BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain akademik yang dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah Gardner. Kecerdasan lain itu disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi (Goleman, 2000 :65). menggunakan emosi
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk secara
efektif dalam
mengelola
diri sendiri
mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif.
dan
Seorang ahli
kecerdasan emosi, Goleman (2000:8) mengatakan bahwa“yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri. Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang positif maupun negatif”.Ahmad Purba (1999:25) berpendapat bahwa: “kecerdasan emosi adalah kemampuan dibidang emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi,kemampuan mengendalikan emosi, semangat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain atau empati”. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Patton (1998:76) bahwa penggunaan emosi yang efektif akan dapat mencapai tujuan dalam membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan kerja. Kecerdasan emosi dapat diukur dari beberapa aspek-aspek yang ada.Goleman (2001:56) mengemukakan lima kecakapan dasar dalam kecerdasan emosi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kesadaran diri (Self awareness) Merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atau kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya. Tercakup didalamnya indikatornya adalah Tahu dan mengerti dengan apa yang diucapkan dan yang dilakukan, Memiliki keasadaran terhadap tanggung jawab yang dimilikinya, Mengenal dan memahami serta menerima diri dengan berbagai bentuk kelebihan dan kekurangan. 2. Pengendalian diri (Self management) Merupakan
kemampuan
menangani
emosinya
sendiri,
mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap katahati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan seharihari.Tercakup indikator didalamnya adalah Mengendalikan emosi, Kewaspadaan, Adaptibilitas. 3. Motivasi (Motivation) Merupakan kemampuan yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi. 4. Empati (social awareness) Merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan olehorang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungansaling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
tipe individu. Tercakup indikator didalamnya perhatian, Pengambilan perspektif ,danFantasi. 5. Hubungan yang baik antar sesama (Relationship management) Merupakan ketikaberhubungan
kemampuan dengan
menangani
orang
lain
emosi
dan
dengan
baik
menciptakan
serta
mempertahankanhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah,menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim. Tercakup indikator didalamnya Disenangi orang lain, Memiliki kesetiakawanan, Memiliki sikap menghormati orang lain. 2.1.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut Le Dove (Goleman, 1997:54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain: 1. Fisik Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap
kecerdasan
emosi
seseorang
adalah
anatomi
saraf
emosinya.Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang disebut juga neo konteks).Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.Konteks, bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kirakira 3 milimeter yang membungkus hemisfer serebral dalam otak.Konteks berperan penting dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.Konteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti
Universitas Sumatera Utara
terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.System limbic, bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan implus.Sistem limbic meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dantempat disimpannya emosi.
Selain itu ada amygdala yang dipandang sebagai pusat
pengendalian emosi pada otak. 2. Psikis Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis.Secara fisik terletak di bagian otak yaitu konteks dan sistem limbic, secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator Kecerdasan Emosional dari tiap masing-masing dimensi menurut Daniel Goleman(2000) adalah kesadaran secara emosional, penilaian diri yang kuat serta kepercayaan diri terhadap dimensi kesadaran diri. Pada dimensi pengendalian diri, indikatornya adalah mampu mengendalikan diri pribadi, adaptabilitas dan berhati-hati. Pada dimensi motivasi, indikatornya adalah dorongan untuk berprestasi, inisiatif yang tinggi dan optimisme. Pada dimensi
empati
indikatornya
adalah
memahami
orang
lain,
mengembangkan orang lain serta berorientasi terhadap pelayanan. Dan
Universitas Sumatera Utara
pada dimensi kemampuan sosial indikatornya adalah komunikasi, manajemen konflik juga membangun ikatan.
2.2 Kecerdasan Spiritual 2.2.1
Pengertian Kecerdasan Spiritual
Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan laindisamping kedua kecerdasan diatas, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar danMarshal (2001:16) mendefinisikan
kecerdasan
spiritual
sebagai
rasa
moral,kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dancinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahamansampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baikdan jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita darikerendahan. Kecerdasan tersebut menempatkan perilaku dan hidup kita dalamkonteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwatindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai dan bermakna (Zohar danMarshal, 2000 :97). Eckersley
(2000
:43)
mengenaikecerdasan spiritual.
memberikan
pengertian
yang
lain
Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai
perasaan intuisiyang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas didalam hidup kita.Konsep mengenai kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan dunia kerja,menurut Ashmos dan Duchon (2000 :112) memiliki tiga komponen yaitu kecerdasaanspiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja yang memiliki artidan komunitas. Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki.Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non
Universitas Sumatera Utara
fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral. Mccormick (1994 :21) dan Mitroff and Denton (1999 : 35), dalampenelitiannya membedakan kecerdasan spriritual dengan religiusitas didalam lingkungan kerja. Religiusitas lebih ditujukan pada hubungannya dengan Tuhansedangkan kecerdasan spiritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang dalamdan terikat antara manusia dengan sekitarnya secara luas. Berman (2001 :67) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ)dapat memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia juga mengatakan bahwa kecerdasan spiritual juga dapat membantu sesoranguntuk dapat melakukan transedensi diri. Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQdan EQ, oleh karena itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandanghanya menyumbangkan sebagian dari penentu kesuksesan sesorang dalamhidup.Ada faktor lain yang ikut berperan yaitu kecerdasan spiritual yang lebihmenekankan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada penekananagama saja (Hoffman, 2002 :56). Agus Nggermanto (2002 :55): “sesorang yang memiliki SQ tinggi adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu memaknai setiap sisikehidupan serta mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan kesakitan.”
Universitas Sumatera Utara
Sukidi (dalam Setyawan, 2004 :72) mengemukakan tentang nilai-nlai dari kecerdasan spritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yangbanyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, diantaranya adalah: 1. Mutlak jujur Kata kunci pertama untuk sukses didunia bisnis selain berkata benar dankonsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur.
Ini
merupakanhukum spiritual dalam dunia usaha. 2. Keterbukaan Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam didalam dunia usaha,maka logikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah berpartisipasi dijalan menuju dunia yang baik. 3. Pengetahuan diri Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalamkesuksesan
sebuah
usaha
karena
dunia
usaha
sangat
memperhatikandalam lingkungan belajar yang baik. 4. Fokus pada kontribusi Dalam dunia
usaha
memberidaripada
terdapat hukum
menerima.Hal
ini
yang lebih penting
mengutamakan
berhadapan
dengan
kecenderunganmanusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban.Untukitulah orang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokuspada kontribusi. 5. Spiritual non dogmatis Komponen
ini
dimanadidalamnya
merupakan terdapat
nilai
kemampuan
dari
kecerdasan
untuk
bersikap
spiritual fleksibel,
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, serta kemampuan untuk
Universitas Sumatera Utara
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup oleh visi dan nilai.
2.2.2
Ciri Ciri Kecerdasan Spiritual
1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat Prinsip itu adalah hal yang harus ada.Tidak boleh tidak.Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi dia akan mempunyai prinsip tertentu dalam hidupnya, agar hidupnya bermakna dan bermanfaat. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana. Disamping memiliki prinsip, orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik dia akan mempunyai visi atau tujuan dari hidupnya. Agar dia tidak hidup seenaknya tanpa ada tujuan apapun.Sehingga dia beranggapan bahwa hidupnya ini mempunyai makna dan hidup yang dijalaninya tidak sia-sia. 2. Kesatuan dan keragaman Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi dia memandang manusia itu sama. Dia memandang bahwa keberagaman itu yang membuat kita menjadi satu.Tony Buzan mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat. 3. Memaknai Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia
Universitas Sumatera Utara
Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian. Mengenai hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup.Ia mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani kita yang berbisik mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas. 4. Kesulitan dan penderitaan Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik, dia akan mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan yang sedang dia alami. Dan dia akan mampu untuk mengatasi kesulitan itu.
2.2.3 Faktor Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Spiritual Faktor- faktor yang mempengauhi kecerdasan spiritual menurut Sinetar yaitu intuitif, kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap semua orang, mempunyai faktor yang mendorong kecerdasan spiritual. Menurut Ary Ginanjar Agustian adalah inner value yang berasal dari
dalam
diri(suara
hati)
responsibility(tanggung
seperti
jawab),
transparency(keterbukaan), accountability(kepercayaan),
fairness(keadilan, dan social wereness(kepedulian sosial).Faktor yang kedua adalah drive, yaitu dorongan atau usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan.
Universitas Sumatera Utara
Jadi
dapat
kita
simpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kecerdasan spiritual tak hanya dari dalam diri individu saja tapi juga dari luar.Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual adalah: 1. Faktor eksternal a. Lingkungan keluarga.
Keluarga adalah pembelajaran pertama bagi anak.Untuk itu segala kecerdasan bermula dan dipengaruhi oleh keluarga.Begitu juga dengan kecerdasan
spiritual
anak.Keluarga
berpengaruh
besar
dalam
membentuk kecerdasan spiritual anak. b. Lingkungan sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga formal yang juga mempengaruhi kecerdasan
spiritual
anak.Karena
disekolah
ini
anak
banyak
memperoleh pengetahuan.Tak hanya pengetahuan tapi juga nilai.Jika guru memberi nilai kehiduan yang baik, maka itu akan membuat kecerdasan spiritual anak akan baik. Sehingga anak mampu memaknai hidupnya dengan baik. c. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat akan mempengaruhi terhadap kecerdasan spiritual anak. Karena anak disamping tinggal dilingkungan keluarga, anak juga hidup dalam masyarakat.Jika masyarakat mempunyai budaya atau kebiasaan yang baik maka anak akan terbiasa juga untuk melakukan hal –hal yang baik.
Sehingga secara tak langsung
kecerdasan spiritual anak akan muncul dan berkembang. Contohnya
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang selalu melakanakan kewajiban agama, masyarakat yang selalu menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang berada disekitar mereka. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dari Kecerdasan Spiritual menurut Setyawan(2004) untuk tiap masing-masing dimensi adalah keyakinan untuk jujur, enggan melakukan kecurangan dan bekerja dengan benar serta melawan konvensi terhadap dimensi mutlak jujur. Selanjutnya pada dimensi keterbukaan, terdapat indikator berupa keterbukaan dalam bekerja, menerima kritikan dan mampu memberi saran atau masukan untuk perusahaan. Pada dimensi pengetahuan diri, indikatornya adalah paham akan tugas diri, kemampuan berinovasi dan mengembangkan diri sendiri. Untuk dimensi fokus pada kontribusi indikatornya adalah bersungguh-sungguh, fokus dalam menangani tugas dan tingkar kesadaran yang tinggi. Terakhir, untuk dimensi spiritual non dagmatis indikatornya adalah fleksibel dalam bersikap atau tidak memihak, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan masalah.
2.3 Kinerja 2.3.1 Kinerja
Pengertian Kinerja Karyawan merupakan
suatu
konsep
yang bersifat
universal
yang
merupakanefektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannyaberdasarkan
standar
dan
kriteria
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya
merupakanperilaku
manusiadalam
memainkan
peran
yang
Universitas Sumatera Utara
merekalakukandidalamsuatuorganisasi
untuk
memenuhi
standar
perilaku
yangtelahditetapkan agarmembuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan (Winardi, 1996 : 21). Seperti juga dengan apa yang dikemukakan oleh Mohammad Asad (1995 :97) “kinerja merupakan kesuksesan sesorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan dan kinerja tersebut pada dasarnya adalah hasil kerja seorangkaryawan selama periode tertentu”. Dessler (1997 :46) memberikan pengertian yang lain tentang kinerja yaitu “kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada hasil kerjanya.” sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002 : 151): “kinerja pada dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan.
Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa
banyak mereka
memberikan kontribusi kepada organisasi”. Winardi
(1996
:201)
mengemukakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhikinerja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
Faktor
intrinsik
meliputi
motivasi,
pendidikan,
kemampuan,keterampilan dan pengetahuan dimana kesemuanya tersebut bisa didapat daripelatihan.Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan kerja, kepemimpinan, hubungankerja dan gaji. Bernadin (1993 :65) menjelaskan bahwa kinerja sesorang dapat diukur berdasarkan indikator-indikator yang dihasilkan dari pekerjaan yang bersangkutan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Kualitas Kualitas merupakan tingkatan dimana hasil akhir yang dicapai mendekati sempurna dalam arti memenuhi tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. 2. Kuantitas Kuantitas adalah jumlah yang dihasilkan yang dinyatakan dalam istilahsejumlah unit kerja atau jumlah siklus aktivitas yang dihasilkan. 3. Ketepatan waktu Tingkat aktivitas diselesaikannya pekerjaan tersebut pada waktu awalyang diinginkan. 4. Kemandirian Karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan dariorang lain. 5. Komitmen Komitmen berarti bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Mathis dan Jackson (2002 :73), lebih lanjut memberikan standar kinerjasesorang yang dilihat kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output,kehadiran ditempat kerja dan sikap kooperatif. Standar kinerja tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria pekerjaan yaitu menjelaskan apa-apa saja yangsudah diberikan organisasi untuk dikerjakan oleh karyawannya, oleh karena itukinerja individual dalam kriteria pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan denganstandar yang ada dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada seluruh karyawan.Mathis dan Jackson juga menjelaskan standar kinerja dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
outputproduksi atau lebih dikenal dengan standar kinerja numerik dan standar kinerjanon numerik. Kinerja karyawan setiap periodik perlu dilakukan penilaian.Hal ini karenapenilaian kinerja karyawan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai analisis untuk kebutuhan dilaksanakannya pelatihan (Ivancevich, 2001 :31). Penilaian kinerjaadalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan
merekaketika
dibandingkan
dengan
satu
set
standar
dan
kemudianmengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis dan Jackson, 2002 :43). Penilaian
kinerja
mempunyai
dua
kegunaan
utama.Penilaian
pertamaadalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan sepertimisalnya
untuk
promosi.Kegunaan
yang
lain
adalah
untuk
pengembanganpotensi individu (Mathis dan Jackson, 2002 :78). Hal yang sama juga diungkapkanoleh Desler (1997 : 47) bahwa tiga tujuan dari penilaian kinerja yaitu memberikaninformasi tentang dapat dilakukannya promosi atau penetapan gaji, meninjauperilaku yang berhubungan dengan kerja bawahan dan untuk perencanaan danpengembangan karir karyawan karena penilaian memberikan suatu peluangyang baik untuk meninjau rencana karir seseorang yang dilihat dari kekuatan dankelemahan yang diperlihatkannya.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Michael Zwell (dalam Wibowo, 2007 :71) mengungkapkan bahwaterdapat faktor yang dapat mempengruhi kompetensi seseorang, yaitu:pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keyakinan, pengalaman,karakteristik pribadi, motivasi, kecerdasan, dan budaya organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bernadin (2007), indikator-indikator yang terdapat dalam kinerja meliputi: 1) Kualitas Pada dimensi ini dapat dilihat beberapa unsur, diantaranya adalah kerja sesuai dengan standard perusahaan, kemampuan dalam ketelitian dan disiplin. 2) Kuantitas Pada dimensi ini dapat dilihat beberapa unsur, yaitu: memiliki target dalam bekerja, mencapai suatu target dan menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dengan tepat dan efisien. 3) Ketepatan Waktu Waktu adalah hal yang penting dalam mendukung kinerja karyawan, oleh karena itu dapat dilihat beberapa indikator diantaranya adalah sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, tidak menunda-nunda waktu dalam bekerja serta memiliki kecepatan dalam memanfaatkan waktu. 4) Efektifitas Efektif atau tidaknya suatu pekerja dapat dilihat dari beberapa indikator berikut ini yaitu, mampu dalam memeperoleh keuntungan yang lebih, hadir tepat waktu, serta berinovasi dalam melakukan perkerjaan. 5)
Kemandirian Adapun indikator dari dimensi kemandirian adalah suka terhadap
tantangan, mengandalkan diri sendiri dalam bertindak serta berupaya untuk menjadi pekerja yang bisa diandalkan. 6) Komitmen Hal ini mencakup beberapa indikator, diantaranya adalah kemampuan karyawan dalam bertanggung jawab, loyalitas serta bekerja sepebuh hati.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hubungan Antar Variabel 2.4.1
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Karyawan
Dunia kerja mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi oleh karyawan, misalnya persaingan yang ketat, tuntutan tugas,suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain. Masalahmasalah tersebut dalam dunia kerja bukanlah suatu hal yang hanyamembutuhkan kemampuan
intelektualnya,
tetapi
dalam
menyelesaikan
masalahtersebut
kemampuan emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak diperlukan.Bila sesorang dapat menyelesaikan masalah-masalah didunia kerja yang berkaitandengan emosinya maka dia akan menghasilkan kerja yang lebih baik. Agustian (2001 :65) berdasarkan penelitian dan pengalamannya dalam memajukan organisasi atau institusi pemerintahan berpendapat bahwa keberadaan kecerdasan emosional yang baikakan membuat seorang karyawan menampilkan kinerja dan hasil kerja yang lebih baik. Daniel Goleman, seorang psikolog ternama, dalam bukunya pernah mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya cognitive intelligence saja yang dibutuhkan tetapi juga emotional intelligence (Goleman, 2000 :22). Secara khusus para pemimpin perusahaan membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam lingkungan organisasi, berinteraksi dengan banyakorang baik didalam maupun dilingkungan kerja berperan penting dalammembentuk moral dan disiplin para pekerja. Kinerja karyawan akhir-akhir ini tidak hanya dilihat oleh faktor intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor emosinya. Seseorang yang dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerjayang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Meyer (2004 :87):“kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan
Universitas Sumatera Utara
kombinasi kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal.” Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi adalah motivasi.Salovey (dalam Goleman, 2000 :99) seperti yang dijelaskan sebelumnya, memotivasi diri sendiri merupakan landasan keberhasilan dan terwujudnya kinerja yang tinggi disegala bidang. Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (2001:43) dan Chermiss
(1998:21)
terhadap
beberapa
subjek
penelitian
dalam
beberapaperusahaan maka hasil yang didapat menunjukan bahwa karyawan yangmemiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yanglebih baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yangdiberikan karyawan tersebut terhadap perusahaan.
Chermiss juga
mengungkapkan bahwa walaupun sesorang tersebut memiliki kinerja yang cukupbaik tapi apabila dia memiliki sifat yang tertutup dan tidak berinteraksi dengan orang lain secara baik maka kinerjanya tidak akan dapat berkembang.
2.4.2
Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kinerja Karyawan
Kecerdasan spiritual merupakan perasaan terhubungkan dengan diri sendiri, orang lain dan alam semesta secara utuh. Pada saat orang bekerja,maka ia dituntut untuk mengarahkan intelektualnya, tetapi banyak hal yangmembuat seseorang senang dengan pekerjaannya. kinerja
yang prima
apabila
dia
Seorang pekerja dapatmenunjukkan
sendiri
mendapatkan kesempatanuntuk
mengekspresikan seluruh potensi diri sebagai manusia.Hal tersebut akandapat muncul
bila
seseorang
dapat
memaknai
setiap
pekerjaannya
dan
dapatmenyelaraskan antara emosi, perasaan dan otak.
Universitas Sumatera Utara
Kecerdasan danmemberi
spiritual
makna
pada
mengajarkan setiap
orang
tindakannya,
untuk
mengekspresikan
sehingga
bila
ingin
menampilkankinerja yang baik maka dibutuhkan kecerdasan spiritual (Ningky Munir, 2000 :44). Penelitian yang dilakukan Wiersma (2002 :74) memberikan bukti tentangpengaruh kecerdasan spiritual dalam dunia kerja. Ia meneliti tentang bagaimanapengaruh spiritualitas dalam perilaku pengembangan karir. Penelitian inidilakukan selama tiga tahun dengan melakukan studi kualitatif terhadap 16responden.Hasil
penelitian
yang
dilakukannya
ternyata
menunjukan
bahwakecerdasan spiritual mempengaruhi tujuan sesorang dalam mencapai karirnya didunia kerja.Seseorang yang membawa makna spiritualitas dalam kerjanya akan merasakan hidup dan pekerjaannya lebih berarti.
Hal ini
mendorong danmemotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan kinerja yang dimilikinya, sehinggadalam karir ia dapat berkembang lebih maju.
Hasil
penelitian ini sama denganapa yang pernah dilakukan Biberman dan Whittey (1997 :65). Merekamengemukakan hubungan antara kecerdasan spiritual dengan pekerjaan.Kecerdasan spiritual ternyata memberikan pengaruh pada tingkah lakuseseorang dalam bekerja. Saat ini dunia kerja membawa lebih banyak konsentrasi pada masalahspiritual.Para pekerja mendapatkan nilai-nilai hidup bukan hanya dirumah saja,tetapi mereka juga mencari setiap makna hidup yang berasal dari lingkungankerja mereka.Mereka yang dapat memberi makna pada hidup mereka danmembawa spritualitas kedalam lingkungan kerja mereka akan membuat merekamenjadi orang yang lebih baik, sehingga kinerja yang dihasilkan juga lebih baikdibanding mereka yang bekerja tanpa memiliki kederdasan spiritual (Hoffman, 2002 :77).
Universitas Sumatera Utara
Kecerdasan spritual yang dimiliki setiap orang tidaklah sama.
Hal
tersebuttergantung dari masing-masing pribadi orang tersebut dalam memberikan maknapada hidupnya.Kecerdasan spritual lebih bersifat luas dan tidak terbatas padaagama
saja.Perbedaan
yang
dimiliki
masing-masing
individu
akan
membuathasil kerja juga berbeda (Muhammad Idrus, 2002 :52).
