BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh dana untuk menjalankan aktivitas operasi dan bisnisnya dengan cara menjual saham. Sebaliknya, para calon investor membeli saham dari perusahaan emiten disebabkan kepercayaan mereka terhadap kinerja manajemen perusahaan emiten yang diyakini akan memberikan tingkat keuntungan (return) yang optimal. Situmorang (2008) menyatakan bahwa secara teoritis pasar modal didefenisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun oleh perusahaan swasta. Horne (2005:39) mendefinisikan pasar modal sebagai: “Pasar yang berkaitan dengan utang dan instrumen ekuitas (seperti saham dan obligasi) yang relatif berjangka panjang (lebih dari satu tahun)”. Berdasarkan pengertian tersebut, peran utama dari pasar modal adalah sebagai sarana penghubung antara perusahaan emiten dengan para investor sehingga kedua belah pihak secara bersama dapat menikmati keuntungan yang seimbang. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari opersi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan bagi pemilik dana, sesuai dengan karekteristik investasi yang dipilih. Pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Pasar modal terdiri dari pasar primer atau perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar primer adalah pasar untuk surat – surat berharga yang baru diterbitkan. Dana pada pasar ini berasal dari arus penjualan surat berharga atau sekuritas (security) baru dari pembeli sekuritas (investor) kepada perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut (emiten). Pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat berharga yang sudah ada
(sekuritas lama) di bursa efek. Uang yang mengalir dari transaksi ini tidak lagi mengalir ke perusahaan penerbit efek tetapi hanya mengalir dari pemegang sekuritas yang satu kepada pemegang sekuritas yang lain.
2. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kuantitatif dimana informasi-informasi yang disajikan di dalamnya merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Laporan ini dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder), yang memerlukan informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti : a) Neraca b) Laporan Laba Rugi c) Laporan Perubahan Ekuitas d) Laporan Arus Kas e) Catatan atas Laporan Keuangan Laporan keuangan yang mengungkap lebih banyak informasi akan semakin bermanfaat. Tetapi biaya atas penyajian informasi tersebut juga akan
semakin tinggi. Semakin besar suatu usaha bisnis, akan semakin mendorong perlunya informasi akuntansi, baik sebagai dasar pertanggungjawaban ataupun sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Menurut PSAK No. 1 tahun 2002, tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : a) Aktiva Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. b) Kewajiban Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. c) Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
d) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian Pendapatan adalah aliran masuk atau pertambahan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian atas hutang dari penyerahan atau produksi barang, sedangkan beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau terjadinya utang penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan utama suatu perusahaan (FASB dalam SFAC No.6, 1985) e) Arus Kas Arus kas adalah aliran kas masuk maupun aliran kas keluar yang disebabkan oleh proses produksi maupun proses jual beli.
Informasi
tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pasa masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas dan dalam laporan perubahan ekuitas memberikan informasi nilai tingkat pengembalian terhadap ekuitas yang diharapkan tinggi oleh investor.
3. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimal yang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi, neraca dan laporan perubahan modal
yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu ( Darmadji, 2001). a. Pengukuran Kinerja Keuangan Pengertian pengukuran kinerja menurut
Munawir (1997) adalah
analisis data dan pengendalian atas kegiatan operasional perusahaan. Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan bagi para investor untuk melihat apakah investasi di perusahaan tersebut akan dipertahankan atau mencari alternative lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dilakukan oleh perusahaan untuk
memperlihatkan
kepada
pemegang
saham,
pelanggan
maupun
masyarakat bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. Pengukuran kinerja dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan selama periode akuntansi. Pengukuran kinerja dapat juga diartikan sebagai suatu penilaian yang dilakukan secara sistematis, mandiri, objektif dan berorientasi ke masa depan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu bentuk evaluasi atas aktivitas perusahaan yang telah dilakukan selama periode tertentu. Pengukuran
kinerja
perusahaan
meliputi
proses
perencanaan,
pengendalian, dan proses transaksi bagi kalangan perusahaan sekuritas, manajer keuangan, eksekutif, perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur, dan stakeholder lainnya. Pengukuran kinerja perusahaan akan digunakan oleh
stakeholders sebagai suatu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka di perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan menjadi dasar dari pendekatan fundamental dalam analisis investasi karana harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
b. Analisis Rasio Keuangan Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental. Analisis kinerja keuangan berguna bagi investor maupun calon investor agar dapat menilai apakah
manajer dapat merencanakan dan mengimplementasikan setiap
tindakan secara konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Melalui rasio keuangan tersebut, pemakai informasi keuangan akan dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan, posisi keuangan, maupun kinerja ekonomis perusahaan di masa depan (Lina Surya 2010 : 9) Kashmir (2008) membagi rasio keuangan menjadi enam kelompok. Pembagian rasio keuangan tersebut arena terdapat perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai oleh pihak internal dengan pihak manajemen. Enam kelompok rasio keuangan tersebut adalah: a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Dua jenis rasio leverage yang sering digunakan adalah: rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total asset), dan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio).
b. Rasio Leverage (leverage Ratio) Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau resiko untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya. Beberapa jenis rasio aktivitas yang sering dipakai adalah : receivable turn over, inventory turnover, days of inventory, assets turn over, working capital turn over.
d. Rasio Profitabilitas ( Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaandalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah: net profit margin (profit margin on sales), return on investment, return on equity, laba per saham (earning per share). Menurut Kasmir (2008:198) manfaat dari rasio profitabilitas ini adalah: a. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode, b. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, c. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu, d. mengetahui besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri, e. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
e. Rasio Pertumbuhan Rasio
pertumbuhan
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan pertumbuhan
perekonomian
dan
posisi ekonominya ditengah
sektor
usahanya.
Dalam
rasio
pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham.
f) Rasio Penilaian Rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi seperti: rasio harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku.
Berdasarkan pembagian rasio-rasio keuangan di atas, peneliti menggunakan rasio profitabilitas dan
rasio leverage
untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap return saham. Adapun rasio-rasio itu antara lain : a. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rumus untuk mencari debt to equity ratio adalah: Total liabilities Debt to Equity Ratio =
x 100%
Shareholder equity b.
Net Profit Margin Profit marjin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) pada periode tertentu.
Laba bersih sesudah pajak Net Profit Margin =
x 100% Penjualan
c. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut: Laba saham biasa EPS = Saham biasa yang beredar
d. Return on Investment (ROI) ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil atau (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus untuk mencari ROI dapat digunakan sebagai berikut: Earning After Interest and Tax ROI = Total Assets
e. Return on Equity (ROE) ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari ROE dapat digunakan sebagai berikut: Earning After Interst and Tax ROE = Equity
4. Saham Menurut Dharmadji (2001), saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilkik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharaga tersebut. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh oleh para investor, antara lain berupa: a. dividen, yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham b. capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya
c. manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan, dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan Di dalam praktek ada beberapa jenis saham yang dikenal, antara lain: a. saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari sau investor ke investor lainnya. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). b. saham atas nama (registered stocks) adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu yakni dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham c. saham biasa (common stock) adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersbut mempunyai hak kepemilikan atas asetaset perusahaan. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Saham
biasa
menempatkan
pemiliknya
paling
akhir
terhadap
pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Saham ini biasanya mempunyai harga nominal yang ditetapkan oleh emiten, yang disebut nilai pari, yang berbeda dengan harga perdana atau harga sebelum saham dicatatkan dibursa
efek. Jika saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya maka selisihnya disebut agio saham. d.
saham preferen (preferred stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti obligasi dan juga mendapat hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan utang (sebelum pemegang saham biasa mendapatkan haknya).
5. Harga saham Dalam penilaian saham, dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik (Jogiyanto, 2003). Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasat jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat.
Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham setelah mengalami fluktuasi, tergantung naik atau turunnya dari satu waktu ke waktu yang lain. Fluktuasi harga tergantung dari kekuatan penawaran dan permintaan. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan maka harga saham tersebut akan cendering naik, demikian pula sebaliknya apabila terjadi kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun.Harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor fundamental, utamanya pengaruh laba atau pendapatan dan deviden Saham. Menurut Jogiyanto (2003), “dalam analisis fundamental, ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (price earning ratio approach)”. Pendekatan nilai sekarang disebut juga metode kapitalisasi laba karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Nilai intrinsik suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima investor di masa mendatang. Dalam penentuan nilai intrinsik saham, investor perlu menentukan berapa besarnya tingkat return yang disyaratkan atas saham tersebut sebagai kompensasi atas resiko yang ditanggung. Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat return minimum yang diharapkan atas pembelian suatu saham.
6. Return Saham Return
( kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati
pemodal atas investasi yang dilakukannya. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto). Return memilki dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income (keuntungan lancar) berupa keuntunga yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan berupa deviden
yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental
perusahan. Bentuk dari capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang tidak ditahan atau diinvestasikan kembali tetapi dibagikan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham.
7. Teori Sinyal (Signalling Theory) Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham, dimana harga saham menjadi naik. Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam harga saham. Hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal. Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pun pihak yang berkepentingan lainnya (contoh: investor). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya, yang akan digunakan untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis, termasuk laporan arus kas karena laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga laporan arus kas seharusnya juga berguna untuk pengambilan keputusan. Investor diharapkan melaksanakan analisis terhadap laporan arus kas, sehingga mereka akan dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasinya, dengan kata lain informasi tersebut akan menyebabkan harga saham berfluktuasi.
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti berkaitan dengan return saham perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda. Sonya Krisnawati (2009) meneliti Pengaruh Kinerja keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: EPS, DER, PER, ROI, dan ROE sedangkan variabel dependennya adalah
return saham. Hasil penelitian
menunjukkan secara simultan kelima variable independennya independen tidak berpengaruh terhadap return saham. Sementara itu secara parsial, EPS, DER, ROI memiliki pengaruh terhadap return saham sementara PER dan ROE tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Yesica Marisa (2010) melakukan penelitian Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah
DER, ROE, EPS, PER, OCF, sedangkan variable dependennya yaitu return saham. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan, DER ,ROE, EPS, PER, OCF tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sementara secara parsial, DER, ROE, OCF, EPS tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hanya PER yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Lina Surya Kie (2010) meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di BEI. Yang menjadi variable independen dalam penelitian ini yaitu: ROA, ROE, NPM,
EPS, PER, PBV dan yang menjadi variable dependennya adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan maupun parsial tidak ada pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS, PER terhadap return saham. Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Sonya Krisnawati (2009)
Yesica Marisa (2010)
Lina Surya Kie (2010)
Judul Penelitian Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI
Variabel Penelitian Independen : EPS, DER, PER, ROI, ROE
Hasil Penelitian
Independen: ROA, ROE, NPM,EPS, PER,PBV
secara simultan maupun parsial tidak ada pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS, PER terhadap return saham.
secara simultan menunjukkan bahwa kelima variabel independen tidak berpengaruh terhadap return saham. Sementara itu secara parsial, EPS, DER, ROI memiliki Dependen : Return Saham pengaruh terhadap return saham sementara PER dan ROE tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Independen: Secara simultan, DER, DER,ROE,EPS,PER,OCF tidak ROE,EPS, berpengaruh signifikan terhadap PER, OCF return saham. Secara parsial, DER, ROE, OCF, EPS tidak memiliki Dependen: Return saham pengaruh terhadap return saham. Hanya PER yang berpengaruh signifikan terhadap return saham
Dependen : Return Saham
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai.
Sedangkan dalam penelitian ini,
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2003). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003). Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang diteliti (Sugiyono, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini: Debt to Equity Ratio (X1) Net Profit Margin (X2) Return Saham (Y) Earning Per Share (X3) Return On Investment (X4) Return On Equity (X5) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, di tentukan bahwa variabel DER, NPM, EPS, ROI, ROE sebagai variabel independen dan variabel return saham sebagai variabel dependennya. Pemilihan variable ini disesuaikan terhadap kriteria dari perusahaan property dan real estate itu sendiri, yaitu memiliki karekteristik cepat berubah (volatile), persaingan yang ketat, persisten dan kompleks. Semakin tinggi nilai debt to equity ratio, maka semakin kecil return saham yang akan diperoleh pemegang saham karena jumlah utang yang semakin besar menunjukkan semakin besar resiko yang harus ditanggung oleh investor. Net Profit Margin
menjadi bahan pertimbangan investor dalam
penilaian kondisi perusahaan, karena semakin besar kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak, harga sahamnya juga akan meningkat, dan dengan meningkatnya harga saham semakin meningkat pula return saham yang diperoleh. Earning Per Share digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap lembar saham yang beredar. Semakin besar tingkat kemampuan dalam menghasilkan keuntunngan per lembar saham bagi pemilkinya, maka semakin menguntungkan investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan memberikan efek positif pada return saham yang diperoleh. Return
on
Equity
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh return bagi investasi yang dilakukan oleh investor sehingga semakin tinggi ROE, maka semakin besar pula return saham yang akan
diperoleh karena ROE yang semakin besar menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut dalam mengelola modalnya. Secara keseluruhan, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan maka semakin besar return saham yang akan doperoleh pemegang saham karena kinerja keuangan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen semakin tinggi dan harga sahamnya semakin meningkat. Secara keseluruhan, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka semakin besar return saham yang akan diperoleh pemegang saham karena kinerja keuangan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen semakin tinggi dan harga saham semakin tinggi. B. Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan, dan jawaban itu masih akan diuji secara empiris kebenaranny. (Jogiyanto, 2003). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio, net profit margin, earning pershare, return on investment, return on equity memiliki pengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap return saham.