BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia 1. Pengertian. Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin hemotrokit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Depkes, 2007). Anemia
adalah
suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan
defisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 diantara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia
difisiensi besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit
2. Patofisiologi anemia pada kehamilan. Perubahan hematology sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 – 65 % dari 5 5
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 100 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus, stimulasi yang meningkat volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron
3. Etiologi Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu : a.
Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
b.
Perubahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c.
Kurangnya zat besi dalam makanan.
d.
Kebutuhan zat besi meningkat. (Manuaba, 1999 ) Penyebab tersering dari anemia adalah kurangnya zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi , Vit B12, dan asam folat. Selebihnya akibat dari beragram kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik , keracunan obat , keracunan Pb dan sebagainya. Anemia sebagai akibat kekurangan gizi disebut anemia gizi, yang sebagian besar dianggap sebagai akibat kekurangan besi atau asam folat. Jangankan di lingkungan masyarakat awam, di lingkungan pakar kesehatan dan gizi di tingkat dunia pun sering terjadi keracunan dalam mengintepretasikan data anemia (Prawirohardjo, 2002 ).
6
4. Gejala klinis. Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala – gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala – gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang dan perubahan jaringan epitel kuku, gangguan system neurumuskular lesu, lemah, lelah, disphagia
dan
pembesaran limpha. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin <7 gr/dl
maka gejala – gejala dan tanda – tanda anemia
akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal (≥11gr/dl), anemia ringan (9-10 gr/dl) dan anemia sedang (8-7 gr/dl) dan anemia (< 7 gr/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11,28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 14 .00 mg/dl 3 (Saifudin 2000). 5. Dampak anemia defisiensi besi pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen (Gizi.net, 2009). Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka
7
prematuritas, BBLR dan angka perinatal meningkat. Disamping
itu
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal.
B. Zat Besi ( Besi ) dan Tablet Tambah Darah 1. Zat besi (besi) Secara alami zat besi diperoleh dari makanan. Besi
terdapat
dalam bahan makanan hewani, kacang – kacangan dan sayuran berwarna hijau tua. Pemenuhan besi yang kurang oleh tubuh memang sering dialami sebab rendahnya terutama dari
penyerapan
besi
di dalam
tubuh
sumber besi nabati. Penyerapan besi asal bahan
makanan hewani dapat
mencapai
10 – 20 %. Besi bahan makanan
hewani (heme) lebih mudah daripada besi nabati (non heme). Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg atau setara dengan 10-20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani (heme) lebih tinggi penyerapannya yaitu 2030% . Sedangkan sumber nabati (non heme) hanya 1-6 %. Zat besi non heme absorbsinya dapat ditingkatkan apabila terdapat kadar vitamin C yang cukup. Vitamin C dapat miningkatkan absorbsi zat besi non heme sampai dengan 4 kali lipat. Vitamin C
dapat
membantu
transfer
zat
besi
dari
darah ke dalam bentuk ferritin untuk disimpan di hati dan membantu memproduksi beberapa enzim yang mengandung besi. Jika terdapat sekitar
8
25-30 mg vitamin C dalam menu makanan yang dapat meningkatkan absorbsi zat besi sebesar 85 %. Sedangkan jika terdapat 25-75mg vitamin
C dalam
menu
makanan
yang dikombinasikan dengan
24-36 gr faktor dapat meningkatkan absorbsi zat besi non heme sebesar 8 % ( Gizi.net, 2003). Keanekaragaman konsumsi makanan sangat
penting
dalam
membantu penyerapan besi didalam tubuh, kehadiran protein hewani, vitamin C, asam folat dan gizi mikro lain juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhi vitamin A. Makanan sumber zat besi umumnya merupakan sumber vitamin A. Zat besi
yang
terdapat
dalam semua sel tubuh berperan
penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam pembentukan energi agar produktifitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah. Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian orang dengan kadar Hb kurang dari 10 g/dl memiliki kadar sel darah putih
(untuk melawan
bakteri) yang rendah pula (Subagio, 2006). 2. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil. Selama kehamilan kebutuhan zat besi
bertambah sejalan
perkembangan janin, plasenta dan peningkatan sel darah merah ibu.
9
Disamping itu pula volume darah ibu meningkat sehingga jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah juga mengalami peningkatan. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi
yang dibutuhkan
sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35 %. Ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Jadi kebutuhan zat besi untuk setiap wanita berbeda - beda sesuai siklus hidupnya, dimana wanita hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari. Kenaikan volume darah akan meningkat kebutuhan besi atau zat besi. Jumlah besi yang diperlukan ibu hamil untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500Mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1000Mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah janin dan plasenta. Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan adalah:
10
Tabel 1. Kebutuhan zat besi ibu hamil Pada saat kehamilan
Jumlah kebutuhan zat besi
Meningkatnya darah ibu
500 Mg Besi
Terdapat dalam plasenta
300 Mg Besi
Untuk darah janin
100 Mg Besi
Jumlah
900 Mg Besi
Jika persediaan cadangan besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11gr % maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 % sampai 10gr % (Manuaba, 1999). 3. Tablet Tambah Darah Penanggulangan anemia dan pemenuhan kebutuhan zat besi (Besi) pada wanita hamil sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian suplementasi pil zat besi atau Tablet Tambah Darah . Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Besirro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat. Penyimpanan tablet tambah darah adalah di tempat yg kering,
11
terhindar dari sinar matahari langsung. Jauh dari jangkauan anak - anak dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. Suplemen tablet tambah darah memang diperlukan untuk kondisi tertentu, misalnya pada wanita hamil. Cara minum tablet tambah darah untuk ibu hamil, 1 tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. ( Gizi.net, 2007). Suplementasi tablet tambah darah dapat meningkatkan kadar Hb dan berat badan. Peningkatan berat badan tersebut diakibatkan karena peningkatan kadar Hb dalam darah. Dengan meningkatnya kadar Hb akan menyebabkan oksigenasi sel menjadi lebih baik, metabolisme meningkat dan fungsi sel akan optimal sehingga daya serap makanan lebih baik dan timbul rasa lapar sehingga nafsu makan bertambah yg menyebabkan asupan makanan meningkat sehingga terjadi kenaikan berat badan (Gizi.net, 2003). Gejala sampingan yang muncul setelah minum tablet tambah darah kadang - kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual, susah buang air besar, dan tinja berwarna hitam. Untuk mengurangi gejala sampingan diminum setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih jika setelah minum tablet tambah darah disertai makan buah-buahan seperti : pisang, papaya, jeruk dan lain lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat mengkonsumsi
12
tablet tambah darah antara lain minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu, coklat atau kopi, karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang. Sehingga berikan jarak waktunya antara pemberian makanan atau suplemen zat besi dengan mengkonsumsi teh, susu, coklat, atau kopi, sekitar 1,5 – 2 jam setelah makan. Karena sifatnya yg menghambat zat besi dan susu sendiri juga tidak mengandung zat besi. Minum teh setelah makan atau suplemen zat besi dapat menghambat penyerapan zat besi kedalam tubuh sehingga 80%(Gizi.net.2007)
C. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah kepatuhan dalam menepati anjuran sesuatu terhadap kebiasaan sehari-harinya dan dapat dinilai dengan score penelitian. Kepatuhan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pendidikan merupakan suatu dasar utama dalam keberhasilan pencegahan atau pengobatan. Tujuan pendidikan antara lain meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), menambah kepercayaan din pada ibu hamil dan dapat menghambat terjadinya defisiensi zat besi (Fe) (Sri Hartini, 1993). Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terdiri dari Persepsi (Perception), Respon
13
terpimpin
(Guided
Rcspons),
Mekanisme
(mechanism),
Adaptasi
(adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dart resultasi dari berba.gai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan ntenurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu: a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. b. Faktor pemungkin (Enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, serta jarak sarana pelayanan kesehatan. c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang
14
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perilaku berawal dart adanya pengalainan seesorang serta didukung oleh faktor luar (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa melakukan perilaku. Internal a.Persepsi b.Pengetahuan c.Keyakinan d.Motivasi e. Niat f. Sikap
Eksternal a. Pengalaman b. Fasilitas c. Sosio-budaya
Respons Perilaku
Gambar 1. Skema Perilaku (Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2003)
D. Pendidikan 1. Definisi pendidikan a) Notoatmojo (2002) mengatakan bahwa : Pendidikan
adalah
suatu
kegiatan,
usaha
manusia
meningkatkan kpribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Pendidikan merupakan kemajuankemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.
