10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Media Online
2.1.1. Definisi Media Online Media online yaitu media internet, seperti website, blog, dan lainnya yang terbit/tayang di dunia maya, dapat dibaca dan dilihat di internet. Media online merupakan pemain baru dalam kancah pers Indonesia, menurut beberapa sumber media online di Indonesia telah tumbuh sejak tahun 1994.7 Media online adalah gagasan baru dalam bermedia, namun media baru masih mengikut pada media lama dan bahkan sering memanfaatkan media lama sebagai tolak ukur dalam segi isi yang diterapkan di internet.8 2.1.2. Karakteristik Media Online Karakteristik dan keunggulan media online dibandingkan ”media konvensional” (cetak/elektronik) antara lain: 1. Kapasitas luas – halaman web bisa menampung naskah sangat panjang 2. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja. 3. Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat. 4. Cepat, begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang. 5. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet. 6. Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian. 7
Yunus, Syarifudin. 2010. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia. Severin, Werner J. dan James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Merode, dan Terapan di Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
7. Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja. 8. Interaktif, dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dsb. 9. Terdokumentasi, informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search). 10. Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji. (www.romeltea.com). 2.1.3. Kelebihan dan kekurangan Media Online a. Kelebihan Media Online 1. Sangat cepat dari segi waktu media online sangat cepat dalam menyampaikan beritanya. 2. Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja dan kapan saja yang kita mau. 3. Cepat dalam pengiriman informasi karena dapat dengan mudah di updatedan dikirim sewajtu-waktu. 4. Data atau berita disimpan dan bisa sewaktu-waktu dibuka kembali/arsip. 5. Memiliki keunggulan disbanding media cetak, karena berita yang telah dibaca telah dapat dibaca ulangkembali, tidak seperti tv maupun radio yang bersifat continue dan terus mengalir. 6. Dapat dibuka dan dibaca dimana saja selama ada koneksi internet (sebagai alat pendukung), hal ini sangat menguntungkan bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
orang-orang yangingin mengetahui sebuah berita namun mereka berada ditempat yang jauh. Misalnya mereka Yng berada di Indonesia dapat mengakses berita yang berada diluar negri melalui akses internet. 7. Media online akan terus berkembang dan tidak hanya terbatas pada pengguna komputer karena saat ini media online dapat diakses melalui media handphone yang memiliki fasilitas internet. 8. Media online merupakan whole package karena selain berupa teks jugaberupa animasi terutama pada iklan, vedio, gambar dan audio. 9. Para pengguna media online dapat saling berinteraksi satu dengan lainnya dengan cara memberikan komentar satu dengan yang lainnya b. Kekurangan Media Online 1. Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online bisaanya tidak seakurat media lainnya. 2. Untuk mengakses internet membutuhkan biayayang besar. 3. Kurang praktis untuk mengakses media online karena harus selalu terhubung dengan internet. 4. Tidak semua masyarakat dapat mempergunakan teknologi internet (contoh:masyarakat bawah) 5. Bila terlalu lama membaca media online dapat membuat mata menjadi lelah dan dapat mengalami gangguan mata.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.2.
Berita
2.2.1. Definisi Berita Berita
adalah
laporan
tentang
suatu
peristiwa,
opini,
kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus disampaikan secepatnya kepada khalayak menurut Charnley dan James M. Neal. Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termassa, yang dapat menarik perhatian pembaca, karena sesuatu yang luar biasa, penting, mencakup sisi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.9 Definisi lain yang dikatakan oleh Mitchel V. Charnley, Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang tertarik atau penting, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar penduduk. Pada penulisan berita mengandung unsur- unsur 5W + 1H.10 2.2.2. Jenis Berita Berikut adalah jenis berita, menurut Sumadiria ada tiga jenis berita dalam aktivitas jurnalistik, yang terdiri atas berita elementary, berita intermediate dan berita advance.11 1. Berita Elementary a. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peritiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita-berita
9
Sumadiria, Assegaf. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature.Bandung: Simbiosa Rektama Media, hlm. 64-65. 10 Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 131. 11 Sumadiria. 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature.Bandung: Simbiosa Rektama Media, hlm. 69-71.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
langsung yang hanya menyjikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. b. Depth news report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Dalam sebuah pidato pemilihan calon presiden, reporter akan memasukkan pidato itu sendiri dan dibandingkan
dengan
pernyataan-pernyataan
yang
telah
dikeluarkan oleh calon presiden tersebut beberapa waktu lalu. c. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. 2. Berita Intermediate a. Interpretative report lebih dari sekedar straight news dan Depth news. Berita Interpretative biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. b. Feature story. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan. 3. Berita Advence
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
a. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. b. Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis. c. Editorial writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum. 2.2.3. Unsur Berita Dalam proses pembelajaran memahami sebuah berita tentunya kita harus memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita. Adapun unsur-unsur berita terdiri atas what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Berikut penjelasan yang lebih lengkap dari unsur-unsur yaitu :12 1. What Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.
12
Cahya Inung S. (2012) “Menulis Berita di Media Massa”, Yogyakarta: PT Citra Aji Parama, hlm. 17.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2. Who Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa. 3. When Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur when, yaitu menyebutkan waktu kejadian peristiwa. 4. Where Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian. 5. Why Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur why, yaitu disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa. 6. How Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan. 2.2.4. Nilai Berita Nilai berita adalah seperangkat criteria untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk dilipiut. Menurut Meneher ada 6 nilai berita yaitu: 13
13
J.B Wahyudi, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Grafiti, Jakarta, 1996
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
1. Kedekatan ( proximity) Ada dua hal tentang kedekatan.Pertama dekat secara fisik dan kedua, kedekatan secara emosional.Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu. 2. Ketenaran ( prominence ) Berita yang didapatkan dari orang terkemuka/terkenal. 3. Aktualitas ( timelines ) Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa depan. 4. Dampak ( impact ) Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita yang tinggi.Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya. ¿ 5. Keluar bisaaan ( magnitude ) Sebenarnya hamper sama dengan dampak, namun magnitude disini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan besar dan segala sesuatu yang besar. 6. Konflik ( conflict ) Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik.Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
binatang, antar kelompok, antar bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang, dan sebagainya. 2.2.5. Penyajian Berita Pada program berita terdapat berbagai macam-macam cara menyajikan berita dan corak penyajian berita. Berita yang terikat waktu disebut berita harian, sedangkan berqita yang tidak terikat waktu disebut berita berkala.14 1. Berita Harian, adalah berita yang perlu segera disampaikan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat dengan waktu. Bisaanya bersifat linier langsung. 2. Berita Berkala, yang bersifat Time less ( tidak terikat waktu ) memiliki kemungkinan-kemungkinan penyajian
yang lebih lengkap dan
mendalam. Model berita berkala bisaanya merupakan karya jurnalistik. Formatnya dari karya jurnalistik, berupa program dokumenter, feature, magazine. 2.2.6. Berita Politik Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti Negara kota. Secara etimologi kata politik masih berhubungan erat dengan kata politis yang berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik.Katapolitisi berarti orang-orang yang menekuni hal-hal yang berkaitan dengan politik.15
14 15
AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2008 Fajar Junaedi, Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi, Kencana, Jakarta, 2013, hal 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Pada era reformasi terdapat dua undang-undang partai politik yaitu UU No.2 tahun 1999 dan UU No.31 tahun 2002. Pembentukan partai politik menurut UU No.31 tahun 2002 lebih ketat dibandingkan UU No.2 tahun 1999, pengawasan terhadap partai politik menurut UU No.2 tahun 1999 dilakukan oleh pemerintah, sedangkan menurut UU No.31 tahun 2002 dilakukan oleh Depkeh dan HAM, KPU, Depdagri. 16 Demokratisasi dalam UU No.31 tahun 2002 memuat ketentuan yang akuntabilitas dan transparansi sumbangan-sumbangan yang diterima partai politik.Unsur-unsur demokrasi yang ada dalam UU No.2 tahun 1999 dan UU No.31 tahun 2002 adalah kedaulatan rakyat, transparansi, keadilan, aspirasi, tanggung jawab dan perlakuan tidak diskriminatif. Dari unsur-unsur tersebut terlihat jelas bahwa UU No.31 tahun 2002 lebih demokratis karena pada unsur keadilan, aspirasi, tanggung jawab dan perlakuan tidak diskriminatif lebih mengutamakan kepentingan anggota partai politik, masyarakat, bangsa dan negara demi terwujudnya demokratisasi di Indonesia.
2.3. Korupsi 2.3.1. Definisi Korupsi Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain
16
atau
suatu
korporasi, menyalahgunakan
Ibid, hal 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kewenangan
maupun
20
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.17 Korupsi berasal dari perkataan bahasa latin “corruptio” yang berarti kerusakan atau kebrobokan. Di samping itu perkataan korupsi dipakai pula untuk menunjuk keadaan atau perbuatan yang buruk. Korupsi juga banyak yang disangkutkan pada ketidakjujuran seseorang dalam bidang keuangan.18 2.3.2. Jenis Korupsi KPK UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 menyebutkan bahwa pengertian korupsi mencakup perbuatan :19 1. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan keuangan / perekonomian negara (pasal 2). 2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian negara (pasal 3) 3. Kelompok delik penyuapan (pasal 5,6, dan 11) 4. Kelompok delik penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10) 5. Delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12) 6. Delik yang berkaitan dengan pemborongan (pasal 7) 7. Delik gratifikasi (pasal 12B dan 12C)
17
Undang-Undang pasal 2 No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sudarto, 1980, Hukum dan Hukum Pidana, Erlangga, Jakarta, hal. 122 19 http://www.kpk.go.id/id/faq 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.3.3. Model, Bentuk dan Jenis Korupsi Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan negara. Beberapa bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:20 1.
Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun barang.
2.
Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam tertentu.
3.
Fraud,
merupakan
suatu
tindakan
kejahatan
ekonomi
yang
melibatkan penipuan (trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan-keuntungan tertentu. 4.
Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh
20
http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-model-bentuk-jenis-korupsi.html
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafiamafia lokal dan regional. 5.
Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.
6.
Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.
7.
Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah. Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh
tokoh reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18): 1.
Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa.
2.
Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.
3.
Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
4.
Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi. Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis
adalah:
pungutan
liar,
penyuapan,
pemerasan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penggelapan,
23
penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang. Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:21 1.
Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.
2.
Penggelapan
barang
milik
lembaga,
swastanisasi
anggaran
pemerintah, menipu dan mencuri. 3.
Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.
4.
Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak pada tempatnya.
5.
Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya, memeras.
6.
Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu, menahan secara tidak sah, menjebak.
7.
Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
8.
Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi.
21
Pope, Jeremy, 2003, Strategi Memberantas Korupsi; Elemen Sistem Integritas Nasional, (terj.) Masri Maris, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
9.
Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan umum agar bisa unggul.
10. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; membuat laporan palsu. 11. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin pemrintah. 12. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak, dan pinjaman uang. 13. Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan. 14. Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan. 15. Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada tempatnya. 16. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap. 17. Perkoncoan, menutupi kejahatan. 18. Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos. 19. Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan, dan hak istimewa jabatan.
2.4.
Teks
2.4.1. Definisi Teks Menurut
Barthes,
teks
adalah
sebuah
objek
kenikmatan,
sebagaimana diproklamasikannya dalam buku Sadel Fourier/Loyola:”The
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
text is an Object of Pleasure”.22 Teks juga bisa kita artikan sebagai “seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim kepada penerima melalui medium tertentu dan denga kode-kode tertentu”(Budiman, 1999b:115-116).23
2.5.
Analisis teks (isi)
2.5.1. Definisi Analisis teks (isi) Holsti (1969:14). Analisis teks/isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang diakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.24 Weber (1994:9). Analisis teks/isi adalah suatu metode penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks.25
2.6.
Definisi Bahasa
2.6.1. Definisi Bahasa Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis, sehingga bisa digunakan sebagai alat komunikasi.26
22
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, hlm.52 23 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, hlm.53 24 Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan IlmuIlmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. 25 Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan IlmuIlmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. 26 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, hlm.42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Istilah bahasa dapat digunakan dalam arti harfiah dan metaforis (Sudaryonto,2000:233).
Dalam
arti
harfiah,
istilah
itu
mengacu
padabahasa biasa, yang alami, yang dipakai dikeseharian. Istilah bahasa dalam arti metaforis tidak kena-mengena dengan linguistik. Yang langsung kena-mengena dengan linguistic adalah istilah bahasa dalam arti harfiah.27
2.7.
Definis Makna
2.7.1. Definisi Makna Menurut De Vito adalah makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia.28 “Kita” menurut De vito, menggunkan kata-kata untk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi, kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang dimaksud.
2.8.
Analisis Wacana
2.8.1. Definisi Analisis Wacana Analisis wacana sedang hangat dibicarakan, baik dalam berbagai perdebatan maupun teks ilmiah. 29 Analisis wacana merupakan suatu kajian yang menenliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah,baik dalam bentuk 27
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, hlm.43 28 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, hlm.20 29 Deborah Schiffrin 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 56.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
tulis maupun lisan terhadapa para pengguna sebagai suatu elemen masyrakat.30 Fairlough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. 31 Munculnya analisis wacana, khususnya dalam bidang analisis teks media melahirkan berbagai varian analisis
yang pada akhirnya
memunculkan persinggungan antara model analisis yang satu dengan yang lain. Analisis model teks media versi Norman Fairclogh dan Teun A Van Dijk misalnya, keduanya menekankan analisis teks berdasarkan konteks sosial. Dalam versi Indonesia teori analisis teks media disadur cukup baik oleh Eryanto. Dalam buku Eryanto memaparkan berbagai kompilasi model analisis teks media dari berbagai perspektif yang dikemukakan Foulcault, Roger Fowler, Theo van Leeuwen, Sara Mills, Teun A Van Dijk, dan Norman Fairclouch dengan contoh teks surat kabar Indonesia. Pemahaman perspektif teks media juga diteliti oleh Suroso yang memetakan empat macam perspektif media Indonesia yang pro masyarakat, negara, yang lain, dan netral.
30
Drs. Abdul Rani, dkk 2006. Analisis Wacana : Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian. Malang: Pustaka Pelajar. hlm. 1. 31 Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS, hlm. 7.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Analisis
wacana
berhubungan
dengan
studi
mengenai
bahasa/pemakaian bahasa. Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang analisis wacana, kita perlu bertanya Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana?. Dalam hal ini, A.S Hikam menyampaikan adanya tiga paradigma analisis yang digunakan untuk melihat bahasa. Ketiga paradigma analisis wacana ini yang akan mendapatkan porsi banyak untuk di jelaskan dalam tulisan ini selanjutnya. Pandangan pertama diwakili oleh kaum Positivisme - Empiris. Penganut aliran ini melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek yang ada di luar dirinya. Pandangan kedua dalam analisis
wacana
adalah
Konstruktivisme.
Pandangan
ini
banyak
dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivisme/empirisme dalam analisis wacana yang memisahkan subyek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Pandangan ketiga disebut pandangan Kritis. Pandangan ingin mengoreksi pandangan pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi
makna
yang terjadi
ssecara
institusional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
historis
maupun
secara
29
2.8.2. Jenis Wacana Menurut bentuk Wacana Bahasa Indonesia ini maka terdapat lima wacana
yaitu
wacana
deskripsi, narasi, eksposisi,
argumentasi,
dan persuasi. 1. Wacana Deskripsi Deskripsi
merupakan
rangkaian
karangan
yang
mendeskripsikan suatu objek sesuai dengan hasil pengamatan, pengalaman, perasaan oleh penulisnya. Ketika mencapai kesan maksimal bagi pembaca, maka penulis akan merinci objek dengan kesan, model serta faktanya. Adapun dilihat mengenai sifat objeknya bahwa deskripsi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif dan deskripsi faktual. 2. Wacana Narasi Narasi merupakan bentuk cerita yang sesuai penempatan urutannya terhadap suatu peristiwa. Pada Wacana Bahasa Indonesia ini mengandung sebuah cerita. Karangan tersebut dapat berbentuk narasi imajinatif dan narasi ekspositoris. Yang menjadi unsur-unsur utama dalam narasi ini yaitu seperti kejadian, konflik, tokoh, alur, serta latar tempat, latar waktu atau latar suasana. Pada aspek kejiwaan yang bisa mencerna dan mengkaji wacana narasi yaitu akan sebuah emosi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
3. Wacana Eksposisi Eksposisi merupakan bentuk karangan yang menjelaskan secara terperinci berkenaan sesuatu dengan tujuan yang memberikan informasi serta mengkaji secara lebih luas tentang pengetahuan pada pembacanya. Jenis karangan ini juga menerangkan akan sesuatu hal terhadap
penerima
agar
supaya
pihak
yang
terlibat
dapat
memahaminya. Biasanya karangan ini pula digunakan terhadap karyakarya ilmiah misalnya artikel ilmiah, lokakarya, simposium, atau makalah untuk seminar.Untuk tahap menulis karangan ini yakni dengan menentukan objek pengamatannya, tujuan dan pola penyajian, mengumpulkan data, merincikan kerangka karangannya, serta mengembangkan pola kerangka menjadi sebuah karangan. Mengenai wacana eksposisi dapat berupa seperti logika dan konsep yang harus diikuti. 4. Wacana Argumentasi Argumentasi merupakan bentuk Wacana Bahasa Indonesia atau karangan berupa pendapat, penilaian atau sikap terhadap perihal yang disertai dengan alasan, pernyataan logis, dan bukti-bukti. Tujuan karangan ini adalah untuk berusaha meyakinkan kepada pembaca akan suatu kebenaran berkenaan pendapat pengarang. Rincian pada tahap menulis karangan argumentasi ini yaitu dengan menentukan tema masalah, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data yang berupa bukti, fakta, atau pernyataan bersifat mendukung, menyusun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
kerangka
karangan,
serta
mengembangkan
kerangka
menjadi
karangan. 5. Wacana persuasi Persuasi merupakan bentuk wacana yang berperan untuk mempengaruhi penerima pesan agar dapat melakukan tindakan berdasarkan dengan yang diharapkan kepada si penyampai pesan. Dengan demikian untuk mempengaruhinya, karangan tersebut dapat digunakan dengan segala upaya yang cenderung si penerima pesan menjadi terpengaruh. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, jenis wacana terkadang menggunakan alasan yang tidak sesuai pada pola pikir yang ada atau bersifat tidak rasional sehingga penerima pesan dapat segera mengambil tindakan. 2.8.3. Tokoh Analisis Wacana Model yang dipakai Teun A. Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang dipernalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisi atas tesk semata, karena teks hanya hasil dari suatu Pratik produksi suatu teks semata, karena teks hanya hasil suatu prakti produksi yang harus juga diamat. Disini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.32
32
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS, hlm. 221.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media” karangan
Eriyanto,
di
dalamnya
mengembangkan analisis wacana.
terdapat
tokoh-tokoh
yang
Tokoh-tokoh yang terkenal dan
dikemukakan oleh Eriyanto tersebut, di antaranya Roger Fowler dkk (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideologi, Sara Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai feminisme, Theo van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model van Dijklah yang paling sering dipakai dalam berbagai penelitian teks media. Meski penelitian-penelitian wacana yang sering diteliti oleh van Dijk adalah mengenai rasialisme namun tidak menutupkemungkinan terhadap objek penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti. Van Dijk sendiri menyatakan dalam buku karangannya, Critical Discourse Analysis (CDA) bahwa ia lebih menyukai untuk berbicara mengenai Critical Discourse Studies (CDS) karena batasannya lebih umum, tidak hanya meliputi analisis kritis tapi juga teori kritis seperti penerapan kritis. Namun, dalam penelitian ini lebih tertuju kepada paradigma konstruktivis, bukan paradigma kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA). Pengertian CDA dan wacana di atas hanya untuk menggambarkan apa itu wacana menurut tokoh van Dijk sendiri. Van
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap relasi kekuasaan atau hegemoni dengan wacana adalah pola-pola akses terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk masyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta struktur sosial mikro dengan makro.33 Menurut van Dijk, analisis wacana memiliki tujuan ganda: sebuah teoritis sistematis dan deskriptif yaitu struktur dan strategi di berbagai tingkatan dan wacana lisan tertulis, dilihat baik sebagai objek tekstual dan sebagai bentuk praktek sosial budaya, antar tindakan dan hubungan. Sifat teks ini berbicara dengan yang relevan pada struktur kognitif, sosial, budaya, dan sejarah konteks. Singkatnya, studi analisis teks dalam konteks. Momentum penting dari pendekatan tersebut terletak pada fokus khusus yang terkait pada isu sosial-politik, dan terutama membuat eksplisit cara penyalahgunaan kekuasaan kelompok dominan dan mengakibatkan ketidaksetaraan, legitimasi, atau ditantang dalam dan dengan wacana.34 33
Teun Van Djik,. Discourse and Society: Vol 4 (2). (London: Newbury Park and New Delhi: Sage, 1993), h. 249 34 Teun Van Dijk, Menganalisis Rasisme Melalui Analisis Wacana Melalui Beberapa Metodologi Reflektif, artikel diakses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.discourse.com
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Model yang dipakai van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial.” Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks.35 Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu penulis. Sementara itu aspek konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu masalah.36 Dapat digambarkan seperti di bawah ini: Gambar 2.1 Diagram Model Analisis Van Dijk
Teks Kognisi Sosial Konteks
35
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, h. 73 36 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Ananlisis Teks Media, h. 224
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Sedangkan skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka van Dijk adalah sebagai berikut:37 Tabel 2.1 Skema Penelitian dan Metode Van Dijk STRUKTUR
METODE
Teks Menganalisis bagaimana strategi wacana yang digunakan untuk menggambarkan seseorang
atau
peristiwa
tertentu. Critical linguistic
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk
memarjinalkan
suatu
kelompok,
gagasan atau peristiwa tertentu Kognisi Sosial Menganalisis bagaimana kognisi penulis Wawancara mendalam dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis Konteks Sosial Menganalisis
bagaimana
wacana
yang
berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau
Studi
penelusuran
sejarah, dan wawancara
peristiwa digambarkan
37
pustaka,
Ibid, h. 275
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.8.4. Kerangka Analisis Teun van Dijk 1. Dimensi Teks Studi pustaka, penelusuran sejarah, dan wawancara Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat digunakan, untuk melihat suatu wacana yang terdiri dari berbagai tingkatan atau struktur dari teks. Van Dijk membaginya kepada tiga tingkatan, yaitu :38 Tabel 2.2 Struktur Teks Van Dijk Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
Sedangkan struktur atau elemen yang dikemukakan oleh van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:
38
Ibid, h. 227
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Tabel 2.3 Elemen Wacana Teks Van Dijk Struktur Wacana Struktur Makro
Hal yang diamati
Elemen Topik
TEMATIK Tema
atau
topik
yang
dikedepankan
dalam
suatu
berita Superstruktur
Skema atau Alur
SKEMATIK Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh
Struktur Mikro
SEMANTIK
Latar, Detil, Maksud,
Makna yang ingin ditekankan
Praanggapan,
dalam
teks
berita.
Misal, Nominalisasi
dengan memberi detil pada satu
sisi
eksplisit
atau satu
membuat sisi
dan
mengurangi sisi lain Struktur Mikro
SINTAKSIS
Bentuk
kalimat,
Bagaimana kalimat (bentuk, Koherensi, Kata ganti susunan) yang dipilih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Struktur Mikro
Leksikon
STILISTIK Bagaimana
pilihan
kata
yangdipakai dalam teks berita Struktur Mikro
RETORIS
Grafis,
Bagaimana dan dengan cara
eskpresi
Metafora,
penekanan dilakukan
Berbagai elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh gambaran dari elemen-elemen yang harus diamati tersebut, berikut adalah penjelasan singkatnya, yaitu: a. Tematik (Tema atau Topik) Elemen ini menunjuk kepada gambaran umum dari teks, disebut juga sebagai gagasan inti atau ringkasan. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep yang dominan, sentral, dan yang paling penting dalam sebuah berita. b. Skematik (Skema atau Alur) Teks umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan hingga membentuk kesatuan arti. Menurut van Dijk, makna yang terpenting dari skematik adalah strategi wartawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan urutan tertentu. c. Semantik (Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi) Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang eksplisit maupun implisit. Latar teks merupakan elemen yang berguna untuk membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana makna teks itu dibawa. Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi dari yang ingin ditampilkan oleh wartawan. Detil ini adalah strategi dari wartawan untuk menampilkan bagian mana yang harus diungkapkan secara detil lengkap dan panjang, dan bagian mana yang diuraikan dengan detil sedikit. Detil hampir mirip dengan elemen maksud, kalau detil itu mengekspresikan secara implisit sedangkan maksud yaitu secara eksplisit atau jelas atas maksud pengungkapan informasi dari wartawan. Kalau praanggapan (presuppotion) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna dari suatu teks. Dengan cara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
menampilkan narasumber yang dapat memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. d. Sintaksis (Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti) Ramlan (Pateda 1994:85) mengatakan, “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase…”Dalam sintaksis terdapat koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Di mana, keriga hal tersebut untuk memanipulasi politik dalam menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif, dengan cara penggunaan sintaksis (kalimat). e. Stilistik (Leksikon) Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Seperti kata “meninggal‟ yang memiliki kata lain seperti wafat, mati, dan lainlain. f. Retoris (Grafis, Metafora, Ekspresi) Retoris ini mempunyai daya persuasif, dan berhubungan dengan bagaimana pesan ini ingin disampaikan kepada khalayak. Grafis, penggunaan kata-kata yang metafora, serta ekspresi dalam teks tertulis adalah untuk menyakinkan kepada pembaca atas peristiwa yang dikonstruksi oleh wartawan. 2. Dimensi Kognisi Sosial Dalam kerangka analisis van Dijk, pentinya kognisi sosial yaitu kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Karena, setiap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Di sini, wartawan tidak dianggap sebagai individu yang netral tapi individu yang memiliki beragam nilai, pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya. Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup cara pandang terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa. Ada beberapa skema/model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi sosial penulis, digambarkan sebagai berikut:39
Tabel 2.4 Skema/ Model Kognisi Sosial Van Dijk Skema Person (Person Schemas): Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain Skema Diri (Self Schemas): Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang Skema Peran (Role Schemas): Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi seseorang dalam masyarakat
39
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, h. 262
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Skema Peristiwa (Event Schemas): Skema ini yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai dengan skema tertentu
3. Dimensi Konteks Sosial Dimensi ketiga dari analisis van Dijk ini adalah konteks sosial, yaitu bagaimana wacana komunikasi diproduksi dalam masyarakat. Titik pentingnya adalah untuk menunjukkan bagaimana makna dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut van Dijk, ada dua poin yang penting, yakni praktik kekuasaan (power) dan akses (access). Praktik kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan oleh suatu kelompok atau anggota untuk mengontrol kelompok atau anggota lainnya. Hal ini disebut dengan dominasi, karena praktik seperti ini dapat memengaruhi di mana letak atau konteks sosial dari pemberitaan tersebut. Kedua, akses dalam mempengaruhi wacana. Akses ini maksudnya adalah bagaimana kaum mayoritas memiliki akses yang lebih besar dibandingkan kaum minoritas. Makanya, kaum mayoritas lebih punya akses kepada media dalam memengaruhi wacana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/