8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Menurut PP Nomor 70 tahun 2009, pemanfaatan energi secara efisien atau dengan bahasa lain konservasi energi merupakan suatu upaya untuk memanfatkan energi secara optimal dan rasional tanpa mengurangi produktifitas dari kegiatan yang benar benar memerlukan energi. Konservasi energi dapat dilakukan apabila profil atau gambaran pemanfaatan energi dari suatu kegiatan telah diketahui terlebih dahulu. Dalam hal ini, audit energi merupakan jawaban yang salah satu langkah awal dalam pelaksanaan konservasi energi. Energi atau yang sering disebut tenaga (power), adalah suatu pengertian yang sering sekali digunakan. Sesuai hukum kedua termodinamika, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan/berubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain, misalnya pada kompor di dapur, energi yang tersimpan dalam minyak tanah diubah menjadi api. Jadi energi adalah kemampuan dari suatu sistem untuk melakukan kerja pada sistem yang lain. Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur, sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik (Dewi, 2013). Dunia industri memerlukan energi dalam jumlah yang besar. Energi tersebut di antaranya digunakan untuk keperluan menjalankan mesin – mesin industri. Sumber energi yang digunakan di bidang industri biasanya berasal dari listrik dan bahan bakar fosil seperti solar, bensin, dan gas. Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu sumber energi yang digunakan di bidang industri adalah energi listrik. Sumber energi ini dirasakan sangat penting peranannya dalam perkembangan industri yang semakin modern. Pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia diprediksi akan mencapai 7.1% per tahun hingga akhir tahun 2017 (RUPTL PLN, 2016). Energi listrik di industri diperlukan untuk menggerakkan motor – motor listrik sebagai tenaga penggerak utama pada mesin proses, pemanas komponen tertentu pada alat, pendinginan, penerangan, dll. Dari semua keperluan tersebut, konsumsi energi terbesar adalah untuk menggerakkan motor – motor listrik. (Hansen, 2011)
2.2 Audit Energi Audit Energi Listrik adalah suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi pemakaian energi listrik di suatu tempat. Audit energi listrik didefinisikan sebagai analisa dari perbandingan antara masukan dan keluaran per satuan output dalam suatu sistem pemanfaatan energi listrik. Hasil dari audit energi listrik diharapkan mampu menentukan efisiensi penggunaan energi listrik per konsumen, sekaligus langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi. Penerapan konservasi energi antara lain melalui audit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
energi listrik akan mendorong efisiensi penggunaan energi listrik, sehingga penambahan pembangkitan energi listrik tidak menjadi sesuatu yang mubazir. Dalam pelaksanaannya, audit energi mengikuti prosedur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6196-2000). Dalam standar ini terdapat 2 langkah yaitu: 1. Audit energi awal, dengan kegiatan didalamnya adalah pengumpulan bukti rekening pembayaran dan pengamatan visual; 2. Audit energi rinci, dengan keluaran dari poses ini adalah profil penggunaan energi listrik; 2.2.1 Audit Energi Awal (Pendahuluan) Audit energi pendahuluan merupakan pengumpulan data awal, tidak menggunakan instrumentasi yang canggih dan hanya menggunakan data yang tersedia. Dengan kata lain audit energi awal merupakan pengumpulan data di mana, bagaimana, berapa, dan jenis energi apa yang dipergunakan oleh suatu fasilitas. Daya ini diperoleh dari catatan penggunaan energi pada tahun-tahun/ bulan-bulan sebelumnya pada bangunan dan keseluruhan sistem kelengkapannya. Audit energi awal mempunyai tiga tahap pelaksanaan yaitu: 1. Melakukan identifikasi berapa jumlah dan biaya energi menurut jenis energi yang dipergunakan oleh bangunan dan kelengkapannya. 2. Melakukan identifikasi konsumsi energi per bagian/ sistem dari bangunan dan kelengkapannya. 3. Mengoreksi masukan energi dan keluaran produksi atau biasa disebut dengan intensitas energi. Hasil dari audit energi awal berupa langkah-langkah “housekeeping” yang tanpa biaya atau dengan biaya rendah, dan daftar sumber-sumber pemborosan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
energi yang nyata. Audit energi memberikan identifikasi tentang perlunya dilakukan audit energi rinci serta ruang lingkupnya. 2.2.2 Audit Energi Rinci Audit energi rinci (Detailed Energy Audit) merupakan survey dengan memakai instrumen untuk menyelidiki peralatan-peralatan pemakai energi, yang selanjutnya diteruskan dengan analisa secara rinci terhadap masing-masing komponen, peralatan,
grup-grup komponen
yang melengkapi
bangunan
gunamengidentifikasi jumlah energi yang dikonsumsi oleh peralatan, komponen, bagian-bagian tertentu dari bangunan, sehingga pada akhirnya dapat disusunaliran energi keseluruhan bangunan. Secara lengkap, prosedur audit energi rinci dapat dibagi ke dalam delapan langkah utama sebagai berikut: 1. Perencanaan – merencanakan audit secara teliti, mengidentifikasi bagian-bagian atau peralatan-peralatan utama pengguna energi dan merencanakan pemakaian waktu yang tersedia secara efisien bagi tim audit. 2. Pengumpulan data dasar – mengumpulkan data dasar yang tersedia, meliputi penggunaan energi dan kegiatan produksi dan jadwal penggunaan gedung. 3. Data pengujian peralatan – melakukan pengujian operasi dan mendapatkan data baru pada kondisi operasi yang sebenarnya. 4. Analisa data – menganalisa data yang telah dikumpulkan, termasuk menggambarkan grafik energi spesifik, menghitung efisiensi peralatan dan membuat system balance dan electricity balance.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
5. Rekomendasi tanpa biaya/ dengan biaya rendah – mengidentifikasi caracara operasi, pemeliharaan dan housekeeping yang akan menghilangkan pemborosan energi atau memperbaiki efisiensi. 6. Investasi modal – mengidentifikasi peluang penghematan energi yang memerlukan investasi. 7. Rencana pelaksanaan – menggambarkan dengan jelas rencana pelaksanaan yang memuat semua langkah yang diperlukan oleh perusahaan untuk menerapkan rekomendasi. 8. Laporan – menyusun laporan untuk manajemen, menyimpulkan temuan hasil audit, rekomendasi yang dibuat dan rencana pelaksanaan/ implementasi.
2.3 Elemen Audit Energi Elemen-elemen dari proses audit energi listrik menurut Prasetio (2008) antara lain yaitu: 1. Diagram Proses Produksi (Pada Konsumen Industri) Diagram proses produksi merupakan skema yang menggambarkan alur proses produksi. Dimulai dari bahan mentah, proses awal, hingga finishing atau produk yang dihasilkan. 2. Diagram Alir Energi Diagram alir energi menggambarkan pasokan awal energi listrik yang kemudian dikonversi menjadi bentuk energi lainnya (mekanis, panas, cahaya, dan sebagainya). Melalui diagram energi dapat diamati proses konversi energi listrik melalui peralatan yang digunakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
3. Analisa Suplai Listrik dan Instalasinya Analisa suplai listrik mencakup kapasitas suplai, captive power (bila ada), kapasitas transformator, besaran daya aktif (MW) dan reaktif (MVAr), load factor, pembebanan pada instalasi listrik, serta parameter kualitas daya. 4. Data Produksi (Pada Konsumen Industri) Data produksi mencakup output yang dihasilkan serta perhitungan biaya energi/ output. Melalui perhitungan ini diharapkan dapat diketahui berapa biaya energi yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan output. 5. Analisa Konsumsi Energi Listrik Spesifik Analisa konsumsi energi spesifik mencakup analisa penggunaan energi listrik per jenis peralatan. Setelah diketahui total penggunaan energi listrik oleh setiap peralatan, dapat pula diketahui tingkat susut (losses) dari suatu sistem. 6. Rekapitulasi Energi Listrik Rekapitulasi energi listrik merupakan resume dari analisa sebelumnya dengan memasukkan unsur biaya energi listrik, yang mencakup tiga aspek: Rekapitulasi konsumsi: merupakan rekap konsumsi energi listrik per jenis peralatan yang digambarkan pada diagram alir energi. Referensi: merupakan acuan yang digunakan untuk membandingkan konsumsi energi listrik oleh tiap jenis peralatan. Referensi bisa bersumber pada standar peralatan, SPLN, maupun acuan lainnya.• Tingkat Efisiensi: merupakan perbandingan antara rekapitulasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
konsumsi dan referensi. Tingkat efisiensi ini menentukan kinerja dari suatu sistem pemanfaatan energi listrik. 7. Rekomendasi Efisiensi Rekomendasi efisiensi berisi saran dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik di masa mendatang. Ada tiga skenario dalam rekomendasi efisiensi:
Low Cost: apabila perubahan yang dilakukan bersifat pemeliharaan atau perubahan pada pola konsumsi tiap jenis peralatan.
Medium Cost: apabila perubahan yang dilakukan menyangkut penggantian sebagian elemen peralatan yang dinilai kurang optimal.
High Cost: apabila perubahan yang dilakukan merupakan investasi yang cukup besar, misalnya menambah peralatan atau mengubah sistem instalasi energi listrik
2.4 Konservasi dan Efisiensi Energi Menurut Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh aspek dalam pengelolaan energi (Sutanto, 2011), yaitu: 1. Penyediaan Energi 2. Pengusahaan Energi 3. Pemanfaatan Energi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
4. Konservasi Sumber Daya Energi Efisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama. Di masyarakat umum kadang kala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi. Alasan mengapa efisiesi dalam penggunaan energi adalah sebagai berikut : 1. Cadangan Energi
Fosil
Terbatas. Efisiensi
energi
membantu
mengurangi penggunaan energi fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi yang selama ini peranannya sangat dominan. Energi fosil, yang merupakan jenis energi tidak terbarukan, suatu saat akan habis jika terus dieksploitasi. Dengan menghemat penggunaan energi fosil, pemerintah dapat menyimpannya sebagai cadangan dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional. 2. Mengurangi Kerusakan Lingkungan Hidup. Efisiensi energi merupakan solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kerusakan lingkungan hidup. Saat ini, sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari pembakaran energi fosil yang menyebabkan polusi gas rumah kaca dan mengakibatkan pemanasan global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup. 3. Mengurangi Subsidi Pemerintah untuk Energi Fosil. Saat ini subsidi pemerintah untuk energi fosil mencapai Rp 98,96 triliun rupiah (Tahun 2009). Jika kita berhasil menggunakan energi secara efisien, maka subsidi pemerintah untuk energi fosil dapat dikurangi dan dialokasikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
untuk upaya konservasi energi lainnya seperti investasi pengembangan sumber energi terbarukan dan pengembangan teknologi efisien energi. 4. Memberikan Keuntungan bagi Pengguna Energi. Menggunakan energi secara efisien berdampak langsung pada pengurangan biaya yang dikeluarkan oleh pengguna energi. Industri barang dan jasa menjadi lebih produktif dan kompetitif jika biaya pemakaian energi dapat ditekan. Pada sektor rumah tangga, penghematan energi juga mengurangi biaya pemakaian listrik suatu rumah tangga. Dana tersebut dapat dialokasikan untuk hal-hal lain seperti biaya keperluan sehari-hari, uang bulanan sekolah serta biaya kesehatan. Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber-sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi. (Hermanto, 2015)
2.5 Manajemen Energi Energi merupakan salah satu sumber daya yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memproduksi barang. Penggunaan yang efektif dan efisien, sebagai langkah konservasi energi, dikenal sebagai manajemen energi. Manajemen Energi Terpadu (MET) adalah suatu aktifitas manajemen energi yang berdisiplin, terorganisasi dan terstruktur menuju penggunaan energi yang lebih efisien, tanpa mengurangi tingkat produksi, kualitas serta ketentuan keselamatan dan pencemaran lingkungan (Ahsyaf , 2011)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Prinsip yang mendasari MET adalah efektifitas dalam biaya. Seperti halnya investasi dalam bidang lainnya, konservasi energi hanya dilakukan bila secara komersial layak dipertanggung jawabkan. Dengan demikian MET melibatkan evaluasi baik secara teknis maupun financial. Pendekatan secara sistematis dan terstruktur terhadap manajemen energi sangat dibutuhkan dalam usaha mengidentifikasikan dan merealisasikan potensi penghematan yang ada. Manajemen Energi Terpadu memberikan manfaat pada perusahaan atau organisasi melalui: 1.
Penurunan biaya operasi
2.
Peningkatan keuntungan
3.
Meminimumkan pengaruh load shedding
4.
Peningkatan potensi untuk kesinambungan pertumbuhan pasar.
5. Pemberian dasar pertimbangan dalam usaha memodernisasi perusahaan atau organisasi. Manajemen energi adalah suatu proses penerapan ilmu manajemen di bidang energi untuk meningkatkan efektifitas pemakaian energi pada suatu perusahaan atau organisasi. Selain itu manajemen energi juga mempelajari teknik dan cara pemakaian suatu barang agar seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan dan organisasi. Sementara itu di industri, manajemen industri telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah, swasta maupun konsultan. (Rizky, 2014)
2.6 Prinsip Manajemen Energi Prinsip-prinsip Umum Manajemen Energi, Identifikasi prinsip prinsip dasar manajemen energi adalah suatu hal yang sangat luas jangkauannya karena dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
prinsip-prinsip dasar ini akan sangat membantu dalam cara pendekatan terhadap problem yang akan dihadapi. Prinsip-prinsip dasar itu dapat mempersiapkan dasar untuk pendekatan yang rasional dan penjabaran yang lebih terperinci tentang teknologi yang dibutuhkan. (Rizky, 2014) Prinsip yang pertama adalah melihat data historis tentang pemakaian energi. Kadang-kadang terjadi variasi musiman atau perubahan pemakaian energi yang mendadak turun karena terjadi kerusakan mesin atau pemeliharaan mesin tetapi hal itu tidak diketahui. Dengan melihat kembali data-data historis dapat diketahui halhal yang sebelumnya tidak jelas dan bahkan dapat memberikan saran untuk mengkombinasikan beberapa proses operasi yang dapat menghemat pemakaian bahan bakar. dengan adanya audit energi akan didapat data pemakaian energi yang terinci dari suatu proses atau mesin tertentu dan dapat terlihat pemakaian energi yang tidak efisien. Dengan meningkatnya pemeliharaan pada suatu perusahaan atau organisasi biasanya akan menghemat pemakaian bahan bakar. Peralatan baru yang lebih efisien dapat menggantikan peralatan lama yang kurang efisien yang tidak akan mengurangi kualitas produksinya bila dibandingkan dengan proses lama yang kurang efisien. Energy Containment berusaha untuk memanfaatkan energi, mengurangi kehilangan dan menggunakan kembali proses yang tersisa yang telah dibuang dari suatu proses atau peralatan (recovered heat). Bahan yang ekonomis maksudnya menggunakan kembali bahan-bahan sisa, mengurangi sampah dan perencanaan bahan sisa (design for salvage), perencanaan produksi (design product) yang mempertimbangkan penggunaan kembali bagian yang terbuang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Prinsip yang kedua Pemilihan kualitas bahan sangat penting karena bahan dengan kualitas yang baik biasanya memerlukan biaya yang lebih banyak. Penggabungan pemakaian energi dari beberapa proses atau peralatan dapat meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan pada kondisi tertentu. Penilaian ekonomis (economic evaluation) adalah suatu alat yang penting di dalam energi manajemen. Peralatan baru, proses dan berbagai pilihan lainnya harus dipelajari untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang diperlukan dan berapa keuntungan yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran yang jelas. (Rizky, 2014)
2.7 Studi Kelayakan Studi kelayakan/Feasibility Studi dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 adalah suatu proses mengkaji aspek-aspek suatu sistem energi (proses atau utilitas) khususnya yang ada di industri. Untuk mengetahui apakah pengelolaan energi yang telah ada tersebut masih layak dilaksanakan (efisien), ataukah perlu di modifikasi atau retrofitting maupun perlu diganti dengan teknologi baru. Dalam proses konservasi energi, pada tahap tertentu, untuk mengurangi konsumsi energi dari sebuah proses maupun utilitas, maka akan dibutuhkan investasi baik berupa modifikasi, atau penggantian dengan menggunakan teknologi baru (retrofitting). Untuk mengevaluasi manfaat investasi maka diperlukan studi kelayakan yang diaplikasikan untuk seluruh sistem bidang energi. Studi Kelayakan dalam bidang energi mengevaluasi efektivitas aspek teknologi dan aspek ekonomi dari industri yang ada (BPKIMI, 2011) Melalui studi kelayakan, segala tindakan konservasi energi dapat dikaji secara komprehensif dan akan memberikan keuntungan seperti:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1.
Meningkatkan produktivitas peralatan dan tenaga kerja.
2.
Meningkatkan kualitas produk.
3.
Meningkatkan keamanan dan kenyamanan kerja.
2.7.1 Tujuan Studi Kelayakan Tujuan dari sebuah studi kelayakan adalah untuk mengkaji peluang–peluang dan kendala yang mungkin dapat membuat atau mengganggu usaha yang diusulkan. Studi kelayakan harus memberikan sejumlah rekomendasi apakah proyek yang diusulkan mungkin akan sukses sebagai sebuah kegiatan konservasi energi. (BPKIMI, 2011) Studi Kelayakan juga bertujuan untuk memberikan gambaran detail dan terukur dari suatu sistem saat ini, sebelumnya dan yang akan datang. Studi kelayakan memberikan informasi penting yang dibutuhkan manajemen puncak terkait dengan kelayakan rencana implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 sebelum membuat keputusan, yaitu: 1. Melanjutkan kegiatan seperti yang telah dan selalu dilakukan sebelumnya. 2. Perubahan ke beberapa teknologi, proses, metode, tujuan atau pengukuran lain. 3. Studi kelayakan diperlukan untuk menilai kelayakan secara manajemen dan tekno ekonomis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan termasuk tinjauan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.7.2 Tools dalam Studi Kelayakan 2.7.2.1 Perhitungan Nilai Tambah Untuk efisiensi energi, Nilai Tambah secara sederhana dapat dihitung menggunakan formula berikut: 1. Untuk konservasi energi Nilai tambah = Biaya energi sebelum konservasi energi – Biaya energi setelah konservasi energi 2. Untuk pengurangan emisi Nilai tambah = Beban emisi sebelum konservasi energi – Beban emisi setelah konservasi energi Total nilai tambah. 2.7.2.2 Sensivitas dan Analisa Resiko Analisa sensitivitas adalah penilaian terhadap risiko. Karena ketidakpastian dalam menentukan nilai untuk analisis, dianjurkan bahwa analisis sensitivitas dilakukan, khususnya pada implementasi konservasi energi yang setelah dikaji kelayakannya ternyata pada posisi marjinal. Analisis Sensitivitas meliputi: 1. Seberapa sensitif kelayakan proyek ke perubahan parameter input? 2. Bagaimana jika satu atau lebih faktor dalam analisis kelayakan tidak menguntungkan seperti yang diperkirakan? 3. Seberapa besar variasi yang akan terjadi? Misal variasi bunga pinjaman, variasi dampak lingkungan, variasi harga/biaya energi, variasi IRR/NPV dan sebagainya. 4. Nilai probabilitas dari berhasilnya pekerjaan konservasi energi?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.7.2.3 Kelayakan Teknis Kelayakan teknis harus diarahkan kepada isu – isu di dalam Penilaian Kebutuhan Teknologi (Teknologi Need Assessment/ TNA), misalnya: Dampak dari implementasi terhadap keselamatan, besarnya penghematan energi, kualitas produk, jumlah produksi, proses dan durasi jam kerja. 2.7.2.4 Kelayakan Ekonomis Menggambarkan berapa lama beban investasi (pembiayaan) sebelum menjadi keuntungan. 1. Benefit Cost Ratio Metode Benefit Cost Ratio biasanya digunakan pada tahap awal dalam mengevaluasi perencanaan investasi. Menurut Giatman (2006), metode BCR ini memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut. Rumus umum yang digunakan dalam menghitung nilai Benefit Cost Ratio yaitu: 𝐵𝐶𝑅 =
𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡
....................... (2.1)
Terdapat perbedaan dalam analisis BCR pada proyek pemerintah dan swasta, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan tujuan dari investasi yang dilakukan. Pada proyek pemerintah, benefit seringkali tidak dapat diukur dengan jelas karena tidak berorientasi pada keuntungan. Dengan kata lain, benefit didasarkan kepada manfaat umum yang diperoleh masyarakat dengan adanya proyek tersebut. Sedangkan pada proyek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
swasta, benefit didasarkan pada keuntungan yang diperoleh investor dari proyek tersebut. Untuk menilai kelayakan suatu usaha atau proyek dari segi Benefit Cost Ratio adalah: Jika: BCR ͟˃ 1, maka investasi layak (feasible) BCR ˂ 1, maka investasi tidak layak (unfeasible) 2. Payback Periode Metode Payback Period merupakan teknik penilaian untuk mengetahui seberapa lama jangka waktu (periode) yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi dari suatu proyek atau usaha Giatman (2006). Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period adalah: 𝑃𝑃 =
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
.................... (2.2)
Untuk menilai kelayakan suatu usaha atau proyek dari segi Payback Period adalah: Jika: PP ˃ Umur ekonomis proyek, maka tidak layak. PP ˂ Umur ekonomis proyek, maka layak. 3. Net Present Value Methode (NPV) NPV memberikan informasi perencanaan finansial dari proyek konservasi energi. Seringkali kita temukan perubahan nilai uang sejalan dengan waktu. Untuk itu diperlukan analisis hubungan antara nilai uang/investasi masa kini dan masa depan. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Net Present Value adalah: 𝑁𝑃𝑉 = 𝑃𝑉 𝑜𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 (𝑃𝑉𝐵) – 𝑃𝑉 𝑜𝑓 𝑐𝑜𝑠𝑡 (𝑃𝑊𝐶)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
................ (2.3)
24
Menurut Kuswadi (2007), langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan NPV yaitu: 1. Menentukan tingkat diskon (discount rate) yang akan digunakan, dalam hal ini dapat dipakai : a. Biaya modal (cost of capital), atau b. Tingkat keuntungan (rate of return) yang dikehendaki. 2. Menghitung present value dari aliran kas dengan tingkat diskon tersebut. 3. Menghitung present value dari besarnya investasi. 4. Menghitung NPV menggunakan rumus pada persamaan di atas. Hasil dari perhitungan Net Present Value (NPV) terhadap keputusan investasi yang akan dilakukan adalah: Jika: NPV ˃ 0, maka investasi layak NPV ˂ 0, maka investasi tidak layak NPV = 0, maka investasi tidak memiliki pengaruh apapun Selain itu, harus diperhatikan pula apakah nilai NPV yang dihasilkan cukup sesuai dengan modal awal yang telah dikeluarkan dan umur dari investasi tersebut. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah investasi yang dijalankan memberikan penambahan yang cukup besar atau tidak. Penggunaan metode Net Present Value dalam mengetahui kelayakan dari suatu investasi memiliki keunggulan seperti: 1. Memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). 2. Memperhitungkan nilai sisa proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Sedangkan kelemahan dari Net Present Value antara lain adalah sebagai berikut: 1. Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek. 2. Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh kas perusahaan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek. 4. Internal Rate Of Return (IRR) Internal rate of return (IRR), adalah metrik profitabilitas yang digunakan untuk menentukan proyek-proyek cenderung menghasilkan return terbesar dari investasi modal. Meskipun terkait erat dengan net present value, IRR mencerminkan keuntungan yang diantisipasi sebagai persentase dari investasi awal bukan sebagai jumlah rupiah bersih. Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan dari suatu proyek atau investasi dalam persentase pada saat dimana nilai NPV sama dengan nol (Kuswadi, 2007). Rumus untuk menghitung IRR yaitu: .............. (2.4)
Dimana, i˳ = tingkat rate of return iˌ = tingkat bunga pembanding NPV˳ = net present value pada i˳ NPVˌ = net present value pada iˌ
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Cara menghitung nilai IRR menurut Sinaga (2009) adalah sebagai berikut : 1. Menghitung arus net cash flow sepanjang umur proyek, ditambah nilai sisa dari aset. 2. Menentukan tingkat bunga pembanding yang lebih besar dari tingkat rate of return, selisih sebaiknya tidak lebih besar 5%. 3. Menghitung nilai IRR menggunakan rumus pada persamaan diatas. Saragih (2013) menjelaskan bahwa kriteria dalam menilai kelayakan suatu usaha atau proyek dari segi Internal Rate of Return adalah sebagai berikut : Jika : IRR ˃ rate of return, maka investasi layak. IRR ͟˂ rate of return, maka investasi tidak layak dilaksanakan. Adapun keuntungan dari penggunaan Internal Rate of Return yang dikemukakan oleh Sinaga (2009), yaitu : 1. Dapat mengetahui kemampuan proyek dalam menghasilkan persentase keuntungan bersih rata-rata tiap tahun selama umur ekonomis dari proyek. 2. Nilai sisa (salvage value) barang-barang modal diperhitungkan dalam arus benefit/penerimaan. 5. Break Even Point Break Even Point (BEP) merupakan titik impas dimana biaya yang dikeluarkan dan pendapatan adalah seimbang (NPV = 0), sehingga pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
saat itu investasi tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Adapun perumusan untuk BEP yaitu : 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 = 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒂𝒏 Metode analisis kelayakan investasi menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan Break Even Point (BEP) memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Maka sebaiknya dilakukan analisis kelayakan investasi tersebut untuk mendapatkan hasil analisis maksimal.
2.8 Sistem Kelistrikan Pemakaian listrik per kapita kadangkala digunakan sebagai indikator perkembangan suatu negara. Di negara yang sedang berkembang, industri merupakan pemakai listrik terbesar, termasuk industri agrobisnis. 2.8.1 Pembangkit dan Pendistribusian Listrik Setelah tenaga listrik dibangkitkan oleh suatu pusat pembangkit listrik, selanjutnya tenaga listrik disalurkan (ditransmiskan) melalui jaringan transmisi. Dari jaringan transmisi selanjutnya didistribusikan kepada para konsumen tenaga listrik melalui jaringan distribusi tenaga listrik. Pada pembangkit tenaga listrik (PTL) biasanya membangkitkan energi listrik pada tegangan menengah, yaitu pada umumnya antara 6-20 kv, pada sistem tenaga listrik besar atau jika pembangkit tenaga listrik (PTL) terletak jauh dari pemakai, maka tegangannya perlu dinaikan melalui saluran transmisi dari dari tegangan menengah (TM) menjadi tegangan tinggi (TT) bahkan tegangan ekstra tinggi (TET).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Pada pembangkit tegangan yang dikeluarkan oleh generator yaitu 16 KV kemudian dinaikan tegangannya melalui Trafo Step-up di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) hingga tegangannya menjadi 500 KV, kemudian dialurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk menuju ke konsumen pemakai tegangan tinggi, sebelum ke konsumen pemakai tegangan tinggi, tegangan terlebih dahulu diturunkan dari tegangan ekstra tinggi (TET) menjadi tegangan tinggi (TT) yaitu sekitar 150 KV, tegangan tersebut diturunkan melalui Trafo step-down yang berada di Gardu Induk (GI). Setelah itu listrik dialirkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) menuju ke konsumen pemakai tegangan menengah (TM), sebelum ke konsumen pemakai tegangan menengah (TM), tegangan diturunkan kembali oleh Gardu Induk melalui Trafo step-down, dari tegangan tinggi (TT) menjadi tegangan menengah (TM) yaitu sekitar 20 KV. Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik yang umum, energi listrik yang dialirkan melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) tegangannya diturunkan, dari tegangan menengah (TM) menjadi tegangan rendah (TR) oleh Trafo step-down di gardu distribusi, tegangannya yaitu 220 dan 380 volt, yang kemudian didistribusikan ke pemakai oleh gardu distribusi melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) (Fahreza, 2012). 2.8.2 Daya Aktif dan Daya Reaktif Daya aktif, diukur dalam kilowatt (kW), merupakan daya nyata (daya poros, daya yang sebenarnya) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas tertentu. Terdapat beban tertentu seperti motor, yang memerlukan bentuk lain dari daya yang disebut daya reaktif (kVAR) untuk membuat medan magnet. Walaupun daya reaktif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
merupakan daya yang tersendiri, daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan) pada suatu sistim listrik. (Rama, 2008) Penjumlahan vektor daya aktif dan reaktif merupakan daya total (nyata), diukur dalam kVA (kilo Volts-Amperes). Daya ini merupakan daya yang dikirim oleh perusahaan energi ke pelanggan 2.8.3 Faktor Daya Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (kW) dengan daya total (kVA), atau kosinus sudut antara daya aktif dan total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya yang rendah akan berakibat system berkerja tidak baik dan tidak ekonomis. Oleh karena itu factor daya yang rendah dari suatu system perlu diperbaiki agar menjadi tinggi. Faktor daya yang rendah disebabkan adanya pemakaian daya reaktif ( VAR ) dari beban. Pemakaian daya buta ini disebabkan oleh beban instalasi berupa :
Motor-motor induksi
Transformator
Reaktor, jala-jala, dan sebagainya.
Dari macam-macam beban di atas yang paling besar pengaruhnya terhadap turunnya factor daya adalah motor-motor induksi. Oleh karena itu dalam suatu instalasi tenaga yang banyak menggunakan motor-motor induksi masalah perbaikan factor daya amatlah penting (Arismunandar, 2001).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
2.8.4 Kapasitor Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi faktor daya pada sistim distribusi daya pabrik. Kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi jumlah daya reaktif, juga daya total yang dihasilkan oleh bagian utilitas (Rama, 2008). 2.8.5 Trafo Trafo merupakan suatu peralatan listrik statis, yang merubah energi listrik dari tingkat tegangan yang satu ke tingkat tegangan yang lain. Adanya alat ini memungkinkan untuk menghasilkan energi listrik pada tegangan yang relatif rendah dan mentransmisikannya pada tegangan tinggi dan arus yang rendah, sehingga akan mengurangi kehilangan jaringan dan digunakan pada tegangan yang aman (Rama, 2008). 2.8.5.1 Jenis Trafo Tabel 2.1 Kualifikasi berbagai jenis Trafo berdasarkan kriteria. Dasar Kriteria
Keterangan
Jenis
Mengubah tegangan rendah Berdasarkan pada tegangan yang masuk
ke tegangan tinggi
Penaik/Step-Up
Mengubah tegangan tinggi ke tegangan rendah
Penurun/Step-Down
Berlokasi di luar ruangan Luar Ruangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada struktur beton
31
Berdasarkan Lokasi
Berlokasi di dalam gedung pada struktur beton
Dalam Ruangan
Transformator ini biasanya digunakan untuk menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke
Trafo Daya
tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator ini biasanya digunakan untuk
Berdasarkan Pengoperasian
menurunkan tegangan Trafo Distribusi
transmisi menjadi tegangan distribusi. Transformator ini biasanya digunakan untuk pengukuran yang terdiri atas transformator arus dan
Trafo instrumen
transformator tegangan. Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2.8.5.2 Efisiensi Trafo Didalam trafo tidak terdapat bagian yang berputar, sehingga efisiensinya berada pada kisaran 96 hingga 99 persen. Kehilangan-kehilangan terutama disebabkan dengan: a. Kehilangan Konstan; hal ini disebut juga kehilangan besi atau kehilangan inti, yang tergantung pada bahan inti dan sirkuit magnetik pada alur flux. Kehilangan arus Hysteresis dan Eddy merupakan dua komponen kehilangan konstan. b. Kehilangan Variabel; juga disebut dengan kehilangan beban atau kehilangan tembaga, yang beragam dengan kwadrat arus beban. Efisiensi trafo terbaik terjadi pada beban bilamana kehilangan konstan sama dengan kehilangan variabel. (Arismunandar, 2001) 2.8.6 Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dan lain sebagainya. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan atau kipas angin) dan di industri. Motor listrik dalam dunia industri seringkali disebut dengan istilah “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri. (Chairul, 2007)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
2.8.6.1 Jenis Motor Listrik Pada dasarnya motor listrik terbagi menjadi 2 jenis yaitu motor listrik DC dan motor listrik AC. Kemudian dari jenis tersebut digolongkan menjadi beberapa klasifikasi lagi sesuai dengan karakteristiknya (Yakob, 2007) Gambar 2.1 memperlihatkan kategori motor listrik yang paling umum. Motor tersebut dikategorikan berdasarkan pasokan input, konstruksi, dan mekanisme operasi, dan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.
Gambar 2.1 Jenis-jenis motor listrik (Yakob, 2007) 2.8.6.2 Motor Induksi Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling luas digunakan. Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan seharihari baik di industri maupun di rumah tangga. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3fase dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri, sedangkan motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase yang banyak digunakan terutama pada penggunaan untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah. (Yakob, 2007)
2.8.6.3 Komponen Motor Induksi Motor induksi memiliki dua komponen listrik utama: 1. Rotor. Motor induksi menggunakan dua jenis rotor; Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam petak-petak slots paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek pada kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek. Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase digulungi kawat pada bagian dalamnya dan ujung yang lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan sikat yang menempel padanya. 2. Stator. Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat. 2.8.6.4 Efisiensi Motor Induksi Motor mengubah energi listrik menjadi energi mekanik untuk melayani beban tertentu. Pada proses ini, kehilangan energi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Gambar 2.2 Siklus transformasi energi pada motor induksi (Yakob, 2007) Efisiensi motor ditentukan oleh kehilangan dasar yang dapat dikurangi hanya oleh perubahan pada rancangan motor dan kondisi operasi. Kehilangan dapat bervariasi dari kurang lebih 2-20%. Terdapat hubungan yang jelas antara efisiensi motor dan beban. Pabrik motor membuat rancangan motor untuk beroperasi pada beban 50-100% dan akan paling efisien pada beban 75%. Tetapi, jika beban turun dibawah 50% efisiensi turun dengan cepat. Mengoperasikan motor dibawah laju beban 50% memiliki dampak pada faktor dayanya. Efisiensi motor yang tinggi dan faktor daya yang mendekati 1 sangat diinginkan untuk operasi yang efisien dan untuk menjaga biaya rendah untuk seluruh pabrik, tidak hanya untuk motor. (Yakob, 2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah:
Usia. Motor baru lebih efisien.
Kapasitas. Sebagaimana pada hampir kebanyakan peralatan, efisiensi motor meningkat dengan laju kapasitasnya.
Kecepatan. Motor dengan kecepatan yang lebih tinggi biasanya lebih efisien.
Jenis. Sebagai contoh, motor kandang tupai biasanya lebih efisien daripada motor cincin-geser.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Suhu. Motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup total (TEFC) lebih efisien daripada motor screen protected drip-proof (SPDP).
Penggulungan ulang motor dapat mengakibatkan penurunan efisiensi beban.
2.9 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama Penulis
Judul
Metode
Ringkasan
& Tahun
Gupta (2015)
An
Empirical NPV/IRR
Penelitian pada pengaplikasian
Study of Effect
Inverter atau VFD pada motor
Inverter
listrik di industri, karena starting motor listrik membutuhkan daya dan arus yang sangat tinggi, penggunaan Inverter atau VFD dapat meminimalkan pemakaian daya dan arus tersebut, sehingga pemakaian energi listrik dapat dihemat.
Pandey (2012)
Electrical
Total
Penelitian dengan melakukan
Energy Audit (A
Productive
audit energi pada studi kasus di
Case Study of
Maitenance
perusahaan
tembakau hasil
dan
Tobacco
mendapatkan
bahwa
industry)
kontribusi terbesar pada energy waste dikarenakan banyaknya piranti yang tidak berfungsi optimal,
maka
diperlukan
maintenance secara berkala.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Shrivastava
Improving
International
Penelitian dengan melakukan
(2015)
Industrial
Journal of
audit proses di boiler Industri
Efficiency by
Scientific
Pembangkit
Listrik,
dengan
Energy Audit
Engineering
hasil
didapat
bahwa
and
spesifikasi
batu-bara
Technology
dipakai
tidak
audit
yang sesuai
rekomendasi untuk device yang digunakan
dan
akan
mengakibatkan kerugian dalam bentuk losses energi. Batu-bara low rank juga memiliki dampak negatif
yang
besar
bagi
lingkungan. Khare (2012)
Energy
NPV/IRR
Penelitian dengan melakukan
Conservation
audit
energi
Through Energy
berbasis
industri
Audit
dengan
hasil
penghematan dengan Tower
di
perusahaan minuman rekomendasi
energi
mengganti Fan
Blade
didapat Cooling dengan
Energy Efficient Aerofoil Fan Blade Sony (2015)
Implementation
Energy
Penelitian dengan melakukan
of Conservation
Conservation
penelitian
konservasi
energi
Energy by Using
listrik pada industri skala kecil
LED
menengah
dengan
cara
penggantian sistem penerangan dengan menjadi
lampu
konvensional
sistem
dengan lampu LED.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penerangan
38
Imron (2010)
Audit
Energi Risk and
Penelitian dengan melakukan
pada Boiler dan Sensitivity
audit
Kompresor
besarnya efisiensi boiler, NH3
analys.
untuk
menghitung
Kasus
kompresor dan air kompressor
pada PT Coca
pada PT Coca Cola Botling
Cola Bottling)
Pasuruan Indonesia, kemudian
(Studi
dapat
diihitung
besarnya
peluang penghematan energi yag
dapat
dilakukan
serta
dikaitkan dengan present valuenya sehingga dapat diketahui periode pengembalian modal bila
dilakukan
perbaikan
alatnya. Dewi (2011)
Audit dan
Energy
Peneliian dengan melakukan
konservasi
Conservation
audit dengan tujuan untuk
Energi Pada
mengetahui penggunaan energi
Rumah Sakit
di rumah sakit serta mencari
Angkatan Laut
peluang penghematan. Tahapan
dr. Ramelan
yang dilakukan diantaranya
Surabaya
survey energi, audit energi awal serta audit energi rinci dengan berpatok pada intensitas konsumsi energi (IKE)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
2.10 Kerangka Pemikiran Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian penulis membuat kerangka pemikiran yang dapat dillihat pada gambar 2.3 dibawah ini
Target Penelitian 1. Mengetahui potret profil penggunaan energi di PT MGG 2. Mengetahui potensi penghematan energi listrik di PT MGG 3. Mengetahui kelayakan investasi yang nantinya direkomendasikan
Identifikasi Masalah dan Solusi 1. Konsumsi energi listrik yang terlampau tinggi 2. Pengaplikasian konservasi energi yang belum maksimal.
Pengumpulan Data: -
Data layout pabrik Data produk yang dihasilkan Data konsumsi energi Data tagihan listrik dan energi lainnya
Studi Kelayakan: 1. Nilai tambah 2. Sensitivitas dan resiko 3. Kelayakan teknis 4. Kelayakan ekonomis
Pengolahan Data: - Perhitungan kelayakan investasi
Kelayakan
Tidak
Penyusunan Rencana Perbaikan
Implementasi Gambar 2.3 Diagram Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ya