BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian
menurut
Vamer
dan
Beamer
(Ranto,2007:22)
adalah
kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu menghadapi persaingan. Persaingan inilah yang dapat memberikan semangat untuk menentukan pesaing terbaik. Kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola dirinya sendiri. Jadi, individu yang mandiri
adalah
individu
yang
mampu
mengelola
dirinya
sendiri
(http://repository.upi.edu). Kemadirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian berarti harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dari berbagai pengertian para ahli, terlihat bahwa substansi kemandirian terdiri atas (http://repository.upi.edu): 1.
Kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri dan lingkungan,
2.
Kemampuan untuk berdiri sendiri dan mengatasi kesulitan,
3.
Kemampuan menerima konsekuensi atas segala keputusan yang di ambil.
Universitas Sumatera Utara
Kemandirian mengandung pengertian (www.e-psikologi.com) : 1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya 2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi 3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya 4. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya Pribadi tiap orang tumbuh atas dua kekuatan yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering disebut juga kemampuan-kemampuan dasar yang sudah dibawa sejak lahir, baik bersifat kejiwaan maupun bersifat kebutuhan.. Yang kedua kekuatan dari luar yaitu segala sesuatu yang ada diluar manusia (faktor lingkungan). Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata Persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Sifat kepribadian yang paling banyak dibahas oleh para ahli, dalam kaitan dengan wirausaha adalah sifat kreatif dan inovatif. Kemandirian pribadi adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri (http://octa-octavianthi.blogspot.com, 2011 oleh octavianthi).
Universitas Sumatera Utara
Kemandirian pribadi untuk memulai usaha kecil, adalah (Riyanti, 2003) : a.
Mengandalkan kemampuan sendiri
b.
Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri
c.
Keberanian menghadapi tantangan
d.
Kebebasan berfikir Dengan
demikian
kemandirian
pribadi
adalah
kemampuan
untuk
mengendalikan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan. 2.2 Tipe-tipe Kemandirian Pribadi Menurut Steinberg (2002:289) membedakan kemandirian pribadi ke dalam tiga tipe, yaitu: 1. Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy) Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidakbergantungan individu terhadap dukungan emosional orang lain. 2. Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy) Kemandirian prilaku merupakan kemampuan individu dalam menentukan pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya. 3. Kemandirian Nilai (Values Autonomy) Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kemandirian Emosional Kemandirian emosional menurut Steinberg (2002:289) adalah aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu. Kemandirian emosi menunjuk kepada pengertian yang dikembangkan mengenai individuasi dan melepaskan diri atas ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kemandirian emosi dapat berkembang dengan sangat baik dibawah kondisi yang mendorong kedekatan emosi dan individuasi. Kemandirian emosional berkembang lebih dulu sebagai dasar perkembangan kemandirian
karena
kemandirian
tingkah
laku
dan
kemandirian
nilai
mempersyaratkan kemandirian emosional yang cukup (Steinberg, 2002:303-304). Dengan
demikian
kemandirian
emosional
adalah
seberapa
besar
ketidakbergantungan individu terhadap dukungan emosional orang lain yang dapat berkembang dalam kondisi yang mendorong kedekatan emosi dan individuasi. 2.4 Kemandirian Perilaku Kemandirian perilaku berarti bebas untuk berbuat atau bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. Kemandirian tindakan atau perilaku menunjuk kepada “kemampuan seseorang melakukan aktivitas, sebagai manifestasi dari berfungsinya kebebasan dengan jelas, menyangkut peraturanperaturan yang wajar mengenai perilaku dan pengambilan keputusan dari seseorang (Sessa & Steinberg, 1991,dalam Sprinthall & Collinns, 1995). Kemandirian perilaku mencakup kemampuan untuk meminta pendapat orang lain jika diperlukan, menimbang berbagai pilihan yang ada dan pada akhirnya
Universitas Sumatera Utara
mampu
mengambil
kesimpulan
untuk
suatu
keputusan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, tetapi bukan berarti lepas dari pengaruh orang lain. Ada tiga karakteristik seseorang yang memiliki kemandirian perilaku, yaitu mampu mengambil keputusan, tidak terpengaruh oleh pihak lain, dan memiliki rasa percaya diri. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam menentukan pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya tanpa pengaruh pihak lain dengan rasa percaya diri. 2.5 Kemandirian Nilai Ahli psikologi (Douvan & Adelson, 1966, dalam Sprinthall & Collins, 1995) menyebutkan, kemandirian nilai menunjuk kepada suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang atas dasar prinsip-prinsip individual yang dimilikinya, daripada mengambil prinsip-prinsip dari orang lain. Dengan kata lain bahwa kemandirian nilai menggambarkan kemampuan untuk mendukung atau menolak tekanan, permintaan maupun ajakan orang lain; dalam arti memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah, tentang apa yang penting dan tidak penting. Steinberg, (2002:303-304) menjelaskan bahwa perkembangan kemandirian nilai ditandai oleh tiga aspek, yaitu: pertama, cara dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin bertambah abstrak (abstract belief); kedua, keyakinankeyakinan menjadi semakin bertambah mengakar pada prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa dasar ideologi (principled belief); dan ketiga, keyakinan-
Universitas Sumatera Utara
keyakinan akan nilai menjadi semakin terbentuk dalam diri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang ditanamkan (independent belief). Kemampuan
untuk
mempertimbangkan
kemungkinan
alternatif
dan
menggunakannya dalam berpikir menurut pendapatnya, memberi peluang untuk bereksplorasi di sekitar sistem nilai, ideologis politik, dan etika pribadi (Steinberg, 2002:304). Diantara ketiga komponen kemandirian, maka kemandirian nilai merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang lazimnya tidak disadari, dan umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna disbanding kedua komponen kemandirian lainnya. Steinberg
(2002:304),
bahwa
perkembangan
kemandirian
nilai
mempersyaratkan perkembangan kebebasan emosi dan perilaku yang memadai. Dapat dilihat bahwa kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai. Dengan demikian individu memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah serta penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu dilihat dari sisi nilai. 2.6 Karakteristik Pribadi yang Mandiri Karakteristik orang yang mandiri menurut tipe-tipe kemandirian di atas adalah (http://repository.upi.edu): 1. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku, membuat keputusan dan tidak merasa cemas, takut ataupun malu bila keputusan yang diambil tidak sesuai dengan pilihan atau keyakinan orang lain
Universitas Sumatera Utara
2. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah, mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta kesulitan lainnya, tanpa harus mendapat bimbingan dari orang lain juga dapat membuat keputusan dan mempu melaksanakan keputusan yang diambil 3. Mampu mengontrol dirinya atau perasaannya, sehingga tidak memiliki rasa takut, ragu, cemas, tergantung dan marah yang berlebihan dalam berhubungan dengan orang lain 4. Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi penilai mengenai apa yang terbaik bagi dirinya serta berani mengambil resiko atas perbedaan kebutuhan dan nilainilai yang diyakini serta perselisihan dengan orang lain 5. Menunjukkan tanggungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain, yang dipelihara dalam kemampuannya membedakan kehidupan dirinya dan kehidupan orang lain, namun tetap menunjukkan loyalitas 6. Memperlihatkan inisiatif yang tinggi melalui ide-idenya dan sekaligus mewujudkan idenya tersebut, juga ditujukan dengan kemauannya untuk mencoba hal yang baru 7. Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan menunjukkan keyakinan atas segala tingkah laku yang ia lakukan dan menunjukkan sikap yang tidak takut menghadapi suatu kegagalan 2.7 Usaha Kecil Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang tentang usaha kecil Nomor 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah memenuhi kriteria sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Memiliki kekayaan (asset) bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp. 1 miliyar 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum Definisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis-jenis usaha. Menurut Kementrian Negara koperasi dan UKM, kelompok usaha kecil termasuk di dalam kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100 Juta. Menurut Bank Indonesia, usaha kecil adalah lini usaha yang memiliki total asset diluar tanah dan persediaan barang serta bahan paling banyak Rp. 1 Milyar, dan memiliki tenaga kerja duapuluh sampai dengan seratus lima puluh orang. Sedangkan menurut BPS (Biro Pusat Statistik) 2005, usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit lima orang dan paling banyak Sembilan belas orang termasuk pengusaha. 2.8 Cara-Cara Mendirikan Usaha Ada tiga cara dalam mendirikan usaha yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Membeli Franchise Membeli franchise adalah menbeli hak untuk memakai merek dagang dari usaha luar negeri dan sekarang juga sudah banyak dari dalam negeri (franchisor) dengan membayar royalty dan pembagian laba usaha. Cara ini adalah cara yang paling rendah risiko kegagalanpemasarannya karena sudah dikenal oleh banyak orang. Sedangkan untuk kelemahannya adalah membutuhkan dana yang sangat besar. 2. Membeli usaha yang sedang berjalan a. Membeli usaha yang sedang berjalan memiliki risiko kegagalan lebih besar dari franchise, tetapi membeli usaha yang sedang berjalan ini memiliki risiko kegagalan lebih kecil daripada mendirikan usaha sendiri dari awal. 3. Mendirikan usaha sendiri dari awal Usaha yang baru dimulai dari awal memerlukan banyak waktu maka harus siap mental, modal yang diperlukan juga banyak tetapi tidak sebanyak frenchise, memiliki kerja keras yang tinggi. Risiko kegagalan yang diperoleh juga sangat tinggi, namun jika sukses menjalankannya maka mempunyai rasa kepuasan tersendiri. 2.9 Peranan Usaha Kecil di Indonesia Usaha kecil sangat penting keberadaannya di Indonesia karena merupakan bagian terbesar dari pelaku bisnis, dikatakan begitu dapat dilihat dari data BPS tahun 2000 menyatakan jumlah usaha kecil di Indonesia sebesar 38,99 Juta.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah ini jika dipresentasikan maka sebesar 99,85 % dari seluruh unit bisnis yang ada di Indonesia adalah usaha kecil dan 0,15% adalah usaha lain. Usaha kecil pada umumnya merupakan kelompok usaha yang bekerja padat karya yang memerlukan tenaga kerja yang banyak, tanpa terlalu menekankan pada tingkat pendidikan formal yang tinggi serta keterampilan. Menteri Koperasi dan UKM pada tahun 2000 mengatakan ada 66 Juta orang bekerja di usaha kecil di Indonesia, jika di presentasikan menjadi 99,44% dan sisanya 0,56%
dari
pekerjaan lain. BPS,2005 (http://www.bps.go.id). Usaha kecil di Indonesia dapat menghasilkan beraneka ragam barang dan jasa unggulan yang dapat diproduksikan dipedesaan dan perkotaan serta tidak memerlukan modal yang besar dan tenaga kerja yang berpendidikan formal tinggi. 2.10 Ciri-ciri Usaha Kecil Menurut Hutasuhut (www.smeru.or.id) ciri-ciri dan watak usaha kecil adalah: 1.
Mempunyai kepercayaan yang kurang kuat pada diri sendiri
2.
Berorientasi pada tugas, hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan ketabahan, mempunyai tekad dan kerja keras
3.
Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan secara tepat dan cermat
4.
Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi saran dan kritik
5.
Berjiwa inovatif, kreatif dan berorientasi ke masa depan
Universitas Sumatera Utara
Secara umum usaha Kecil mengacu pada ciri-ciri berikut : 1. Manajemen berdiri sendiri Biasanya para manajer perusahaan adalah pemiliknya juga, dengan predikat yang disandang mereka memiliki kebebasan untuk bertindak dan mengambil keputusan. 2. Investasi modal terbatas Pada umumnya modal perusahaan kecil disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik, karena jumlah modal yang diperlukan relative kecil. 3. Daerah operasinya lokal Dalam hal ini majikan dan karyawan tinggal dalam suatu lingkungan yang berdekatan dengan letak perusahaan. 4. Ukuran secara keseluruhan relatif kecil Penyelenggara di bidang operasinya tidak dominan 2.11 Kemauan Memulai Usaha Kecil Beberapa orang, sebagian fokus pada pengembangan karir melalui pekerjaan dan sebagiannya lagi memilih untuk memulai usaha kecil atau berwirausaha. Khusus untuk berwirausaha, tidak banyak orang memiliki keyakinan bahwa usaha yang dibangunnya akan berkembang. Biasanya karena belum ada rasa percaya diri untuk membangun sebuah usaha. Maka dari itu untuk membangun keyakinan berwirausaha, perlu adanya momentum untuk memulai, dalam permulaan berwirausaha, “menjual” adalah faktor penting untuk melangkah lebih jauh kedepannya nanti. Tidak ada pengusaha sukses yang langsung sukses, semua bermula dari usaha kecil yang ditekuni kemudian semakin lama sukses.
Universitas Sumatera Utara
Kemauan memulai usaha adalah awal dari permulaan menjadi wiusahawan ataupun pengusaha yng sukses. Dengan demikian kemauan memulai usaha kecil adalah
keinginan
mengembangkan
seseorang serta
untuk
membangun
berusaha usaha
membuka
dengan
dan
modal
seterusnya
menggunakan
kemampuan sendiri. 2.12 Peneliti Terdahulu Villonensia (2009) meneliti tentang Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Studi Kasus Pedagang Pakaian Pasar Pajak Sore Jalan Jamin Ginting). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel kemandirian pribadi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan, dengan hasil pengujian secara parsial (uji t) yaitu thitung sebesar 2.102 > ttabel (1.96). Fajrinur (2007) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU). Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa variabel modal (X1), peluang (X2), pendidikan (X3), emosional (X4), pengalaman (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel memulai usaha kecil pada pajak USU (Y), dan hasil pengujian secara parsial (uji t) yaitu X1=2.292, X2=1.816, X3=-1.570, X4=1.878, X5=-0.561. 2.13 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah pondasi utama sepenuhnya dari proyek penelitian yang dituju, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan elabolarasi dari
Universitas Sumatera Utara
perumusan masalah yang trelah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro,2003:44). Kemandirian pribadi adalah kemampuan untuk mengandalikan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan. Kemandirian pribadi adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Kemandirian pribadi memahami variabel menurut Steinberg (1993:289) yaitu variabel kemandirian emosional, kemandirian perilaku, dan kemandirian nilai. Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidakbergantungan individu terhadap dukungan emosional orang lain yang dapat berkembang dalam kondisi yang mendorong kedekatan emosi dan individuasi. Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam menentukan pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya tanpa pengaruh pihak lain dengan rasa percaya diri. Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai yang memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah serta penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu dilihat dari sisi nilai.
Universitas Sumatera Utara
Kemauan memulai usaha kecil adalah keinginan seseorang untuk berusaha membuka dan seterusnya mengembangkan serta membangun usaha dengan modal menggunakan kemampuan sendiri. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang dipakai adalah kemandirian pribadi.
Kemandirian Emosional (X1) Kemandirian Perilaku (X2)
Kemauan Memulai Usaha Kecil (Y)
Kemandirian Nilai (X3) Gambar 2.1: Kerangka Konseptual Sumber : Steinberg (2002:289) 2.14 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka hipotesis yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut “Terdapat pengaruh Kemandirian Pribadi yang terdiri dari Kemandirian Emosional, Kemandirian Perilaku, dan Kemandirian Nilai terhadap Kemauan Memulai Usaha.”
Universitas Sumatera Utara