EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MAHKOTA DEWA DAN DAUN MENGKUDU SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)
NAILIRRAHMA
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Daun Mengkudu Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Nailirrahma NIM G34100084
ABSTRAK NAILIRRAHMA. Efektivitas Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Daun Mengkudu Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan NINA RATNA DJUITA. Penggunaan moluskisida nabati dalam penanggulangan keong mas merupakan salah satu upaya untuk menekan penyebaran hama keong mas. Daun mahkota dewa dan daun mengkudu diduga dapat menjadi moluskisida nabati bagi hama keong mas karena mengandung senyawa saponin. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas ekstrak daun mahkota dewa dan daun mengkudu sebagai moluskisida nabati terhadap daya hidup keong mas. Sampel keong mas berasal dari daerah pesawahan di Desa Babakan, Bogor. Keong mas yang digunakan adalah keong mas besar dengan ukuran operkulum 11 – 20 mm dan keong mas kecil dengan ukuran operkulum 5 – 10 mm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis ANOVA melalui program Minitab 16 dan untuk menentukan Lethal Dosis (LD50) dianalisis dengan metode probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mahkota dewa dan daun mengkudu efektif menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% pada konsentrasi 10 g/L pada waktu pemaparan 72 jam, sedangkan pada konsentrasi 25 g/L dapat menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% pada waktu 48 jam dan 72 jam. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa LD50 terkecil terdapat pada daun mahkota dewa jam ke-72, yaitu 2.43 g/L. Efektivitas ekstrak daun mahkota dewa terhadap penurunan daya hidup keong mas lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun mengkudu. Kata kunci: Daya hidup, keong mas, mahkota dewa, mengkudu, moluskisida nabati
ABSTRACT NAILIRRAHMA. Effectiveness of Mahkota Dewa’s and Mengkudu’s Leaf Extract as Natural Molluscicides Toward Viability of Golden Apple Snail (Pomacea canaliculata Lamarck). Supervised by TRI HERU WIDARTO and NINA RATNA DJUITA. The use of natural molluscicides is an effort to reduce the spread of snails. Leaves of mahkota dewa and mengkudu may be used as molluscicides for the snails because they have saponin compounds. The aim of the study was to test the effectiveness of mahkota dewa’s and mengkudu’s leaf extract as natural molluscicides. The snails were collected from rice field’s at Bogor. The snails used in this reaserch was large snails (the range of operculum size is 11-20 mm) and a small snail (the range of operculum size is 5-10 mm). Experimental design used was a Completely Randomized Design (CRD) with ANOVA analysis through Minitab 16 program and to determine the Lethal Dosis (LD 50) was analyzed by thr probit method. The results showed that mahkota dewa’s and mengkudu’s leaf extract effectively reduce the viability of snails until 0% in 10 g/L consentration at 72 hours exposure time, whereas in 25 g/L concentration can
reduce the viability of snails until 0% at 48 hours and 72 hours. The results also show that there are at least LD50 mahkota dewa’s leaf extract-72 hours that is 2.43 g/L. The results also showed that the mahkota dewa’s leaf extracts was more effective than that of the mengkudu. Keywords: viability, snails, mahkota dewa, mengkudu, natural molluscicides
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MAHKOTA DEWA DAN DAUN MENGKUDU SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)
NAILIRRAHMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Daun Mengkudu Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) Nama : Nailirrahma NIM : G34100084
Disetujui oleh
Ir Tri Heru Widarto, MSc Pembimbing I
Nina Ratna Djuita, SSi, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Mei 2014 ini ialah berjudul Efektivitas Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Daun Mengkudu Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Tri Heru Widarto, MSc dan Nina Ratna Djuita, SSi, MSi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah serta kepada Dr Ir Sulistijorini, MSi sebagai penguji skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta (Thoni Alimuddin dan Siti Nurhasanah), adik (Muhammad Nabil Syauqi), saudara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat – sahabat tercinta serta seluruh teman seperjuangan di Biologi 47. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2014 Nailirrahma
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Tujuan Penelitian 2 METODE PENELITIAN 2 Waktu dan Tempat 2 Bahan dan Alat 2 Persiapan dan Pemeliharaan Keong Mas 2 Ekstraksi Bahan Nabati 3 Aplikasi Bahan Nabati 3 Pengamatan Daya Hidup dan Perilaku Keong Mas 3 Analisis Data 3 HASIL 4 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Pemaparan Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Mengkudu terhadap Daya Hidup Keong Mas 4 PEMBAHASAN 6 Efek Ekstrak Daun Mahkota Dewa terhadap Daya Hidup Keong Mas 6 Efek Ekstrak Daun Mengkudu Terhadap Daya Hidup Keong Mas 7 Perbandingan Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Daun Mengkudu terhadap Daya Hidup Keong Mas 8 SIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA 9 RIWAYAT HIDUP 11
DAFTAR TABEL 1 2
Lethal Dosis50 (LD50) ekstrak daun mahkota dewa dan mengkudu (g/L) Analisis data penurunan daya hidup keong mas menggunakan analisis ANOVA two way
4 6
DAFTAR GAMBAR 1 2
3
4
5
Ukuran keong mas (a) besar ; (b) kecil Rata-rata persentase keong mas besar hidup setelah terpapar ekstrak daun mahkota dewa dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mahkota dewa yang berbeda Rata-rata persentase keong mas kecil hidup setelah terpapar ekstrak daun mahkota dewa dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mahkota dewa yang berbeda Rata-rata persentase keong mas besar hidup setelah terpapar ekstrak daun mengkudu dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang berbeda Rata-rata persentase keong mas kecil hidup setelah terpapar ekstrak daun mengkudu dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang berbeda
2
4
5
5
5
PENDAHULUAN Latar Belakang Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) termasuk famili Ampullaridae. Hewan ini merupakan spesies asli dari Amerika Selatan yang masuk secara ilegal ke Asia pada tahun 1979 dan diperkirakan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an (Cowie 2002). Keong mas merupakan hama utama pada tanaman padi di Indonesia karena dapat merusak tanaman padi dari mulai tahap persemaian hingga menghasilkan bulir padi. Hama ini memotong pangkal batang padi yang masih muda sehingga banyak rumpun padi yang rusak dan mati (Yunidawati et al. 2011). Keong mas terdapat di daerah yang banyak mengandung air seperti sawah, kolam ikan, rawa, sungai, dan saluran air. Hewan ini mempunyai mobilitas tinggi karena mudah menyebar akibat terbawa aliran air irigasi dan sarana transportasi air lainnya. Penanganan keong mas di Indonesia sudah dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pengumpulan telur, pemberian umpan, penggunaan musuh alami seperti menggunakan bebek, penggunaan pestisida kimia dan pestisida nabati (Budiyono 2006). Pengendalian keong mas yang dikembangkan saat ini yaitu dengan pemanfaatan pestisida nabati. Penggunaan pestisida nabati diharapkan mampu mengurangi kerusakan lingkungan akibat penggunaan pestisida sintetik. Pestisida nabati memiliki kelebihan diantaranya mudah terurai, tidak meninggalkan residu di lingkungan, biayanya murah dan toksisitas rendah sehingga relatif aman terhadap lingkungan (Isman 2008). Salah satu contoh senyawa aktif yang mampu meningkatkan mortalitas keong mas adalah saponin. Saponin merupakan senyawa aktif yang memiliki sifat seperti detergen, berbusa, rasanya pahit, dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin (Cheeke 1989). Saponin dalam air akan menyebabkan terhambatnya proses pernapasan pada keong mas (Vincent dan Yamaguchi 1995). Daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia) mengandung senyawa aktif yang bersifat moluskisida yaitu saponin, sehingga daun ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai moluskisida nabati. Tanaman mengkudu dan mahkota dewa merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis seperti Indonesia. Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal berwarna hijau tua, tersusun berhadapan, ujung daun runcing, tepi daun rata, bentuk jorong hingga lanset, panjang 7-10 cm dan lebar 2-2.5 cm (Asmaliyah et al. 2010). Daun mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan, tersusun bersilang berhadapan, ujung daun runcing, tepi daun rata, bentuk bulat memanjang, panjang 10-40 cm dan lebar 15-17 cm (Heyne 1987). Daun mahkota dewa dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan keong mas dan banyak pula digunakan sebagai obat tradisional. Hal tersebut disebabkan tumbuhan ini mengandung senyawa-senyawa seperti alkaloid, flavonoid, resin, dan tanin yang berkhasiat untuk antihistamin, antioksidan, obat liver, ginjal, kanker dan hepatitis (Harmanto 2003). Tanaman mengkudu selain mengandung senyawa saponin juga memiliki senyawa antrakuinon, alkaloid, dan glikosida yang terdapat pada hampir semua bagian tumbuhan yang berfungsi untuk mengobati masalah pencernaan, jantung, diabetes dan ginjal (Harmanto 2004).
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas ekstrak daun mahkota dewa dan daun mengkudu sebagai moluskisida nabati terhadap daya hidup keong mas
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2014. Pengambilan sampel keong mas dilakukan di sawah Desa Babakan, Dramaga, Bogor. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah keong mas, daun mengkudu, daun mahkota dewa, daun pakan keong, dan air. Alat yang digunakan antara lain stoples, blender, saringan, kain halus, karet, plastik, gelas ukur 1 liter dan baskom.
Persiapan dan Pemeliharaan Keong Mas Keong mas yang digunakan berasal dari sawah di Desa Babakan, Bogor, Jawa Barat. Bahan yang digunakan yakni keong mas besar dengan ukuran operkulum 11 – 20 mm dan keong mas kecil dengan ukuran operkulum 5 – 10 mm. Keong mas yang telah diseleksi berdasarkan diameter operkulum dipelihara selama 3 hari dalam wadah (baskom). Bagian atas wadah ditutupi plastik yang dilubangi untuk sirkulasi udara. Air ditambahkan sebanyak 1/3 dari volume wadah. Pakan diberikan sebanyak satu kali dalam satu hari secara ad libitum.
(a) (b) Gambar 1 Ukuran keong mas (a) besar ; (b) kecil
3 Ekstraksi Bahan Nabati Bahan nabati yang digunakan adalah daun mahkota dewa dan daun mengkudu dewasa yang berwarna hijau tua. Daun dicuci dan dibersihkan, kemudian masing – masing daun ditimbang dengan bobot 0 (kontrol), 5, 10 dan 25 g. Setelah itu masing – masing daun dicincang dan ditambahkan 1 liter air, lalu dihaluskan menggunakan blender selama 10 menit. Hasil ekstraksi didiamkan selama 24 jam selanjutnya disaring menggunakan saringan dengan ukuran poripori 2 mm, kemudian disaring kembali menggunakan kain halus.
Aplikasi Bahan Nabati Ekstrak daun mahkota dewa dan daun mengkudu dimasukkan ke dalam stoples terpisah dengan tinggi stoples 15 cm dan diameter stoples 13 cm. Sebanyak 5 ekor keong mas besar dan 5 ekor keong mas kecil masing – masing dimasukkan ke dalam stoples berbeda yang berisi ekstrak daun mahkota dewa dan ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi 0 (kontrol), 5, 10 dan 25 g/L.
Pengamatan Daya Hidup dan Perilaku Keong Mas Pengamatan daya hidup keong mas dilakukan dengan cara mengeluarkan keong mas dari stoples, lalu keong yang mati dihitung jumlahnya. Keong mas yang belum dapat dipastikan hidup atau mati (keong masih dalam cangkang) dikeluarkan dari dalam stoples kemudian dimasukkan kembali ke wadah berisi makanan dan ditunggu respons keong selama ± 5 – 15 menit. Jika keong belum keluar dari cangkang, maka tubuhnya ditekan dengan tusuk gigi secara perlahan, untuk memastikan keong tersebut mati atau hidup. Keong mas yang hidup 24 jam terus diamati sampai 48 jam dan 72 jam. Perlakuan diulangi sebanyak tiga kali. Pengamatan perilaku keong mas dilakukan dengan cara mengamati pola agresivitas dari keong mas tersebut, sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis ANOVA two way melalui program Minitab 16 dan untuk menentukan Lethal Dosis (LD50) dianalisis dengan metode probit.
4
HASIL Pengaruh Konsentrasi dan Lama Pemaparan Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Mengkudu terhadap Daya Hidup Keong Mas Berdasarkan analisis probit LD50 (Tabel 1), diketahui bahwa dosis terkecil dari ekstrak daun mahkota dewa yang mampu menyebabkan kematian sebanyak 50% pada keong mas besar terdapat pada jam ke-72 yaitu 2.43 g/L. Sementara itu, dosis terkecil yang mampu menyebabkan kematian sebanyak 50% pada keong mas kecil terdapat pada jam ke-72 yaitu 4.89 g/L. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai LD50 maka moluskisida tersebut semakin beracun. Senyawa yang mempunyai efek sebagai racun pada daun mahkota dewa adalah saponin. Berdasarkan analisis probit LD50 (Tabel 1), diketahui bahwa dosis terkecil dari ekstrak daun mengkudu yang mampu menyebabkan kematian sebanyak 50% pada keong mas besar terdapat pada jam ke-72 yaitu 3.43 g/L. Sementara itu, dosis terkecil yang mampu menyebabkan kematian sebanyak 50% pada keong mas kecil terdapat pada jam ke-72 yaitu 2.96 g/L. Konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang menyebabkan kematian hingga 50% keong mas tidak terdeteksi pada pemaparan 24 jam. Tabel 1 Lethal Dosis50 (LD50) ekstrak daun mahkota dewa dan mengkudu (g/L) Mahkota Dewa Mengkudu Ukuran Keong Jam Ke-24 Jam Ke-48 Jam Ke-72 Jam Ke-24 Jam Ke-48 Jam Ke-72 9.80 4.93 2.43 16.99 8.90 3.06 Besar 13.55 5.99 4.89 8.11 2.96 Kecil
Rata-rata Persentase Keong Mas Besar Hidup
Ekstrak daun mahkota dewa efektif menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% pada konsentrasi 10 g/L dalam waktu pemaparan 72 jam. Ekstrak daun ini mampu menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% dalam waktu 48 jam dan 72 jam pada konsentrasi 25 g/L (Gambar 2 dan 3). 120 100 80 0 g/L 60
5 g/L
40
10 g/L
20
25 g/L
0 0 jam
24 jam
48 jam
72 jam
Lama Waktu Pemaparan
Gambar 2 Rata-rata persentase keong mas besar hidup setelah terpapar ekstrak daun mahkota dewa dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mahkota dewa yang berbeda
Rata-rata Persentase Keong Mas Kecil Hidup
5 120 100 80
0 g/L
60
5 g/L
40
10 g/L
20
25 g/L
0 0 jam
24 jam 48 jam Lama Waktu Pemaparan
72 jam
Gambar 3 Rata-rata persentase keong mas kecil hidup setelah terpapar ekstrak daun mahkota dewa dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mahkota dewa yang berbeda
Rata-rata Persentase Keong Mas Besar Hidup
Ekstrak daun mengkudu efektif menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% pada konsentrasi 10 g/L dalam waktu pemaparan 72 jam. Ekstrak daun ini mampu menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% dalam waktu 48 jam dan 72 jam pada konsentrasi 25 g/L (Gambar 4 dan 5). 120 100 80
0 g/L
60
5 g/L
40
10 g/L
20
25 g/L
0 0 jam
24 jam 48 jam Lama Waktu Pemaparan
72 jam
Gambar 4 Rata-rata persentase keong mas besar hidup setelah terpapar ekstrak daun mengkudu dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang berbeda
Rata-rata Persentase Keong Mas Kecil Hidup
120 100 80
0 g/L
60
5 g/L
40
10 g/L
20
25 g/L
0 -20
0 jam
24 jam 48 jam Lama Waktu Pemaparan
72 jam
Gambar 5 Rata-rata persentase keong mas kecil hidup setelah terpapar ekstrak daun mengkudu dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun mengkudu yang berbeda
6 Berdasarkan Gambar 2 – 5 dapat dilihat bahwa jumlah kematian keong mas tidak signifikan pada perlakuan 5 g/L. Hal ini disebabkan perlakuan daun mahkota dewa dan mengkudu pada pada konsentrasi 5 g/L merupakan perlakuan terkecil dari semua perlakuan yang ada, sehingga kandungan saponin yang terakumulasi lebih sedikit dibanding yang lain, oleh karena itu membutuhkan waktu lebih lama untuk membuat keong mas tersebut mati. Pemberian bahan pestisida nabati yang rendah menyebabkan pengaruh yang ditimbulkan akan semakin rendah (Harbone 1987). Proses kematian hama akan semakin cepat dengan pertambahan dosis yang digunakan pada saat aplikasi (Natawigena 2000). Berdasarkan Tabel 2, analisis ANOVA two way menggunakan α 5% dengan faktor lama pemaparan dan konsentrasi ekstrak daun, menunjukkan bahwa Pvalue yang didapatkan pada perlakuan kedua ekstrak daun untuk keong mas besar adalah 0.003. Nilai P ini lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat diartikan bahwa konsentrasi ekstrak daun berbeda nyata terhadap menurunnya daya hidup keong mas. P-value pada perlakuan kedua ekstrak daun untuk keong mas kecil adalah 0.02, nilai P ini lebih besar dari 0.05 sehingga dapat diartikan bahwa konsentrasi ekstrak daun tidak berbeda nyata terhadap menurunnya daya hidup keong mas. Tabel 2 Analisis data penurunan daya hidup keong mas menggunakan analisis ANOVA two way Ukuran Keong Besar Kecil
Mahkota Dewa 0.003 0.02
Mengkudu 0.003 0.02
PEMBAHASAN Efek Ekstrak Daun Mahkota Dewa terhadap Daya Hidup Keong Mas Hasil uji toksisitas pemaparan ekstrak daun mahkota dewa selama 24 sampai 72 jam menunjukkan bahwa ada gejala keracunan pada keong mas. Hal ini diduga karena adanya kandungan saponin pada daun mahkota dewa. Gotama et al. (1999) menyatakan bahwa di dalam daun mahkota dewa terkandung saponin. Gejala keracunan keong mas ditandai dengan adanya sekresi lendir, kemampuan makan menurun, aktivitas hidup rendah, warna kulit memucat, tubuh menjadi lunak, operkulum menutup semakin rapat dan kemudian mengalami kematian. Keracunan saponin pada keong mas terjadi akibat proses saponifikasi sehingga daging keong mas menjadi cepat lunak (Kurniawati et al. 2007). Gejala yang terjadi pada keong mas saat mengalami kematian yaitu tubuh keong mas menjadi kaku, cangkang menjadi rapuh, operkulum terbuka, tubuh keluar dari cangkang dan semakin lama akan menimbulkan bau tidak sedap. Kematian keong mas pada uji saponin tersebut diduga disebabkan oleh ekstrak daun mahkota dewa yang masuk ke dalam tubuh keong mas. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kandungan saponin pada daun sirih dan daun pepaya menyebabkan kematian pada keong mas, baik dengan cara penyerapan langsung melalui kulit maupun pengambilan air melalui membran insang (Wardhani 2011).
7 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keong mas yang diberikan perlakuan kontrol gerakannya tetap aktif, seperti merayap pada permukaan stoples, membuka dan menutup cangkang dengan baik dan mengkonsumsi pakan daun yang diberikan dengan baik, sedangkan keong mas yang diberikan perlakuan ekstrak daun mahkota dewa dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L dan 25 g/L menyebabkan adanya penurunan daya hidup keong mas hingga menimbulkan kematian. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa terdapat busa–busa seperti sabun pada saat pembuatan ekstrak. Saponin dapat menimbulkan busa seperti sabun apabila dikocok dalam air ataupun saat ekstraksi (Harbone 1987). Saponin terlihat berbusa dalam larutan yang encer, mempunyai sifat seperti detergen dan memiliki rasa yang pahit (Cheeke 1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun yang diberikan dan semakin lama waktu pemaparan ekstrak daun, maka daya hidup keong mas akan semakin menurun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran keong mas mempengaruhi penurunan daya hidup keong mas setelah terpapar ekstrak daun mahkota dewa. Hasil ini menunjukkan bahwa keong mas kecil daya hidupnya lebih lama dibandingkan dengan keong mas besar. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian Kurniawati et al. (2007) yang menyatakan bahwa daya hidup keong mas yang terpapar saponin pada keong mas besar lebih toleran dibandingkan dengan keong mas kecil. Hasil analisis LD50 (Tabel 1) menunjukkan bahwa LD50 dapat terdeteksi pada semua waktu pemaparan. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil P-value untuk keong mas besar adalah 0.003, sedangkan untuk keong mas kecil adalah 0.02. Hasil P-value untuk keong mas besar lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat diartikan bahwa ekstrak daun mahkota dewa berbeda nyata terhadap penurunan daya hidup keong mas.
Efek Ekstrak Daun Mengkudu Terhadap Daya Hidup Keong Mas Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada pelunakan tubuh keong mas pada saat gejala keracunan. Adanya kandungan saponin pada daun mengkudu (Wati 2009) menyebabkan pelunakan pada tubuh keong mas. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa saponin mampu mengakibatkan daging keong mas melunak (Suharto dan Nia 2005). Saponin bersifat racun terhadap keong mas dan diduga dapat mendorong keluarnya cairan secara berlebihan dari dalam tubuh sehingga tubuh mengalami dehidrasi, dengan demikian semakin cepat keong mas mengalami kematian. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa keong yang mati mengeluarkan lendir yang berbau busuk. Lendir tersebut larut dalam air sehingga air yang semula jernih berubah menjadi keruh dan berbau tidak sedap. Lendir yang dikeluarkan oleh keong mas diduga merupakan respons keong mas untuk menghambat masuknya senyawa saponin yang berasal dari ekstrak daun mengkudu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun yang diberikan dan semakin lama waktu pemaparan ekstrak daun, maka daya hidup keong mas akan semakin menurun. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun yang diberikan, maka semakin tinggi pula kandungan saponin yang terlarut dalam air sehingga proses kematian keong mas semakin cepat. Hal ini
8 menunjukkan bahwa semakin banyak senyawa saponin yang masuk ke dalam tubuh keong mas maka daya racun dalam mematikan keong mas semakin besar sehingga semakin banyak jaringan yang dirusak dan menyebabkan kematian. Saponin juga dapat menghambat proses pernapasan (Vincent dan Yamaguchi 1995) dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin (Robinson 1995). Senyawa antibakteri seperti saponin apabila berada dalam tubuh ternak terlalu lama dapat menurunkan daya tahan tubuh, selain itu saponin dapat mengikat mineral Fe dan Zn, sehingga mineral ini tidak dapat diserap tubuh dengan baik (Cheeke 1989). Keong mas hidup memperlihatkan penampilan fisik yang sangat berbeda dengan keong mas mati. Keong mas hidup biasanya menempel pada daun atau pada permukaan stoples pemeliharaan, air tetap jernih dan tidak berbau. Sebaliknya keong mas mati menimbulkan bau tidak sedap dan keong mas akan mengambang di bawah permukaan air, namun apabila tubuh keong mas terlepas dari cangkang, maka tubuh keong mas akan tenggelam hingga ke dasar stoples. Hasil analisis LD50 (Tabel 1) menunjukkan bahwa LD50 pada jam ke-24 pemaparan tidak terdeteksi pada keong mas kecil. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil P-value untuk keong mas besar adalah 0.003, sedangkan untuk keong mas kecil adalah 0.02. Hasil P-value untuk keong mas besar lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat diartikan bahwa ekstrak daun mengkudu berbeda nyata terhadap penurunan daya hidup keong mas.
Perbandingan Ekstrak Daun Mahkota Dewa dan Daun Mengkudu terhadap Daya Hidup Keong Mas Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa efektivitas ekstrak daun mahkota dewa lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun mengkudu. Hal ini diduga karena kandungan saponin pada ekstrak daun mahkota dewa lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun mengkudu. Namun pada jam ke-72 untuk perlakuan keong mas kecil, ekstrak daun mengkudu lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak daun mahkota dewa. Untuk membuktikan hal ini perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kadar saponin pada kedua bahan tersebut.
SIMPULAN Ekstrak daun mahkota dewa dan mengkudu efektif menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% pada konsentrasi 10 g/L dengan waktu pemaparan 72 jam, sedangkan konsentrasi 25 g/L dapat menurunkan daya hidup keong mas hingga mencapai 0% pada waktu 48 jam dan 72 jam pemaparan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun yang diberikan dan semakin lama waktu pemaparan ekstrak daun, maka daya hidup keong mas akan semakin menurun. LD50 terkecil terdapat pada daun mahkota dewa jam ke-72, yaitu 2.43 g/L. Semakin kecil nilai LD50 maka moluskisida tersebut semakin beracun. Efektivitas ekstrak daun mahkota dewa terhadap penurunan daya hidup keong mas lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak daun mengkudu.
9
DAFTAR PUSTAKA Asmaliyah, Etik EWH, Sri U, Kusdi M, Yudhistira, Fitri WS. 2010. Pengenalan tumbuhan penghasil pestisida nabati dan pemanfaatannya secara tradisional. Palembang (ID): Kementerian Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan. Budiyono S. 2006. Teknik pengendalian keong mas pada tanaman padi. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian. 2 (2): 128–133. Cheeke PR. 1989. Toxicants of Plant Origin Volume III. Boca Raton (US): CRC Press. Cowie RH. 2002. Apple Snail (Ampullaridae) as Agricultural Pest: Their Biology, Impacts, and Management. Molluscs as Crop Pest. Wallingford (US): CABI Publishing. Gotama IBI, Sugiarto S, Nurhadi M, Widiyastuti Y, Wahyono S, Prapti IJ. 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid V. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Harbone. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: Padmawinata K dan Sudira I. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Harmanto N. 2003. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Harmanto N. 2004. Menumpas Diabetes Bersama Mahkota Dewa. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Isman MB. 2008. Perspective botanical insecticides: for richer, for poorer. Pest Manag Sci. 64 (1): 8-11. Kurniawati N, Wahyu H, Hendarsih S. 2007. Daya tetas dan daya hidup keong mas pada perlakuan pestisida nabati dan insektisida. Apresiasi Hasil Penelitian Padi. 393-402. Natawigena H. 2000. Pestisida dan Kegunaannya. Bandung (ID): Armico. Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Terjemahan: Padmawinata K. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Suharto H, Nia K. 2005. Toksisitas rerak dan saponin terhadap siput Murbai (Pomacea canaliculata Lamarck). Agrikultura. 16 (2): 119-124. Vincent E, Yamaguchi RM. 1995. Sayuran Dunia I: Prinsip Produksi dan Gizi. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Wardhani SPR. 2011. Daya hidup keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) setelah terpapar ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wati RA. 2009. Efektivitas pemberian ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia lignosae) sebagai pengganti antibiotik terhadap performa ayam broiler yang diinfeksi Salmonella typhimurium. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
10 Yunidawati W, Darma B, Sengli BJD. 2011. Penggunaan ekstrak biji pinang untuk mengendalikan hama keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada tanaman padi. Kultivar. 5 (2): 84 –90.
11
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 4 November 1992 dari pasangan Bapak H Thoni Alimuddin SAg dan Ibu Siti Nurhasanah. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan pada tahun 1998 di TK Gintung Ranjeng, pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2004 di SDN 2 Ciwaringin, pendidikan lanjutan menengah diselesaikan pada tahun 2007 di MTsN Babakan Ciwaringin dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2010 di SMAN Palimanan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), terdaftar pada program Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selama menyelesaikan pendidikan, penulis aktif sebagai Ketua OSIS MTsN Babakan Ciwaringin dan menjadi sekertaris OSIS SMAN Palimanan dan pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan, di antaranya adalah panitia Masa Perkenalan Fakultas (MPF) FMIPA, panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD) Biologi, panitia Bionic, panitia Grand Biodiversity dan panitia Pesta Science. Penulis pernah melakukan Praktik Lapangan di PT. Biofarma di bagian Uji Hewan. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar, Perkembangan Hewan dan Struktur Hewan.