BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut Bank Indonesia dan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. “ Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990, pengertian bank adalah bank merupakan suatu badan yang kegiatannya
10
di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
2.1.2. Jenis-Jenis Bank Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluar Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun, kegiatan utama bank adalah sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana tersebut. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaanya terletak pada luasnya kegiatan usaha, jumlah produk yang ditawarkan maupun jangkauan wilayah operaasinya. Sedangkan dari sisi kepemilikan, dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. 1. Dilihat dari Segi Fungsinya Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI. Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari: a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat
11
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya Maksud dari tinjauan kepemilikan adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank tersebut. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bank milik pemerintah b. Bank milik swasta nasional c. Bank milik koperasi d. Bank milik asing e. Bank milik campuran
3. Dilihat dari segi status Kedudukan atau status disini menunjukan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanan. Dilihat dari segi status, bank dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Bank devisa b. Bank non devisa
12
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga Dilihat dari cara menentukan harga, bank terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
2.1.3. Financial Sustainability Menurut Luciana, dkk (2009), Financial Sustainability adalah kemampuan suatu organisasi untuk membandingkan semua biaya (biaya keuangan, misalnya beban bunga atas pinjaman, dan biaya operasi, misalnya gaji pegawai, perlengkapan, persediaan) dengan uang atau pendapatan yang diterima dari kegiatan yang dilakukan (misalnya pendapatan bunga dan pendapatan dari deposito bank). Financial Sustainability Ratio (FSR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberlanjutan suatu bank dari segi kinerja keuangan bank. Rasio ini dapat
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan peningkatan tingkat pengembaliannya guna mencapai dan memelihara keberadaan jangka panjangnya. Financial Sustainability Ratio (FSR) merupakan alat ukur untuk menilai efisiensi suatu lembaga (Soeksmono, 1995). Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tiap periodenya sehingga dapat diketahui kinerja dari keuangan bank tersebut untuk melaksanakan operasinya atau tidak. Dengan kata lain, Financial Sustainability merupakan hal yang penting untuk mengetahui kemungkinan going concern
13
bank di masa depan. Financial sustainability ratio (FSR) juga dapat digunakan untuk memprediksi secara dini kebangkrutan suatu bank, apabila suatu bank memiliki kondisi persentase kredit macet tinggi dan tidak dapat mengelola dananya untuk kredit, maka bank tersebut memiliki financial sustainability ratio rendah, selain itu profitabilitas yang dimiliki juga rendah sehingga dapat berdampak buruk pada kinerja keuangan suatu bank. Financial sustainability ratio (FSR)
terdiri dari dua komponen, yaitu
beban dan pendapatan. Financial sustainability dikatakan baik jika nilainya lebih besar dari 100 persen, artinya bahwa total pendapatan harus lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 100%
....................................................(2.1)
2.1.4. Analisis Kinerja Bank Analisis kinerja bank dapat dilihat dari beberapa rasio keuangan bank, yaitu: 1. Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja bank antara lain sebagai berikut: a. Cash Ratio, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik
14
dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula likuiditas bank yang bersangkutan. Cash ratio dapat dirumuskan sebagai berikut, 100% .........(2.2) b. Reserve Requirement, yaitu suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank. Untuk
mengetahui
besarnya
reserve
requirement
dapat
menggunakan perhitungan sebagai berikut, 100% ......(2.3) Pengertian alat likuid dalam rasio di atas terdiri atas dua hal, yaitu kas dan giro pada Bank Indonesia. Sedangkan komponen dana pihak ketiga terdiri dari giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan kewajiban jangka pendek lainnya. c. Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%.................................(2.4) d. Loan to Asset Ratio (LAR), yaitu rasio yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
15
menggunakan seluruh aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%................................(2.5) e. Rasio Kewajiban Bersih Call Money, yaitu rasio yang menunjukan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Jika rasio ini semakin kecil nilainya, maka likuiditas bank dinyatakan cukup baik karena bank dapat segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antarbank dengan alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut,
100%.........(2.6) 2. Analisis Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas adalah alat untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas suatu bank antara lain sebagai berikut: a. Return on Asset (ROA), yaitu rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
16
dalam segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%..........................................................(2.7) b. Return on Equity (ROE), yaitu rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank, oleh karena itu rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut, 100%.......................................................(2.8) c. Rasio Biaya Operasional (BOPO), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%.....................................(2.9) d. Net Profit Margin (NPM), yaitu rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%.....................................(2.10)
17
3. Analisis Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Rasio-rasio yang termasuk ke dalam rasio solvabilitas antara lain sebagai berikut: a. Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%.........................(2.11) b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan menggunakan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut, 100%..........................................(2.12) c. Long term Debt to Assets Ratio, yaitu rasio yang digunakan untuk seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut,
18
100%.....................(2.13)
4. Rasio Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator
penilaian kinerja bank. Salah satu fungsi bank adalah
sebagai lembaga penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Pendapatan terbesar bank berasal dari pendapatan bunga atas kredit yang diberikan kemasyarakat dan sumber dana terbesar suatu bank juga berasal dari masyarakat atau Dana Pihak Ketiga (DPK), sehingga aktivitas penghimpunan dana masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan penyaluran dana kembali kemasyarakat dalam bentuk kredit merupakan aktivitas atau fungsi utama suatu bank. Kredit yang diberikan kemasyarakat bukannya tidak berisiko gagal atau macet. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut: K
K T
,D K
M
100%....(2.14)
2.1.5. Kurs (Nilai Tukar) Nilai tukar Rupiah merupakan harga Rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi nilai tukar Rupiah dinilai dari satu mata Rupiah yang ditranslasikan
19
ke dalam mata uang negara lain. Nilai tukar inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung berhati-hati untuk melakukan investasi. Pada penelitian ini nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar Rupiah terhadap terhadap Dolar AS. Menurut Sitinjak dan Kurniasari (2003) menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
2.1.6. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat, seperti yang tercermin pada perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas, artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produk tersebut. Kondisi seperti ini juga disebut sebagai kondisi ekonomi over heated. Kondisi seperti ini akan menurunkan daya beli uang
(purchasing power of money) dan mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin, 2001)
2.1.7. Suku Bunga Suku bunga merupakan nilai balas jasa yang diberikan oleh bank yang menggunakan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli dan menjual
20
produknya. Dalam kegiatan perbankan sehari-hari dikenal dua macam bunga, yaitu bunga simpanan yang diberikan sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, dan bunga pinjaman sebagai harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank (Kasmir, 2008). Dalam dunia perbankan, kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Baik bunga pinjaman maupun bunga simpanan saling mempengaruhi satu sama lain.
2.1.8. Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar (money supply) diukur atas tiga pendekatan. Uang dalam arti sempit (narrow money,M1) terdiri atas uang kartal (uang kertas dan uang logam) yang beredar dimasyarakat (di luar Bank Umum dan Kas Negara) dan uang giral (demand deposits) milik penduduk pada bank umum. Definisi uang dalam arti luas (broad money,M2) meliputi uang dalam arti sempit (M1) ditambah dengan uang kuasi, yaitu deposito berjangka milik penduduk dalam rupiah maupun valuta asing pada Bank Umum. Sedangkan uang dalam arti paling luas (M3) merupaka penjumlahan dari M2 dengan semua simpanan (deposito) pada lembaga keuangan lain (Puspopranoto, 2004).
21
2.2. Penelitian Sebelumnya 2.2.1. Permasalahan Dengan latar belakang yang relatif sama yaitu pentingnya lembaga keuangan bank maupun non bank sebagai media perantara keuangan, peneliti – peneliti terdahulu seperti Ramadhani (2008), Fadhila (2011), Harjanti (2011), Widiharto (2008), Asmoro (2010), dan Almilia, Shonhadji, dan Angraini (2009) menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan bank terhadap kondisi keuangan bank tersebut. Namun, Fadhila (2011) dan Almilia, Shonhadji, dan Angraini (2009) juga menganalisis pengaruh sensitifitas perbankan terhadap kondisi makroekonomi terhadap kondisi keuangan perbankan.
2.2.2. Metode Analisis Untuk menganalisis permasalahan yang ada Ramadhani (2008), Fadhila
(2011),
dan
Almilia,
Shonhadji,
dan
Angraini
(2009)
menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sedangkan Harjanti (2011), Widiharto (2008), Asmoro (2010) menggunakan metode analisis regresi logistik.
22
2.2.3. Jenis Data Pada penelitian sebelumnya, seluruhnya menggunakan data sekunder yang berupa data time series yang sebagian besar data diperoleh dari publikasi Bank Indonesia dan Laporan Pengawasan Perbankan (LPP).
2.2.4. Hasil penelitian Secara garis besar, pada penelitian terdahulu menunjukan bahwa pada periode tertentu ada beberapa rasio-rasio keuangan yang dimiliki lembaga keuangan atau perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan lembaga keuangan atau perusahaan seperti penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2008) yang menunjukan bahwa Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Fadhila (2011) dan Almilia, Shonhadji, Angraini (2009) menunjukkan bahwa pertumbuhan rasio-rasio keuangan bank dan sensitifitas perbankan terhadap kondisi makroekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Financial Sustainability Ratio (FSR) pada bank. Harjanti (2011), Asmoro (2010), dan Widiharto (2008) menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan bank. Secara ringkas, penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1.
23
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul dan peneliti
Latar Belakang
Metode
Hasil
Analisis Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Permodalan Bank (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2003-2007)” oleh Rachmat Ramadhani (2008)
Permodalan bagi industri perbankan sangat penting karena berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya risiko
regresi linear berganda
Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2003-2009” oleh Banathien Ashlin Noor Fadhila (2011)
perbankan dipahami sebagai sebuah “going concern”, yang ada dan tumbuh bukan untuk kepentingan sesaat saja, maka kemampuan untuk menghasilkan dan meningkatkan return/kinerja keuangan haruslah ditingkatkan untuk mencapai dan memelihara keberadaan jangka panjangnya Dampak dari kejadian permasalahan perbankan tahun 1997 adalah banyaknya bank
regresi linier berganda
Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Prediksi Kebangkrutan Bank (Studi pada
regresi logistik
variabel ROA dan kepemilikan institusi berpengaruh signifikan positif terhadap CAR, sedangkan variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan negatif terhadap CAR. Adapun variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR yaitu pertumbuhan aset Pertumbuhan Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (ΔBOPO), Sensitivitas NIM terhadap Kurs (S_Kurs), dan Sensitivitas NIM terhadap Inflasi (S_Inflasi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Financial Sustainability Ratio (FSR) pada bank Devisa periode 20032009 CAR, NIM, dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank sedangkan
24
Bank Umum Swasta Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2004–2008)” oleh Reny Sri Harjanti (2011) Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Bank Perkreditan Rakyat(Studi pada Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)” oleh Roberto Christian Widiharto (2008)
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Bank (Studi Kasus pada Bank Persero dan Bank Umum
bank yang di likuidasi atau pengehentian kegiatan usaha dan banyak juga bank yang dimerger dengan bank yang lain Antisipasi dan pemulihan krisis yang terjadi pada industri perbankan
sektor perbankan mempunyai peranan yang cukup dominan dalam menggerakkan sektor riil. Adanya kontradiksi (researh gap) dari
ROA, ROE, NPL dan LDR mempunyai pengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank
regresi logistik
regresi logistik
Rasio aktiva produktif bermasalah, Rasio Profit Margin, dan Rasio keuangan Return On Asset sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah pada BPR untuk satu tahun ke depan dan juga untuk dua tahun kedepan. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Rasio keuangan PPAP, Rasio keuangan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Rasio keuangan Loan to Deposit Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah pada BPR baik itu untuk satu tahun ke depan atau dua tahun ke depan. variabel CAR dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi bermasalah. Sedangkan variabel NPL, BOPO, dan LDR berpengaruh
25
Swasta Nasional periode 20042007)” oleh Argo Asmoro (2010)
penelitian sebelumnya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio pada Bank Umum Swast Nasional Non Devisa Periode 19952005” oleh Luciana Spica Almilia, Nanang Shonhadji, Angraini (2009)
Financial Sustainability merupakan hal yang penting untuk mengetahui kemungkinan going concern bank di masa depan termasuk bank umum swasta nasional non devisa yang merupakan jenis bank paling banyak di Indonesia. Financial sustainability ratio jugadapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dini suatu bank
regresi linier berganda
positif tetapi tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah pada sektor perbankan Hubungan variabel independent yang terdiri dari rasio-rasio keuangan bank (CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR) dan sensitifitas bank terhadap variabel makro ekonomi (S_M2, S_IHKU, S_SBI) terhadap variabel dependent yaitu Financial Sustainability Rasio (FSR) mengalami perubahan struktural di Indonesia pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa selama periode 19952005.
2.3.Kerangka Pikir Konseptual Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya, sehingga ROA dapat menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari waktu ke waktu. Laba itu sendiri merupakan hal utama yang menjadi tujuan kegiatan ekonomi yang dilakukan setiap perusahaan, termasuk perusahaan perbankan, karena berkaitan dengan salah satu fungsi bank yaitu menjamin keberlanjutan kegiatan operasional
26
bank. Laba akan diperoleh bank jika pemasukan yang diterima lebih besar dari pada pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan bank. Peningkatan Return on Asset (ROA) suatu bank menunjukkan bahwa semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset, antara saat ini dengan tahun sebelumnya. Capital Adequancy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan modal dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat mempengaruhi besarnya modal bank. Rasio biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya antara saat ini dengan tahun sebelumnya. Peningkatan BOPO antara tahun ini dengan tahun sebelumnya menunjukkan penurunan tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, hal ini menunjukan kemungkinan suatu bank mengalami kondisi bermasalah. Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas bank. Peningkatan rasio ini mengindikasikan peningkatan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Menurut
Bank
Indonesia,
penilaian
aspek
likuiditas
mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang
27
memadai guna memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator penilaian kinerja bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Sehingga, rasio Non Performing Loan (NPL) digunakan untuk mengukur jumlah kredit bermasalah bank dari waktu ke waktu. Semakin tinggi risiko NPL, maka semakin berdampak buruk bagi keberlanjutan bank. Suku bunga merupakan nilai balas jasa yang diberikan oleh bank yang menggunakan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli dan menjual produknya. Dalam dunia perbankan, bunga merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Baik bunga pinjaman maupun bunga simpanan saling mempengaruhi satu sama lain. Suku bunga dapat mempengaruhi laba perusahaan yang akhirnya dapat mempengaruhi keberlanjutan kinerja keuangan perusahaan. Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas, artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produk tersebut. Kondisi seperti ini akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan meningkatkan jumlah kredit konsumsi perbankan. Pertumbuhan jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan ekonomi, karena biasanya jika terjadi pertumbuhan ekonomi maka jumlah
28
uang beredar pun meningkat. Hal tersebut berdampak baik bagi keberlanjutan bank. Hal ini mengindikasikan semakin sensitif suatu bank terhadap jumlah uang beredar maka keberlanjutan bank tersebut juga semakin baik. Nilai tukar Rupiah merupakan harga Rupiah terhadap mata uang negara lain.
Fluktuasi
nilai
tukar
mempengaruhi
kehidupan
perbankan,
meningkatnya kurs Rupiah terhadap US$ mengakibatkan masyarakat cenderung untuk memiliki US$ dibandingkan Rupiah (menarik dana dan mengkonversikannya dalam US$). Hal itu dapat mengakibatkan menurunnya dana Rupiah perbankan, sehingga mempengaruhi kegiatan bank dalam menyalurkan kreditnya, yang pada akhinya dapat menurunkan kemampuan bank dalam melanjutkan kinerja keuangannya. Meninjau uraian-uraian di atas dan hasil-hasil penelitian terdahulu, sehingga yang menjadi variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah variabel ROA, CAR, BOPO, LDR, NPL, suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, dan kurs sebagai variabel independen dan FSR sebagai variabel dependen. Sehingga kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
29
Faktor Makroekonomi
Kebijakan moneter dan perbankan
1. 2. 3. 4.
Kurs Inflasi M1 Suku Bunga
Kinerja Mikroekonomi 1. 2. 3. 4. 5.
BOPO CAR LDR NPL ROA
Pengelolaan usaha perbankan
Sustainabilitas Keuangan Bank
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4. Hipotesis Berdasarkan studi pustaka dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah: 1. Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011. 2. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011. 3. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh negatif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011. 4. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011.
30
5.
Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011.
6. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011. 7. Inflasi berpengaruh positif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011. 8. Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011. 9. Kurs berpengaruh negatif terhadap sustainabilitas keuangan pada perbankan Indonesia pada periode 2004-2011.