BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).
B. Infertilitas 1.
Defenisi Infertilitas Infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah melaksanakan tugas dan upaya
selama satu tahun belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001). Infertilitas primer adalah apabila pasangan suami istri tidak pernah hamil (Siswadi, 2007).
2. Epidemiologi a. Secara umum, diperkirakan satu dari tujuh pasangan di dunia bermasalah dalam hal kehamilan. b. Di Indonesia, angka kejadian perempuan infertil primer 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.
Universitas Sumatera Utara
c. Berdasar survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil telah meningkat mencapai15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia. d. Penyebab infertilitas sebanyak 40% berasal dari pria, 40% dari wanita, 10% dari pria dan wanita, dan 10% tidak diketahui (Kurniawan, 2010, ¶ 3).
3. Penyebab Infertilitas Penyebab infertilitas mungkin perubahan tingkat motilitas sperma dan penurunan kualitas atau pembentukan sperma yang abnormal. Wanita mungkin mengalami penurunan kepatenan tuba karena endometriosis atau infeksi pelviks, anatomi uterus yang abnormal atau perubahan hormonal yang mempengaruhi endometrium selama siklus menstruasi. Pengobatannya bergantung pada penyebab infertilitas (Potter, 2005).
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas a.
Umur Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase pubertas wanita adalah fase disaat wanita mulai dapat berproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya tandatanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13
Universitas Sumatera Utara
tahun. Adapun fase menopause adalah fase disaat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3. b. Lama Infertilitas Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut. c. Emosi Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. d. Lingkungan Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya, obat pelangsing) dan obat
Universitas Sumatera Utara
rekreasional (rokok, kafein dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh. e. Hubungan seksual Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi frekuensi, posisi dan melakukannya pada masa subur. f. Frekuensi Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang. g. Posisi Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur. h. Masa Subur
Universitas Sumatera Utara
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu empat belas hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur (Kurniawan, 2010, ¶ 4).
5. Patofisiologi Sekitar 95% dari disfungsi pada sistem reproduksi dikaitkan dengan anovulasi, kelainan anatomis pada traktus genital wanita dan produksi sperma yang tidak normal. Disfungsi ovulasi adalah penyebab utama dari infertilitas. Obstruksi tubafalopi adalah gangguan struktur yang lazim. Penyebab obstruksi yang paling lazim ditemukan adalah salpingitis akut karena infeksi gonorea atau klamidia. Infeksi pelvis, pemakaian IUD dan endometriotis juga bisa menyebabkan obstruksi tuba. Infeksi bisa merusak kelenjar-kelenjar yang menyekresi mukus yang membantu kelangsungan hidup dan motilitas sperma. Kurangnya estrogen bisa menyebabkan volume dan kualitas mukus serviks menurun. Kelainan pada uterus termasuk leinomioma bisa mengganggu implantasi ovum yang telah dibuahi. Sekitar 40% dari infertilitas menyangkut masalah produksi sperma. Infertilitas bisa mengakibatkan efek psikologis yang sangat berat pada suami/istri. Ketidakmampuan untuk mendapat keturunan bisa mempengaruhi semua aspek hidup suami/istri. Mengikuti pemeriksaan dan pengobatan dapat pula memberi
Universitas Sumatera Utara
pengharapan yang kemudian bisa menjadi keputusan apabila pengobatan gagal (Siswadi, 2007).
6. Pemeriksaan Khusus Infertilitas Pemeriksaan khusus infertilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, (1) Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), tentang lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, terdapat polip atau mioma dalam rahim), dan keterangan lain yang diperlukan; (2) Pemeriksaan Laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik kedalam ruang abdomen (perut) untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur (besarnya dan situasi permukaannya, adanya Graaf folikel, korpus luteum, atau korpus albikantes, bentuk abnormal yang dijumpai), keadaan tuba falopi (apakah normal, apakah terdapat kelainan anatomi, apakah terdapat perlekatan), keadaan perinoteum (selaput yang membungkus perut), rahim dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan cairan pada perioneum untuk pemeriksaan sitologi pengecatan dan pembiakan, sehingga faktor cairan dapat ditetapkan dalam proses infertilitas; (3) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertilitas terutama vaginal ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas situasi anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel Graaf yang matang, penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel Graaf untuk dilakukan pembiakan bayi tabung. Ulstrasonografi vaginal dilakukan sekitar waktu ovulasi dan
Universitas Sumatera Utara
didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitral atau obat perangsang indung telur lainnya; (4) Pemeriksaan uji pascasenggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir serviks. Caranya dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam, datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermotozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12, 13 dan 14 dengan perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para ahli; (5) Pemeriksaan hormonal (setelah semua pemeriksaan dilakukan), bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (folicle stimulation hormon [FSH], hormon luteinisasi [LH]) dan hormon (estrogen dan progesteron, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu, pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatannya selanjutnya (Manuaba, 1999). 7. Penatalaksanaan Infertilitas a. Pasangan suami istri harus dipandang sebagai suatu kesatuan biologis
Universitas Sumatera Utara
b. Kekurangan salah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainnya sehingga kehamilan dapat berlangsung. c. Pemeriksaan penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama tiga siklus (tiga bulan). d. Pasangan infertilitas sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah dijadwalkan. e. Suami dilakukan pemeriksaan fisik umum, fisik khusus, dan pemeriksaan analisis sperma (Manuaba, 1999).
8. Pengobatan Infertilitas a. Melakukan anamnese suami istri b. Pemeriksaan fisik Istri : Tanda seks sekunder 1) Pemeriksaan ginekologi 2) Pemeriksaan laboratorium Suami 1) Konsultasi pada ahli urologi 2) Laboratorium a) Laboratorium dasar b) Analisis sperma (Sperma analysis) yaitu obstinensia 3-5 hari dan dua kali interval, 2-3 bulan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pemeriksaan secara menyeluruh, sebaiknya sudah dapat menetapkan sebab infertilitas dalam tiga bulan (tiga siklus menstruasi), dengan ketentuan suami dalam batas normal. d. Pemeriksaan tambahan yang dianggap penting : 1) Biopsi endometrium pada hari pertama menstruasi 2) Histerosalfingorafi 3) Histeroskopi 4) Laparaskopi atau laparatomi a) Mengetahui keadaan ovarium yaitu folikel graaf atau korpus luteum b) Mengetahui faktor peritonium c) Melepaskan perlekatan d) Tuboplasti-melepaskan fimosis fimbrie tuba (Manuaba, 2001)
Universitas Sumatera Utara