BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen. Selain untuk menampung murid-murid, asrama juga sering ditempati peserta suatu pesta olahraga. Banyak sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki asrama. Salah satunya adalah asrama Universitas Airlangga Surabaya. Asrama itu bernama asrama Bhinneka Tunggal Ika. Contoh lainnya adalah asrama ITS, asrama UI, asrama UGM, asrama USU, dan lain sebagainya.
2.2. Kondisi Kamar Hunian Asrama 2.2.1. Ventilasi Ventilasi
adalah
sarana
untuk
memelihara
kondisi
atmosfer
yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada
6 Universitas Sumatera Utara
penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, 2007). Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa rungan tetap segar (cukup mengandung oxigen). Untuk itu rumah-rumah harus cukup mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas bila jendela dibuka (Entjang, 2000). Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya yang sangat penting. Pertama, untuk menjagA aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Jika pentilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bkadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran yang terus menerus dapat membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri patogen. Tidak cukupnya pentilasi juga mengakibatkan kelembaban udara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembab menjadi media yang sangat baik bagi perkembangan bakteribakteri patogen ( bakteri penyebab penyakit). Ketiga, menjaga agar ruangan tetap memiliki kelembaban yang optimum. 2.2.2. Kelembaban Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi. (Soedjadi, 2003). 2.2.3. Pencahayaan Rumah yang dibangun dirancang agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih. Jika ruangan dalam rumah kurang cahaya, maka udara dalam ruangan akan menjadi media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, jika terlalu banyak cahaya yang masuk di dalam rumah akan menybabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentu juga akan mengurangi kenyamanan. Cahaya dalam ruangan akan bersumber dari : 1. Cahaya alami, yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat pentik karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogendi dalam rumah. Karena itu di upayakan agar setiap ruangan dalam rumah dapat memperoleh cahaya matahari yng cukup. Jendela dibuat dengan luas minimal 15-20% uas lantai dan tidak boleh terhalangi oleh bangunan lain. 2. Cahaya buatan, yaitu cahaya yang bersumber bukan dari cahaya matahari, misalnya lampu listrik, lilin, dan lain-lain. Cahaya dari sumber tidak alami ini diupayakan cukup terang, terutama untuk keperluan membaca agar mata tidak rusak. Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari. Yang ideal adalah penerangan listrik. Diusahakan agar ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari (Entjang, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan (Kepmenkes RI,1999). 2.2.4. Kepadatan Penghuni Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman penyebab penyakit menular, seperti penyakit kulit, ISPA dan Diare. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah akan cepat meningkatkan penurunan O2 yang ada di udara. Kepadatan hunian dapat dilihat dari: 1. Kepadatan Hunian Rumah Standar yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai bangunan, yaitu 14 m2 untuk setiap penambahan 1 orang (Depkes RI, 1994). 2. Kepadatan Hunian Kamar tidur a. Ukuran kamar tidur ideal minimal 9 m2 untuk orang dewasa dan anak-anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak-anak pra sekolah minimal 4,5 m2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih dari dua orang dalam satu ruang tidur. b. Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orangdalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun (Permenkes No.829/1999). Bila sebuah rumah amat padat penghuninya, maka penyakit akan mudah menular dari satu orang ke orang lainnya. Jadi semakin besar ruangan, akan semakin
Universitas Sumatera Utara
baik pula akibatnya untuk kesehatan. Ruangan yang cukup sehingga penghuninya tidak terlalu padat, terutama saat mereka tidur (Heru, 1995). 2.3. Personal Hygiene 2.3.1. Pengertian Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003). Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008). Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. 2.3.2. Macam-Macam Personal Hygiene Macam-macam Personal Hygiene (Hidayat, 2009): 1. Perawatan kulit kepala dan rambut Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan ,
Universitas Sumatera Utara
makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti : 1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2. Mandi minimal 2x sehari 3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian 5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah 6. Menjaga kebersihan lingkungan. Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x seminggu. 2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. Masalah pada Rambut dan Kulit kepala (PatriciaA, 2006) 1. Masalah pada Rambut Pada masa pubertas terjadi perubahan jumlah dan distribusi pertumbuhan rambut. Gangguan hormon dapat mengalami distribusi dan pertumbuhan yang tidak wajar. Wanita dengan hirsutisme mengalami pertumbuhan di bibir atas, dagu, dan pipi, dengan rambut vellus menjadi semakin kasar diseluruh tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan dapat terjadi pada ketebalan, teksture, dan lubrikasi kulit kepala dapat menyebabkan kerontokan rambut. Kondisi seperti penyakit tiroid dapat mengubah kondisi rambut, membuatya semakin halus dan rapu. Kerontokan rambut , atau penipisan rambut, biasanya berkaitan dengan kecenderungan genetik dan gangguan endokrin seperti diabet, tiroditis, dan bahkan menopause. Kehilangan rambut (alopesia) dapat disebabkan praktek perawatan yang tidak tepat atau penggunaan medikasi kemoterapi. Nutrisi yang buruk dapat menyebabkan rambut pecah-pecah, kusam, kering dan tipis. Rambut yang terlalu berminyak berkaitan dengan stimulasi hormon androgen. Rambut kering dan rapuh terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dan dengan penggunaan sampo dan zat kimia lain secara berlebihan. 2. Masalah pada Kulit Kepala a. Ketombe yaitu kelepasan kulit kepala disertai gatal pada kepala. b. Kutu yaitu parasit abu-coklat kecil, menggali liang kedalam kulit dan memghisap darah. c. Kehilangan rambut (alopesia) terjadi pada semua ras. Bidang pembotakan terlihat pada bagian perifer garis rambut. Rambut menjadi rapuh dan patah, kondisi ini disebabkan pengguna pengkeriting rambut, produk rambut, pengikat rambut ketat dan menggunakan sisir panas. 3. Perawatan mata Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah : 1. Membaca di tempat yang terang
Universitas Sumatera Utara
2. Memakan makanan yang bergizi 3. Istirahat yang cukup dan teratur 4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan) 5. Memlihara kebersihan lingkungan. Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan mata adalah iritasi pada mata yang pada umumnya terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau benda asing. 4. Perawatan telingga Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : 1. Membersihkan telinga secara teratur 2. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam. Ada beberapa faktor penyebab menurun bahkan hilangnya sama sekali fungsi telinga/pendengaran karena faktor dalam tubuh seperti sedang menderita penyakitpenyakit degeneratif tertentu (hipertensi, diabetes), pemakaian obat-obatan atau karena faktor dari luar, akibat cara atau karena faktor dari luar, akibat cara membersihkan telinga telinga yang tidak benar. 5. Perawatan kuku kaki dan tangan Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit kulit, penyakit mata, infeksi, diare.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Handrawan (2013), penyakit yang bisa timbul akibat tidak memperhatikan kebersihan tangan dan kuku yaitu: diare, tifus, kolera, cacingan, hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, muntaber, gastroenteritis dan polio. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Membersihkan tangan sebelum makan 2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan 4. Mencuci kaki sebelum tidur 6. Perawatan gigi Menggosok
gigi
dengan
teratur
dan
baik
akan
menguatkan
dan
membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Kebiasaan tidak merawat gigi dengan baik dapat menyebabkan penyakit jantung, gigi berlubang, gusi berdarah, gangguan pernapasan, pneumonia dan sepsis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah : 1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan 2. Memakai sikat gigi sendiri 3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi 4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi 5. Memeriksa gigi secara teratur minimal satu kali 6 bulan 7. Kebersihan pakaian Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan pakaian adalah : a. Mengganti pakaian dua kali sehari b. Selalu menyetrika pakaian
Universitas Sumatera Utara
c. Mencuci pakaian menggunakan detergen d. Menjemur pakaian dibawah matahari e. Tidak bertukar pakaian dengan teman Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma). 8.
Kebersihan tempat tidur dan sprei Sebaiknya selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari
satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat tungau yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab alergi yang bisa membuat sesak napas, kulit kemerahan, bersin-bersin dan gatal-gatal. 9. Perawatan genetalia Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea tertentu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
Universitas Sumatera Utara
mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008). 2.3.3. Tujuan Personal Hygiene Tujuan Personal Hygiene (Hidayat, 2009): 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang 4. Mencagah penyakit 5. Menciptakan keindahan 6. Meningkatkan rasa percaya diri 2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene (Hidayat, 2009): 1. Body image (Citra tubuh) Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene. 3. Status sosial-ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya 4. Pengetahuan Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain. 7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. 2.3.5. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Hidayat, 2009): 1. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan
yang diderita
seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
Universitas Sumatera Utara
2. Dampak Psikososial Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep Kerangka konsep yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Permenkes 829/Menkes/SK/VII/1999
Kondisi Kamar Hunian Asrama: 1. 2. 3. 4.
Ventilasi Kelembaban Pencahayaan Kepadatan Penghuni
Personal Hygiene: 1. 2. 3. 4. 5.
Kebersihan kulit Kebersihan Tangan dan Kuku Kebersihan Pakaian Kebersihan Handuk Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara