpustakaan. 2 Peralatan simpan dan temu kembali informasi, merupakan perlengkapan untuk olah data elektronis, gawai semi mekanis, dan sistem mikrobentuk. 3 Peralatan dokumen audio-visual, yang terdiri dari meja pengamat (viewing tables), pemirsa (viewers), proyektor slide dan film dari berbagai ukuran, video recorders, tape-recorders, dan record player. 4 Perlengkapan telekomunikasi, terdiri dari telepon (witchboards) eksternal dan internal, mesin penjawab telepon otomatis, faksimile, teleprinter, dan peralata lain seperti sistem transmisi data, internet, televisi, dan satelit komunikasi. 5 Peralatan reprografi, digunakan untuk reproduksi dokumen seperti mesin fotokopi, printer, scan, dan alat mikrokopi. Perabot dan perlengkapan di atas ditujukan untuk memudahkan petugas dan pemakai dalam hal akses dan pemanfaatan layanan informasi perpustakaan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulakan bahwa fasilitas dan perlengkapan perpustakaan adalah segala hal yang diperlukan untuk menunjang segala aktivitas yang dilaksanakan dalam perpustakaan.
2.3.2
Perancangan Ruang Perpustakaan Perancangan gedung dan ruang perpustakaan yang baik akan
menghasilkan tempat kerja yang efisien, nyaman, dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan pemustaka. Siregar (2008), mengatakan bahwa untuk
menghasilkan gedung perpustakaan yang dapat menjadi tempat kerja yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan pengunjung, maka gedung atau ruangan perpustakaan haruslah direncanakan secara baik agar dapat menampung segala kegiatan dalam pelaksanaan fungsi perpustakaan sesuai dengan jenis layanannya, terbuka (open access) atau tertutup (closed access). Apabila perpustakaan menganut sistem tertutup, maka alokasinya adalah 45% untuk koleksi, 25% untuk pengguna, 20% untuk staf, dan 10% untuk keperluan lain. Apabila sistem terbuka, maka alokasinya diatur dengan pembagian 70% untuk koleksi dan pengguna, 20% untuk staf, dan 10% untuk keperluan lain (Depdikbud, 1994).
Selain itu, dalam merancang ruang perpustakaan perlu diperhatikan dalam penataan ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi yang dapat dipilih dengan sistem tata sekat, tata parak, dan tata baur (Lasa, 2005).
1 Sistem Tata Sekat yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Sistem ini, tidak memperkanan pengunjung untuk masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan melayaninya. 2 Sistem Tata Parak yaitu sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Sistem ini, memungkinkan pengunjung untuk mengambil koleksi sendiri, kemudian dicatat dan dibaca di ruang lain.
3 Sistem Tata Baur yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan koleksi sendiri.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan penggunaan Sistem Tata Sekat, Tata Parak, dan Tata Baur tentunya sangat penting dalam penataan tata ruang. Penatan perpustakaan akan lebih baik lagi jika memperhitungkan sistem tersebut sebagai acuan didalamnya.
2.3.3
Aspek penataan ruangan Agar menghasilkan penataan ruangan perpustakaan yang optimal serta
dapat menunjang kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa menurut Suwarno (2011 : 45), sebaiknya pustakawan perlu memperhatikan halhal sebagai berikut;
1 Aspek Fungsional Artinya penataan ruangan harus mampu mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik dari petugas maupun pemustaka. Penataan yang fungsional dapat tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan yang fungsional dan arus barang (bahan pustaka) dan peralatan lainnya serta arus dan pergerakan pemustaka agar dapat mengalir dengan lancar. Antar ruangan saling mendukung sehingga betul-betul tercipta fungsi penataan ruangan secara optimal
2 Aspek Psikologis Pemustaka
Artinya penataan ruangan bisa mempengaruhi aspek psikologis pemustaka. Dilihat dari aspek ini tujuan penataan ruangan adalah agas pemustaka bisa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan, dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan perabot perpustakaan. Pilihan warna dinding juga dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana yang tenang,maka pilihan warna dasar ruangan hendaknya tidak terlalu tajam dan mencolok. Warna netral sangat menunjang suasana tenang di perpustakaan.
3 Aspek Estetika Keindahan penataan ruangan salah satunya melalui penataan ruang dan perabot yang digunakan. Penataan ruangan yang serasi,bersih dan tenang bisa mempengaruhi kenyamanan pemustaka untuk berlama-lama berada di perpustakaan.
Sesuai dengan pemaparan diatas aspek penataan ruangan terdiri dari Aspek Fungsional, Aspek Psikologis Pemustaka, dan dan Aspek Estetika untuk kenyamanan ruangan perpustakaan.
2.3.4
Asas-Asas Tata Ruang Perpustakaan Lasa (2007) mengatakan bahwa perlu memperhatikan azas-azas tata
ruang Dalam menyusun konsep tata ruang perpustakaan yaitu;
1. Asas Jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak paling pendek. 2. Asas Rangkaian Kerja, yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. 3. Asas Pemanfaatan, yaitu tata susunan ruang yang memanfaatkan ruangan sepenuhnya.
Dari penjelasan diatas, penulis dapat simpulkan terdapat beberapa asas dalam penataan ruangan yaitu asas jarak, asas rangkaian kerja, dan asas pemanfaatan yang digunakan.
2.3.5
Syarat-syarat penataan ruangan perpustakan Menurut (Sulistyo-Basuki, 1992) mengatakan bahwa syarat-syarat dalam
penataan ruangan perpustakaan sebagai berikut :
1. Berkualitas tinggi, artinya tetap berjalan baik dalam waktu lama. 2. Mudah dipasang dan dirawat. Dibuat oleh produsen lokal atau perwakilan setempat, tujuannya agar mampu memberikan jasa purna jual yang memuaskan. 3. Jasa purna jual ini meliputi perawatan mesin, perbaikan dan pasokan suku cadang, serta pelatihan bagi staf. 4. Sesuai dengan spesifikasi dan tandar perabot perpustakaan, agar terkesan “luwes” bagi pemakai perpustakaan.
5. Penampilan,
kenyamanan,
dan
variasi
perlengkapan
harus
memperhatikan aspek kekekaran, ketahanan, kepraktisan, dan keamanan.
Kesimpulan yang dapat penulis tangkap dari pemaparan tentang syarat penataan ruangan perpustakaan terdiri dari berkualitas tinggi, mudah dipasang dan dirawat, jasa purna jual, sesuai dengan standar dan spesifikasi serta penapilan, kenyamanan harus kuat, praktis, dan aman.