BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asuhan Persalinan Normal 2.1.1. Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes, 2004). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2000).
2.1.2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.
Universitas Sumatera Utara
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (APN, 2007).
2.1.3. Lima Benang Merah APN Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi, yaitu membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan, dan rujukan. 1.
Membuat Keputusan Klinik Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau bermasalah), membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,
melaksanakan rencana
tindakan dan akhirnya
mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi lahir.
Universitas Sumatera Utara
2.
Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
3.
Pencegahan Infeksi Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai perlengkapan (celemek / baju penutup, kacamata, sepatu tertutup), menggunakan asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampai secara benar.
4.
Pencatatan (Dokumentasi) Pencatatan rutin adalah penting karena dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai atau efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan asuhan keperawatan. Partograf adalah bagian yang terpenting dari proses pencatatan selama persalinan.
Universitas Sumatera Utara
5.
Rujukan Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2004).
2.1.4. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Kajian kinerja petugas pelaksanaan pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JMPK-KR) dengan bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan kesenjangan kerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan klinik Asuhan Persalinan Normal. Asuhan persalinan normal ini adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan dan hipertermia serta asfiksia bayi baru lahir. Tujuan Umum Pelatihan •
Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan keamanan dalam memberikan pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit beserta rujukannya
•
Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas & sesuai dengan prosedur standar
Universitas Sumatera Utara
•
Mengidentifikasi praktek-praktek terbaik bagi penatalaksanaan persalinan dan kelahiran: -
Penolong yang terampil
-
Kesiapan menghadapi persalinan dan kelahiran serta
kemungkinan
komplikasinya
•
-
Partograf
-
Episiotomi terbatas hanya atas indikasi
Mengidentifikasi tindakan-tindakan
yang merugikan dengan maksud
menghilangkan tindakan tersebut.
2.1.5. Peralatan yang Digunakan Untuk Pertolongan Asuhan Persalinan Normal Benda-benda yang harus tersedia pada setiap kelahiran. Benda-benda tersebut dalam keadaan berfungsi baik, bersih dan disinfeksi tingkat tinggi atau steril sebagaimana mestinya. a. Partus set (di dalam wadahnya yang tertutup) : 1. Dua klem Kelly atau 2 klem Kocher 2. Gunting tapi pusat 3. Benang tali pusat atau klem pastik 4. Kateter Neraton 5. Gunting episiotomi 6. Y 2 Kocher 7. Dua pasang sarung tangan DTT atau steril 8. Kasa atau kain kecil untuk membersihkan jalan nafas
Universitas Sumatera Utara
9. Gulungan suntik 2Y 2 atau 3 ml dengan jarum 1 M sekali pakai. 10. Penghisap lendir bayi 11. Empat kain bersih 12. Tiga handuk kecil untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi. b. Partograf 1. Kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil 2. Formulir rujukan 3. Pena 4. Termometer 5. Pita pengukur (cm) 6. Dopler/monoral 7. Jam yang mempunyai detik 8. Stetoskop 9. Tensimeter 10. Sarung tangan pemeriksa bersih (5 pasang) 11. Sarung tangan rumah tangga (1 pasang) 12. Larutan Clorin (Bayclin 5,25% atau setara klorin serbuk kalsium hipoklorida 35%). c. Perlengkapan perlindungan diri penolong : 1. Masker, kaca mata dan alas kaki yang tertutup 2. Sabun cuci tangan 3. Deterjen 4. Sikat kuku dan gunting kuku
Universitas Sumatera Utara
5. Celemek plastik 6. Anater bag 7. Kantong plastik 8. Sumber air yang mengalir 9. Wadah air clorin 0,5% dan wadah DTT d. Perlengkapan bayi baru lahir 1. Balon resusitasi dan sangkup No. 0 dan 1 2. Lampu sorot 3. Tempat resusitasi e. Obat-obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan/ penanganan penyulit : 1. Delapan ampul oksitosin 1 mL 10 U (dengan 4 ampul oksitosin 2 mL U/ml) dan aquadest atau cairan garam fisiologis (Ns) untuk pengenceran. 2. Tiga botol Ringer Laktat 3. Infus set 4. Dua abokat 5. Dua ampul metil ergometrin meleat 6. Dua vial larutan magnesium sulfat 40% (25 g) 7. Enam tabung suntik 2Y 2 – 3 ml steril disposible 8. Dua tabung suntik 5 ml steril disposible 9. Satu tabung suntik 10 ml steril disposible 10. Sepuluh kapsul amoxilin/ampisilin 500 mg IV 2 gr 11. Vitamin K, 1 ampul
Universitas Sumatera Utara
12. Salep Tetrasiklin 1% 13. Satu set heating 14. Pinset 15. Benang cromik disposible ukuran 2.0 – 3.0 16. Satu pasang sarung tangan 17. Satu kain bersih (APN, 2007) Setiap bidan yang mau melakukan pertolongan persalinan, bidan tersebut harus memperhatikan lima benang merah : 1. Membuat keputusan klinik 2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi 3. Pencegahan infeksi 4. Pencatatan (rekam medis) 5. Rujukan 2.2. Fisiologis Persalinan Kala persalinan secara fisiologis dibedakan menjadi 4 (empat) bagian yaitu fisiologis persalinan Kala I, Kala II, Kala III, dan Kala IV. 2.2.1. Fisiologis Persalinan Kala I a. Persetujuan tindakan medik 1. Memperkenalkan diri selaku petugas yang akan menolong pasien. 2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan 3. Menjelaskan bahwa tindakan klinik juga mempunyai risiko 4. Memastikan bahwa suami pasien mengerti semua aspek di atas. 5. Membuat persetujuan tindakan medik dan menyimpan dalam catatan medik.
Universitas Sumatera Utara
b. Menilai kondisi ibu 1. Menilai keadaan umum dan kesadaran ibu 2. Menilai tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan) 3. Melakukan pemeriksaan tubuh secara sistematis (kepala, leher, dada, perut, anggota gerak). 4. Menentukan kondisi/diagnosis ibu. c. Melakukan periksa luar 1. Melakukan pemeriksaan Leopold 1, 2, 3 dan 4 2. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin 3. Menentukan kondisi janin ; janin di dalam atau di luar rahim, jumlah janin, letak janin (memanjang/melintang/oblik), presentasi janin
(kepala/bokong),
menilai turunnya
presentasi
janin,
menaksir berat janin. 4. Menentukan his; lama kontraksi (dalam detik), simetri, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval (dalam menit), intensitas cukup. d. Melakukan periksa dalam 1. Melakukan pemeriksaan jalan lahir; vulva dan perineum, vagina dan serviks (dengan speculum). 2. Melakukan pemeriksaan colok vagina (vaginal toucher) 3. Menilai kondisi serviks; arah, lancip/mendatar dan tebal/tipis, pembukaan serviks. 4. Menilai kondisi selaput ketuban (utuh/pecah).
Universitas Sumatera Utara
5. Menilai kondisi janin; presentasi janin, turunnya presentasi sesuai bidang Hodge, posisi presentasi, molase dan kaput sukadeneum, bagian kecil janin di samping presentasi kalau ada (tangan, tali pusat dan sebagainya), anomaly congenital. 6. Menilai kondisi panggul dalam; menilai pintu atas panggul, promontorium teraba atau tidak, ukuran konjugata diagonalis dan konjugata vera, penilaian linea inominata, menilai ruang tengah panggul, penilaian tulang sacrum, penilaian dinding samping, penilaian spina iskiadika (runcing atau tumpul), penilaian ukuran distansia interspinarum, menilai pintu bawah panggul, penilaian arkus pubis, penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak), menilai
ada/tidak
keadaan
patologik
panggul,
membuat
kesimpulan pemeriksaan panggul dalam. 7. Menilai adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan pervaginam. e. Menentukan imbang foto pelvic f. Menentukan rencana persalinan (pervaginam/perabdominal) g. Menetapkan diagnosa in partu 1. Mengetahui adanya show yaitu darah campur lendir melalui vagina 2. Menentukan his adekuat; lama kontraksi 30 – 50 detik, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval 2 – 4 menit, intensitas cukup.
Universitas Sumatera Utara
3. Menentukan pembukaan dan penipisan serviks dengan periksa dalam. 4. Menetapkan fase in partu ; fase laten, fase aktif atau kala II. h. Menilai kemajuan persalinan 1. Menilai his; dilakukan setiap jam dalam fase laten dan setiap setengah jam dalam fase aktif. 2. Menilai turunnya kepala dengan cara palpasi perut 3. Menilai pembukaan serviks dengan periksa dalam, dilakukan setiap 4 jam kecuali ada kontra indikasi. 4. Menilai terjadinya putaran paksi dalam. i. Memantau kondisi ibu 1. Menilai keadaan umum dan kesadaran ibu 2. Menghitung nadi setiap setengah jam, mengukur tensi setiap 4 jam atau lebih sering (tergantung indikasi) dan mengukur suhu aksila ibu setiap 4 jam atau lebih sering (tergantung indikasi). 3. Menilai kondisi urine; volume, kandungan protein, gula dan aseton pada keadaan tertentu, misalnya : infeksi, pre eklampsia dan diabetes melitus. Untuk menilai volume urine, ibu dianjurkan untuk buang air kecil setiap 2 – 4 jam (tanpa kateterisasi, kecuali ada indikasi). 4. Mencatat
apabila
ada
obat-obatan/cairan
intravena
yang
diberikan. 5. Mencatat bila ada pemberian oksitosin (titrasinya).
Universitas Sumatera Utara
6. Membuat kesimpulan hasil pemeriksaan kondisi ibu. j. Memantau kondisi janin 1. Menilai denyut jantung janin; dilakukan tiap 15 menit selama 1 menit setelah his selesai, menentukan frekuensi denyut jantung janin. Bila
frekuensi denyut jantung janin tidak normal yaitu
lebih dari 160 kali/menit (takikardia) atau kurang dari 120 kali/menit (bradikardia), harus dilakukan pengamatan lagi. Bila denyut jantung janin tetap abnormal dalam 3 kali pengamatan, harus segera diambil tindakan. Denyut jantung janin 100 atau kurang menunjukkan adanya gawat janin hebat, menentukan denyut jantung janin teratur atau tidak. 2. Menilai warna air ketuban apabila selaput ketuban sudah pecah (atau sengaja dipecahkan). 3. Menilai molase tulang kepala janin. 4. Menentukan ada/tidaknya gawat janin. k. Memasukkan hasil pemantauan ke lembar partograf l. Menyimpulkan hasil penilaian pemantauan 1. Bila kemajuan persalinan normal, melanjutkan pemantauan hingga tercapai kala II. 2. Bila kemajuan persalinan tidak normal; menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, merujuk pasien ke sarana pelayanan yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Fisiologis Persalinan Kala II a. Atur posisi ibu yang nyaman bagi ibu b. Ajarkan cara mengedan yang baik c. Jika pembukaan serviks sudah lengkap, dimana kepala bayi sudah lahir seluruhnya, bersihkan jalan nafas dengan kain kasa hingga bayi lahir seluruhnya, potong tali pusat, dan laku penatalaksanaan bayi baru lahir.
2.2.3. Fisiologis Persalinan Kala III a. Melakukan peregangan tali pusat terkendali b. Menilai derajat robekan dan melakukan pengheatingan c. Penilaian perdarahan
2.2.4. Fisiologis Persalinan Kala IV Yaitu pemantauan persalinan pada penilaian kontraksi uterus dan jumlah perdarahan. Setelah semua dilakukan, masukan semua data yang diperoleh selama melakukan penolongan persalinan dimasukkan di partograf (APN, 2004 dan 2007).
2.3. Hak-hak Pasien Bidan harus memperhatikan hak-hak pasien sehingga mutu pelayanan yang diberikan pada pasien dapat membuat pasien merasa puas. Hak-hak pasien itu meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Hak Informasi Hak untuk mendapatkan atau mengetahui mengenai informasi kesehatan. b. Hak akses Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan tanpa membedakan suku, agama, status perkawinan, dan lain-lain. c. Hak memilih Hak untuk memilih secara bebas memakai alat kontrasepsi yang ingin dipakainya dan tenaga kesehatan yang menanganinya, dan seterusnya. d. Hak keamanan/keselamatan Hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif. e. Hak privasi dan hak kerahasiaan Hak untuk mendapatkan konseling dan pelayanan serta mendapat jaminan tentang informasi pribadi yang akan dirahasiakan. f. Hak harkat martabat Hak untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi, perhatian dan penghargaan. g. Hak kenyamanan Untuk mendapatkan kenyamanan dalam pelayanan h. Hak kesinambungan Hak kesinambungan yaitu untuk mendapatkan jaminan ketersediaan obat kesehatan dan lain-lain secara lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
i. Hak berpendapat Hak untuk menyatakan pendapat secara bebas
2.4. Bidan dan Kebidanan Saat ini bidang dipandang sebagai sebuah profesi yang keberadaannya telah diakui secara nasional dan internasional. Menurut Klinkert; sebutan bidan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu widwan yang berarti “cakap membidan”. Mereka yang memberikan semacam sedekah bagi seorang penolong persalinan sampai bayi berusia 40 hari. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional telah diakui oleh International Federation Gynecologist and Obstetrician tahun 1973, WHO serta badan lainnya. Jadi definisi dari bidan adalah sebagai seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan. Yang kewenangannya, tugas pokok atau fungsinya dilegalisasi oleh pemerintah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Jika melakukan praktek yang bersangkutan harus melakukan registrasi untuk mendapatkan izin praktek dari lembaga yang berwenang.
2.4.1. Ciri-ciri Bidan sebagai Profesi a. Dipersiapkan melalui pendidikan formal b. Memiliki alat dalam menjalankan tugasnya yang disebut : 1. Standar Pelayanan Kebidanan 2. Kode Etik dan Etika Kebidanan
Universitas Sumatera Utara
c. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang jelas dalam menja profesinya. d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No. 900 Tahun 2002). e. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat. f. Memiliki wadah organisasi profesi. g. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal masyarakat. h. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan.
2.4.2. Karakteristik Profesionalisme yang Berkaitan Dengan Praktik a. Terbuka/menerima perubahan b. Menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis c. Mampu menyelesaikan masalah d. Mengembangkan diri secara terus-menerus. e. Mempunyai pendidikan formal f. Ada sistem pengesahan terhadap kompetensi g. Legalisasi standar praktik profesional h. Melakukan praktek dengan memperhatikan etika i. Mempunyai sanksi hukum terhadap malpraktek j. Memberikan pelayanan kepada masyarakat k. Ada izin praktik mandiri
Universitas Sumatera Utara
2.5. Faktor yang Mendukung Bidan Dalam Pelaksanaan APN 2.5.1. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh seseorang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, kemampuan tersebut harus dikembangkan secara bersamasama sehingga terbentuk manusia seutuhnya secara harmonis. Menurut konsep Amerika, pendidikan diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Kondisi tingkat pendidikan ikut menentukan tingkat partisipasi bidan di dalam berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin meningkat perhatian terhadap masalah kesehatan (Syahlan, 2002) Tingkat pendidikan yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi yang akan membuka jalan bagi individu yang bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh akan semakin baik, dan cenderung lebih banyak informasi daripada yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Hurlock, 1999).
2.5.2. Pengalaman Bekerja WHO mengatakan bahwa pengetahuan diturunkan atau diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman dari orang lain, pengalaman bekerja seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan memiliki kaitan terhadap hasil kerja yang dilakukan, semakin lama seseorang melakukan bidang kerja tertentu maka diharapkan bahwa hasil kerjanya semakin baik (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Bagi sebagian orang dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja dan bahkan belum pernah bekerja sering mengalami banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Orang dewasa yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh kepuasan lebih jauh sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan mereka yang kurang mempunyai pengalaman (Hurlock, 1999). Dalam Permenkes RI No.572/MENKES/PER/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, pada Bab IV yaitu Praktek Kebidanan Pasal 16 ayat 1 yang berbunyi “Izin Praktek Bidan berlaku 5 (lima) tahun sepanjang tidak ada perubahan sebagai mana tercantum dalam izin prakteknya dan masih memenuhi syarat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku” (Sofyan, 2001). Semakin lama seseorang menekuni suatu pekerjaan maka motivasi kerja akan semakin baik, orang yang sudah lama menekuni pekerjaan akan mengetahui kelemahan dan teknik dalam melakukan suatu pekerjaan (Hurlock, 1999).
2.5.3. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, yaitu melalui penginderaan yang terjadi melalui penginderaan manusia yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan bidan dalam pelaksanaan asuhan persalinan normal sangat menunjang bidan dalam praktek pelayanan kebidanan. Dengan pengetahuan APN yang baik maka bidan akan dapat memberikan pelayanan dengan baik pula dalam asuhan persalinan normal, sehingga pada akhirnya tujuan dari asuhan persalinan normal dapat dicapai dengan optimal (Depkes, 2004).
Universitas Sumatera Utara