15
b) Suryo (2001) mengatakan bahwa : Pendidikan adalah penamaan pengetahuan serta pengembangan mental maupun ketrampilan yang berlangsung dengan jangkauan waktu tertentu, sejak mulai waktu pelaksanaanya, sebaiknya juga diawali dari analisis kebutuhan sampai dengan studi penerapan pendidikan tersebut ditempat diharapkanya peserta didik dapat bekerja, dan tidak berhenti sampai pada evaluai hasil pendidikanya saja. 2. Fungsi Pendidikan ( Ihsan, 1996) Secara
mikro,
pendidikan
tertentu
membantu
secara
sadar
perkembangan jasmani dan rohani. Secara Makro kegiatan pendidikan berlangsung dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. a. Pendidikan keluarga 1) Merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk pertama kali mendapat pengaruh sadar. 2) Keluarga sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. 3) Dalam lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan bagi anak-anak, sehingga akan lahir anak yang mempunyai kepribadian dengan pola yang mantap b. Pendidikan sekolah Sekolah berstruktur
dan
merupakan
jenis
pendidikan
berkesinambungan.
16
Jenis
yang
berjenjang,
pendidikan
sekolah
mencakup pendidikan umum, kejurusan, kedinasan, keagamaan dan pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi serta ada pendidikan pra sekolah. Mengenai jenjang pendidikan menuru undang-undang RI No. 20 th 2003 tentang SISDIKNAS adalah : 1) Pendidikan dasar Adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta mempersiapkanya
untuk
mengikuti
pendidikan
menengah.
Merupakan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik pribadi maupun masyarakat oleh karena itu warga negara diberi kesempatan memperoleh pendidikan dasar, yang terdiri dari SD dan SMP. 2) Pendidikan menengah Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota
masyarakat
yang
memiliki
kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan tinggi terdiri dari pendidikan menengah umum dan kejuruan. 3) Pendidikan tinggi Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tingkat tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga dapat
17
menerapkan, mengembangkan pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia. c. Pendidikan di masyarakat Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga yang ikut bertanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan dimasyarakat, anak akan dibekali dengan penalaran, ketrampilan,dan sikap, makanya sering juga pendidikan dimasyarakat dijadikan upaya untuk mengomptimalkan perkembangan diri. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang tanggap adanya masalah defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, 1993). Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang zat besi (Fe) serta kesadarannya terhadap konsumsi tablet zat besi (Fe) untuk ibu. Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang mereka peroleh. Keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil sangat ditentukan oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe) menjadi terbatas dan berdampak pada terjadi defisiensi zat best (Fe) (Suhardjo, Riyadi, 1990).
18
Semakin baik pendidikan ibu hamil, maka dalam menyerap informasi yang diterima semakin baik khususnya tentang manfaat zat besi (Fe), hal ini berdampak pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe) karena ibu hamil mengetahui manfaat dari konsumsi zat best (Fe) bagi ibu hamil.
E. Pengetahuan 1. Definisi Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar melalui mata dan telinga. 2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo(2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi pembentuk perilaku seseorang. Pengetahuan yang mencakup domain kognitif mencapai 6 tingkatan, yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
19
b. Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginter-prestasikan objek. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (analysis) Suatu kemapuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada.
3. Cara pengukuran pengetahuan
20
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari sutu objek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan menurut Waridjan (1991) dengan kriteria a. Kategori baik bila 80-100 % (8-10) pertanyaan dijawab benar. b. Kategori cukup bila 65-79 % (6-9) pertanyaan dijawan dengan benar. c. Kategori kurang bila < 65% (<6) pertanyaan dijawab dengan benar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Nasution (1993), pengetahuan pada masyarakat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : a. Sosial ekonomi Sosial ekonomi yaitu lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, keadaan ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi juga. b. Kultur Kultur yaitu budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informsai yang baru akan disaring sesuai dengan budaya yang ada. c. Pendidikan Pendidikan yaitu semakin tinggi pendidikan ia akan mudah menerima hal-hal yang baru dan bisa menyesuaikan dengan mudah. d. Pengalaman
21
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, karena dengan pendidikan yang tinggi maka akan mempunyai pengalaman yang lebih tinggi. e. Paparan media masa (Sukadinata, 2003) Melalui bermacam-macam media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media masa (TV, radio, majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang banyak, dibanding dengan orang yang tidak terpapar media massa.
5. Sumber Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), sumber dari pengetahuan didapat melalui pengindraan. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap ibu hamil dan menimbulkan suatu perilaku pada ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) setiap harinya. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe). Tanpa adanya pengetahuan tentang zat besi (Fe), maka ibu sulit menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan (Soekirman, 1999). Pengetahuan tentang zat besi (Fe) akan berdampak pada sikap
22
terhadap pangan yang akan terlihat dari praktek dalam penyediaan makanan sumber zat besi (Fe) yaitu kemampuan untuk menerapkan informasi yang dimiliki dalam kehidupan sehari-harinya. Pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang baik di harapkan dapat menerapkan khususnya dalam pemilihan bahan makanan sumber zat besi (Fe) (Soekirman, 1999). Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah defisiensi zat besi (Fe). Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi tentang zat besi (Fe) dalam kehidupan sehari-hari (Khumaidi, 1994). Semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) maka akan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) (Sediaoetama, 1999).
F. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Zat Besi (Fe) Dengan
23
Kepatuhan
Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe). Terjadinya defisicnsi zat besi (Fe) pada ibu hamil disebabkan karena kenaikan kebutuhan zat besi (Fe), hal ini dapat menyebabkan anemia zat besi (Fe) yang bersumber pada pola konsumsi makanan berupa energi, zat besi (Fe) dan vitamin C yang rendah. Pola menu dengan zat besi (Fe) yang rendah sebagai penyebab utama dalam bahan makanan yang prevalensinya masih tinggi yang diperberat dengan keadaan detisiennsi zat best (Fe). Hal ini juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu hamil yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi dtablet bei (Fe), dimana kurangnya daya beli makanan sumber zat besi (Fe) yang rendah, kesibukan karena pekerjaan ibu hamil serta kurangnya pengetahuan tentang zat besi (Fe) dari ibu hamil yang masih rendah yang menyebabkan kesadaran untuk mengkonsumsi tablet besi (Fe) menjadi kurang. Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) dan karakteristik ibu hamil sangat mempengaruhi dalam hal kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat best (Fe) sehari-harinya, salah satunya adalah pengetahuan tentang sumber makanan zat besi (Fe) dan pola makan yang salah sebagai salah satu penyebab terjadinya defisiensi zat besi (Fe), sebaliknya apabila seorang ibu mengetahui pengetahuan tentang manfaat zat besi (Fe), maka pola makan akan diatur (Iptek, 2006), Hal ini dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pola makan yang benar untuk ibu hamil khususnya macam-macam makanan yang
24
bersumber zat besi (Fe), sehingga dapat menimbulkan terjadinya anemia pada saat kehamilannya. Penangganan anemia dengan pemberian suplemen tablet zat besi (Fe) yang merupakan suatu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar zat besi (Fe) datum jangka waktu yang pendek pada ibu hamil. Penanggulangan anemia defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dengan memberikan tablet zat besi folat (mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug asam folat) setiap hari satu tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan. Hal ini di lakukan karena asupan sumber zat besi (Fe) pada ibu hamil rnasih kurang yang memepengaruhi kadar Hemoglobin yang rendah, maka dilakukan pemberian suplemen tablet besi (Fe), yang di bagikan pada waktu memeriksakan kehamilan, di mana suplemen tablet zat best (Fe) ini merupakan salah satu cara yang paling elektif untuk meningkatkan kadar zat besi (Fe) dalam jangka pendek. Suplementasi di tujukan pada golongan yang rawan mengalami defisiensi zat besi (Fe) seperti ibu hamil, yang di lakukan secara gratis pada ibu hamil melalui Puskesmas dan Posyandu (BPS, 1999). Dari uraian diatas dalam mengurangi adanya anemia pada ibu hamil, maka perlu upaya untuk menurunkan angka kejadian defisiensi zat besi (Fe) sebagai akibat dari kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) yang kurang perlu kegiatan dalam meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet. Zat besi (Fe) dengan cara melakukan yang meliputi penyuluhan dan konseling tentang pentingnya mengkonsurnsi
25
tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil, pencegahan anemia, melakukan deteksi ibu hamil dengan pemeriksaan Hb dan pemberian tablet zat besi (tablet Fe) serta yang dapat menurunkan angka kejadian anemia dalam kegiatan pelayanan kesehatan misal program Posyandu. G. Kerangka Teori
Faktor Prediposisi (Predissposing Faktor ) Karakteristik Ibu : - Umur - Pendidikan - Pengetahuan - Pekerjaan - Pendapatan
Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe)
Faktor yang memungkinkan (Enabling faktor) - Faktor jarak - Sarana penunjang
Faktor-faktor yang memperkuat (Reinforcing faktor ) Sikap dan perilaku petugas kesehatan/kader
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian Sumber : Notoatmodjo (2002), Notoatmodjo (2007) H. Kerangka Konsep
26
Pengetahuan Pendidikan
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)
Gambar 3. Kerangka konsep penelitian.
I. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi. 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi.
27