29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Famili Araceae Famili Araceae termasuk suku talas-talasan yang mencakup herba terestrial
(darat),
seperti
jenis-jenis
Homalomena
dan
Schismatoglottis,
mengapung di perairan (akuatik), seperti Pistia stratiotes L, merambat pada pepohonan (epifit) seperti jenis-jenis Epipremnum, Rhaphidophora, Photos dan Scindapsus (Mayo et al dalam Kurniawan, 2012). Suku ini biasanya tumbuh sepanjang tahun, namun ada pula yang mengalami fase istirahat (dormansi) pada musim kemarau dan tumbuh kembali pada awal musim penghujan. Mekanisme dormansi ini terjadi sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan yang kurang baik. Contoh marga yang dapat mengalami masa dormansi adalah Alocasia, Arisaema, Amorphophallus, Caladium, dan spesies-spesies Araceae yang berumbi atau rhizoma lainnya. Araceae memiliki perbungaan jantan dan betina yang tersusun dalam spadik (tongkol). Araceae adalah suku yang kosmopolit, dan sebagian besar jenisnya berada di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika.Beberapa jenisnya terdapat di daerah beriklim sedang dan dingin. Famili Araceae terdiri dari 110 marga, yang meliputi 3.200 jenis (Suhono, 2010), diantaranya Aglaonema (Marga Aglaonema), Alocasia (Marga Bira), Amorphophallus (Marga Bunga Bangkai), Anthurium (Marga Kuping Gajah), Caladium (Marga Keladi), Colocasia (marga Talas), Cryptocoryne (Marga Keladi Air), Epipremnum (Marga Tapanama), Homalomena (Marga Turiang), Lasia
29
(Marga Sampi), Monstera (Marga Monstera), Philodendron (Marga Dendrum), Pothos
(Marga
Schismatoglottis
Klabangan), (Marga
Rhaphidophora
Selempat),
(Marga
Scindapsus
Tapanama
(Marga
Silver
Tairis), vine),
Spathiphyllum (Marga Tanduk), Typhonium (Marga Keladi Tikus). Xanthosoma (Marga Kimpul). 2.1.1 Klasifikasi Famili Araceae 1. Aglaonema (Marga Aglaonema) Marga tumbuhan ini terdiri atas 21 jenis. Aglaonema ini merupakan tumbuhan hias dan beberapa jenisnya dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Di Indonesia tanaman ini disebut Sri Rejeki, yang berarti tanaman pembawa keberuntungan. Salah satu jenis Marga ini adalah Sri Rejeki Hutan (Aglaonema simplex) dengan morfologi daun berwarna hijau dengan tulang daun yang samar. Daun berbentuk lanset dengan coreng-coreng hijau muda tersebar dilembaran daunnya, bunga majemuk tak terbatas dan tergolong bunga tongkol, dan buah berada di pangkal bunga berbentuk bulat lonjong. Habitat tumbuhan ini adalah tempat-tempat terlindungi seperti di bawah tajuk rindangan hutan dengan intensitas cahaya yang rendah berkisar antara 10 – 30%, kelembaban 50 – 70%, suhu 28 – 30˚C (basriman, 2011) (Gambar 2.2). Klasifikasi
Aglaonema
simplex
taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Filum
: Plantae
Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Spermatophyta : Monocotyledoneae : Araceales : Araceae : Aglaonema :Aglaonema simplex
berdasarkan
kedudukannya
dalam
29
Gambar 2.2 Aglaonema simplex (Suhono dkk, 2010). 2. Alocasia (Marga Bira) Marga ini terdiri dari 70 jenis, salah satunya Sente (Alocasia macrorrhizos), tumbuhan ini merupakan tumbuhan hias dan beberapa jenisnya dimanfaatkan sebagai tanaman pangan. Secara umum morfologi Sente (Alocasia macrorrhizos) yaitu berdaun besar, sampai 1,2 x 2 m berbentuk bulat menjantung, urat-urat daunnya sangat jelas. daun berwarna hijau tua, sedangkan dibagian bawahnya hijau kusam, memiliki tangkai daun yang panjang mencapai 0,4 - 1 m. Berbunga jantan dan betinanya terletak pada tongkol yang bertangkai cukup panjang yang keluar diujung batang. Buah berbentuk bulat telur dengan warna jingga bila sudah masak. Buah hanya berisi satu biji. Habitat tumbuhan ini lebih menyukai lingkungan yang basah dan dapat ditemukan pada tepi sungai, danau, dan lereng gunung yang agak lembab. Kisaran ketinggian sampai 2000 m dpl (Gambar2.3).
29
Klasifikasi Alocasia macrorrhizos berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
:Plantae :Magnoliophyta :Liliopsida :Arales : Araceae : Alocasia : Alocasia macrorrhizos (L) G. Don
Gambar 2.3 Alocasia macrorrhizos (Suhono dkk, 2010). 3. Amorphophallus (Marga Bunga Bangkai) Marga ini meliputi 176 jenis. Salah satunya adalah Bunga bangkai (suweg) (Amorphophallus paeoniifolius) dengan morfologi berdaun tunggal, tangkai daun berwarna hijau yang dihiasi oleh bintik dan coreng berwarna putih, tangkai daun berbintil-bintil. Daun berbagi tiga sehingga seolah-olah terdiri atas tiga anak daun, daun berwarna hijau terang, tangkai daun berdiameter 5 - 10 cm dengan tinggi mencapai 1 - 2 m. Batang tumbuhan ini kecil dan pendek, tidak terlihat karena terkubur di dalam tanah, berakar serabut. Bunga bangkai memiliki bunga sedang, bunga muncul setelah daun mati dengan tinggi sekitar 40 - 70 cm. Bunga berwarna cokelat kemerahan terdiri atas dua bagian, yaitu seludang dan tongkol. Bunga suweg mengeluarkan bau busuk seperti bangkai.
29
Amorphophallus tumbuh di tepi-tepi hutan, hutan jati dan beberapa naungan, dengan ketinggian dapat mencapai (700 - 900) m dpl. Syarat tumbuh tumbuhan ini rata-rata suhu optimal berkisar dari 25-35°C, dengan suhu optimal tanah 22-30°C. Tumbuhan ini sangat cocok tumbuh pada tanah liat berpasir yang mempunyai pH 6-7.5 (Gambar2.4). Klasifikasi Bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arales : Araceae : Amorphophallus :Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson
Gambar 2.4 Amorphophallus paeoniifolius (Suhono dkk, 2010). 4. Anthurium (Marga Kuping Gajah) Marga ini terdiri dari 800 jenis. Salah satunya adalah Kuping gajah kristal (Anthurium crystallium). Tanaman ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias dengan morfologi daun besar dengan ukuran panjang mencapai 60 cm dengan lebar 30 cm dengan bentuk seperti jantung atau membulat berwarna hijau. Permukaan daun
29
memiliki urat-urat (vena) berwarna putih kekuningan. Lembaran daun tebal. Tangkai daun panjang sekitar 30 - 60 cm. Batang pendek berwarna merah kecokelatan. Bunga bertangkai panjang sekitar 15 - 40 cm, seludang bunga berwarna putih kekuningan. Tongkol bunga berbentuk silinder dengan panjang 5 7 cm dengan lebar 7 mm. Buah berukuran kecil berbentuk bulat telur dengan ukuran 5 mm dan berbiji. Tumbuhan ini dapat tumbuh mulai dari daerah pantai sampai daerah pegunungan 0 – 2.050 m dpl. Beberapa jenis tumbuhan ini dapat ditemui tumbuh liar ditepian jalan, tepi sungai. Umumnya jenis-jenis dari tumbuhan ini tumbuh sebagai tanaman epifit dan tumbuh di tanah. (Gambar2.5). Klasifikasi Anthurium crystallium berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arales : Araceae : Anthurium : Anthurium crystallium Lindl. & Andre
Gambar 2.5Anthurium crystallium (Suhono dkk, 2010).
29
5. Caladium (Marga Keladi) Marga ini terdiri atas 12 jenis, salah satunya Keladi dwiwarna atau keladi hias (Caladium bicolor) yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Morfologi tanaman ini yaitu daunnya berbentuk jantung, tangkai daun berukuran 20 - 50 cm. Batang tidak tampak, karena tangkai daun tumbuh langsung dari umbinya yang terkubur di dalam tanah. Bunga jantan dan betina terletak pada tongkol bunga yang berbentuk silindris. Tongkol bunga panjangnya 5 - 7 cm seludang bunga berwarna putih kekuningan dengan panjang 3 - 5 cm. Buah berbentuk lonjong dengan ukuran 0,5 - 0,8 mm dan berwarna kuning kemerahan. Tumbuhan ini tumbuh pada daerah yang lembab seperti di tepi sungai, danau atau empang. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 21 - 31°C, intensitas matahari sekitar 50-70% (Suhono dkk 2010) (Gambar 2.6). Klasifikasi Keladi dwiwarna atau keladi hias (Caladium bicolor) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Monocotyledoneae : Arales : Araceae : Caladium : Caladium bicolor
Gambar 2.6 Caladium bicolor (Suhono dkk, 2010)
29
6. Colocasia (Marga Talas) Marga ini terdiri atas 6 jenis, salah satunya Talas (Colocasia esculenta). Jenis marga ini dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan. Morfologi tumbuhan ini yakni batang tidak tampak karena tertanam di dalam tanah. Daun bertangkai panjang dengan bentuk bulat menjantung atau terkadang segi tiga menjantung. Daun berwarna hijau, bagian bawahnya berwarna hijau pucat. Ukuran daun bervariatif. Tangkai daun melekat pada pangkal daun agak ke tengah dan berwarna hijau kekunigan, kemerahan, hijau dan ungu. Setiap tumbuhan talas berdaun 2 - 5 lembar. Bunga talas berupa tongkol berseludang berbentuk lanset dengan warna kuning pucat. Tongkol mirip batang panjang dengan ujung meruncing. Tangkai bunga berukuran panjang 15 - 60 cm, keluar dari ketiak daun. Buah berupa buni berwarna hijau, berukuran 0,5 cm dan menggantung pada bonggol bunga. Setiap buah berisi satu biji. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan primer, sekunder, di lahan-lahan kosong, atau disekitar perbukitan maupun pegunungan. Tumbuhan talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-300C dan kelembaban tinggi (Gambar 2.7). Klasifikasi Talas (Colocasia esculenta) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Devisi Kelas Order Family Genus Spesies
: Plantae : Angiospermae : Monocotyledoneae : Alismatales : Araceae : Colocasia : C. Esculenta
29
Gambar 2.7 C. Esculenta (Suhono dkk, 2010)
7. Cryptocoryne (Marga Keladi Air) Marga ini terdiri atas 45 jenis, salah satunya Keladi air (Cryptocoryne ciliata). Tumbuhan ini hidup di air, merupakan tanaman hias akuarium. Morfologi tumbuhan ini adalah daun berwarna hijau dengan bentuk lanset dan berukuran 15 x 15 cm. Lembaran daun berdaging dan licin. Bunga bertongkol. