BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1 (2004:2) dinyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Budi Rahardjo (2001:45) Laporan Keuangan adalah laporan pertanggung jawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (bank atau lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan.
2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 (2004:4) dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan 12
13
pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Mamduh (2000) bahwa pelaporan keuangan harus memberikan
informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor, dan pemakai lainnya, saat ini
maupun potensial (masa mendatang), untuk membuat keputusan unvestasi, kredit, dan investasi semacam lainnya.
2.1.2. Komponen Laporan Keuangan Menurut Budi rahardjo (2001) komponen laporan keuangan terdiri dari: 1. Neraca (Balance Sheet) Adalah laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan perusahaan, atau keadaan posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Neraca memberitahu kita mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan memperlihatkan bagian yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka waktu tertentu. Komponen neraca sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Aktiva atau Harta Adalah sumber daya ekonomi atau harta yang dimiliki atau dikendalikan oleh suatu perusahaan, seperti kas, bangunan, kendaraan, dan lain-lain yang diharapkan mempunyai manfaat dimasa depan. Atau investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktivitasnya mengejar laba. Aktiva atau Harta yang terdapat pada kolom sebelah kiri neraca yang mencerminkan struktur kekayaan
14
perusahaan, yang menunjukkan dana perusahaan ditanamkan atau dialokasikan pada pos-pos apa saja. Aktiva biasanya terdiri dari:
1. Aktiva lancar, secara umum aktiva lancar meliputi kas dan semua aktiva
dalam jangka waktu singkat atau jangka pendek akan kembali lagi dalam
bentuk kas. Jangka waktu biasanya tidak lebih dari satu tahun terhitung
dari tanggal neraca.
Yang termasuk komponen dari aktiva lancar adalah:
Kas dan Bank, adalah semua tagihan dan uang di brankas dan uang yang tersimpan di bank. Uang yang tersimpan di bank bisa dalam bentuk rekening, tabungan, atau giro maupun deposito
Surat berharga atau efek (Marketable Securities), aktiva ini adalah investasi jangka pendek yang kelebihan dana yang tertanam dalam kas , atau kas yang tidak terpakai yang tidak segera diperlukan. Biasanya diinvestasikan dalam bentuk surat berharga (commercial paper dan government securities).
Piutang dagang, adalah suatu nilai yang belum kita terima dari langganan atau konsumen meskipun barang sudah kita serahkan sebelum dibayar.
Persediaan, Persediaan untuk perusahaan pabrikasi (perusahaan yang menghasilkan atau memproduksi barang) terdiri dari tiga kelompok yaitu: barang mentah yang digunakan dalam proses produksi, barang setengah jadi yang masih perlu proses lebih lanjut, dan barang jadi yang siap untuk dipasarkan.
15
Biaya Dibayar di Muka, pembayaran di muka bisa muncul pada situasi
sebagai berikut. Pada tahun ini perusahaan membayar asuransi kebakaran
untuk jangka waktu tiga tahun.
2. Aktiva tetap, adalah berhubungan dengan hak milik, bangunan dan
peralatan. Aktiva ini bukan untuk dijual akan tetapi digunakan untuk
kegiatan perusahaan, berproduksi, menyimpan barang, mengirim dan
memamerkan produknya. Yang termasuk dalam komponen aktiva tetap
adalah tanah, hak atas tanah, bangunan, mesin, peralatan, perabotan kantor, mobil, truk, dsb. 3. Aktiva Tidak Berwujud, adalah aktiva yang secara fisik tidak ada tetapi mempunyai nilai nyata bagi perusahaan. Contoh dari aktiva ini adalah:
Hak patent (patent)
Hak cipta (copy right)
Goodwill
Franchise
Merek dagang (trade mark)
16
b. Kewajiban atau Hutang (Liabilities)
Merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan
di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa
yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Komponen kewajiban ada tiga kelompok diantaranya adalah :
a. Kewajiban/hutang lancar (current liabilities) , merupakan kewajiban atau
hutang yang akan dibayar atau jatuh tempo dalam waktu satu tahun buku (terhitung sejak tanggal neraca) atau kurang, atau dalam siklus operasi normal jika lebih dari satu tahun. Yang termasuk kewajiban lancar adalah:
Hutang dagang, menunjukkan suatu jumlah dimana perusahaan meminjam dari rekan usaha atau kreditor, darimana telah dibeli barang secara kredit.
Hutang wesel, Jika uang dipinjam dari bank atau pihak lain, maka akan muncul di neraca pada pos hutang wesel, sebagai bukti bahwa suatu perjanjian tertulis telah diberikan kepada pihak yang memberikan pinjaman.
Hutang pajak, merupakan hutang kepada instansi pajak yang belum dibayar
b. Kewajiban jangka panjang (long term liabilities), merupakan kewajiban yang tidak akan dibayar dengan aktiva lancar selama siklus operasi, atau
17
tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau lebih (terhitung sejak
tanggal neraca)
Contoh dari kewajiban jangka panjang:
Obligasi, merupakan suatu perjanjian tertulis antara peminjam (perusahaan yang mengeluarkan obligasi) dan pemberi pinjaman dalam mana peminjam sepakat untuk membayar suatu jumlah tertentu pada tanggal tertentu di waktu mendatang (saat jatuh tempo) dan membayar bunga secara periodik pada tanggal tertentu. c. Modal atau Ekuitas Adalah sesuatu yang bernilai yang dimiliki dan digunakan, dan sesuatu
yang bernilai yang digunakan tapi tidak dimiliki. Komponen dari modal sendiri diantaranya adalah : a. Modal saham, merupakan saham yang mencerminkan kepentingan pemegangnya sebagai pemilik perusahaan. Saham ini dinyatakan dengan sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham. Modal saham sendiri terdiri dari saham preferen dan saham biasa. b. Agio Saham, merupakan jumlah yang dibayar oleh para pemegang saham diatas nilai pokok dari saham.
18
2) Laporan Laba Rugi (Profit and Loss Statement)
Adalah laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya laporan
laba rugi memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau
rugi dan berapa banyak laba/keuntungan atau kerugiannya. Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha suatu perusahaan selama satu periode tertentu
atau selama satu tahun buku.
Komponen dari perhitungan laba rugi adalah:
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Beban Usaha
Pendapatan dan beban lain-lain
Pajak penghasilan
3) Laporan Perubahan Posisi Keuangan (The Statement Changes In Financial) Adalah catatan yang melaporkan perubahan posisi keuangan yang biasanya disajikan dalam Laporan Arus Dana atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Funs Flow Statement) yang melaporkan sumber (dari mana dana diperoleh) dan penggunaan dana (kemana dana dipakai) atau disajikan dalam Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) yang melaporkan perubahan posisi
19
keuangan berbasis kas, yaitu suatu ringkasan kas yang diterima dan dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode.
4) Catatan atas Laporan Keuangan (Footnotes or Notes to The Financial
Statement)
Merupakan suatu ikhtisar yang memuat penjelasan mengenai kebijakan-
kebijakan akutansi yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan atau bagian integral dari suatu laporan keuangan perusahaan. Alasannya adalah karena laporan keuangan itu sendiri singkat dan padat, sebab itu tak mungkin menyajikan semua informasi penting yang berhubungan dengan suatu rekening tertentu. Karena itu penjelasan yang tidak bisa diringkas dijelaskan secara lebih terinci pada Catatan Atas Laporan Keuangan yang merupakan penjelasan tertulis mengenai aspek-aspek penting dari berbagai item. (Budi Raharjo:84).
20
2.1.3. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan (Harahap,2002:74)
adalah:
1) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dianggap sebagai satu-
satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu saja. Misalnya untuk Pajak dan Bank. 3) Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4) Akutansi hanya melaporkan informasi material. Demikian pula penerapan prinsip akutansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap laporan keuangan. 5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian beberapa suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva paling kecil. 6) Laporan keuangan menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas), (substance over form).
21
7) Informasi
yang bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan
2.1.4. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Budi Rahardjo (2001) ada beberapa pengguna (baik intern
maupun ekstern) yang berkepentingan dengan data-data akutansi maupun sajian
laporan keuangan perusahaan. Pengguna data akutansi antara lain: 1) Manajer atau pimpinan perusahaan Pengguna utama dari data akutansi adalah manajer perusahaan itu sendiri. Manajer dituntut untuk mengambil keputusan tanpa tahu masalah yang mungkin akan muncul. Untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan, informasi akutansi sangat berguna. Dengan melihat cacatan keuangan perusahaan tahun yang lampau dan saat ini, manajer akan mendapatkan gambaran kecenderungan yang akan terjadi dan indikasi kemungkinan di masa depan. 2) Pemegang saham atau Pemilik Perusahaan Pemakai utama data akutansi adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan. Pemilik yang menanamkan uangnya ke dalam perusahaan berkepentingan langsung atas maju mundurnya perusahaan. Mereka biasanya mendapatkan laporan tahunan perusahaan yang didalamnya mencakup neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan keuangan lainnya.
22
3) Pemerintah
Pemerintah juga merupakan pengguna atas data akutansi perusahaan,
khususnya kantor pelayanan pajak. Kantor pajak perlu tahu laba yang
diperoleh suatu perusahaan setiap tahun, untuk perhitungan pajaknya.
4) Kreditor
Kreditor
baik
Bank
maupun
lembaga
keuangan
lainnya
juga
berkepentingan dengan data akutansi perusahaan, untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengembalikan kredit yang akan atau telah diambil. Biasanya kreditor mengharapkan laporan keuangan secara periodik, untuk mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan 5) Karyawan Perusahaan Karyawan perusahaan (diluar negeri, biasa tergabung dalam organisasi perburuhan)
biasanya
juga
ingin
mengetahui
laporan
keuangan
perusahaan. Bagi organisasi buruh ini, laporan keuangan diperlukan guna melakukan tawar-menawar kontrak kerja berikutnya. 2.2.
Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio merupakan suatu teknik analisis yang menggambarkan
hubungan antara satu poos dengan pos-pos lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan. Analisis rasio menjelaskan dan memberikan gambaran dan posisi keuangan suatu perusahaan.
23
Analisis rasio menurut Munawir (2004) adalah “suatu metode analisis
untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba
rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”. Sedangkan
menurut Sofyan Syafri Harahap (2004) “Rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.
Seperti halnya alat-alat analisis lainnya, analisis rasio keuangan ini
memiliki sifat “future oriented”, oleh karena itu penganalisis harus mampu menyesuaikan kondisi perusahaan masa sekarang dengan faktor-faktor yang akan muncul
pada
periode
mendatang
yang
akan
mempengaruhi
posisi
keuanganperusahaan. Dengan demikian kualitas analisis suatu angka rasio sangatlah bergantung pada kemampuan atau kecerdasan penganalisis dalam menginterpretasikan data yang bersangkutan.
2.2.1. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer
24
perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006) adalah sebagai
berikut:
1) manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,
2) analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat
obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan
3) analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan
perusahaan.
2.2.2. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat analisis keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006) :
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).
25
Rasio menstandarisir size perusahaan.
Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan.
Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi.
Keterbatasan utama dalam analisis rasio keuangan adalah sulit membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan rata-
26
rata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 495).
2.2.3. Penggolongan Angka Rasio Pada dasarnya angka rasio digolongkan menjadi dua jenis, yaitu angka berdasarkan sumber datanya dan angka rasio berdasarkan tujuannya. rasio 1) Analisis Rasio berdasarkan sumber datanya, terdiri dari:
a. Rasio-Rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) Rasio yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang datanya bersumber dari neraca. b. Rasio-Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratios) Rasio yang sumber datanya berasal dari laporan laba-rugi. c. Rasio-Rasio Antar Laporan (Interstatement Ratios) Rasio yang datanya bersumber dari neraca dan laporan laba rugi. 2) Analisis Rasio berdasarkan tujuannya, terdiri dari: a. Rasio Likuiditas Rasio yang bertujuan untuk mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dimiliki perusahaan yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, taggihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas disebut juga sebagai rasio leverage, yaitu rasio yang digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perushaaan
dalam
27
memanfaatkan aktiva dan ekuitas yang dimiliki perusahaan untuk
dilikuidasi. c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
membayar semua kewajiban perusahaan apabila perusahaan tersebut
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan yang dihasilkan dari aktvitas penjualan. d. Rasio Aktivitas Rasio yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas perusahaan.
dan efektivitas
28
2.3.
Rasio Profitabilitas dan Aktifitas Analisis Du Pont System menyangkut rasio profitabilitas dan rasio
aktivitas, sehingga penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai rasio
profitabilitas dan rasio aktivitas sebagai dasar dalam pembahasan selanjutnya.
2.3.1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Rasio profitabilitas
atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006) “Rasio profitabilitas akan menunjukkan efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi”. Rasio profitabilitas menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi, rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor (gross profit margin), margin laba operasi (operating profit margin), margin laba sebelum pajak (pretax profit
29
margin), margin laba bersih (net profit margin), return on assets atau return on investment, dan return on equity.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan yang dihasilkan
dari aktvitas penjualan. Rasio ini terdiri dari :
a. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin (GPM) dapat digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor dari setiap barang yang dijual perusahaan. Gross profit margin menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) “memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”. Penggunaan rasio ini dalam menentukan bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan memiliki kelemahan karena rasio ini hanya memberi tahu besarnya keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan perusahaan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan. Rumus untuk menghitung gross profit margin menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005),
30
b. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan rasio untuk mengetahui besarnya laba netto
yang dapat dihasilkan perusahaan melalui aktivitas penjualan. Rasio ini dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
c. Return On Assets (ROA) Analisis ROA ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada dalam perusahaan. Semakin
tinggi
hasil semakin
baik.
Namun,
dibandingkan tahun sebelumnya mungkin
penurunan
angka
ROA
menunjukkan perubahan aktiva
yang lebih cepat dari penjualan, dan kecenderungan ini bukanlah indikasi bagus. Rumus dari ROA adalah :
Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2006) “merupakan akibat dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rendah ditambah dan
31
biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah”.
Jika hasil perhitungan ROA suatu perusahaan sebesar 0,15 atau 15 persen
berarti setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan tersebut
akan memperoleh keuntungan sebesar 15 rupiah. Untuk mengetahui apakah perusahaan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya, maka perhitungan ROA harus dibandingkan dengan rata-rata tingkat pengembalian hasil
industri atau rata-rata suku bunga pinjaman saat itu. Apabila hasil perhitungan menunjukkan bahwa ROA perusahaan tersebut lebih tinggi dari ROA rata-rata industri atau rata-rata suku bunga pinjaman berarti perusahaan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya.
d. Return On Equity (ROE) Para
pemegang
saham
melakukan
investasi
untuk
mendapatkan
pengembalian atas investasi mereka. Rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi para pemegang saham adalah return on equity (ROE). Return on equity menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) “menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan sebuah industri yang sama”. Rasio ini juga menunjukkan kesuksesan manajemen perusahaan dalam dalam mengelola investasi untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik posisi manajemen dihadapan para
32
pemegang saham. Menurut Simamora (2000) baik ROE maupun ROA memiliki kelemahan yaitu “rasio ini tidak mempertimbangkan nilai kini (current value)
modal yang diinvestasikan karena laporan keuangan biasanya didasarkan pada
biaya perolehan historis”. Rumus untuk menghitung return on equity (ROE) :
Meskipun menganalisis kinerja keuangan perusahaan untuk menetukan
tingkat kesehatan perusahaan melalui penghitungan rasio keuangan lebih spesifik dibandingkan hanya dengan melihat laporan keuangan, ada beberapa kelemahan
penting
yang
dapat
ditemukan
dalam menghitung dan
menginterpretasikan analisis rasio, yaitu : a. Sulitnya mengidentifikasi kategori industri dimana perusahaan berada, jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha. b. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah dan norma industri. c. Rata–rata industri keuangan
hanya
perusahaan
dapat memberikan
rata–rata
dalam
panduan
atas posisi
suatu industri, tidak berarti
merupakan nilai yang ideal atau terbaik. d. Perusahaan terkadang mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya, sehingga pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan.Untuk menghindari situasi yang berubah, maka rasio keuangan perusahaan dapat dihitung dengan periode waktu kwartalan.
33
2.3.2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio
pemanfaatan aktiva. Rasio aktivitas menurut Van Horne dan Wachowicz (2005)
adalah “rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas atau rasio pemanfaatan aktiva menurut Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005) “yang mengaitkan penjualan dengan berbagai
kategori aktiva, merupakan penentu penting ROI”. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas, rasio perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah total assets turnover (TATO). Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000) “mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan penjualan”, sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2005) “kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan Rasio ativitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui perputaran dari aktiva perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan penjualan. Rasio aktivitas terdiri dari :
34
a. Total Asset Turnover (TATO)
Total assets turnover merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan
seluruh
aktiva
yang
dimiliki
untuk
menghasilkan penjualan. Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Jika total assets turnover suatu perusahaan sebesar 2,5 berarti total aktiva perusahaan berputar 2,5 kali untuk menghasilkan penjualan bagi perusahaan. Untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan rata-rata industri atau hasil perhitungan tahun-tahun sebelumnya.
b. Inventory Turnover (ITO) Inventory turnover merupakan rasio yang menggambarkan perusahaan dalam mengelola persediaan dalam arti perputaran persediaan yang akan diubah menjadi penjualan. Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
35
2.4.
Analisis Du Pont Sytem
2.4.1. Sejarah Du Pont System
Diawali dengan berdirinya perusahaan bubuk Du Pont yang kemudian
berkembang pesat menjadi perusahaan yang besar dengan beberapa departemen
yang tetap berada di bawah pengawasan kantor pusat. Salah satu inovasi paling
berpengaruh hingga saat ini adalah dilakukannya desentralisasi perusahaan.
Perusahaan dibagi ke dalam beberapa departemen seperti departemen manufaktur,
penjualan, keuangan dan pembelian. Masing-masing departemen akan lebih memfokuskan diri ke dalam bidangnya masing-masing dan diberikan kebebasan untuk menyusun strategi bagi peningkatan kinerja departemen masing-masing dan pada akhirnya perusahaan secara keseluruhan. Pada kondisi desentralisasi seperti itu perusahaan Du Pont harus membuat suatu indikator pengukuran kinerja yang tepat, untuk itulah kemudian mereka mengembangkan indikator yang disebut return on investmen (ROI). Indikator ROI diperoleh dari membandingkan antara laba dan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan return tersebut. Pendekatan ROI ini selanjutnya lebih dikembangkan lagi oleh Donaldson Brown
pada tahun 1914
yang kemudian dikenal dengan Du Pont System.
Donaldson Brown merupakan salah seorang staff keuangan Du Pont yang merumuskan bahwa ROI merupakan profit margin dikalikan dengan total asset turnover. Formula du pont system pada tahap awal dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti berikut:
36
Gambar 2.1 Bagan Du Pont System
NS
NOI
NPM
:
TC
AE
NS TATO
: TA
CASH WC
+ FA
Keterangan:
SE
x
ROI NPM NOI NS TC COGS SE AE TATO TA WC FA CASH INV AR
+
+
NS
ROI
COGS
: Return On Investment : Net Profit Margin : Net Operating Income : Net Sales : Total Cost : Cost Of Good Sold : Selling Expenses : Administrative & General Expenses : Total Assets Turnover : Total Aktiva : Working Capital : Fixed Assets : Cash on hand, in bank, or near money : Inventory : Accounts Receivable
+ INV
+ AR
37
2.4.2. Tinjauan Du Pont System
Menurut Syamsudin (2001) analisis Du Pont System adalah ROI yang
dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales
serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menghasilkan keuntungan
tersebut.
Sedangkan pendapat Sutrisno (2001) adalah suatu analisis yang digunakan
mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan untuk
seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI. Menurut Syafarudin(1993) analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan. Yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI (Rate Of Return On Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan (Soedoyono,1991:137).
38
Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Diharapkan melalui Du Pont System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja
keuangan divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai.
2.4.2.1.Keunggulan dan Kelemahan Analisis Du Pont System
Adapun keunggulan analisis Du Pont System antara lain (Harahap,1998):
1) Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva. 2) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial. 3) Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integrative dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen analisisnya. Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System adalah (Harahap:1998): 1) ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan. 2) Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
39
2.5.
Kinerja Keuangan
2.5.2.1.Pengertian Kinerja Keuangan
Setiap investor pasti menghendaki keuntungan dari dana yang telah
diinvestasikan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi investor untuk menentukan
pada perusahaan mana ia akan berinvestasi. Menurut Anoraga dan Pijipakarti (2006) “Hal-hal yang diperhatikan investor adalah kinerja perusahaan, perkembangan industry dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro
ekonomi.” Kinerja keuangan adalah hasil kerja keuangan perubahan pada periode tertentu yang dapat menunjukan perkembangan perusahaan atas pengelolaan aktiva dan pasivanya. Salah satu faktor yang paling sering dijadikan sebagai indicator kinerja keuangan adalah tingkat pendapatan perusahaan. (Resmi, 2002:279) Kinerja keuangan sebuah perusahaan sangat diperlukan untuk melihat kekuatan dan kelemahan kondisi keuangan perusahaan. Menilai kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan dari rata-rata industry pada periode yang bersangkutan. Dasar pembanding dengan menggunakan rata-rata industry akan bermanfaat apabila diterapkan pada laporan rugi-laba, karenan penganalisis akan dapat mengetahui rata-rata dari beberapa tahun dan dapat menentukan jumlah-jumlah atau pos-pos mana yang menyimpang dari jumlah rata-rata, dan dapat segera mencari faktor-faktor penyebabnya. (Munawir, 2004:42)
40
2.5.2. Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001) penilaian kinerja mempunyai manfaat yang dapat
digabungkan oleh manajemen antara lain :
1) Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal.
2) Membantu pengambalian keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
misalnya promosi, transfer dan pemberhentian.
3) Mengindentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan untuk menyediakan kriteria, seleksi dan evaluasi proses pelatihan karyawan. 4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan menilai kinerja mereka. 5) Menyediakan suatu dasar hasil distribusi penghargaan.
Kinerja suatu perusahaan yang tergambar dalam proses laporan keuangan menjadi salah satu aspek yang diperhatikan oleh pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu manajemen suatu perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja suatu perusahaan dapat tergambar di dalam laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Dari hasil analisis itu dapat dilihat sejauh mana kinerja suatu perusahaan. Kinerja suatu perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan, untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Dari hasil analisis didapat suatu keputusan untuk
41
mengatasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi perusahaan di masa depan, khususnya kondisi keuangan perusahaan itu sendiri.