7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang keterampilan menulis berita sebelumnya telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menjadi sebuah dorongan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan. Penelitian yang relevan pertama adalah penelitian dari Sumarni (2010) yang berjudul ‖Peningkatan Kompetensi Siswa dalam Menulis Berita dengan Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) di Kelas VIII E Semester Genap pada SMP Negeri 2 Tasikmadu Tahun Pelajaran 2009/2010‖. Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang dilakukan Sumarni yaitu meningkatkan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII SMP, sedangkan perbedaannya terdapat pada metode yang digunakan. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok dalam penulisan teks berita. Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian yang dilakukan Aprisca Tri Wulandari (2013) dengan judul ‖Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentasi dengan Metode Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas X TN 1 SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013‖. Penelitian ini menggunakan tiga siklus dengan hasil akhir yang menunjukkan bahwa penerapan commit to user 7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metode investigasi kelompok mampu meningkatkan kemampuan menulis argumentasi. Relevansinya untuk penelitian ini adalah persamaan model pembelajaran yang digunakan. Perbedaannya terletak pada kemampuan yang akan ditingkatkan dan jenjang pendidikannya. Penelitian relevan
yang ketiga adalah penelitian yang berjudul
‖Peningkatan Kemampuan Menulis Berita dengan Metode Pengajaran Berbasis Masalah dengan Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan Ngawi Tahun Pelajaran 2011/2012‖. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Musandi Waraulia (2012) ini memiliki kesamaan, yakni kemampuan yang ditingkatkan ialah kemampuan menulis teks berita. Namun, pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda. Penelitian tersebut berhasil meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan siswa menulis teks berita melalui 2 siklus. Mitzi G. Mitchell, Hilary Montgomery, Michelle Holder, and Dan Stuart dalam penelitiannya yang berjudul Group Investigation as a Cooperative Learning Strategy: An Integrated Analysis of the Literature menyatakan bahwa investigasi kelompok adalah metode mengajar yang lebih efektif daripada teknik pengajaran yang lebih tradisional lainnya. Kolaborasi yang ditawarkan melalui teknik pembelajaran kooperatif seperti investigasi kelompok mendorong "wawasan dan solusi untuk muncul secara sinergis‖. Selain itu, siswa dimungkinkan untuk terlibat secara langsung dalam mendapatkan pengetahuan commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka dan bukan sekadar menjadi penerima. Relevansinya untuk penelitian ini ialah sama-sama menggunakan metode pembelajaran investigasi kelompok. Penelitian relevan yang selanjutnya adalah penelitian Mayong Maman yang dipublikasikan pada Jurnal LITERA dengan judul ‖Peningkatan Kompetensi Berwacana Lisan dengan Model pembelajaran investigasi kelompok‖. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran investigasi kelompok mampu meningkatkan kesungguhan, antusiasme, motivasi, kognisi, dan keterampilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kompetensi berwacana lisan. Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini, yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok. Hanya saja objek kajian pada penelitian di atas adlah kompetensi berwacana lisan, sedangkan objek kajian penelitian ini adalah pembelajaran menulis teks berita. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terlihat jelas perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan nantinya. Perbedaannya dapat dilihat dari penggunaan model pembelajaran dan objek penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok untuk peningkatan kemampuan menulis teks berita siswa. Selain untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita, siswa juga diharapkan mampu mencari sumber informasi yang akurat secara bekerja sama sehingga dapat melatih berkomunikasi lisan siswa juga.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Landasan Teori 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mendasar. Keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai aktivitas yang menyenangkan ketika kegiatan tersebut dilakukan untuk mengungkapkan gagasan tanpa didasari dengan aturan-aturan dalam penulisan. Namun, bagi sebagian orang kegiatan menulis juga merupakan hal yang sulit karena dalam menulis diperlukan penguasaan kosa kata dan kaidah-kaidah menulis. Menulis merupakan proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan yang terus menerus. Sebab keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis seperti halnya keterampilan menyimak dan berbicara, tetapi harus melalui latihan secara bertahap dengan praktik menulis secara teratur. Hal itu sejalan dengan pendapat Tarigan (2008:2) bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks, siswa tidak hanya menuangkan ide tetapi, siswa juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan. Dengan demikian agar terampil menulis dibutuhkan waktu yang lama dan latihan intensif. Berkenaan dengan pengertian menulis, banyak ahli mengemukakan pendapatnya. Menurut Murray dalam Sholeh (2013:434), menulis adalah berpikir, bukan suatu tindakan yang terjadi setelah berpikir dilakukan. Menulis seharusnya menjadi media untuk mengeksplorasi dunia masing-masing, suatu usaha untuk menemukan makna, yang boleh jadi terbagi atau tidak terbagi dengan orang lain. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Demikian juga Andayani (2008) menyatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Senada dengan hal di atas, Semi (2007:14) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambanglambang tulisan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Nurudin dalam Wahyuni (2013:801),
menulis
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
seseorang
untuk
menghasilkan tulisan. Nurudin (2007:4) juga berpendapat bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Selanjutnya Abidin (2012:181) menyatakan bahwa menulis pada dasarnya adalah proses untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam bahasa tulis. Dari pendapat para ahli di atas dapat disintesiskan bahwa menulis adalah suatu proses penuangan ide atau perasaan yang disusun ke dalam bentuk tulisan yang teratur untuk disampaikan dan dipahami oleh orang lain.
b. Jenis-jenis Tulisan Ada banyak bentuk-bentuk tulisan. Salah satunya bisa dilihat berdasarkan penggolongan dalam cara penyajian dan tujuan penyampaiannya. Dengan demikian, dilihat dari bentuknya tulisan meliputi: deskrpsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan narasi.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Deskripsi Tulisan deskriptif adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristikkarakteristik suatu objek secara keseluruhan, jelas dan sistematis. Kosasih (2003:29)
mengemukakan
bahwa
deskripsi
adalah
jenis
tulisan
yang
menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Demikian juga Semi (2007:66) menyatakan bahwa deskripsi ialah tulisan yang memberikan rincian atau detil tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang disampaikan penulis. 2. Eksposisi Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan
definisi,
menerangkan,
menjelaskan,
menafsirkan
gagasan,
menerangkan bagan atau tabel, atau mengulas sesuatu. Semi (2007:61) mengemukakan bahwa eksposisi ialah tulisan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan, menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Kosasih (2003:30), bahwa eksposisi adalah tulisan yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan, eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya. 3. Persuasi Secara umum persuasi berarti membujuk atau meyakinkan. Gorys Keraf dalam Nurudin (2007:82) menyatakan bahwa persuasi bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Seseorang dapat saja commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengubah pandangan orang lain terhadap sebuah permasalahan tertentu melalui tulisan yang bersifat persuasif. Hal tersebut umumnya dilakukan seorang calon pejabat pemerintahan yang mengampanyekan dirinya agar dipilih rakyat. Demikian pula suatu perusahaan yang memperkenalkan produknya melalui iklan dengan bahasa yang persuasif. 4. Argumentasi Argumen memiliki makna alasan. Argumentasi berarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Argumentasi adalah tulisan yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan (Kosasih, 2003:31). Ahli lain, Semi (2007:74) berpendapat bahwa argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis. Agumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian penulis (Nurudin, 2007:78). 5. Narasi Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Kosasih (2003:28) menyatakan bahwa narasi adalah tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Sejalan dengan pendapat di atas, Semi (2007:53) berpendapat bahwa narasi ialah tulisan yang tujuannya menceritakan kronologis peristiwa kehidupan manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
c. Tahapan Menulis Secara keseluruhan menulis dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi (Akhadiah, 1994:3). Tiap-tiap tahap harus dikerjakan dan dilalui dengan baik. Tidak boleh ada satu tahap pun yang tidak dikerjakan sebab pengerjaan satu tahap akan memengaruhi keberhasilan tahap lain. Jika tahap prapenulisan dilewatkan, misalnya, dan penulis langsung ke tahap berikutnya (penulisan), hasilnya pasti kurang maksimal. Jika tahap prapenulisan dan penulisan dikerjakan, tetapi tahap revisi/pascapenulisan tidak dikerjakan, hasilnya juga kurang maksimal. Boleh jadi tulisan itu akan banyak kesalahannya, baik yang terkait dengan ejaan, kalimat, paragraf, maupun hubungan antarbagian dalam keseluruhan karangan (wacana). Ketiga tahap penulisan itu menujukkan kegiatan utama yang berbeda. Dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan itu. Dalam tahap penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan itu, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draf) yang pertama. Dalam tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.
d. Manfaat Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dan besar manfaatnya dalam kehidupan seseorang. Seseorang dapat memperoleh banyak keuntungan dari kegiatan menulis. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Sayuti, dkk (2009: 2-3) terdapat beberapa manfaat dalam menulis sebagai berikut. Pertama, menulis akan memberi manfaat bagi orang lain. Ada rasa senang dan bangga jika tulisan kita dibaca orang lain dan bermanfaat karena memberi pencerahan. Kedua, menulis akan memuncukan citra diri yang positif. Orang akan memiliki percaya diri yang tinggi karena dengan menulis berarti memiliki wawasan yang lebih luas. Ketiga, menulis memberi kemudahan berkomunikasi.
Keempat,
menulis
membuat
lebih
sehat
karena
dapat
menghilangkan stres. Karena itulah, dalam psikologi, menulis dapat digunakan sebagai terapi. Kelima, menulis akan mendatangkan materi jika hasil tulisan dimuat di media massa atau diterbitkan oleh penerbit.
2. Hakikat Berita a. Pengertian Berita Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kehidupan kita adalah peristiwa. Peristiwa kecelakaan, bencana alam, tindak kejahatan, wisuda, dan sebagainya. Semua peristiwa tersebut menjadi bahan untuk ditulis menjadi sebuah berita. Secara etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ‖vrit‖ atau ‖vritta‖, yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Kemudian dikembangkan dalam bahasa Inggris menjadi ―write‖ yang berarti menulis (Syarifudin, 2010: 46). Berita merupakan informasi atas kejadian yang disampaikan kepada orang lain, kejadian yang disampaikan biasanya kejadian-kejadian yang unik dan menarik (Rohmadi, 2011:27). Senada dengan pengertian di atas, Mitchell V. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Charnley dalam Kusumaningrat (2009:39) menyatakan bahwa berita adalah laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah orang. Sejalan dengan pengertian di atas, Eric. C. Hepwood dalam Djuroto (2003:6) menyatakan bahwa berita adalah laporan pertama dari kejadian penting yang dapat menarik perhatian umum. Sedia Willing Barus (2010:26) juga menyatakan secara jelas bahwa berita adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang menarik dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa berita adalah laporan aktual suatu peristiwa yang unik, menarik, dan penting untuk disampaikan kepada masyarakat umum.
b. Nilai Berita Suatu berita dinyatakan baik, jika memenuhi kriteria nilai berita (news value). Brian S. Brook dalam Syarifudin (2010: 51) memaparkan kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan, yaitu: (1) keluarbiasaan (unusualness), berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan peristiwa biasa, (2) kebaruan (newsness), berita adalah semua yang terbaru, (3) akibat (impact), berita adalah hal yang berdampak luas, (4) aktual (actual), berita yang sedang atau baru terjadi, aktualitas waktu dan masalah, (5) kedekatan (proximity), berita adalah sesuatu yang dekat, baik psikologis dan geografis, (6) informasi (information), berita adalah informasi, (7) konflik (conflict), berita adalah konflik atau pertentangan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
(8) orang penting (public figure, newsmaker), berita adalah tentang orang-orang penting, figur publik, (9) kejutan (surprising), berita adalah kejutan, yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, saat sebelumnya hampir tidak mungkin terjadi, (10) ketertarikan manusiawi (human interest), berita adalah hal yang menggetarkan hati, menggugah perasaan, mengusik jiwa. Lebih cenderung emosional daripada rasional, dan (11) seks (sex), berita adalah seputar seks yang terikat dengan perempuan. Sejalan dengan pendapat Brian S. Brook, Ishwara (2011:77) menyebutkan peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita, yakni: (1) konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan dekat, keganjilan, human interest, dan seks.
c. Unsur Layak Berita Kriteria kelayakan berita merupakan tolok ukur suatu fakta atau peristiwa dinilai layak menjadi berita. Syairifudin (2010:74) menyatakan bahwa untuk menentukan layak atau tidaknya sutau berita dipublikasikan, setidaknya ada beberapan kriteria sebagai acuan, antara lain sebagai berikut. (1) Berita harus penting. Berita yang penting berhubungan dengan dampak langsung bagi kehidupan masyarakat atau menyangkut hajat hidup orang banyak, (2) Berita harus aktual atau biasa disebut ‖berita hangat‖. Aktualitas berita sangat tergantung pada jenis berita dan media yang mempublikasikan berita tersebut, dan (3) Berita harus unik. Berita unik sering kali menerobos nilai kelaziman yang berlaku di publik, bahkan terkadang terkesan tidak normatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
Berkaitan dengan hal di atas, kelayakan suatu berita seperti yang ditetapkan dalam kode etik jurnalistik, bahwa pertama-tama, berita harus cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik disebut akurat (Kusumaningrat, 2009:47). Selain cermat dan tepat, berita juga harus lengkap (complete), adil (fair), dan berimbang (balanced). Kemudian berita harus tidak mencampurkan fakta dan opini pribadi atau dalam bahasa akademis disebut objektif. Selanjutnya yang merupakan syarat praktis tentang penulisan berita, tentu saja berita itu harus ringkas (concise), jelas (clear), dan hangat (current). Sejalan dengan pernyataan di atas, Bond (Tamburaka, 2012:139) dalam Noortyani (2013:746) juga menyatakan bahwa untuk menyajikan berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak mencatat empat faktor, yaitu ketepatan waktu, kedekatan tempat kejadian, besarnya, dan kepentingan. Berdasarkan uraian di atas, disintesiskan bahwa kelayakan suatu berita harus memiliki unsur kelayakan karena dianggap penting, aktual, jelas, dan unik.
d. Rumus Menulis Berita Syarifudin (2010:69) menekankan bahwa untuk menulis berita yang bersifat baku ada rumus yang paling terkenal, yakni 5W1H, yang artinya (1) what (apa), (2) who (siapa), (3) when (kapan), (4) where (di mana), (5) why (mengapa), dan (6) 1 H (how) berarti bagaimana. Kemudian ia menyingkatnya dengan ADIKASIMBA (Apa, DI mana, KApan, SIapa, Mengapa, dan BAgaimana). Senada dengan pendapat di atas, Kusumaningrat (2009:129) menjelaskan rumus 5W+1H yang terdiri dari (1) what berarti apa yang terjadi, (2) who berarti commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siapa yang terlibat, (3) when berarti kapan terjadinya, (4) where berarti di mana terjadinya, (5) why berarti mengapa bisa terjadi, dan (6) how berarti bagaimana terjadinya.
e. Sumber Berita Petunjuk yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam menulis berita menurut Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik dalam Ishwara (2011: 92), adalah sebagai berikut: (1) observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita, (2) proses wawancara, (3) pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik, dan (4) partisipasi dalam peristiwa.
f. Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Berita 1) Penilaian Kualitas Proses Belajar Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajarantermasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar. Pembelajaran murid bisa dirumuskan sebagai perubahan perilaku seorang murid yang berlangsung akibat keterlibatannya dalam sebuah pengalaman pendidikan (Kyriacou, 2012:44). Perubahan perilaku siswa dapat terjadi pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Kyriacou (2012:59) juga menjelaskan tiga aspek sentral dan krusial keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar, yakni: (1) attentiveness (kecurahan diri), yaitu murid harus mencurahkan perhatian kepada pengalaman belajar, (2) receptiveness (kesediaan menerima), maksudnya bahwa murid harus reseptif terhadap pengalaman belajar, dalam arti termotivasi dan mempunyai kemauan untuk belajar dan merespon pengalaman, dan (3) appropriateness (kesesuaian), artinya pengalaman belajar harus tepat dengan hasil belajar yang dikehendaki, dengan mempertimbangkan pengetahuan awal dan pemahaman murid. Penilaian proses pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, terutama efisiensi, keefektifan, serta produktivitasnya. Popham mengemukakan bahwa assessment dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Uno, 2012:2). Proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Selanjutnya, Suwandi (2010: 137) menjelaskan kriteria dalam penilaian proses pembelajaran menulis adalah: (1) keaktifan siswa selama apersepsi, (2) keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi, dan (3) minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa ada tiga aspek dalam penilaian proses pembelajaran yaitu: (1) antusias siswa pada saat guru menyampaikan materi, (2) keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran, commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan (3) kesungguhan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kriteria tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai kualitas proses pembelajaran siswa untuk upaya memperbaiki proses pembelajaran yang akan ditentukan lebih lanjut.
2) Penilaian Kemampuan Menulis Teks Berita Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Menurut Benyamin S. Bloom, dkk. dalam Arifin (2013:21) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu; Pertama, kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (mengkritik). Kedua adalah afektif yang mencakup kemauan menerima, kemauan menanggapi/menjawab, menilai (mengambil bagian), dan mengorganisasi. Ketiga adalah psikomotor. Demikian juga Sukardi (2012:2) menyatakan bahwa pencapaian belajar siswa dapat diukur dengan: (1) mengetahui tingkat ketercapaian standar yang ditentukan, dan (2) melalui tugastugas yang dapat diselesaikan siswa secara tuntas. Menulis berita dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan menentukan kriteria penilaiannya terlebih dahulu. Nurgiantoro (2009:305) menyatakan bahwa kriteria penilaian menulis harus memperhatikan: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, dan (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa penilaian menulis teks berita meliputi isi, ketepatan urutan peristiwa, ketepatan kata, tata kalimat, dan ketepatan ejaan.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hakikat Investigasi Kelompok a. Pengertian Investigasi Kelompok Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi (Isjoni, 2009:87). Senada dengan defenisi di atas, Joyce (2009:36) menyatakan bahwa
investigasi
kelompok
(group
investigation)
merupakan
model
pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa dalam memperjelas masalah, menelusuri berbagai perspektif dalam masalah tersebut, dan mengkaji bersama untuk menguasai informasi, gagasan, dan skill-yang secara simultan model ini juga dapat mengembangkan kompetensi sosial mereka. Sharan (1990) dalam Educational Leadership Journal menyatakan bahwa investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa turut ambil bagian dan aktif dalam perencanaan pembelajaran yang akan mereka pelajari. Mereka membentuk kelompok kerja sama sesuai dengan kesamaan minat pada suatu topik. Semua anggota kelompok membantu merencanakan cara untuk topik penelitian mereka. Kemudian mereka membagi kerja diantara mereka sendiri, dan masing-masing anggota kelompok melaksanakan bagian penyelidikan mereka. Akhirnya, kelompok mensintesis dan merangkum pekerjaan dan menyajikan temuannya di depan kelas. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, Siddiqui (2013) dalam PeripexIndian Journal of Research menyatakan bahwa investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang mencoba untuk menggabungkan satu bentuk strategi commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengajaran aktif dalam proses demokrasi dengan proses penemuan. Kerja sama diperlukan untuk mempertahankan kesepakatan kelompok dan setiap anggota kelompok bebas bertindak untuk membantu. Hal senada juga diungkapkan oleh Yasemin Koci, Kemal Doymus, Ataman Karacop, and Umit Simsek (2010) dalam Journal of Turkish Science Education bahwa investigasi kelompok meliputi empat komponen penting, yakni: penyelidikan, interaksi, interpretasi, dan motivasi. Investigasi merujuk pada fakta bahwa kelompok-kelompok fokus pada proses bertanya tentang topik yang dipilih. Interaksi merupakan ciri dari semua pembelajaran kooperatif, siswa diminta untuk mengeksplorasi ide-ide dan belajar bersama-sama. Interpretasi yang terjadi ketika kelompok mensintesis dan menjelaskan
berbagai
temuan
masing-masing
anggota
dalam
rangka
meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik dinyatakan pada siswa dengan memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi. Pendapat lain diungkapkan oleh Ufuk Simsek, Bayram Yilar, dan Birgul Kucuk (2013) dalam International Journal on New Trends in Education and Their Implication bahwa investigasi kelompok merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Siswa mengadakan kerja sama untuk menyelidiki topik tertentu dalam kelompok kecil. Masalah penelitian yang telah dipilih siswa kemudian dibagi menjadi beberapa bagian untuk dikerjakan diantara para anggota kelompok. Siswa secara berpasangan mencari informasi, menyusun, menganalisis, merencanakan dan mempresentasikan data yang diperoleh kepada siswa di kelompok lain. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran investigasi kelompok adalah model pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dengan bereksplorasi secara mandiri dan kooperatif.
b. Ciri-ciri Investigasi Kelompok Ciri-ciri model pembelajaran investigasi kelompok disarikan dari tulisan Trianto (2009:79) adalah sebagai berikut: (1) membutuhkan keterampilan komunikasi siswa yang baik dan keterampilan inkuiri, (2) terciptanya kerja sama dalam kelompok kompleks, (3) kelompok belajar heterogen, (4) siswa yang memilih topiknya sendiri untuk diteliti, (5) pemecahan masalah dilakukan secara inkuiri kompleks, (6) siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
c. Langkah-langkah Investigasi Kelompok Langkah-langkah model pembelajaran investigasi kelompok menurut Aqib (2013:26), sebagai berikut: (1) guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen, (2) guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, (3) guru memanggil ketua tiap kelompok untuk satu materi tugas sehingga tiap kelompok mendapat tugas satu materi yang berbeda dari kelompok lain, (4) masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan, (5) setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan hasil pembahasan kelompok, (6) guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan, (7) evaluasi, dan (8) penutup. Demikian halnya Aqib, Jacobsen (2009:236) juga mengemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan model investigasi kelompok, yakni: (1) Pemilihan topik. Siswa memilih topik untuk diselidiki dalam satu bidang umum. (2) Perencanaan kooperatif. Siswa, dengan bantuan guru merencanakan bagaimana mengumpulkan data dan aktivitas pembelajaran lain, seperti penelusuran secara online dan offline (perpustakaan). (3) Penerapan. Siswa melaksanakan rencana yang telah mereka buat, dengan strategi-strategi pembelajaran dan sumber-sumber data yang berbeda. (4) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengolah informasi yang telah mereka kumpulkan untuk dipresentasikan pada kelompok lain. (5) Penyajian hasil akhir. Siswa membagi dan mendiskusikan informasi yang telah mereka kumpulkan. (6) Evaluasi. Siswa membandingkan
penemuan-penemuan
dan
perspektif-perspektif
dan
mendiskusikan persamaan dan perbedaannya. Senada dengan hal di atas, Hamdani (2011:91) mendeskripsikan langkahlangkah model pembelajaran investigasi kelompok sebagai berikut: (1) Seleksi topik. Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan guru sebelumnya. (2) Merencanakan kerja sama. Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih. (3) Implementasi. Pembelajaran haruslah melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong siswa untuk menggunakan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. (4) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang telah diperoleh serta merencanakan penyajian yang menarik di depan kelas. (5) Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik agar semua siswa dalam kelas saling terlibat. (6) Evaluasi. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran investigasi kelompok juga diungkapkan oleh Suprijono (2013:93) antara lain sebagai berikut. Pertama, dimulai dengan pembagian kelompok. Kedua, guru beserta anak didik memilih topik-topik
tertentu
dengan
permasalahan-permasalahan
yang
dapat
dikembangkan. Ketiga, guru beserta peserta didik menentikan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. Keempat, setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan pengumpulan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah kelima adalah presentasi hasil masing-masing kelompok. Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas. Terakhir langkah yang keenam, mengevaluasi individual dan kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
d. Penerapan Model Investigasi Kelompok pada Pembelajaran Menulis Teks Berita Pembelajaran investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri (Isjoni, 2009:87). Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran, sehingga tiap siswa dapat memiliki pemahaman yang lebih kuat terhadap suatu materi. Pembelajaran menulis teks berita sangat memerlukan keterampilan berpikir siswa. Selain itu, dalam menulis berita akan lebih baik apabila siswa ikut terlibat secara langsung dalam kejadian atau peristiwa yang ditulisnya menjadi sebuah berita. Hal senada juga diungkapkan oleh Yasemin Koci, Kemal Doymus, Ataman Karacop, and Umit Simsek (2010) dalam Journal of Turkish Science Education bahwa dalam investigasi kelompok, peran umum guru adalah membantu siswa mencari sumber informasi yang dapat membantu saat melakukan penyelidikan. Pembelajaran investigasi kelompok ini menghadapkan siswa kepada permasalahan-permasalahan yang ada. Siswa dituntut untuk bisa menemukan pokok-pokok permasalahan yang ada sekaligus mencari solusinya berdasarkan rancangan penyelesaian yang telah ditetapkan. Guru bertugas mengelola dan menertibkan proses kelompok tersebut, membantu siswa menemukan dan mengelola informasi, dan memastikan bahwa ada tingkatan kegiatan dan pembahasan yang dinamis. Dengan demikian, siswa sudah memiliki modal dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah berita. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun langkah-langkah pembelajaran investigasi kelompok yang diterapkan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Karanganyar terhadap pembelajaran menulis teks berita adalah sebagai berikut: 1) Memilih topik. Pada kegiatan awal guru menginformasikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran (indikator) yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 orang. Anggota kelompok dibuat heterogen secara akademis, jenis kelamin, dan etnis. Selanjutnya, siswa memilih subtopik yang telah ditetapkan oleh guru. 2) Perencanaan kooperatif. Siswa dan guru merencanakan prosedur pelaksanaan pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih untuk diselasaikan. Pada tahap ini siswa akan sangat gencar menanyakan tentang caracara untuk menyelesaikan bahasan topik yang sudah mereka pilih. 3) Implementasi. Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua yakni kegiatan pembelajaran inti, masing-masing kelompok mulai mengerjakan topik-topik yang telah dipilih. Kegiatan pembelajaran melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada berbagai sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar sekolah. Peneliti dan guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan menyintesis informasi atau data yang telah diperoleh serta merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas. 5) Presentasi hasil final Semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik pada seluruh kelas, dan siswa yang lain baik atas nama kelompok atau individu menyimak dan menanggapi hasil kerja kelompok yang presentasi, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru. 6) Evaluasi Di akhir kegiatan presentasi dan diskusi, guru memberikan ulasan penyempurnaan atau kesimpulan untuk menguatkan temuan siswa dalam kelompok ataupun memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi. Kemudian peneliti, guru, dan siswa secara bersama-sama melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Evaluasi yang dilakukan berupa penilaian individu atau kelompok.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Selama ini, pembelajaran menulis lebih menekankan pada teori-teori tentang menulis saja. Berdasarkan hasil survei awal peneliti, kualitas proses dan kemampuan menulis teks berita siswa masih rendah. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa yang menjadi aspek penilaian proses pembelajaran terbukti masih rendah. Hasil tulisan siswapun belum dapat dikatakan memuaskan. Berdasarkan hasil survei awal dapat diperoleh gambaran kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan yakni: (1) guru belum menggunakan metode pembelajaran inovatif, (2) dalam mengajar guru cenderung memberikan teori-teori dan contoh teks berita hanya dari satu sumber saja, (3) pembelajaran berpusat hanya pada guru saja, (4) masih banyak siswa yang belum memperhatikan guru, (5) siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru, dan (6) siswa malas bertanya, terutama pada materi yang belum dipahami. Karena itu, wajar saja bila kemampuan menulis teks berita siswa masih belum memenuhi KKM yang telah ditentukan. Hasil pembelajaran yang kurang memuaskan dikarenakan: (1) siswa belum mampu mengembangkan pokok-pokok berita dengan baik, (2) penguasaan kosakata siswa terlalu rendah, (3) teks berita siswa belum sesuai dengan unsur layak berita, (4) teks berita siswa tidak memenuhi unsur pokok berita 5 W+1H, (5) isi berita terlalu luas dan tidak terfokus, dan (6) struktur kalimat yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan EyD. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keadaan yang demikian merupakan masalah bersama untuk dicari pemecahannnya. Oleh karena itu, peneliti berusaha mencari metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran menukis teks berita agar siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Metode yang dipilih adalah metode pembelajaran investigasi kelompok. Alasan memilih menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok, karena dengan menggunakan metode ini siswa disuguhkan dengan permasalahan yang menuntut siswa untuk berfikir, kemudian mendiskusikan permasalahannya dengan teman, dan pada akhirnya mengkontruksikan hasil diskusi mereka dalam suatu tulisan berita. Adapun gambar alur kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi awal pembelajaran menulis teks berita sebelum diberi tindakan
Guru
Siswa
Hasil
1) guru belum menggunakan metode pembelajaran inovatif, 2) guru cenderung memberikan teoriteori dan contoh teks berita hanya dari satu sumber saja, 3) pembelajaran berpusat hanya pada guru saja,
1) masih banyak siswa yang belum memperhatikan guru, 2) siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru, dan 3) siswa malas bertanya
1) siswa belum mampu mengembangkan pokok-pokok berita dengan baik, 2) penguasaan kosakata siswa terlalu rendah, 3) teks berita siswa belum sesuai dengan unsur layak berita, 4) teks berita siswa tidak memenuhi unsur pokok berita 5 W+1H, 5) isi berita terlalu luas dan tidak terfokus, dan 6) struktur kalimat yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan EyD
P r o s e s
Penerapan model investigasi kelompok terhadap keterampilan menulis teks berita
Guru
Siswa
Hasil
1) guru menggunakan metode pembelajaran investigasi kelompok, 2) contoh berita yang diberikan guru bervariasi, 3) pembelajaran bersifat kooperatif
1) siswa antusias memperhatikan guru, 2) siswa sungguhsungguh dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru, dan 3) siswa aktif bertanya.
1) siswa mampu mengembangkan pokok-pokok berita dengan baik, 2) penguasaan kosakata siswa terlalu meningkat, 3) teks berita siswa sesuai dengan unsur layak berita, 4) teks berita siswa telah memenuhi unsur pokok berita 5 W+1H, 5) isi berita terfokus, dan 6) struktur kalimat tepat dan sesuai dengan EyD
P r o s e s
Keterampilan menulis teks berita siswa meningkat
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1.
Penerapan investigasi kelompok dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun Pembelajaran 2013/2014.
2.
Penerapan invetigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun Pembelajaran 2013/2014.
commit to user