BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Definisi Kelelahan Kerja Kata “kelelahan” diterapkan di berbagai macam kondisi.9 Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala.15 Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan (McFarland, 1972).16 Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan performans fisik, adanya perasaan kelelahan, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja (Cameron, 1973).16 Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan sebelum stres yang memperlemah fungsi dan performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya menggangu fungsi kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkatnya sensasi ketegangan (Dwivedi, 1981).17 Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya penurunan kinerja otot, perasaan lelah dan penurunan kesiagaan ( Grandjean, 1985 ). 17 Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan
Universitas Sumatera Utara
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.18 Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik, yaitu sistim penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi).19 Banyak defenisi tentang kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.20 2.1.2. Jenis kelelahan kerja Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. 2.1.2.1. Berdasarkan proses, meliputi: 1. Kelelahan otot (muscular fatigue) Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar (external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor katak, apabila sebagian otot katak tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi kontraksi dan berkurangnya kemampuan kerja otot dalam hal melakukan aktivitas pembebanan.15 Dalam beberapa detik kemudian akan terlihat beberapa hal sebagai berikut : 1. Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat 2. Merendahnya kontraksi dan relaksasi 3. Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, hasil yang sama dapat ditemukan pada percobaan yang dilakukan pada otot mamalia. Kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukka reaksi yang sama dengan proses yang terjadi pada hewan percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus-menerus.15 Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut ‘Kelelahan Otot’ secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti : melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.15 2. Kelelahan Umum Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena motoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean 1993). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik.
18
Gejala umum kelelahan adalah suatu
perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.15
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi: 1. Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 2. Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress.10 Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat.15 2.2.2.3 Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi: Berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan, circadian rhythms, dll, sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau masyarakat sekeliling.10 Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahanperubahan fisiologis dalam tubuh, sementara kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang timbul karena perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya, dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya: kurang minat dalam pekerjaan, monotoni kerja, tanggung jawab, kekhawatiran, konflik-konflik, yang terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.20 Beberapa jenis kelelahan umum menurut Grandjean (1988) adalah: 1) Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata. 2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi
Universitas Sumatera Utara
seluruh organ tubuh. 3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual. 4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotorik. 5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang. 6) Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta petukaran periode tidur.21 2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/ memepertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktuwaktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.22
Dari sekian banyak jenis kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia.22 Skema di bawah ini akan memberikan analogi tentang faktor-faktor penyebab kelelahan dan proses pemulihannya.
Universitas Sumatera Utara
lingkungan yang tidak ergonomis sakit, dan lain-lain
psikologi, tanggung jawab, emosi, dan
lain-lain monotoni
intensitas dan durasi kerja fisik/
mental perasaan lelah
pemulihan/ istirahat Skema Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor penyebabnya Istirahat yang diperlihatkan pada skema sebagai jalan satu-satunya pengosongan dari sebuah tabung. Fenomena dari pengambilan waktu istirahat secara normal jika organismenya tidak terganggu atau jika minimal salah satu dari bagian yang penting dalam tubuh tidak merasa stress. Ini menjelaskan bagian penentu berperan pada saat bekerja sehari-hari adalah seluruh waktu istirahat kerja, mulai dari saat istirahat singkat pada saat bekerja sampai tidur pada malam hari. Analogi dari tabung menggambarkan betapa dibutuhkannya waktu istiarahat untuk kehidupan yang normal dalam mencapai keseimbangan antara total beban kerja yang dipikul oleh individu dan jumlah waktu istirahat yang memungkinkan.23 Menurut Wicken, et al (2004), kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja.24
Universitas Sumatera Utara
Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma’mur (1994), Payne (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu : 1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin, usia. 2. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu : 1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan. 2. Faktor kimia, seperti : zat beracun 3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur 4. Faktor ergonomi 5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja.25 Faktor individu yang mempengaruhi tingkat kelelahan, yaitu : 1. Umur Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.21 Menurut Setyawati (1994) menyatakan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur tua seorang tenaga kerja mempunyai stabilitas emosional lebih baik daripada usia muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaannya.17
Universitas Sumatera Utara
2. Masa Kerja Lince (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa semakin lama masa kerja berpengaruh kepada tingkat kelelahan diakibatkan tingkat monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun.13 3. Tingkat Pendidikan Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian atau kehidupan individu.17 4. Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah. Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik. Konflik ini bisa timbul akibat kejadian di lingkungan rumah tangganya.19 Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang menggairahkan.15
Universitas Sumatera Utara
Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan dan getaran.10 2.1.4. Gejala-gejala Kelelahan Kerja Berikut ini diberikan suatu daftar yang bisa digunakan sebagai patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala-gejala atau perasaan-perasaan dari kelelahan : 1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa “berat”, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring. 2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan. 3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan. Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1, menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis.20 2.1.5. Proses Terjadinya Kelelahan Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau, mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.20 Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa. Glukosa terdapat dalam darah dapat ditimbun dalam sel yang berupa polimer glukosa atau glikogen. Oleh karena itu dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, sumber energi tubuh dapat diperoleh dari tiga sumber, yakni dari glukosa dalam darah, timbunan glikogen dalam sel hati dan otot rangka, dan simpanan triasilgliserol (lemak) di jaringan adiposa. Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan.20 Menurut Yassierli dan Iftikar Sutalaksana (2000) “jika yang terjadi adalah kontraksi otot statis, maka kontraksi ini akan mengurangi aliran darah secara kontinu selama kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi dinamis tidak demikian, yang terjadi. Ketika aliran darah menurun, metabolit akan terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang secara cepat. Mungkin ini akan berpindah metabolisme menjadi anaerobik dan meningkatkan asam laktat yang kemudian mempercepat kelelahan”.26 Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik
Universitas Sumatera Utara
pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan mejadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang.18 Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang tujuannya ingin mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologis ini, sehingga ini saat ini ada suatu konsep yang menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbuk karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh dua system antagonistic, yaitu sistem penghambat (inhibisi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formation retikolaris, yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetativ untuk konservasi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh kearah bereaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis ini. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, apabila seseorang yang sedang lelah, dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga atau terjadi ketegangan emosi. Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan
Universitas Sumatera Utara
walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa, hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak.18 2.1.6. Langkah-Langkah Mengatasi Kelelahan Kerja Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar samapi tidur malam hari.20 Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya : 1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh 2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan 3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya 4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari rekreasi, dan lain-lain 5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau/ wangi-wangian dan lain-lain. 6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olahraga dan lain-lain.20
Universitas Sumatera Utara
Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun.15 Berikut ini akan diuraikan secara skematis antara faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah seperti pada skema di bawah ini. 18
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
PENYEBAB KELELAHAN Aktivitas kerja fisik Aktivitas kerja mental Stasiun kerja tidak ergonomis Sikap paksa Kerja statis Kerja bersifat monotoni Lingkungan kerja ekstrim Psikologis Kebutuhan kalori kurang Waktu kerja-istirahat tidak tepat dan lain-lain
RESIKO Motivasi kerja turun Performansi rendah Kualitas kerja rendah Banyak terjadi kesalahan Stress akibat kerja Penyakit akibat kerja Cedera Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. dan lain-lain.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
CARA MENGATASI Sesuai kapasitas kerja fisik Sesuai kapasitas kerja mental Redesain stasiun kerja ergonomi Sikap kerja alamiah Kerja lebih dinamis Kerja lebih bervariasi Redesain lingkungan kerja Reorganisasi kerja Kebutuhan kalori seimbang Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan 11. dan lain-lain.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1.
2. 3. 4.
MANAJEMEN PENGENDALIAN Tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris Tindakan kuratif Tindakan rehabilitatif Jaminan masa tua
Skema: Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Pengukuran Kelelahan Kerja Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang biasa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh kelelahan saja.22 Sampai saat ini belum ada cara mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :18 1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut bukanlah merupakan causal factor.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji psiko-motor (psychomotor test) a) Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot. b) Sanders & McCormick (1987) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 s/d 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya perangsangan; umur subjek; dan perbedaan individu-individu lainnya. c) Setyawati (1996) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. d) Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembang di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli. 3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test) Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak
Universitas Sumatera Utara
anatra dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 4. Perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatigue) Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapt untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : a) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring. b) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan. c) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat. Sinclair (1992) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain; ranking methods, rating methods, questionnaire methods, interviews dan checklist.18 Secara subjektif , perasaan lelah juga dapat di ukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleh setyawati (1994) yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu.13 Bentuk pengukuran dengan menggunakan metoda diatas seringkali dilakukan sebelum, selama, sesudah melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut. Walaupun demikian, hasil dari suatu pengukuran mempunyai signifikasi yang sangat relatif, oleh karena hasilnya akan dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja yang sehat, atau setidaknya mereka berada pada kondisi yang tidak stress. Kondisi demikian menyebabkan sampai saat ini tidak ada satupun cara pengukuran kelelahan yang dianggap mutlak benar.15 2.2. Penjahit Penjahit atau tailor adalah orang yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti kemeja, celana, rok, atau jas, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dalam melakukan pekerjaannya, penjahit dapat mengerjakannya baik dengan tangan maupun dengan mesin jahit.27 Istilah tailor yang berarti penjahit ini sering digunakan oleh para penjahit yang mengerjakan satuan, artinya mereka melayani person to person, mulai dari mungukur, membuat pola, memotong, menjahit, sampai finishing. Mereka sangat memperhatikan ukuran badan dan kemauan pelanggannya, ada yang ingin pressbody ada yang sedang dan ada pula yang ingin longgar, sehingga biasanya mengakibatkan harga yang berbeda, lebih mahal ketimbang pekerjaan yang sifatnya massal.28
Universitas Sumatera Utara
Proses usaha tailor bahan baku (kain) dan model busana ditentukan oleh pemesan. Busana tersebut dibuat sesuai dengan tujuan pemesan. Oleh karena itu bahan harus dapat diatur/diolah sehingga dapat dibuat busana sesuai pesanan. Agar pelaksanaan produksi dapat berjalan lancar perlu adanya langkah–langkah kerja produksi pada usaha tailor : (a) Menggambar model busana yang dipesan Model busana biasanya sudah dibawa dari pemesan atau langsung memilih model pada buku/majalah yang sudah disediakan. Dalam hal ini penjahit harus memahami model busana dengan jelas, jika tidak jelas maka perlu menanyakan kepada pemesan agar pola yang dibuat tidak keliru dan pakaian yang dihasilkan sesuai keinginan pemesan. (b) Mengambil ukuran badan Pola yang digunakan pada usaha tailor adalah pola konstruksi yaitu pola yang dibuat berdasarkan ukuran pemesan. Untuk itu perlu diambil ukuran badan pemesan. Pengambilan ukuran dengan tepat dan teliti agar menghasilkan pakaian yang pas jika dipakai. Langkah pengambilan ukuran yaitu melepas ikat pinggang dan mengeluarkan blus, kemudian baru mengambil ukuran yang dikehendaki. Dalam tailor ukuran yang diambil adalah ukuran yang pokok seperti lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, lebar muka dan punggung, panjang muka dan punggung serta panjang blus dan celana. (c) Membuat pola Langkah awal dalam pembuatan pola setelah pengukuran adalah memahami model dengan baik, agar hasilnya sama dengan model yang dimaksud. Membuat pola dilakukan pada kertas agar kesalahan mudah diperbaiki dan tidak mengotori kain. Adapula penjahit yang membuat pola langsung diatas kain, hal ini dilakukan pada penjahit yang sudah mahir membuat pola.
Universitas Sumatera Utara
(d) Menggunting kain Sewaktu menggunting kain pola diatur dengan tepat yaitu memperhatikan panjang dan lebar kain, arah serat lalu menggunting dengan hati–hati agar menghasilkan guntingan yang rapi dan lurus sehingga pakaian yang dihasilkan baik. (e) Menjahit Menurut Cony. S (1985) menjahit adalah menggabungkan dua helai kain atau lebih dengan benang sehingga menghasilkan sisa atau kampuh. Agar menghasilkan jahitan yang rapi, kuat dan bermutu perlu memperhatikan sistem menjahit yang tepat. Sistem menjahit tailoring menggunakan ukuran perseorangan, membuat pola dasar, mengubah pola sesuai model, banyak pekerjaan dilakukan dengan tangan. Pada usaha tailor sistem menjahit yang sering digunakan adalah sistem perseorangan dan sistem tailoring. Sistem perseorangan untuk menjahit blus, rok, kemeja. Sedangkan sistem tailoring untuk penyelesaian jas. Sistem kerja tailor adalah perstel/perpotong oleh satu orang artinya setelah kain dipotong diserahkan bagian penjahitan dan dikerjakan sampai pakaian itu jadi. (f) Penyempurnaan (finishing) Pada bagian penyempurnaan melakukan pekerjaan membersihkan benang, memasang kancing, menyetrika dan mengepres.29 2.3. Kerangka Pikir
Penjahit 1. Umur 2. Masa Kerja 3. Tingkat Pendidikan 4. Status Perkawinan 5. Jumlah Tanggungan 6. Lokasi Kerja
Kelelahan Kerja : 1. Kurang Lelah 2. Lelah 3. Sangat Lelah
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, penelitian diarahkan untuk menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan alasan : 1. Ditemukan keluhan-keluhan kesehatan sebagai gejala timbulnya kelelahan kerja pada penjahit. 2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di tempat tersebut. 3. Adanya izin dari pihak Direksi PD Pasar Kota Medan. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada Desember 2009 – Maret 2010 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penjahit yang bekerja di pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yaitu sebagai berikut : 1. Pasar Petisah Tahap 1 : 61 orang 2. Pasar Petisah Tahap 2 : 34 orang
Universitas Sumatera Utara
3. Pasar Pagi 3 : 7 orang Total populasi berjumlah 102 orang. 3.3.2. Sampel Besar sampel di tetapkan menggunakan rumus, sebagai berikut : 30 n=
N 1+N(d)2
n = 102 1+102 (0,05)2 n=
102 1,255
n = 81,3 = 81 Keterangan : N = Besar populasi n = Jumlah Sampel d = Galat Pendugaan (0,05)
Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel adalah 81 orang dari total populasi sejumlah 102 orang. Kondisi sampel yang heterogen, maka teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsionate stratified random sampling
31
, yaitu
sampel diambil berdasarkan masing-masing lokasi tersebut.
Rumus : n = (populasi kelas ÷ jumlah populasi keseluruhan) x besar sampel
Pasar Petisah Tahap I = 61 x 81= 48,44 = 48 orang 102
Universitas Sumatera Utara
Pasar Petisah Tahap II = 34 x 81 = 27 orang 102 Pasar Pagi 3 = 7 x 81= 5,55 = 6 orang 102 Dari perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 81 orang dengan perincian untuk lokasi pasar petisah tahap I = 48 orang, tahap II = 27 orang dan pasar pagi 3 = 6 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer diperoleh dengan observasi langsung dan
Kuesioner Alat Ukur
Kelelahan Kerja (KAUPK2). 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari pihak Direksi PD Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yaitu data-data mengenai profil atau gambaran umum Pasar Petisah. 3.5. Definisi Operasional Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah : 1) Penjahit adalah perempuan yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti baju, celana, rok dengan menggunakan mesin jahit goyang di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan. 2) Umur adalah lama waktu hidup responden yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir saat penelitian dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3) Masa Kerja adalah Masa kerja adalah rentang waktu sejak responden menjadi penjahit sampai saat penelitian ini dilakukan. 4) Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh responden. 5) Status perkawinan adalah status responden yang terdiri dari kawin dan tidak kawin 6) Tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang kebutuhannya ditanggung oleh responden 7) Lokasi Kerja adalah tempat penjahit bekerja di pasar petisah yang berada pada pasar petisah tahap I, tahap II dan pasar pagi 3. 8) Kelelahan kerja adalah suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan.
3.6. Aspek Pengukuran Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) KAUPK2 digunakan untuk mengukur tingkat perasaan lelah yang merupakan gejala subjektif yang dialami oleh penjahit. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan tanya jawab langsung kepada responden pada waktu sebelum dan sesudah kerja. Setiap jawaban diberi skor dengan ketentuan : a) Skor 3 (tiga) ; diberikan untuk jawaban “Ya, sering” b) Skor 2 (dua) ; diberikan untuk jawaban “Ya, jarang” c) Skor 1 (satu) ; diberikan untuk jawaban “Tidak pernah”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jumlah skor dari kuesioner menggunakan skala interval dengan tiga skala pengukuran Pratomo (1986) tingkat perasaan kelelahan kerja dikategorikan sebagai berikut : 1. Kurang lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar < 20 ( 40 % dari total skor) 2. Lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar antara 20 - 35 (40%-75% dari total skor) 3. Sangat lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar antara > 35 (75% dari total skor)
3.7. Pengolahan dan Penyajian Data Pengolahan data statistik dilakukan dengan cara manual dan proses komputerisasi. Pengolahan data ini mencakup editing, coding, dan tabulating hasil pengukuran yang diperoleh dan kemudian di analisa secara deskriptif lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara