BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Menurut Kamus Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Salim, 2002:973). Drs. H. A. S. Moenir menjelaskan bahwa metode ialah cara yang dilakukan oleh seseorang untuk menyelesaikan suatu tahap dari rangkaian pekerjaan yang paling mudah dan efisien diantara beberapa cara yang ada (Moenir, 1992:108). Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka metode adalah cara teratur yang paling mudah dan efisien yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai suatu tujuan. Tujuan memakai metode adalah supaya setiap kegiatan dapat terlaksana dengan baik, rasional, dan terarah sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dan optimal. Dalam melaksanakan usaha untuk mengembalikan fungsi sosial seseorang atau sekelompok orang maka harus ada usaha atau cara tertentu yang disebut metode yang harus diberikan, demikian juga halnya dalam usaha menangani korban narkoba. Setiap lembaga sosial atau panti dan yayasan yang menangani kasus narkoba juga memiliki metode sendiri dalam memberikan pelayanan terhadap kliennya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh, Prof. Dadang Hawari (1997) dalam penelitiannya telah menemukan metode terapi dan rehabilitasi bagi pasien penyalahguna dan ketergantungan narkoba dengan pendekatan holistik yaitu pengobatan jasmani (fisik), segi kejiwaan, sosial, dan keimanan yang dikenal sebagai Metode Prof. Dadang Hawari (Hawari, 2000:104).
B. Pelayanan Sosial B.1. Pengertian Pelayanan Sosial dan komponennya. Pada hakekatnya manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, ia pasti membutuhkan orang lain dan lingkungannya, sebab pada awalnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan orang lain. Seiring dengan perkembangan tekhnologi maka banyak yang menjadi tuntutan kebutuhan hidup manusia.
Dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tersebut manusia mempunyai keterbatasan, oleh karena itu manusia membutuhkan pelayanan sosial, baik yang diberikan oleh perorangan, masyarakat, ataupun lembaga tertentu.
H. A. S. Moenir (1992:17) menyatakan bahwa
pelayanan sosial adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi bertujuan membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. (Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial, 1983:93). Alfred J. Khan ( dalam Sumarnugroho 1987:35) memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian pelayanan sosial sebagai berikut: “Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan, akan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan
Universitas Sumatera Utara
bermasyarakat serta kemampuan perorangan untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada, dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”. Defenisi di atas menjelaskan adanya kewajiban dan keyakinan masyarakat akan perlunya penyediaan fasilitas pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan
kemampuan
setiap
warga
negara
untuk
menjangkau
menggunakan setiap pelayanan yang sudah menjadi haknya.
dan
Disamping itu
pelayanan sosial hanya diberikan kepada sekelompok orang atau masyarakat yang memang secara sosial tidak dapat atau terhambat dalam menjalankan fungsinya. Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga benar-benar efisien dan tepat guna. Luasnya konsepsi mengenai pelayanan-pelayanan sosial sebagaimana yang dikemukakan Romanyshyn (dalam Nurdin 1990:50) bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi serta masyarakat. Pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualisasikan langsung dan terorganisasi, yang bertujuan membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya saling penyesuaian.
Disebut pelayanan dalam arti bahwa program ini
memberikan jasa kepada orang-orang dan membantu mewujudkan tujuan-tujuan mereka, bukan untuk kepentingan atau keuntungan sendiri (Nurdin, 1990:50).
Universitas Sumatera Utara
Dalam sistem pelayanan sosial terdapat komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan untuh dimana komponen disusun dan diatur untuk mencapai pelayanan sosial dan merupakan standar yang harus dipenuhi guna peningkatan kualitas pelayanan sosial. Komponen-komponen tersebut meliputi : 1. Saranan dan prasarana dengan fasilitas yang memadai. 2. Pekerjaan sosial yang profesional dengan tenaga administratif. 3. Tata laksanan kesejahteraan sosial (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, laporan keuangan, anggaran belanja dan statistik). 4. Dana yang memadai. 5. Pembuatan perencanaan program dan pelaksanaan.
B.2. Fungsi Pelayanan Sosial PBB mengemukakan bahwa fungsi pelayanan sosial adalah: 1. Perbaikan secara progresif daripada kondisi kehidupan orang. 2. Pengembangan sumber-sumber daya manusia. 3. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri. 4. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuantujuan pembangunan. 5. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisasi lainnya (Sumarnogroho, 1987:42).
Universitas Sumatera Utara
Fungsi pelayanan sosial ditinjau dari persfektif masyarakat menurut Richard M. Titmuss (dalam Muhidin, 1992:43) adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat, untuk saat ini dan masa yang akan datang. 2. Pelayanan-pelayanan
atau
keuntungan-keuntungan
yang
diciptakan
sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. 3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang untuk melindungi masyarakat. 4. Pelayanan-pelayanan
atau
keuntungan-keuntungan
yang
diciptakan
sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial.
Alfred J. Khan (Nurdin, 1990;50-51) mengatakan bahwa bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah: 1. Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, pemberian nasihat dan partisipasi. Tujuannya untuk membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan fasilitas pelayanan yang tersedia. 2. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan terapi dan rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial medis dan sekolah, serta perawatan bagi orang-orang jompo (lanjut usia).
Universitas Sumatera Utara
3. Pelayanan sosial dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga berencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda, dan kegiatan masyarakat yang dipusatkan (community centre). Dari ketiga bentuk pelayanan sosial tersebut, maka pelayanan terapi adalah bentuk pelayanan yang dilihat lebih sesuai/cocok digunakan untuk penanganan korban narkoba.
C. Kesejahteraan Sosial C.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa pelayanan sosial diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Menurut kamus istilah kesejahteraan sosial, defenisi kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan (Suparlan, 1983:58). Walter. A. Friedlander (dalam Nurdin, 1989:29) menerangkan bahwa kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan
kemampuannya
sepenuh
mungkin
dan
meningkatkan
kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Undang-undang No. 6 tahun 1974 menegaskan bahwa kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang
Universitas Sumatera Utara
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila (Nurdin, 1989:30). Sedangkan Arthur Dunham mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia dimana di dalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha sosial yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberikan perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan (Sumarnugroho, 1987:28-29). Melihat konsepsi kesejahteraan sosial ternyata masalah-masalah sosial dirasakan begitu berat dan mengganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dengan kata lain bahwa pelayanan sosial diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan berfungsi sosial individu, kelompok ataupun masyarakat.
Maka
pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk memberi kesempatan kepada orang-orang dari golongan yang tidak dapat memanfaatkan adanya pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya (Nurdin, 1989:28).
Universitas Sumatera Utara
Kesejahteraan sosial didalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi semua bentuk intervensi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan individu, kelompok maupun masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat pula mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk penyembuhan, pencegahan masalah-masalah sosial misalnya kemiskinan, penyakit, disorganisasi sosial, serta pengembangan sumber-sumber manusia (Nurdin, 1989:27).
C.2. Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial sebagai sistem mempunyai tujuan dan fungsi-fungsi (Nurdin,1989:32). Yang menjadi tujuannya adalah : a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok; sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasirelasi sosial yang baik dengan lingkungannya. b. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, apakah itu kepada masyarakat di lingkungannya, misalnya menggali sumber-sumber daya, meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan. Fungsi kesejahteraan sosial sesuai dengan tahapannya adalah sebagai berikut : a. Fungsi penyembuhan (curative) Kesejahteraan sosial melaksanakan fungsi ini untuk menghilangkan kondisi-kondisi, ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi secara normal kembali di dalam masyarakat. Contohnya adalah masalah sosial yang diakibatkan
Universitas Sumatera Utara
oleh kegagalan keluarga, kelompok, kesatuan masyarakat untuk berperan memadai, misalnya anak terlantar, keluarga miskin, penderita cacat, atau lanjut usia. b. Fungsi pencegahan (preventive) Kesejahteraan memperkuat
sosial keluarga,
yang
bersifat
pencegahan
kelompok-kelompok,
dan
ditujukan
untuk
kesatuan-kesatuan
masyarakat agar jangan sampai timbul masalah-masalah sosial yang baru. Dalam arti bahwa fungsi ini memberikan bantuan terhadap munculnya masalah-masalah sosial yang baru dengan melihat gejala-gejala sosial yang sedang terjadi serta pengambilan tindakan untuk menghindarkan masalah tersebut. Misalnya terhadap pemuda-pemudi yang sering berkumpul di gang-gang atau persimpangan jalan. Disamping itu diusahakan juga pencegahan tingkah laku perorangan yang abnormal. c. Fungsi pengembangan (development) Kegiatan kesejahteraan sosial yang bersifat pengembangan tujuan-tujuan dan orientasinya untuk memberikan sumbangan langsung bagi proses pembangunan. Dalam hal ini kesejahteraan sosial bertindak sebagai suatu unsur pelaksana perubahan (agent of change) yaitu membantu peningkatan proses perubahan sosial berencana membantu untuk menciptakan kondisikondisi yang lebih baik dari sebelumnya. d. Fungsi penunjang (supportive) Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuantujuan sektor lain. Misalnya membantu pencapaian tujuan kebijaksanaan pemerintah dalam menunjang program kependudukan dan keluarga
Universitas Sumatera Utara
berencana dengan jalan mempengaruhi sikap-sikap atau memotivasi orang-orang
(keluarga,
kelompok,
masyarakat)
untuk
ikut
serta
menyukseskannya.
D. Narkoba D.1. Pengertian Narkoba Istilah narkoba sebenarnya muncul untuk mempermudah orang mengingatingat bahwa itu adalah hal yang sangat berbahaya. Narkoba adalah akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (www.yahoo.com). Sesuai dengan pengertian pasal 1 butir 1 UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika, maka narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis ataupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Supramono, 2004:159). Sedangkan yang dimaksud dengan psikotropika sesuai dengan pasal 1 butir ke 1 UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, maka psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku (Supramono, 2004:17). Zat adiktif lainnya juga merupakan bahan yang berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan dan tidak dalam pengawasan karena jika masuk ke dalam tubuh manusia juga dapat mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan
Universitas Sumatera Utara
saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya, jadi sangat sama berbahayanya seperti narkotika dan psikotropika. Menurut Moh. Taufik Makaro dan kawan-kawan dalam bukunya “Tindak Pidana Narkotika” mereka menyimpulkan bahwa narkoba dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Golongan narkotika (golongan I); seperti opium, morphin, heroin dan lainlain. 2. Golongan psikotropika (Golongan II); seperti ganja, ekstasi, shabu-shabu, hashis, dan lain-lain. 3. Golongan zat adiktif lain (Golongan III); yaitu minuman yang mengandung alkohol seperti bir, wine, whisky, vodka, dan lain-lain (Makaro, 2005:27).
Pada umumnya jenis-jenis narkoba yang banyak digunakan adalah ganja, heroin, kokain, ekstasi dan berikutnya jenis yang lain (www.google.com). Ganja adalah semua bagian dari semua tanaman jenis genus canabis atau Delta Tetra Hidrokanabional, termasuk biji dan buahnya. Damar ganja adalah getah keras yang yang diambil dari tanaman ganja, demikian pula hasil pengolahan yang menggunakan getah keras ini sebagai bahan dasar, termasuk kedalam bahan ganja. Sebutan lain dari ganja adalah mariyuana. Penggunaan ganja dilakukan dengan cara menghisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok (Prakoso, 1987:486-489). Heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman Papaver yang dapat hidup di daerah tropis. Heroin berasal dari getah opium yang
Universitas Sumatera Utara
membeku sendiri dari tanaman Papaver yang dapat hidup di daerah sub tropis. Heroin berasal dari wilayah Segitiga Emas (The Golden Triangle) yaitu : Myanmar, Thailand, dan Laos. Heroin bentuknya berupa bubuk putih seperti tepung. Di pasaran sering disebut dengan putaw, bedak putih, etep. Pemakaian heroin dilakukan dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar di atas kertas timah pembungkus rokok, dan atau menyuntikkan langsung pada pembuluh darah setelah bubuk heroin dilarutkan dalam air. Zat ini sangat berbahaya bila dikonsumsi kelebihan dosis, bisa mati seketika (www.gogle.com). Ekstasi adalah zat psikotropika golongan I, bentuknya dikemas dalam bentuk tablet dan ada juga yang berbentuk kapsul. Bahan baku pembuat ekstasi diimpor dari luar negeri secara illegal. minum obat (ditelan).
Pemakaian ekstasi dilakukan seperti
Sekitar 40 menit setelah ditelan, obat ini langsung
menyerang susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Ekstasi membuat pemakai merasa percaya diri, riang, dan merasa gembira. Bila dinikmati sambil mendengarkan musik yang hingar bingar akan membuat pemakai tak henti-hentinya menggoyangkan kepala (triping). Oleh karena itu ekstasi banyak diedarkan di diskotik (Sasangkang, 2003:74-75).
D.2. Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba artinya memakai narkoba tanpa indikasi medis atau tanpa petunjuk dokter baik karena penyakit atau hal lainnya sehingga dapat menimbulkan kecanduan dan ketergantungan. Tanpa indikasi (kegunaan) yang dianjurkan oleh dokter atau dosis yang tidak tepat akan berbahaya bagi kesehatan manusia dan bahkan dapat menimbulkan kematian tiba-tiba.
Universitas Sumatera Utara
Penyalahgunaan narkoba adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk menggunakan obat-obatan termasuk narkotika secara tidak tepat. Penyalahgunaan obat adalah pengunaan obat secara tetap yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti takaran yang seharusnya. Ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan jumlah asupan obat yang mereka pakai dan ketidaksanggupan mereka untuk mengendalikan tingkah laku mereka pada saat memakai obat merupakan pengertian sederhana untuk penyalahgunaan obat (www.yahoo.com). Sedangkan menurut WHO yang dimaksud dengan penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat yang berlebihan secara terus-menerus atau berkala diluar maksud medis atau pengobatan. Ketika seseorang mulai menyalahgunakan obatobatan mereka juga mulai menghadapi masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan obat-obatan dalam hidup mereka (www.yahoo.com). Semakin banyak seseorang menyalahgunakan obat-obatan maka semakin banyak masalah yang timbul dalam hidupnya. Semakin banyak masalah yang mereka miliki dalam hidupnya maka mereka akan semakin menyalahgunakan obat-obatan. Biasanya seorang remaja menggunakan narkoba karena beberapa sebab: 1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain. 2. Untuk menunjukkan tindakan menentang terhadap otoritas orang tua atau guru atau norma-norma sosial. 3. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalamanpengalaman emosional. 5. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan. 6. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi, kepenatan hidup. 7. Mengikuti kemauan teman-teman dalam rangka membina solidaritas. 8. Sekedar iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu (Soedjono, 1973:69-70). Dikalangan
orang
dewasa
atau
yang
sudah
lanjut
usia
yang
menyalahgunakan narkoba penyebabnya pada umumnya adalah : 1. Menghilangkan rasa sakit dari penyakit chronisnya seperti asma, TBC, dan lain-lain. 2. Menjadi kebiasaan akibat penyembuhan dan menghilangkan rass sakit tersebut. 3. Pelarian dari frustasi 4. Meningkatkan
kesanggupan
prestasi
(biasanya
zat
perangsang)
(Soedjono, 1973:71). Penyalahgunaan narkoba juga terjadi karena asumsi-asumsi yang salah tentang narkoba dimasyarakat sehingga seseorang menyalahgunakannya yaitu: a. Iseng-iseng saja, sekali mencoba tidak akan ketagihan. b. Narkoba bisa menolong seseorang untuk menikmati hidup c. Narkoba bisa membuat penampilan seorang menjadi lebih kuat, segar dan penuh semangat. d. Narkoba akan bisa meningkatkan gairah seksual.
Universitas Sumatera Utara
e. Menggunakan narkoba dengan cara menghirup aroma lem atau zat-zat lain yang murah diongkos tidak akan berbahaya. f. Menggunakan narkoba dengan hirupan atau suntikan lebih trend dan lebih cepat terasa efeknya. g. Narkoba bisa menolong seseorang untuk melupakan masalah.
Semua asumsi ini sebenarnya salah dan sangat tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan yang terjadi.
Kalau seseorang yang telah menyalahgunakan
narkoba ketagihan dan mengalami ketergantungan (dependence) maka bila saatnya tidak dipenuhi kebutuhannya akan narkoba maka hidupnya akan tersiksa. Dalam keadaan tersiksa itulah ia akan berusaha dengan jalan apa saja untuk memperoleh uang agar bisa membeli narkoba, meskipun harus mencuri, merampas, merampok, bahkan membunuh (www.google.com). Peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam menangani masalah narkoba ini adalah : 1. UU RI No. 22 tahun 1997 tentang narkotika. 2. UU RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika. 3. UU RI No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan United Station Convention Againts Illicit Trafict in Narcotic Drugs and Psychotropic Substance, 1998 (Konfensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika). 4. UU RI No. 8 tahun 1996 tentang Pengesahan Convensi On Psychotropic Substance 1971.
Universitas Sumatera Utara
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 690/Menkes tahun 1997 tentang peredaran psikotropika. 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 785/Menkes/Per/VII/1997/tentang ekspor dan impor psikotropika. 7. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Nomor 4/4/1997 tentang lingkungan sekolah bebas asap rokok (Karsono, 2004:15-18). D.3. Bahaya Narkoba Penyalahgunaan
narkoba
menimbulkan
multidimensi
dikalangan
masyarakat yang sudah tentu akan menimbulkan kerawanan sosial yang tentunya harus segera diwaspadai keberadaannya. Masalah yang bersifat multidimensi itu antara lain (dalam 3 dimensi yang paling penting) : Dimensi Kesehatan a. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak atau menghancurkan kesehatan manusia baik secara jasmani maupun mental dan emosional. b. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak susunan saraf pusat di otak, organ-organ lain seperti hati, jantung, ginjal, paru-paru, usus, dan penyakit komplikasi lainnya. c. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan gangguan pada perkembangan normal remaja, daya ingat, perasaan, persepsi, dan kendali diri. d. Penyalahgunaan narkoba merusak sistem reproduksi, yaitu produksi sperma menurun, penurunan hormon testosteron, kerusakan kromosom, kelainan seks, keguguran, dan lain sebagainya. e. Infeksi saluran nafas bawah. f. Kematian akibat over dosis.
Universitas Sumatera Utara
Dimensi Ekonomi a. Pengeluaran seorang penyalahguna narkoba sangat besar untuk konsumsi narkoba. b. Pengeluaran yang besar bagi seorang penyalahguna narkoba yang sudah rusak kesehatannya (untuk biaya kesehatan / berobat akibat narkoba). c. Masyarakat menanggung beban dan kerugian akibat menurunnya tingkat produktivitas sumber daya manusia, biaya pengobatan medis, harta yang dicuri, rusak atau kecelakaan. Para penyalahguna narkoba juga lebih cenderung mengalami kecelakaan kerja di tempat kerjanya. Dimensi Sosial dan Pendidikan a. Penyalahguna
narkoba
mempengaruhi
kehidupan
di
lingkungan
masyarakat, misalnya adanya kecemasan masyarakat akan kejahatan yang akan mereka timbulkan. b. Penyalahgunan narkoba memperburuk kondisi keluarga yang pada umumnya tidak harmonis. Keluarga-keluarga yang penuh masalah akan mempengaruhi kehidupan di lingkungan masyarakat. c. Banyak penyalahguna narkoba yang mencuri, merampok, menipu, jadi pengedar narkoba, bahkan membunuh untuk mendapatkan uang demi kebutuhan akan barang haram tersebut. d. Para penyalahguna narkoba menjadi orang yang asosial, antisosial dan menimbulkan gangguan kemanan dan ketertiban pada lingkungannya dan merugikan masyarakat. e. Kerugian dibidang pendidikan juga terjadi yaitu dengan merosotnya prestasi penyalahguna narkoba di sekolah/kampus ataupun tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
f. Para penyalahguna narkoba biasanya cenderung untuk mengajak atau mempengaruhi teman-temannya untuk terlibat (Karsono, 2004:23-28). Secara umum bahaya atau efek-efek bagi tubuh sipemakai akibat penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut : 1. Euphoria : perasaan kegembiraan yang ditimbulkan oleh narkotika yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Biasanya efek ini ditimbulkan oleh pemakaian dosis yang tidak terlalu banyak. 2. Delirium : suatu keadaan menurunnya kesadaran disertai kegelisahan yang agak hebat yang terjadi secara mendadak sehingga dapat menyebabkan gangguan koordinasi gerakan-gerakan motorik.
Efek ini timbul dari
pemakaian dosis yang lebih tinggi dari euphoria. 3. Halluciation : suatu kesalahan persepsi pancaindera, dimana sipemakai melihat/mendengar sesuatu yang tidak ada pada kenyataannya (khayalan). 4. Weaknes : kelemahan yang dialami fisik atau psikis atau kedua-duanya. 5. Drowsiness : kesadaran yang menurun sehingga seperti setengah tidur yang diikuti dengan ingatan yang kacau. 6. Coma : keadaan sipemakai narkoba sampai pada puncak kemerosotan yang akhirnya dapat membawa kematian (Makaro, 2005:49).
Kalau seseorang yang menyalahgunakan narkoba telah ketagihan dan tergantung kepada obat-obat tersebut maka bila saatnya tidak dipenuhi kebutuhannya dirinya akan tersiksa. Dalam keadaan tersiksa dia akan berusaha dengan jalan apa saja untuk memperoleh uang agar bisa membeli narkoba untuk memenuhi kebutuhannya, kadang-kadang untuk itu ia harus mencuri, meramapas,
Universitas Sumatera Utara
dan disuruh orang untuk membunuh orang lain dan kemudian diberi upah. Jelaslah bahwa orang-orang yang telah ketagihan dan tergantung pada narkoba tidak saja merusak dirinya, bahkan membawa kerugian bagi masyarakat. (Soedjono, 1973:67).
E. Metode Pelayanan Sosial Korban Narkoba Pemberian pelayanan sosial terhadap korban penyalahgunaan narkoba adalah untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standard kesehatan dan penyesuaian diri yang baik dalam masyarakat. Banyak metode yang dapat digunakan dalam memberikan pelayanan sosial terhadap korban narkoba. Metode yang paling baik adalah yang bersifat holistik. Prof. Dadang Hawari menuliskan ada dua metode yang digunakan dalam mengembalikan fungsi sosial korban penyalahgunaan narkoba yaitu : terapi dan rehabilitasi. Selain dari pada terapi dan rehabilitasi juga perlu diperhatikan sarana dan prasana yang lengkap dalam panti/yayasan rehabilitasi narkoba. Berikut ini akan diberikan penjelasan tentang terapi dan rehabilitasi. Terapi (pengobatan) terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba haruslah rasional serta dapat dipertanggungjawabkan dari setiap segi (Hawari, 2000:103). Terapi ini terdiri dari: 1. Terapi medik-psikiatrik (detoksifikasi, psikofarmaka, dan psikoterapi) a. Terapi medik-psikiatrik (detoksifikasi) adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun (toksin) narkoba dari tubuh pasien penyalahguna
Universitas Sumatera Utara
dan ketergantungan narkoba. Dalam terapi ini digunakan jenis obatobatan yang tergolong major tranquilizer untuk mengatasi gangguan sistem neuro transmitter (sinyal penghantar syaraf) pada susunan saraf pusat (otak). Selain itu diberikan juga analgetika non opiat (obat anti nyeri yang tidak mengandung opiat atau turunannya), tidak diberikan obat-obatan yang bersifat adiktif, namun diberikan obat anti depresi bila diperlukan. Metode detoksifikasi ini memakai sistem block total, artinya pasien penyalahguna/ketergantungan narkoba tidak boleh lagi menggunakan narkoba atau turunannya, dan juga tidak menggunakan obat-obatan sebagai pengganti atau substitusi.
Terapi ini dapat
dilakukan di rumah ataupun di rumah sakit. b. Terapi medik-psikiatrik (psikofarmaka) diberikan untuk mengatasi gangguan mental dan prilaku pasien (proses mental adiktif); artinya rasa ingin (craving) masih belum hilang sehingga kekambuhan dapat terulang lagi. Terapi ini diberikan dengan menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memperbaiki gangguan dan memulihkan fungsi neuro transmitter pada susunan saraf pusat (otak), yang dinamakan dengan psikofarmaka golongan major tranqualijer yang tidak menimbulkan adiksi dan depedensi (tidak berakibat ketagihan dan ketergantungan) c. Terapi medik-psikiatrik (psikoterapi) bertujuan untuk memperkuat struktur kepribadian mantan penyalahguna/ketergantungan narkoba, misalnya meningkatkan citra diri, mematangkan kepribadian, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Terapi medik-somatik (komplikasi medik) Penggunaan obat-obatan yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat dilepaskannya narkoba dari tubuh maupun komplikasi medik berupa kelainan organ tubuh akibat penyalahgunaan narkoba. Bila ditemukan komplikasi medik pada organ tubuh, diberikan terapi mediksomatik yang sesuai dengan kelainan yang ditemukan, misalnya kelainan paru, fungsi lever, hepatitis C, ginjal, dan lain sebagainya. Termasuk terapi medik-somatik ini adalah larangan merokok bagi pasien. 3. Terapi psikososial Upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahguna/ ketergantungan narkoba ke dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan
terapi ini diharapkan perilaku anti sosial dapat berubah menjadi prilaku yang secara sosial dapat diterima. 4. Terapi psikoreligius Terapi keagamanaan terhadap pasien narkoba ini memegang peranan yang sangat penting, baik dari segi pencegahan, terapi, maupun rehabilitasi. Sesudah pasien penyalahguna dan ketergantungan narkoba menjalani program terapi, maka selanjutnya pasien mengikuti program rehabilitasi (Hawari, 2000:131). Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna/ketergantungan narkoba kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologik, sosial, dan spiritual/agama (keimanan). Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan
Universitas Sumatera Utara
di lingkungan sosialnya.
Program rehabilitasi lamanya tergantung dari metode
dan program dari lembaga yang bersangkutan (Hawari, 2000:132). 1. Rehabilitasi medik Dengan rehabilitasi ini dimaksudkan agar mantan penyalahguna/ ketergantungan narkoba benar-benar sehat secara fisik dalam arti komplikasi medik diobati dan disembuhkan. Termasuk dalam program rehabilitasi medik ini adalah memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan yang bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olah raga yang teratur disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pasien. 2. Rehabilitasi psikiatrik Dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula berprilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan anti sosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya.
Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah psikoterapi/
konsultasi keluarga. 3. Rehabilitasi psikososial Dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat kembali bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja, dan sebagainya.
Program ini merupakan persiapan untuk kembali ke
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. Rehabilitasi psikoreligius Didalam program rehabilitasi ini para pasien diutamakan untuk mendapatkan pendidikan spiritual, agar mereka dapat mengenal akan Tuhannya, mengerti akan cinta kasih Allah dan pengampunan dosa sehingga untuk selanjutnya dapat benar-benar bertobat dan dapat dididik lebih lanjut (Hawari, 2000:134-139).
Pusat atau lembaga rehabilitasi yang baik haruslah memenuhi beberapa persyaratan antara lain: 1. Sarana dan prasarana yang memadai, termasuk gedung, akomodasi, kamar mandi/WC yang higienis, makanan dan minuman yang bergizi, ruang kelas, ruang rekreasi, ruang konsultasi individual atau kelompok, ruang konsultasi keluarga, ruang ibadah, ruang olah raga, ruang keterampilan, dan lain sebagainya. 2. Tenaga yang profesional (psikiater, dokter umum, psikolog, pekerja sosial, perawat, agamawan/rohaniawan, dan tenaga ahli lainnya.
Tenaga
profesional ini untuk menjalankan program yang terkait. 3. Manajemen yang baik. 4. Kurikulum/program rehabilitasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan. 5. Peraturan dan tata tertib disiplin yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran ataupun kekerasan. 6. Keamanan (security) yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran narkoba di dalam pusat rehabilitasi (Hawari, 2000:132-133).
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Pemikiran Semakin meningkatnya kasus narkoba membuat kita harus lebih berhatihati lagi akan generasi muda sekarang secara khusus.
Berbagai upaya yang
dilakukan ternyata masih belum mampu untuk memberantas kasus atau masalah narkoba di Indonesia. Banyaknya panti atau yayasan sebagai pusat rehabilitasi korban narkoba pun telah ada, namun ini juga belum bisa mengurangi jumlah korban narkoba yang terus bertambah. Untuk menangani masalah narkoba terkhusus untuk orang-orang yang telah mengalami ketergantungan terhadap narkoba diperlukan metode pelayanan sosial yang khusus dan spesifik, tepat, dan sesuai dengan kondisi atau keberadaan para korban narkoba tersebut, dan pada umumnya yang melaksanakan pelayanan sosial ini adalah sebuah lembaga/yayasan baik milik pemerintah ataupun swasta yang khusus untuk menangani kasus narkoba. Metode pelayanan sosial dengan metode terapi dan rehabilitasi bagi pasien penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba dengan pendekatan holistik yaitu mengobati jasmani (fisik), segi kejiwaan, sosial, dan keimanan dirasa baik untuk digunakan untuk pengobatan dalam rangka menyembuhkan pasien dari ketergantungan
narkoba.
Terapi
tersebut
yaitu
terapi
medik-psikiatrik
(detoksifikasi, psikofarmaka, dan psikoterapi), terapi medik-somatik (komplikasi medik), terapi psikososial, terapi psikoreligius sedangkan rehabilitasi tersebut yaitu rehabilitasi medik, rehabilitasi psikiatrik, rehabilitasi psikososial, rehabilitasi psikoreligius.
Universitas Sumatera Utara
Metode terapi dan rehabilitasi tersebut dilakukan dalam rangka menyembuhkan dan mengembalikan fungsi sosial para korban narkoba seperti yang menjadi tujuan dari kesejahteraan sosial yaitu : a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok; sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang baik dengan lingkungannya. b. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, apakah itu kepada masyarakat di lingkungannya, misalnya menggali sumber-sumber daya,
meningkatkan
dan
mengembangkan
taraf
hidup
yang
memuaskan. Metode terapi dan rehabilitasi yang holistik tersebut juga harus didukung dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Dari uraian di atas dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: Panti rehabilitasi narkoba Sibolangit Centre
Metode pelayanan sosial yang diberikan oleh Sibolangit Centre
Klien/korban narkoba
Keberfungsian sosial korban narkoba
Universitas Sumatera Utara
G. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional G.1. Defenisi Konsep Konsep
merupakan
istilah
dan
defenisi
yang
digunakan
untuk
menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun 1989:33) Konsep penelitian diperlukan untuk menghindari salah pengertian tentang arti konsep yang digunakan dalam penelitian. Maka batasan konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Metode adalah cara teratur yang paling mudah dan efisien yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode pelayanan sosial yang diberikan bagi klien penyalahgunaan/ketergantungan narkoba adalah metode terapi dan rehabilitasi dengan pendekatan holistik yaitu mengobati jasmani (fisik), segi kejiwaan, sosial, dan keimanan. 2. Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi bertujuan membantu para anggota masyarkat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. Pelayanan sosial diberikan untuk meningkatkan
kesejahteraan
sosial
masyarakat.
Orang
yang
menyalahgunakan/ketergantungan pada narkoba merupakan orang yang mengalami disfungsi sosial yang sangat membutuhkan pelayanan sosial. 3. Penyalahgunaan narkoba adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk menggunakan obat-obatan termasuk narkotika secara tidak tepat ataupun penggunaan obat secara tetap yang bukan untuk tujuan pengobatan/yang digunakan tanpa mengikuti takaran yang seharusnya.
Universitas Sumatera Utara
G.2. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah unsur penelitiaan yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel atau dengan kata lain semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 46). Defenisi operasional bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Variabel yang akan diteliti antara lain: 1. Metode pelayanan sosial Sibolangit Centre yang diukur dengan : Program pelayanan yang diberikan kepada residen : a. Terapi, yang meliput i fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. b. Rehabilitasi, yang meliputi fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. 2. Sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia : -
Gedung dan bangunan-bangunan
-
Peralatan/perlengkapan panti
3. Karyawan/pekerja dan prosedurnya -
Tenaga kerja profesional yang ada
-
Pendidikan pekerja
-
Lama bekerja di lembaga/yayasan
-
Kompetensi pekerja (bagaimana kinerja pekerja dalam melakukan tugas-tugasnya)
Universitas Sumatera Utara