BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teroritis 2.1.1 Penggabungan usaha Pengembangan usaha sebagai upaya untuk memajukan usaha perusahaan merupakan tindakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan operasional perusahaan. Salah satu upaya ke arah pengembangan usaha adalah dengan melakukan aliansi usaha. Saat ini aliansi usaha sedang menjadi trend di kalangan pengusaha. Berbagai bentuk aliansi seperti merger, konsolidasi, dan akuisisi menjadi pilihan yang strategis untuk memperkuat kinerja perusahaan dan memperbesar margin strategis untuk memperkuat kinerja perusahaan dan memperbesar margin keuntungan. Dengan aliansi strategis, perusahaan bisa memperoleh kesempatan baru untuk lebih maju atau menghilangkan beberapa hambatan yang selama ini mengganggu karena pada hakekatnya aliansi strategis merupakan politik bisnis yang memberikan peluang kepada perusahaan untuk membagi risiko dan kemampuan dengan partner aliansinya, sehingga dapat meminimumkan biaya, waktu dan sumber daya dalam hal pengembangan atau memperkenalkan produk dan teknologi baru ke pasar. Pengembangan usaha yang bersifat eksternal dilakukan dengan melibatkan unit-unit yang berada di luar organisasi perusahaan seperti pesaing, langganan, rekanan bisnis, perusahaan sejenis maupun perusahaan yang tidak mempunyai hubungan operasional.
Universitas Sumatera Utara
Setiap pemilik perusahaan pasti menghendaki adanya suatu perkembangan dalam perusahaan yang telah didirikannya. Agar tingkat perkembangan perusahaan tersebut dapat sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan adanya suatu perencanaan yang matang. Penggabungan usaha dalam bentuk merger dan akuisisi merupakan salah satu perencanaan yang dipilih. Penggabungan usaha dalam bentuk merger dan akuisisi merupakan salah satu perencanaan yang dipilih. Penggabungan usaha adalah alternatif bagi perusahaan dalam
rangka
melakukan
pengembangan
usaha
secara
eksternal
guna
mempertahankan kelangsungan hidup dan untuk tujuan pertumbuhan perusahaan. Penggabungan badan usaha sebagai bentuk pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi, karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2004). Pada dasarnya dalam semua penggabungan usaha, salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali atas perusahaan lain. Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50% (IAI, 2004). Lebih lanjut menegaskan kemungkinan pengakuisisi mungkin tetap dapat diidentifikasikan meskipun salah satu dari perusahaan yang bergabung tidak memiliki lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, yaitu apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh hal berikut ini (IAI, 2004) :
Universitas Sumatera Utara
1. kekuasaan lebih dari 50% hak suara atas perusahaan yang lainnya tersebut berdasarkan perjanjian dengan investor. 2. kekuasan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lainnnya tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. 3. kekuasan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan lainnnnya tersebut. 4. kekuasaan untuk mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi perusahaan lainnnya tersebut. Definisi penggabungan usaha menurut Beams dan Yusuf (2000) adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau penggembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan sering kali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya. Dari definisi-definisi tersebut oleh Gurendrawati (1999) disimpulkan secara umum, bahwa
penggabungan usaha adalah satu set kondisi dua atau lebih
perusahaan bekerja sama melalui kepemilikan bersama atas suatu badan usaha. Perusahaan yang memiliki mayoritas voting stock perusahaan lain akan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan proses pembuatan keputusan, serta menguasai aktiva dan kewajiban perusahaan lain. Payamta (2001) menggolongkan penggabungan usaha ditinjau dari segi hubungan antara perusahaan-perusahaan yang melakukannya menjadi tiga macam, yaitu seperti berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
1. Penggabungan badan usaha vertikal, yaitu penggabungan usaha yang terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang berbeda tetapi saling berhubungan, misalnya sebagai rekanan dan pelanggan. 2. Penggabungan badan usaha horizontal, yaitu penggabungan usaha yang terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang sama atau menghasilkan barang dan jasa yang sifatnya subtitusi. 3. Penggabungan badan usaha konglomerasi. Jenis penggabungan usaha ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seperti berikut ini : 1. Penggabungan usaha vertikal dan Penggabungan usaha horizontal secara bersama-sama. 2. Penggabungan
badan
usaha
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
tidak
mempunyai hubungan usaha. Secara teori, penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi dan konsolidasi. Tetapi pada kali ini, penulis hanya membahas mengenai merger dan akuisisi. 2.1.2 Pengertian merger dan akuisisi Merger adalah salah strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata merger (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas akibat penggabungan ini. Merger didefinisikan penggabungan usaha dari dua atau lebih
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang pada akhirnya bergabung kedalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain bahwa merger adalah kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2004). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Penyatuan usaha itu sendiri didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penyatuan kepentingan dengan suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi (IAI, 2004). Pihak yang masih hidup dalam atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merger firm dialihkan ke surviving firm.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan demikian merged firm tidak dapat bertindak hukum atas namanya sendiri. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas merger sebagai salah satu straregi perusahaan. Skema Merger
Perusahaan A Perusahaan A atau Perusahaan B Perusahaan B
Gambar 2.1 Sumber: Ataina Hudayati (1997) Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya.
dalam
teminologi
bisnis
akuisisi
dapat
diartikan
sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pada
Pemerintah
penggabungan,
Republik
peleburan
dan
Indonesia
No.27
tahun
pengambilalihan
1998
Perseroan
tentang Terbatas
mendefinisikan akusisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut (IAI, 2004). Biasanya perusahaan pengakuisisi memliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk: 1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan. 2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen. 3. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi. Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi. Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun
Universitas Sumatera Utara
memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa juga pemilik dari 51 persen tidak tahu belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan
menyebutkan
lain.
Akuisisi
memunculkan
hubungan
antara
perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi. Dari penjelasan diatas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas akuisisi sebagai salah satu strategi. Skema Akuisisi Sebelum akuisisi Perusahaan A
Setelah Akuisisi Perusahaan A
Pengendalian Perusahaan B
Perusahaan B
Gambar 2.2 Sumber: Ataina Hudayati (1997) 2.1.3 Tipe-tipe merger dan akuisisi Merger dan akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomi dapat diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu merger horisontal, vertikal, konglomerat, ekstensi pasar dan ekstensi produk Hitt (2002). 1. Merger horizontal Merger horizontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaanperusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama.
Universitas Sumatera Utara
2. Merger vertikal Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. 3. Merger konglomerat Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masingmasing bergerak dalam industri yang tidak terkait. 4. Merger ekstensi pasar Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-bersama memperluas area pasar. 5. Merger ekstensi produk Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Sedangkan akuisisi dapat diklasifikasikan dalam 12 tipe, yaitu Hitt (2002): 1.
Akuisisi horizontal Akuisisi horizontal adalah akuisisi perusahaan dimana perusahaan yang diakuisisi adalah para pesaingnya, baik pesaing yang mempunyai produk yang sama, atau perusahaan yang memiliki teritorial pemasaran yang sama, dengan tujuan untuk memperbesar pangsa pasar atau membunuh pesaing.
2.
Akuisisi vertikal Akuisisi vertikal adalah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain yang masih dalam satu mata rantai produksi, yakni suatu perusahaan dalam arus pergerakan produksi dari hulu ke hilir.
3.
Akuisisi konglomerat Akuisisi konglomerat adalah akuisisi terhadap perusahaan yang tidak terkait baik secara horizontal maupun vertikal.
4.
Akuisisi eksternal Akuisisi eksternal adalah akuisisi yang terjadi antara dua atau lebih perusahaan, masing-masing dalam grup yang berbeda, atau tidak dalam grup yang sama.
Universitas Sumatera Utara
6.
Akuisisi internal Akuisisi internal adalah kebalikan dari akuisisi eksternal, dalam akuisisi internal perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi masih dalam satu grup usaha.
7.
Akuisisi saham Akuisisi saham adalah akuisisi perusahaan dimana yang diakuisisi adalah saham yang dimiliki oleh perusahaan target, baik dengan uang tunai, maupun dibayar dengan saham yang dimiliki oleh pengakuisisi atau perusahaan lainnya. Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51% (simple majority), atau paling tidak setelah akuisisi tersebut, dan pihak pengakuisisi harus memegang saham paling tidak 51%.
Sebab jika kurang dari presentase tersebut, maka
perusahaan target tidak bisa dikontrol karena yang terjadi hanya jual beli saham biasa saja. 8.
Akuisisi aset Akuisisi aset adalah pegakuisisian terhadap aset perusahaan target dengan tanpa mengasumsi atau mengambil alih seluruh kewajiban perusahaan target terhadap pihak ketiga.
9.
Akuisisi kombinasi Akuisisi kombinasi adalah kombinasi antara akuisisi saham dengan akuisisi aset.
10. Akuisisi bertahap
Universitas Sumatera Utara
Akuisisi bertahap adalah akuisisi yang tidak dilaksanakan sekaligus, misalnya dengan pembelian convertible bonds oleh perusahaan pengakuisisi, maka tahap pertama yang dilakukanoleh perusahaan pengakuisisi adalah mendrop dana ke perusahaan target lewat pembelian bonds yang kemudian ditukar dengan equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik, maka hak opsi ada pada pemilik convertible bonds sebagai pihak perusahaan pergakuisisi. 11. Akuisisi strategis Akuisisi strategis adalah akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan latar belakang untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, sebab dengan akuisisi diharapkan dapat meningkatkan sinergi usaha, mengurangi resiko karena diversivikasi, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan efisiensi. 12. Akuisisi finansial Akuisisi financial adalah akuisisi yang dilakukan untuk meningkatkan keuntungan finansi dengan waktu cepat.
Akuisisi ini bersifat spekulatif,
dengan keuntungan yang diharapkan lewat pembelian saham atau aset yang murah tetapi dengan income perusahaan target yang tinggi. 2.1.4 Motif melakukan merger dan akuisisi Perusahaan dalam melakukan aktivitas merger dan akuisisi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dipengaruhi oleh beberapa motif, seperti berikut ini: 1. Motif ekonomi Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut sehingga seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi dilakukan untuk mencapai posisi strategis
perusahaan
perusahaan.
agar
memberikan
keunggulan
kompetitif
bagi
Biasanya perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk
mendapatkan economies of scale (penghematan skala) dan economies of scope (penghematan cakupan). Penghematan skala merupakan penghematan biaya produksi karena perusahaan memproduksi produk dalam jumlah besar. Kata skala berarti ukuran produksi.
Sementara itu, penghematan cakupan
merupakan
produksi
penghematan
biaya
karena
perusahaan
dapat
memanfaatkan sumber daya satu lini produk untuk memproduksi lini-lini produk yang lain. Kata cakupan merujuk pada cakupan produksi. 2. Motif sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
Sinergi
dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan dua atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. 3. Motif diversifikasi Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi.
Diversifikasi dimaksud untuk mendukung
aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing, tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi intinya (core competence). Di samping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang. 4. Motif non-ekonomi Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Termasuk dalam motif non-ekonomi adalah hubris hypotesis dan ambisi pemilik. 1. Hubris hypothesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan karena “ketamakan” dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Mereka menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kompensasi yang mereka terima. Kompensasi yang mereka terima bukan hanya sekedar materi saja tapi juga berupa pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri.
Universitas Sumatera Utara
2. Ambisi pemilik adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis, menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun “kerajaan bisnis”.
Hal ini biasanya terjadi bila pemilik
perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan. 2.1.5 Keunggulan dan kelemahan merger 1. Keunggulan Merger Pengambil-alihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibandingkan pengambil-alihanan yang lain. 2. Kekurangan Merger Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan. Yaitu harus ada persetujuan para pemegang saham dari masing-masing perusahaan, sedangkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. 2.1.6 Keunggulan dan kelemahan akuisisi Keunggulan akuisisi: 1. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm. 2. Perusahaan yang mengakuisis dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang diakuisisi dengan melakukan tender offer, sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan maka, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambil alihan perusahaan yang tidak bersahabat. (hostile takeover). 4. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham. Seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas, jika mereka tidak menyetujui akuisisi. Kekurangan akuisisi: 1. Jika para pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap pengambil alihan cukup banyak, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua pertiga (67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. 2. Bila perusahaan pengakuisisi mengambil alih seluruh saham yang di beli maka terjadi merger. 3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. 2.2 Pasar Modal yang Efisien Secara umum dapat dikatakan bahwa pasar yang efisien akan segera bereaksi secara cepat terhadap informasi pergerakan harga saham, sehingga tidak dimungkinkan untuk memperoleh keuntungan di atas normal (abnormal return). Konsekuensi dari pasar modal efisien amat sulit bagi investor untuk meraih pendapatan abnormal secara tetap dengan melakukan transaksi di bursa. Kondisi pasar efisien diantaranya ditopang oleh kesadaran para emiten untuk
Universitas Sumatera Utara
mempublikasikan informasi berkualitas, dari sisi frekuensi, kebenaran dan kecepatan informasi tersebut. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Seorang investor sebelum membeli saham suatu perusahaan, akan mempelajari terlebih dahulu kondisi perusahaan. Hal ini berdasarkan alasan bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan. Investor sering membandingkan antara harga pasar saham dengan nilai atau harga sebenarnya dari saham tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham. 2.3 Efisiensi Pasar Bentuk dari efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasi pergerakan harga saham dan kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Selain itu, efisiensi pasar juga dapat dilihat dari bagaimana pasar tersebut bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien. Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien secara modern dapat
Universitas Sumatera Utara
didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Membedakan pasar modal dalam tiga bentuk pasar efisien, hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar modal. Ketiga bentuk efisiensi pasar ini berhubungan antara satu dengan yang lain. Hubungan itu berupa tingkatan yang kumulatif, dimana bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Prasetio dan Astuti (2003) membedakan efisiensi pasar menjadi tiga macam yaitu : 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar efisien bentuk lemah terjadi apabila harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang sehingga nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal atau abnormal return. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form) Pasar efisien bentuk setengah kuat terjadi apabila harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang berada di laporan keuangan perusahaan emiten. Dengan kata lain, para pemodal tidak dapat memperoleh tingkat keuntungan di atas normal
Universitas Sumatera Utara
dengan memanfaatkan informasi yang tersedia kepada publik (public information). 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar efisien bentuk kuat terjadi apabila harga- harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga tidak ada individual atau kelompok investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal karena masing-masing investor mempunyai informasi yang sama. 2.4 Return Saham Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh investor dari investasinya. Return dapat berupa return realisasi maupun return ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan expected return untuk mengukur risiko dimasa yang akan datang. Sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. 2.5 Abnormal Return Abnormal return umumnya menjadi fokus dalam study yang mengamati reaksi harga atau efisiensi pasar. Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dikurangi return yang diharapkan atau return ekspektasi Jogiyanto (2000) dalam Wiriastari (2010) . Dengan kata lain Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terhadap return normal.
Universitas Sumatera Utara
Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Return yang sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke – t yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya. Sedangkan return yang diharapkan merupakan return yang harus di estimasi. Abnormal return akan terjadi apabila pengumuman merger dan akuisisi mempunyai kandungan informasi pergerakan harga saham dalam pasar modal yang efisien, harga saham dan tingkat pengembalian bereaksi dengan adanya pengumuman merger dan akuisisi sehingga dengan memanfaatkan informasi publik (public information), maka perusahaandapat memperoleh keuntungan diatas normal. Jogiyanto (2000) dalam Wiriastari (2010) menyebutkan tiga model yang dapat digunakan untuk mengukur abnormal return, yaitu : 1. Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model) Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Dalam model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian return realisasi sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi. Tidak ada patokan untuk lamanya periode estimasi, periode yang umum dipakai berkisar dari 100 sampai dengan 300 hari untuk mendapatkan data harian dan dari 24 sampai dengan 60 bulan untuk data bulanan. 2. Model Pasar (Market Model) Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).
Universitas Sumatera Utara
3. Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model) Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik dalam mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. 2.6 Event Study ( Identifikasi Peristiwa ) Event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu. Sedangkan menurut Kritzman (1994), event study bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan pendapatan (return) dari surat berharga tersebut. Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman merger dan akuisisi. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Dari pengertian tersebut sebenarnya event study dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal (dengan pendekatan pergerakan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu. Sejalan dengan tujuan itu, event study dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien (efficient market hyphothesis) pada bentuk setengah kuat (semi – strong form), seperti yang dilakukan Fama (1997), yang kemudian diikuti oleh berbagai peneliti pada pasar modal lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peristiwa pengumuman merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam event study dikenal istilah event window (jendela peristiwa) / event date (tanggal peristiwa) dan estimation period (periode estimasi). Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatan / jendela peristiwa (event window) mempunyai panjang yang bervariasi, lama dari jendela yang umumnya digunakan berkisar 3 hari – 121 hari untuk data harian dan 3 bulan – 121 bulan untuk data bulanan. Sedangkan lama periode estimasi yang umum digunakan adalah berkisar dari 100 hari – 300 hari untuk data harian dan berkisar 24 – 60 bulan untuk data bulanan. 2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu Harga keseimbangan di dalam pasar yang kompetitif ditentukan oleh penawaran dan permintaan, dan mencerminkan konsensus bersama semua pelaku pasar tentang aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Jika terdapat informasi yang relevan masuk ke pasar maka informasi tersebut akan diinterpretasikan oleh pelaku pasar yang dapat berakibat kemungkinan pergeseran harga ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap bertahan sampai suatu informasi baru yang relevan lainnya masuk hingga dapat mengubah harga ekuilibrium sebelumnya. Apabila informasi baru yang relevan tersebut (misalnya : pengumuman merger dan akuisisi) memiliki kandungan informasi (information content) maka diharapkan pasar akan bereaksi pada saat pengumuman merger dan akuisisi tersebut diterima. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan perhitungan
Universitas Sumatera Utara
abnormal return berdasarkan perhitungan perbedaan actual return saham dan return saham dalam periode yang sama dengan menggunakan analisa event study. Dengan demikian maka apabila pengumuman merger dan akuisisi memiliki kandungan informasi maka diharapkan adanya abnormal return, tetapi apabila pengumuman merger dan akuisisi tersebut tidak memiliki kandungan informasi maka kemungkinan tidak terdapat abnormal return bagi pasar. Keadaan ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu. Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan tahun Rahadiani Wiriastari (2010)
Judul
Analisis dampak pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. Analisis perbedaan Parwati abnormal return Adhitya Puspita Ayu saham sebelum dan sesudah (2011) pengumaman merger pada perusahaan go public di Indonesia.
Variabel
Hasil Penelitian
Abnormal return, Merger dan akuisisi
Secara independent sample t-test dalam penelitian ini tidak ada perbedaan abnormal return sebelum 20 hari dan sesudah 20 hari pengumuman merger dan akuisisi.
Abnormal return perusahaan,
Berdasarkan analisis penelitian menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Indonesia. Periode pengamatan 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger.
merger dan akuisisi.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Dampak Abnormal Dari hasil hipotesis Pengumuman Return dalam penelitian ini Merger dan Akuisisi Saham, tidak terdapat perbedaan terhadap Abnornal pengumuman abnormal return yang Return Saham merger dan signifikan 20hari Perusahaan akuisisi sebelum dan sesudah (Studi pada Bursa pengumuman merger Efek Indonesia dan akuisisi.tetapi Periode Tahun 2000penelitian ini dapat 2006) membuktikan adanya pengumuman merger dan akuisisi menghasilkan abnormal return pada disekitar pengumuman merger dan akuisisi .hasil pengujian menggunakan one sample test. Pengaruh Merger dan Hasil analisis data Ida Prihatin Pengumuman Akuisisi, dengan paired t-test (2007) merger dan akuisisi menunjukkan bahwa Abnormal terhadap abnormal Return, sekitar pengumuman return saham Perusahaan merger dan akuisisi, perusahaan Pengakuisisi average abnormal return pengakuisisi di BEJ positif lebih banyak dari negative , tetapi secara statistic ternyata nilai t selama 61 hari pengamatan tidak ada yang signifikan. Dan pengujian hipotesis menggunakan wilcoxon sign-rangetest bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dari rata-rata abnormal return antara periode sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi.
Astri Rumondang P. (2010)
Sumber: Peneliti, 2012
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan oleh peneliti sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala menjadi objek permasalahan. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Dampak Abnormal Return Saham Sebelum Pengumuman Merger dan akuisisi
Uji Beda
Dampak Abnormal Return Saham Sesudah Pengumuman Merger dan akuisisi
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual diatas adalah gambaran mengenai perbedaan dampak abnormal return saham sebelum dan sesudah melakukan pengumuman merger dan akuisisi yang menggunakan teknik event study. Abnormal return saham yang di uji beda didalam penelitian dapat dilihat pada saat, 10 hari sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Perusahaan di BEI yang melakukan merger dan akuisisi. Abnormal Return merupakan selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). 2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis, tujuan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap dampak abnormal return saham pada saat, sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi.
Universitas Sumatera Utara