BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. URAIAN TEORITIS 1. Saham a. Pengertian saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. b. Jenis – jenis saham Saham dapat dibagi menjadi dua jenis saham yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Saham preferen adalah saham yang memiliki karekteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil. c. Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Sawidji Widoatmojo (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): 1). Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2). Harga Perdana Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat untuk menentukan harga perdana. 3). Harga pasar Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi. Harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Karena pada transaksi di pasar sekunder kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan
penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. d. Keuntungan pembelian saham Motivasi setiap investor saat membeli saham adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Dengan membeli saham, investor berpotensi memperoleh dua keuntungan yaitu dividen dan kenaikan harga saham (capital gain). Dividen merupakan aliran kas tunai bersih yang dibagikan kepada pemegang saham. Pembagian dividen biasanya dilakukan setahun sekali. Bentuk dari pembagian dividen dapat berupa uang tunai maupun penambahan jumlah saham. Sedangkan capital gain diperoleh dari selisih harga jual saham dengan harga beli. Dimana keuntungan akan diperoleh jika harga jual saham lebih tinggi dibandingkan harga beli saham. e. Risiko Kepemilikan Saham Selain memberikan keuntungan, kepemilikan saham juga memiliki risiko yang mungkin akan dihadapi investor, antara lain : 1) Tidak mendapat dividen Perusahaan yang kegiatan operasinya menghasilkan keuntungan akan membagikan dividen kepada pemegang saham. Sebaliknya, jika perusahaan mengalami kerugian, maka pemegang saham tidak mendapat dividen. Oleh karena itu, potensi pembagian dividen berkaitan dengan hasil kinerja perusahaan.
2) Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli saham tersebut. Ketika investor menjual saham dengan harga yang lebih rendah , investor tersebut mengalami capital loss. Terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar, maka seorang investor rela untuk menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dinamakan dengan istilah penghentian kerugian (cut loss). f. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Harga saham dapat bergerak naik maupun turun sesuai dengan kondisi pasar. Investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor– faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, dan penjualan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar. Investor harus henar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan, tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham. Penilaian investor dapat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan,
kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (1996) : "Faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat".
2. Dividen Dividen merupakan variabel pengembalian utama yang diharapkan investor yang dapat menentukan nilai saham. Dividen adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan salah satu sumber informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen, karena merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2002 ).
3. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan. Melalui kebijakan ini perusahaan memberikan sebagian dari keuntungan bersih kepada pemegang saham secara tunai (Bringham dan Houston: 2001). Kebijakan dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk
menanamkan dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
4. Kebijakan Pembagian Dividen Ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain: 1). Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu: a). Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun,
dan
kemudian
bila
laba
yang
diperoleh
meningkat
dan
peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan,
karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. b). Kebijakan Dividen Meningkat Kebijakan perusahaan ini akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c). Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil maka dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. d). Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. 2). Pembagian Stock Dividend Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan
dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Dividen saham ( stock dividend) adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Dividen saham serupa dengan pemecahan saham dalam hal kesamaan membagi ekuitas menjadi bagian yang lebih kecil tanpa mempengaruhi posisi fundamental dari pemegang saham saat ini. Dividen saham biasanya diberikan secara teratur setiap tahun untuk menjaga kestabilan harga saham. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham. 3). Kebijakan Stock Split Terdapat keyakinan luas yang berkembang luas di kalangan keuangan bahwa terdapat kisaran harga yang optimal pada saham-saham. Optimal berarti bahwa jika harganya berada dalam kisaran tersebut, rasio harga / laba dan juga nilai perusahaan akan dimaksimumkan. Pemecahan saham atau stock split adalah tindakan suatu perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar seperti menggandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan kepada setiap pemegang saham dua lembar saham baru untuk satu saham yang sebelumnya dipegang. Setiap pemegang saham akan memiliki lebih banyak lembar saham, tetapi setiap lembarnya akan menjadi lebih kecil nilainya. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham
turun. Oleh karena itu dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu. 4). Kebijakan Repurchase Stock Repurchase stock adalah suatu transaski dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, menaikkan laba per saham, dan seringkali menaikkan harga saham tersebut. Ada dua jenis utama dari pembelian kembali saham yaitu (1) Situasi dimana perusahaan memepunyai persediaan uang kas untuk dibagikan kepada para pemegang sahamnya, dan perusahaan itu mendistribusikan uang kas tersebut dengan membeli kembali saham, bukan dengan membayar dividen tunai, dan (2) Situasi dimana perusahaan tersebut menyimpulkan bahwa struktur modalnya terlalu banyak dibebani dengan ekuitas sehingga perusahaan tersebut melakukan pinjaman untuk membeli kembali sahamnya.
5. Teori-Teori Kebijakan Dividen Keown (2000) menyatakan ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen dari preferensi investor, antara lain: 1). Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory) Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu
perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta risiko bisnisnya, dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung sematamata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan). 2). Teori Bird In the Hand Kepercayaan bahwa kebijakan deviden perusahaan merupakan hal yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari dividen. Hal ini disebabkan karena dividen lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen. Dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang (it can fly away). Pandangan yang mengatakan deviden lebih pasti dari pada perolehan modal, disebut “bird in the hand theory” . 3). Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal. Setiap investor harus membayar pajak pendapatan untuk memaksimumkan
pengembalian setelah pajak atas investasi, investor berusaha meminimumkan tingkat pajak atas pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika memungkinkan. Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Oleh karena itu, dividen yang rendah akan membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor, sehingga return setelah pajak yang diperolehnya berkurang. Berdasarkan logika pemikiran tersebut, kebijakan dividen rendah akan meningkatkan harga saham perusahaan. 4). Teori Dividen Residu Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen, maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi. Dasar dari kebijakan residual adalah investor lebih menginginkan perusahaan
menahan
dan
menginvestasikan
kembali
laba
daripada
membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada tingkat pengembalian
laba yang dihasilkan sendiri oleh investor dari investasi lain dengan resiko yang sebanding. 5). Teori dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory) Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham: 2001). Dividend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Peningkatan
dividen
yang
dibayarkan
dianggap
sebagai
signal
yang
menguntungkan, sehingga meimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya penurunan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal bahwa prospek perusahaan kurang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif . Penggunaan dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa yang akan datang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya perusahaanperusahaan yang prospeknya baik dapat melakukan hal ini. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang kurang sukses tidak dapat melakukan hal yang sama untuk meniru cara ini, karena tidak mempunyai arus yang cukup untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses (Keown: 2000).
B. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai harga saham sebelumnya telah banyak dilakukan. Nurmala (2006) menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang diteliti yaitu Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS). Sedangkan variabel dependen yang diteliti yaitu Closing Price. Populasi penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 5 tahun berturutturut ( tahun 1996 sampai tahun 2000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham. Tarakanita Intan (2009) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 383 perusahaan yang go public diperoleh sampel sebanyak 41 perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel dividend per share (DPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta secara simultan baik variabel dividend per share (DPS) maupun earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
C. Kerangka Konseptual Saham mencerminkan suatu kepentingan kepemilikan di dalam sebuah perusahaan. Saham memberikan hak atas dividen kepada pemiliknya selama perusahaan memiliki keuntungan untuk membayarkan dividen dan memutuskan untuk membayar dividennya. Selain itu, saham dapat juga dijual di suatu tanggal tertentu di masa mendatang. Jika saham tersebut ternyata dijual dengan harga diatas harga belinya, maka investor akan memperoleh capital gain. Semakin banyak investor yang ingin membeli saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan saham akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal. Keputusan investor untuk membeli saham juga dipengaruhi oleh besarnya jumlah dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang sahamnya. Meningkatnya pembayaran dividen ditafsirkan sebagai tanda meningkatnya keuntungan perusahaan di masa yang akan datang dan menurunnya pembayaran dividen sering ditafsirkan sebagai tanda menurunnya tingkat keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Persentase laba yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk dividen tunai kepada pemegang saham disebut dengan rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio). Besarnya DPR menentukan besarnya dividen yang akan diterima
oleh pemegang saham. Dividen yang besar dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Tarakanita Intan (2009) mengemukakan bahwa Dividend Per Share (DPS) dapat didefenisikan sebagai bagian pendapatan setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Dalam praktiknya, kebanyakan perusahaan mencoba mengikuti kebijakan untuk membayar dividen yang naik secara mantap. Kebijakan ini memberi investor suatu pendapatan yang stabil dan dapat diandalkan, juga memberi isyarat kepada investor tentang harapan manajemen akan laba dimasa yang akan datang. Rasio Pembayaran Dividen (X1) HARGA SAHAM (Y) Dividen per Lembar Saham (X2) Gambar : 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Bringham (2001), Tarakanita (2009) diolah
D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah jelaskan sebelumnya, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut: ”Rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.