6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan parameter dalam pemodelan multilevel, pengujian signifikansi parameter, pemilihan model terbaik dalam pemodelan multilevel, koefisien determinasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar. 2.1
Analisis Regresi Suatu peubah pada umumnya bersifat memengaruhi peubah lainnya,
peubah pertama disebut peubah bebas (dependent variabel) dan peubah kedua disebut variabel respon (independent variabel). Apabila diketahui nilai variabel bebas, hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat secara kuantitatif dapat dimodelkan dalam suatu persamaan matematik yang sering disebut dengan analisis regresi (Sumertajaya & Mattjik, 1998). Berdasarkan variabel penjelas yang terlibat, analisis regresi dibedakan menjadi dua yaitu regresi linear sederhana dan regresi berganda. 2.1.1
Regresi Linear Sederhana Regresi linear sederhana adalah persamaan regresi yang menggambarkan
hubungan antara satu variabel bebas yang biasa disimbolkan dengan ๐, dan satu variabel respon yang biasa disimbolkan dengan ๐. Hubungan keduanya dapat
6
7
digambarkan sebagai suatu garis lurus, sehingga hubungan kedua variabel tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan: ๐๐ = ๐ฝ0 + ๐ฝ1 ๐1 + ๐๐
(2.1)
dengan ๐๐ adalah nilai variabel respons pada amatan ke- ๐, ๐ฝ0 adalah parameter yang merupakan intersep, dan ๐ฝ1 adalah parameter yang merupakan slope garis regresi yaitu perubahan rataan sebaran peluang bagi ๐ untuk setiap kenaikan ๐ satu satuan (Sumertajaya & Mattjik, 1998). Selanjutnya
untuk
kasus
lebih
dari
satu
variabel
bebas
yang
mempengaruhi variabel respon, digunakaan analisis regresi berganda. 2.1.2
Regresi Berganda Persamaan regresi berganda adalah persamaan regresi dengan lebih dari
satu peubah bebas (๐1 , ๐2, โฆ , ๐๐ ) yang memengaruhi satu variabel respon (๐). Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan: ๐๐ = ๐ฝ0 + ๐ฝ1 ๐๐1 + ๐ฝ2 ๐๐2 + โฏ + ๐ฝ๐ ๐๐๐ + ๐๐ ; ๐ = 1,2, โฆ , ๐
(2.2)
Dalam notasi matriks, model regresi linear umum (2.2) adalah ๐๐ร๐ = ๐ ๐ร๐ ๐ท(๐+๐)ร๐ + ๐บ๐ร๐
(2.3)
dengan ๐ adalah vektor respons, ๐ท adalah vektor parameter, ๐ adalah matriks konstanta, dan ๐บ adalah vektor peubah acak normal bebas dengan nilai harapan ๐ธ ๐ = 0 dan matriks ragam-peragam ๐ฃ๐๐ ๐ = ๐ 2 ๐ฐ. Bentuk matriks dari persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:
8
๐1 1 ๐11 โฏ ๐1๐ ๐2 1 ๐21 โฎ ๐2๐ = โฎ โฎ โฎ โฎ โฎ ๐๐ 1 ๐2๐ โฏ๐๐๐
๐1 ๐ฝ0 ๐ ๐ฝ1 2 + โฎ โฎ ๐๐ ๐ฝ๐
(2.4)
dengan ๐ฝ๐ adalah parameter ๐๐ โ ๐ (๐ = 1,2, โฆ , ๐), ๐๐ adalah nilai variabel respon dalam amatan ke-๐, ๐๐1, ๐๐2 , โฆ , ๐๐๐ adalah variabel bebas, dan ๐๐ adalah galat saling bebas dan menyebar normal ๐ (0, ๐ 2 ) untuk ๐ = 1, 2, โฆ , ๐. (Neter et al., 1997). Selanjutnya, untuk analisis yang melibatkan kelompok dan data yang dianalisis dibedakan pada beberapa level, digunakan analisis regresi multilevel. 2.2
Analisis Regresi Multilevel Pemodelan
multilevel
adalah
pemodelan
yang
digunakan
untuk
menganalisis data dengan struktur data hirarki. Analisis regresi multilevel adalah struktur analisis yang mengindikasikan bahwa data yang dianalisis berada pada beberapa level, dengan data pada level yang rendah tersarang pada data yang levelnya lebih tinggi. Variabel respon pada analisis regresi multilevel diukur pada level terendah, sedangkan variabel bebas dapat didefinisikan pada setiap level. Analisis regresi multilevel melibatkan kelompok yang akan menghasilkan garis regresi sesuai banyaknya kelompok dan juga keragaman dalam kelompok serta interaksi yang mungkin terjadi pada peubah yang berbeda (Hox, 2010), model regresinya sebagai berikut: ๐๐๐ = ๐ฝ0๐ + ๐ฝ1๐ ๐๐๐ + ๐๐๐
(2.5)
dengan ๐๐๐ adalah skor individu pada variabel bebas pada level satu, ๐๐๐ adalah variabel bebas pada level satu, dan ๐ฝ0๐ adalah intersep yang nantinya akan
9
menjadi variabel dependen pada level dua, ๐ฝ1๐ adalah koefisien regresi (slope), dan ๐๐๐ adalah galat prediksi pada level satu. Setiap kelompok j memiliki parameter ๐ฝ0 dan ๐ฝ1 sendiri-sendiri. Misalnya dimiliki dua kelompok maka persamaan regresinya adalah Kelompok 1
๐๐1 = ๐ฝ01 + ๐ฝ11 ๐๐1 + ๐๐1
Kelompok 2
๐๐2 = ๐ฝ02 + ๐ฝ12 ๐๐2 + ๐๐2
Dari kelompok 1 dan 2, didapatkan dua persamaan regresi yang dapat menghasilkan dua garis regresi. Dalam analisis regresi multilevel setiap subjek ke๐ dapat dituliskan bentuk matriks dan vektor sebagai berikut: ๐๐ = ๐ ๐ ๐ท + ๐๐ ๐ผ๐ + ๐บ๐
(2.6)
dengan ๐๐ ๐ฝ adalah efek tetap dan ๐๐ ๐๐ + ๐๐ adalah efek acak, ๐๐ adalah vektor variabel respon, ๐ ๐ adalah matriks variabel bebas untuk parameter tetap, ๐ท adalah vektor parameter efek tetap, ๐๐ข adalah matriks variabel bebas untuk parameter acak, ๐ผ๐ adalah vektor efek acak menyebar ๐ (๐, ๐ท), ๐บ๐ adalah vektor galat menyebar ๐ (๐, ๐
๐), ๐ adalah matriks ragam-koragam untuk setiap efek acak dalam ๐ข๐ , dan ๐ ๐ adalah matriks koefisien korelasi untuk setiap efek acak dalam ๐๐ (Hox, 2010). 2.2.1
Model Regresi Dua Level Regresi dua level merupakan model regresi multilevel yang paling
sederhana, karena datanya hanya terdiri dari dua level saja. Level satu pada model regresi dua level diartikan sebagai level terendah dan level dua sebagai level tertinggi.
10
Misal dalam model regresi dua level terdapat data yang memiliki ๐ kelompok dan ๐๐ sebagai individu pada kelompok, dengan variabel respon ๐๐๐ , pada level terendah variabel bebas adalah ๐๐๐ serta pada level kedua (kelompok) variabel bebas adalah ๐๐ . Persamaan regresi untuk setiap kelompok dapat dinyatakan sebagai: ๐๐๐ = ๐ฝ0๐ + ๐ฝ1๐ ๐๐๐ + ๐๐๐
(2.7)
Koefisien regresi ๐ฝ0 dan ๐ฝ1 pada persamaan (2.7) mengindikasikan adanya keragaman kelompok antar koefisien regresi. Keragamaan kelompok antar koefisien regresi ini dapat dimodelkan dengan variabel bebas dan sisaan acak pada level kelompok yaitu: ๐ฝ0๐ = ๐พ00 + ๐พ01 ๐๐ + ๐ข๐๐ ,
(2.8)
๐ฝ1๐ = ๐พ10 + ๐พ11 ๐๐ + ๐ข1๐ .
(2.9)
Dengan menstubtitusikan persamaan (2.8) dan (2.9) ke persamaan (2.7), maka diperoleh persamaan (2.10): ๐๐๐ = ๐พ00 + ๐พ10 ๐๐๐ + ๐พ01 ๐๐ + ๐พ11 ๐๐ ๐๐๐ + ๐ข1๐ ๐๐๐ + ๐ข0๐ + ๐๐๐ .
(2.10)
Dari persamaan (2.7), didapatkan persamaan model regresi dua level. Pada umumnya ada lebih dari satu variabel bebas pada level terendah dan juga pada level yang lebih tinggi. Jika diasumsikan ๐(๐ = 1,2, โฆ , ๐) variabel bebas dalam ๐ di level terendah dan ๐ sebanyak ๐(๐ = 1,2, โฆ , ๐) variabel bebas dalam ๐ di level yang lebih tinggi, maka dari persamaan (2.10) didapatkan persamaan yang lebih umum lagi sebagai berikut: ๐๐๐ = ๐พ00 +
๐
๐ข0๐ + ๐๐๐
๐พ๐0 ๐๐๐๐ +
๐
๐พ0๐ ๐๐๐ +
๐
๐ ๐พ๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐
+
๐
๐ข๐๐ ๐๐๐๐ + (2.11)
11
dengan ๐ = 0 1,2, โฆ , ๐๐ , ๐ = 0, 1, 2, โฆ , ๐. Indeks ๐๐ merupakan banyaknya siswa di kelas ๐๐ โ ๐, ฮณ adalah koefisien regresi, ๐ข adalah sisaan pada level kelompok dan ๐ merupakan sisaan pada level individu (Hox, 2010). 2.2.2
Model Regresi Tiga Level Untuk data tiga level pada analisis regresi multilevel, model regresinya
dinamakan model regresi tiga level. Sebagai contoh penerapan tiga level, jika ๐๐๐๐ merupakan variabel respon dalam siswa ke-i, kelas ke-j, dan sekolah ke-k, maka model regresi tiga level dapat dituliskan sebagai (Hox, 2010): Model level satu (siswa) ๐๐๐๐ = ๐ฝ0๐๐ + ๐ฝ1๐๐ ๐๐๐๐ + ๐๐๐๐
.
(2.12)
๐ฝ0๐๐ = ๐พ00๐ + ๐พ01๐ ๐๐๐ + ๐0๐๐ ,
(2.13)
๐ฝ1๐๐ = ๐พ10๐ + ๐พ11๐ ๐๐๐ + ๐1๐๐ .
(2.14)
Model level dua (kelas)
Model level tiga (sekolah) ๐พ00๐ = ๐พ000 + ๐พ001 ๐๐ก + ๐ค00๐ ,
(2.15)
๐พ0๐๐ = ๐พ010 + ๐พ011 ๐๐ก + ๐ค01๐ ,
(2.16)
๐พ10๐ = ๐พ100 + ๐พ101 ๐๐ก + ๐ค10๐ ,
(2.17)
๐พ11๐ = ๐พ110 + ๐พ111 ๐๐ก + ๐ค11๐ .
(2.18)
Dengan menstubtitusikan persamaan pada model level tiga dan model level dua kepersamaan model level satu, maka diperoleh persamaan regresi tiga level sebagai berikut:
12
๐๐๐๐ = ๐พ000 + ๐พ001 ๐๐ก +๐พ010 ๐๐๐ + ๐พ011 ๐๐ก ๐๐๐ +๐พ100 ๐๐๐๐ +๐พ010 ๐๐ก ๐๐๐๐ + ๐พ110 ๐๐๐ ๐๐๐๐ + ๐พ111 ๐๐ก ๐๐๐ ๐๐๐๐ + ๐ค01๐ ๐๐๐ + ๐ค10๐ ๐๐๐๐ +๐ค11๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ + ๐1๐๐ ๐๐๐๐ + ๐ค00๐ + ๐0๐๐ + ๐๐๐๐
(2.19)
dengan ๐ = 0 1,2, โฆ , ๐๐๐ , ๐ = 0, 1, 2, โฆ , ๐๐ , ๐ = 0,1,2, . . , ๐. Indeks ๐๐๐ merupakan banyaknya siswa di kelas ๐๐ โ ๐, di dalam sekolah ๐๐ โ ๐, dan ๐๐ merupakan banyaknya siswa dalam kelas ๐๐ โ ๐. 2.3 Penduga Koefisien Korelasi Intraklas pada Model Multilevel Menurut Steenbergen & Jones (2002) model regresi multilevel dapat diasumsikan menyebar normal dengan ketentuan sebagai berikut: 1.
Rata โ rata sama dengan nol atau ๐ธ ยต๐๐ = ๐ธ ยต1๐ = ๐ธ ๐๐๐ = 0.
2.
Ragam galat pada level satu adalah ๐๐๐ = ๐๐2 , ragam galat pada level dua adalah ๐๐๐ ยต๐๐ = ๐๐20 , dan ragam galat pada level tiga adalah ๐๐๐ ๐ค๐๐ = ๐๐ค2 0 .
3.
๐ถ๐๐ฃ ( ยต๐๐ , ๐๐๐ ) = ๐ถ๐๐ฃ ( ยต , ๐๐๐ ) = 0. Regresi multilevel dapat digunakan untuk memberi nilai dugaan bagi korelasi
intraclass (๐), apabila data yang dimiliki adalah data dengan struktur hirarki yang sederhana. Korelasi intraclass yaitu korelasi antara dua unit level satu dalam level dua yang sama. Dalam data struktur hirarki dua unit level satu pada level dua yang sama cenderung mempunyai karakteristik yang hampir mirip dibandingkan dengan dua unit level satu pada level dua yang berbeda. Semakin tinggi nilai korelasi menunjukkan semakin miripnya dua unit level satu dari unit level dua yang sama dibandingkan pada unit level dua yang berbeda. Korelasi intraclass
13
menunjukkan proporsi keragaman yang dijelaskan oleh struktur kelompok dalam populasi, yang dapat juga diinterpretasikan sebagai korelasi harapan antara dua unit yang dipilih secara acak yang berada dalam kelompok yang sama (Hox, 2010). Model yang digunakan adalah model yang tidak memiliki variabel bebas dalam setiap levelnya, yang dikenal sebagai model yang hanya memilliki intersep. Jika tidak ada peubah bebas dalam level terendah pada model regresi dua level maka persamaan (2.7) menjadi : ๐๐๐ = ๐ฝ๐๐ + ๐๐๐ .
(2.20)
sedangkan persamaan (2.8) menjadi: ๐ฝ๐๐ = ๐พ00 + ยต๐๐ .
(2.21)
Dengan mensubtitusikan persamaan (2.21) ke persamaan (2.20) dihasilkan persamaan: ๐๐๐ = ๐พ00 + ยต0๐ + ๐๐๐ .
(2.22)
Berdasarkan persamaan (2.22) korelasi intraclass pada dua level dapat dituliskan sebagai: ๐๐2 0
๐ = ๐2
2 ๐ 0 + ๐๐
.
(2.23)
dengan ๐๐20 adalah ragam dari galat level kedua (kelompok) dan ๐๐2 adalah ragam dari galat level satu (individu). Jika tidak ada variabel bebas dalam level terendah pada model regresi tiga level maka model dengan hanya intersep untuk persamaan (2.19) menjadi (Hox, 2010): ๐๐๐๐ = ๐พ000 + ๐ค0๐๐ + ยต๐๐๐ + ๐๐๐๐ .
(2.24)
14
Korelasi intraclass pada tiga level dapat dituliskan sebagai: Korelasi intraclass sekolah (level tiga): ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ = ๐ 2
2 ๐๐ค 0
2 2 ๐ค 0 +๐๐ 0 + ๐๐
.
(2.25)
Korelasi intraclass kelas (level dua) yang tersarang pada level tiga: ๐๐๐๐๐๐ =
2 + ๐2 ๐๐ค ๐0 0 2 +๐ 2 + ๐ 2 ๐๐ค ๐0 ๐ 0
.
(2.26)
Pada regresi level dua nilai korelasi intraclass sama dengan keragaman variabel respon yang dapat dijelaskan pada struktur kelompok, namun dalam regresi tiga level proporsi keragaman level dua didefinisikan sebagai: ๐๐๐๐๐๐ = ๐ 2
๐๐2 0
2 2 ๐ค 0 +๐๐ 0 + ๐๐
2.4
.
(2.27)
Pendugaan Parameter dalam Pemodelan Multilevel Maximum likelihood (ML) adalah salah satu metode pendugaan parameter
yang sering digunakan pada pemodelan multilevel. Estimasi ML diperoleh dengan memaksimalkan fungsi kemungkinan. Fungsi ML (๐ฝ dan ๐) dibangun dengan mengacu pada fungsi marginal dari variabel respon ๐๐ . ML dalam analisisnya mengestimasi koefisien regresi, dan komponen varians fungsi tersebut dapat didefinisikan sebagai (West et al., 2007): 1
1
๐ ๐๐ |๐ฝ, ๐ = (2๐)โ2 det(๐๐ )โ2 exp โ0,5 ร ๐๐ โ ๐๐ ๐ฝ โฒ ๐๐โ1 ๐๐ โ ๐๐ ๐ฝ . (2.28) Prosedur ML menghasilkan penduga yang bias dari parameter acak. Hal ini menjadi penting dalam sampel yang kecil, dan dapat menghasilkan penduga yang tak bias apabila digunakan Restricted Maximum Likelihood (REML) (Goldstein, 1989). Estimasi ๐ dalam REML didasarkan pada optimalisasi dan
15
mengikuti fungsi REML log- likelihood. Fungsi tersebut dapat didefinisikan sebagai (West et al., 2007): ๐๐
๐ธ๐๐ฟ ๐ = โ0,5 ร ๐ โ ๐ ร ๐๐2๐ โ 0,5 ร โ1 ๐๐ ๐ ๐๐ โฒ๐๐
2.5
โ 0,5 ร
๐
๐
ln ๐๐๐ก ๐๐
โ 0,5 ร
ln det ๐๐ โฒ๐๐โ1 ๐๐ .
(2.29)
Pengujian Signifikansi Parameter Pengujian signifikansi parameter ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel respon, baik secara serentak maupun parsial. Pengujian signifikansi parameter ๐ฝ secara serentak menggunakan uji F, dan pengujian signifikansi parameter ๐ฝ secara parsial menggunakan uji t, seperti dibahas berikut ini. 2.5.1
Pengujian Signifikansi Parameter Secara Serentak (Simultan) Pengujian signifikansi parameter secara serentak menggunakan uji F, yang
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan linear antara variabel respon dengan seluruh variabel bebas (๐ฅ1, ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐ ) secara bersamaan
(Neter et al.,
1997), hipotesis uji adalah: ๐ป0 โถ ๐ฝ1 = โฏ = ๐ฝ๐ = 0 (tidak ada satupun dari sekumpulan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel respon) ๐ป1 โถ ๐ฝ๐ โ 0; ๐ = 1,2, โฆ , ๐, (minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel respon) Statistik uji yang digunakan adalah
๐น0 =
๐พ๐๐
๐พ๐๐บ
.
(2.31)
16
dengan F0 adalah nilai F hitung, KTR adalah kuadrat tengah regresi, dan KTG 2 adalah kuadrat tengah galat. ๐ป0 ditolak apabila ๐น๐๐๐ก๐ข๐๐ > ๐๐ผ(๐) dengan k adalah
banyaknya variabel bebas yang ada di dalam model. 2.5.2
Pengujian Signifikansi Parameter Secara Parsial Pengujian secara parsial dilakukan apabila pengujian variabel bebas secara
simultan tidak berpengaruh signifikan. Pengujian signifikansi parameter ๐ฝ secara parsial menggunakan statistik uji t (Neter et al., 1997), dengan hipotesis uji: H0: ๐ฝ๐ = 0 (tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel respon) H1: ๐ฝ๐ โ 0 ; ๐ = 1,2, โฆ , ๐ (ada pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel respon) Statistik uji yang digunakan adalah ๐ก๐๐๐ก = ๐ก0 =
๐ฝ๐
(2.32)
๐๐ธ (๐ฝ ๐ )
dengan ๐ฝ๐ adalah nilai taksiran parameter ๐ฝ๐ , dan ๐๐ธ (๐ฝ๐ ) adalah standar deviasi dari ๐ฝ๐ . Kriteria untuk pengujian parameter secara parsial adalah apabila ๐ป0 benar maka statistik uji t akan mengikuti distribusi normal baku Z, sehingga pengujian secara individual bisa dilakukan dengan membandingkan nilai statistik uji tersebut dengan nilai Ztabel, sedangkan jika ๐ก๐๐๐ก > ฮฮฑ 2.6
2
maka ๐ป0 ditolak.
Pemilihan Model Terbaik dalam Model Regresi Multilevel Menurut Hox (2010) dalam pembentukan model regresi multilevel
terdapat beberapa langkah, yaitu: 1. Menyusun model tanpa variabel bebas (intersep acak).
17
2. Memilih struktur efek tetap (fixed effect) yaitu menyusun model dengan menambahkan seluruh variabel bebas pada setiap levelnya pada model. 3. Memilih efek kemiringan (slope) acak yang berpengaruh pada model. 4. Menyusun model dengan menambahkan interaksi variabel antar level yang signifikan 2.7
Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi dalam analisis regresi multilevel dapat
diperoleh pada setiap level (Hox, 2010). Kisaran nilai koefisien determinasi mulai dari 0% sampai 100% semakin besar nilai koefisien determinasi berarti model semakin mampu menerangkan perilaku variabel respon. Koefisien determinasi pada level satu dapat dirumuskan sebagai: ๐
12 =
2 โ ๐2 ๐๐0 ๐๐ 2 ๐๐0
(2.31)
2 dengan ๐๐๐ adalah penduga ragam galat level satu dengan ๐ variabel bebas, dan 2 ๐๐0 adalah penduga ragam galat pada level satu tanpa variabel bebas.
Koefisien determinasi pada level dua dapat dirumuskan sebagai: ๐
22 =
๐ยต20 โ ๐ยต20๐ ๐ยต20
(2.32)
2 2 dengan ๐๐ข0 adalah penduga ragam galat level dua tanpa variabel bebas, dan ๐๐ข0๐
adalah penduga ragam galat level dua dengan ๐ variabel bebas. Koefisien determinasi pada level tiga dapat dirumuskan sebagai: ๐
32 =
2 โ ๐2 ๐๐ค ๐ค๐ 0 2 ๐๐ค 0
(2.32)
18
2 2 dengan ๐๐ค0 adalah penduga ragam galat level tiga tanpa variabel bebas, dan ๐๐ค๐
adalah penduga ragam galat level tiga dengan ๐ variabel bebas. 2.8
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Menurut Dulyono (1997) ada dua faktor yang dapat memengaruhi hasil
belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) yaitu kesehatan, cara belajar, minat, motivasi, Intelegensi, dan bakat dan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) adalah keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. 1.
Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) yaitu kesehatan, cara belajar, minat, motivasi, kecerdasan, dan bakat. Cara belajar yang tidak memperhatikan teknik, faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh pengetahuan yang kurang. Minat dan motivasi juga akan turut memengaruhi hasil belajar. Minat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga dari dalam sanubari sedangkan motivasi adalah daya penggerak. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang baik akan mudah dalam proses belajar dan hasilnya akan baik dengan membuat seseorang menemukan bakatnya dalam proses belajar yang dilakukan.
2.
Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Orang tua yang ada dalam suatu keluarga dapat memengaruhi anak dalam proses pembelajaran serta hasil belajar. Keadaan dari lingkungan serta masyarakat sekitar juga dapat mempengaruhi seperti di sekolah yang merupakan salah satu tempat pendidikan formal sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan anak.
19
Kualitas guru dengan metode pengajaran yang baik serta fasilitas yang baik akan turut mempengaruhi tingkat keberhasilan anak. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari orang-orang yang bependidikan maka anak-anak akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.