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Rangkaian penelitian terdahulu diringkas dlam tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Rangkaian Penelitian Terdahulu Penelitian S.K. Chakraborty dan Debangsu Chakkraborty (2004)
Judul The Transformed Leader and Spiritual Psychology: a Few Insight
Claudia Angelika Wijaya (2007)
Analisa Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan di Hotel X
-
Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap etika mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
-
Jamaluddin (2011)
-
-
-
Variabel Transformed Leader Spiritual Psychology Insight
Kecerdasan intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Kinerja Karyawan Kecerdasan intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Etika mahasiswa
Hasil Penelitian Spiritual berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bersikap sebagai pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang bagus, serta dapat membawa nilai-nilai spiritual dalam kepemimpinannya. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan hotel X Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap etika Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
Akuntansi.
Triana Fitriastuti (2013)
Pengaruh kecerdasan emosional, komitmen organizational dan organazitional citizenship behavior terhadap kinerja karyawan
- Kecerdasan emosional - Komitmen organizational - Organizational citizenship behavior - Kinerja karyawan
Anis Choiriah (2013)
Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan etika profesi terhadap kinerja auditor dalam kantor akuntan public
-
Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan
-
Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja dengan variabel moderasi kompetensi di Kabupaten Lamongan
-
Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan
-
Sesilia Dwi Rini Waryanti (2011)
Mohamad Djasuli (2004)
Lisda Rahmasari (2012)
-
-
-
-
Kecerdasan intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Etika profesi Kinerja auditor Kecerdasan emosional Kecerdasan spiritual Kinerja karyawan Kecerdasan intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Kinerja Karyawan
Kecerdasan intelektual Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan emosional, komitmen organizational dan organizational citizenship behavior berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja karyawan Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan etika profesi terhadap kinerja auditor berpengaruh positif dan signifikan Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dengan variabel moderasi kompetensi di Kabupaten Lamongan Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
-
Kinerja Karyawan
dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sumber: S.K Chakkraborty dan Debongsu Chakkaraborty (2004), Claudia Angelika Wijaya (2007), Jamaludin (2011), Triana Fitriastuti (2013), Anis Choiriah (2013), Sesilia Dwi Rini W (2011), M. Djasuli (2004), Lisda Rahmasari (2012)
2.6 Kerangka Konseptual Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja seperti telah dijelaskan di atas bahwa kecerdasan emosional, menurut Goleman (1998: 44), di antaranya mencakup aspek kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati, dan kemampuan bekerjasama. Lebih lanjut dikatakan oleh Goleman bahwa faktor kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi sukes karier, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor lain, termasuk kecerdasan emosional. Selaras dengan pendapat Goleman tersebut, Segal (2000: 27) juga menyatakan pentingnya kecerdasan emosional, terutama dalam hal pekerjaan. Menurutnya kecerdasan emosional memiliki peran penting di tempat kerja; di samping juga berperan di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pengalaman romantis dan kehidupan spiritual. Bahkan kesadaran emosi membuat keadaan jiwa makin diperhatikan sehingga memungkinkan dapat menentukan pilihan-pilihan yang lebih baik tentang apa yang akan dikerjakan, bagaimana menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain, dan dalam memilih pasangan hidup. Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka terlihat bahwa kecerdasan emosional mengandung aspek-aspek yang sangat penting yang dibutuhkan dalam bekerja. Seperti kemampuan memotivasi diri sendiri, mengendalikan emosi, mengenali emosi orang lain, mengatasi frustasi, mengatur suasana hati, dan faktor-faktor penting lainnya. Jika aspek-aspek tersebut dapat dimiliki dengan baik oleh setiap
Universitas Sumatera Utara
karyawan dalam bekerja, maka akan membantu mewujudkan kinerja yang baik. Dengan demikian dapat terlihat jelas bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada kinerja karyawan. Dasar penyusunan kerangka pikir penelitian ini diawali dari pemikiran bagaimana kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan hasil penelitian.Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti.Pertautan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Kecerdasan emosional menurut Goleman (2002 :78) adalah kemampuan kemampuan yang mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan dan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Goleman (2002 :94) membagi aspek aspek kecerdasan emosional menjadi 5 wilayah yang menjadi pedoman dalam mencapai kesuksesana atau produktivitas dalam bekerja yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan kemampuan sosial. Kecerdasan
spriritual
adalah
sebagai
rasa
moral,
kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dancinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahamansampai pada batasannya, juga memungkinkan kita bergulat dengan ihwal baikdan jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat kita darikerendahan. Kinerja karyawan merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Skema Gambar 2.1 Kecerdasan Emosional (X1)
Kinerja Karyawan (Y)
Kecerdasan Spiritual (X2) Sumber: Goleman (2002:78)
2.7 Hipotesis Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan pada Dinas Perhubungan Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara