BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis 1.
Keong Mas Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput
murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika, tidak jelas mulai kapan masuk ke wilayah Indonesia. Keong mas menyukai tanaman yang masih muda dan lunak seperti bibit padi, tanaman sayuran, dan enceng gondok (Budiyono, 2006). Keong mas dapat bernafas dipermukaan dan di dalam air, sehingga populasinya dapat berkembang dengan baik di tempat-tempat yang tergenang air seperti rawa-rawa, kolam, danau dan sungai (Wasiati dkk., 2007). Keong mas dewasa meletakkan telur pada tempat-tempat yang tidak tergenang air (tempat yang kering) dan bertelur pada malam hari pada rumpun tanaman, tonggak, saluran pengairan bagian atas dan rumput-rumputan. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur sebanyak 15-20 kelompok, setiap kelompok berjumlah kurang lebih 500 butir, dengan presentase penetasan lebih dari 85% (Budiyono, 2006 ). Keong mas cukup potensial sebagai sumber protein hewani untuk pakan ternak. Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung keong mas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi yang Terdapat pada Tepung Keong Mas No Nutrisi Jumlah Protein kasar 1 51.80% Lemak kasar 2 13,61% Serat kasar 3 6.09% Kadar abu 6 24% Energi metabolis 2094.98 Kkal/kg 7 Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak USU (Tarigan, 2008) Tepung keong mas memliki kandungan mineral kalsium dan phospor yang cukup baik. Lembar Informasi Pertanian (2001) melaporkan bahwa tepung keong mas memiliki kandungan mineral kalsium sebesar 29.33% dan kandungan phospor sebesar 0.13%. Prabowo (Tarigan, 2008) menjelaskan bahwa pembuatan tepung keong mas didahului dengan pengolahan daging keong, selanjutnya dilakukan beberapa proses atau tahapan pengolahan. Proses perendaman dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan lender yang tersisa. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air, sehingga daging keong mas menjadi lebih tahan lama. 2.
Tepung Ikan Tepung ikan mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga tepung ikan
digunakan sebagai sumber utama protein pada pakan unggas, disamping pakan lainnya. Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium (Sitompul, 2004). Tarigan (2008) menyatakan tepung ikan merupakan sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam amino esensialnya sangat menunjang. Namun harga per satuan beratnya relatif mahal. Kandungan nutrisi tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi yang Terdapat pada Tepung Ikan No Nutrisi Jumlah(%) Protein 1 52.60% Lemak 2 6.80% Kalsium 3 5.11% Phospor 4 2.88% serat kasar 2.20% 5 Energi metabolis 2820 Kkal/kg 6 Sumber: Hartadi dkk., (Tarigan, 2008:15) 3. Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuhnya relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut Quail, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) tergolong kelas : Aves (bangsa burung), ordo: Galiformes, sub ordo: Phasianoidae, famili: Phasianidae, sub famili: Phasianidae, genus: Coturnix (Bappenas, 2000). Daulay dkk., (2007) menyatakan bahwa kelebihan usaha beternak puyuh dibandingkan dengan beternak ayam petelur atau itik petelur yaitu: 1) puyuh lebih cepat bertelur, yakni saat berumur 35-42 hari sudah mulai bertelur, 2) peternak dapat mengadakan atau menyediakan bibit puyuh sendiri dengan pola persilangan sederhana, 3) puyuh lebih tahan terhadap penyakit, 4) kandungan protein telur puyuh tinggi, 5) Harga puyuh relatif stabil, 6) tidak membutuhkan lahan yang luas karena kandang puyuh berukuran kecil dan kandang dapat dibuat 3-4 tingkat, 7) sistem pemeliharaan mudah dan sederhana.
Menurut Siregar dkk., (2007) bahwa khusus usaha produksi telur, puyuh jantan harus diafkir karena dapat mengganggu ketenangan puyuh betina. Telur yang dihasilkan puyuh betina juga akan cepat rusak dan membusuk karena adanya embrio. Di samping itu juga akan menjadi beban karena pemborosan ransum. Menurut Varghese (Yatno, 2009), puyuh dapat dibedakan jenis kelaminnya pada umur 3 minggu berdasarkan warna bulunya. Puyuh jantan memiliki warna bulu coklat pada bagian leher dan dada dan mencapai dewasa kelamin pada umur 5–6 minggu dengan berat badan 100–140 gram. Puyuh betina dapat diidentifikasi dengan melihat bulu pada bagian leher dan dada yang warnanya lebih cerah, mulai bertelur pada umur 35 hari pada kondisi yang baik dan memproduksi telur sekitar 200–300 butir per tahun. Menurut Nugroho dan Mayun (Syamsir dkk., 1994) dilihat dari kandungan nilai gizinya, telur puyuh mengandung 13,6% protein dan lemak 8,2%. Kebutuhan pakan seekor puyuh adalah kurang lebih 20 gram/ekor/hari. Sebaiknya, pemberian pakan dilakukan pada siang dan malam hari secara kontinu. Pemberian pakan yang kontinu bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pakan puyuh dan menghindari rusaknya mutu pakan akibat pengaruh udara yang dapat membawa bakteri dan organisme patogen lain yang dapat menyebabkan penyakit (Hartono, 2004). Kebutuhan nutrisi puyuh berbagai fase umur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Puyuh Berbagai Fase Umur Kebutuhan nutrisi Kadar air maks.(%) Protein kasar min.(%) Lemak kasar maks.(%) Serat kasar maks.(%) Abu maks.(%) Kalsium (Ca) (%) Fosfor total (P) (%) Fosfor tersedia (P) min. (%) Energi metabolisme (ME) (Kkal/kg) Total aflatoksin maks. (µg/kg) Asam amino Lisin min. (%) G21Metionin min. (%) Metionin + sistin min. (%) Sumber : SNI (2006) 4.
Starter 14 19 7 6.5 8 0.90 - 1.20 0.60 - 1.00 0.4 2800 40
Grower 14 17 7 7 8 0.90 - 1.20 0.60 - 1.00 0.4 2600 40
Layer 14 17 7 7 14 2.50-3.50 0.60 - 1.00 0.4 2700 40
1.1 0.4 0.6
0.8 0.35 0.5
0.9 0.4 0.6
Kualitas Fisik Telur Puyuh Telur merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak unggas yang berguna
untuk meneruskan kehidupan atau perkembangbiakannya. Namun, dalam perkembangannya telur yang pada awalnya merupakan sel produktif, oleh manusia telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Pemanfaatan telur sebagai bahan pangan telah dimulai sejak zaman purbakala. Orang-orang primitif mengambil telur-telur burung liar dari sarangnya untuk dimakan (Nurwantoro dan Mulyani, 2003). Telur merupakan bahan pangan yang bergizi tinggi, akan tetapi telur mempunyai sifat-sifat yang mudah mengalami penurunan kualitas, serta mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak sesuai. Kualitas telur merupakan karakteristik dari telur yang menentukan kesegaran telur (Soeparno dkk., 2011).
Nurwantoro dan Mulyani (2003) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua cara penentuan kualitas telur yaitu penentuan kualitas telur secara eksterior dan penentuan secara interior. Kualitas eksterior meliputi bentuk telur, berat telur, dan keaadaan cangkang. Sedangkan untuk kualitas interior meliputi ketebalan cangkang, kondisi albumen, kondisi yolk (kuning telur), rongga udara dan blastoderm, yang semuanya itu dapat diketahui melalui candling (peneropongan) dan pemecahan telur. a.
Berat Telur Anggorodi (1995) menyatakan bahwa telur puyuh mempunyai berat 7–8%
dari berat induk yaitu berkisar antara 7–11 gram per butir. Menurut Mozin (2006), bahwa berat telur puyuh tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas ransum akan tetapi kualitas ransum khususnya kandungan proteinnya. Selanjutnya Amrullah (2003) menyatakan bahwa begitu pentingnya kebutuhan telur akan protein, sehingga berbagai kekurangan protein akan mengakibatkan menurunnya besar telur dan jumlah albumen dalam telur. Meningkatnya jumlah asupan protein yang seimbang akan meningkatkan ukuran telur. Mozin (2006) melaporkan bahwa rataan berat telur yang menggunakan campuran tepung bekicot dan tepung darah sebagai substitusi tepung ikan berkisar antara 9.11–9.89 g/butir. b. Cangkang Telur Yuwanta (2004) menyatakan ketebalan cangkang telur banyak dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam ransum yang akan menentukan ketersediaan garamgaram kalsium dalam darah untuk pembentukan telur. Ahmad dkk., (2003) menyatakan bahwa kalsium mempunyai peran penting dalam pembentukan
cangkang telur dan produksi telur. Rataan tebal cangkang telur puyuhasil penelitian Mozin (2006) yang menggunakan tepung bekicot dan tepung darah sebagai substitusi tepung ikan tebal cangkang telur puyuh berkisar antara 0,270,31 mm Soeparno dkk., (Mozin, 2006) menyatakan bahwa komposisi cangkang telur terdiri atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium dan 0,9% fosfor (pada cangkang dalam bentuk fosfat). Sarwono (Juliambarwati dkk., 2012) menyatakan bahwa unggas yang diberi pakan dengan kandungan kalsium tinggi, biasanya menghasilkan cangkang telur yang tebal sedangkan ketebalan cangkang telur akan berpengaruh terhadap berat cangkang telur. Saerang dkk., (1998) menyatakan berat cangkang telur puyuh berkisar antara 0,62-1,031 g/butir dengan ransum yang mengandung minyak nabati dan lemak hewani sebesar 2,5%-5%. c.
Kuning Telur (Yolk) Kuning telur atau yolk merupakan bagian yang paling penting pada isi telur.
Kuning telur berbentuk hampir bulat, berwarna kuning hingga jingga, letaknya persis di tengah-tengah telur. Amrullah (2003) menyatakan bahwa ukuran telur lebih banyak terkait dengan ukuran kuning telur dibandingkan dengan jumlah albumen, walaupun sebenarnya albumen tetap penting untuk menentukan ukuran telur. Menurut Priyono (Juliambarwati dkk., 2012) faktor yang mempengaruhi berat yolk adalah kandungan protein dan lemak dalam telur yang sebagian besar terdapat dalam yolk. Pengukuran warna yolk dilakukan dengan cara mencocokkan warna yolk dengan warna standar yang terdapat dalam kipas kuning telur roche atau yolk
colour fan (Mozin, 2006). Chung (Napitupulu, 2003) menyatakan bahwa pada umumnya konsumen lebih menyukai telur dengan warna kuning emas sampai oranye. Wiradmadja dkk., (2008) warna kuning telur yang lebih disukai berkisar dari kuning sampai dengan orange wana tersebut setara dengan skor 8-14 pada The Roche Yolk Colour Fan. Chung (2002) menyatakan tipe dan jumlah pigmen karotenoid yang dikonsumsi unggas petelur merupakan faktor utama dalam pigmentasi kuning telur. Purnaningsih (2010) menyatakan pula bahwa warna kuning telur tergantung pada banyaknya karotenoid dari ransum. Karotenoid yang paling berpengaruh menentukan warna kuning telur adalah xantofil. Bhale dkk., (2003) menyatakan bahwa nilai indeks kuning telur digunakan untuk menentukan kesegaran telur. Indeks kuning telur mengindikasikan penurunan progresif dari fungsi membran vitelin pada telur, dimana semakin kecil indeks kuning telur maka mutu telur semakin berkurang. Pelebaran kuning telur, salah satu indikasi rusaknya telur, terutama disebabkan oleh difusi air dari albumen ke kuning telur. Australiananingrum (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan protein dan lemak dalam ransum maka semakin tinggi indeks yolk. Stadellman dan Cotterill (Juliambarwati dkk., 2012) menyatakan bahwa konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi yolk sedangkan indeks yolk dipengaruhi oleh tinggi yolk. B. Kerangka Pikir Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pakan alternatif sebagai substitusi tepung ikan Bahan pakan sumber protein hewani dan kalsium tinggi
Keong mas
Daging keong mas
Cangkang keong mas
Pengolahan
Dibuang Tepung keong mas
Mengkaji penggunaan tepung keong mas sebagai sebagai sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum puyuh terhadap kualitas fisik telur :
Berat telur (g)
Tebal cangkang (mm)
Berat cangkang (g)
Berat kuning telur (g)
Skor warna kuning telur
Indeks kuning telur
Rekomendasi Penggunaan tepung keong mas sebagai substitusi tepung ikan untuk ransum puyuh
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
C. Hipotesis Penggunaan tepung keong mas dapat mensubstitusi tepung ikan dalam ransum terhadap kualitas fisik telur puyuh.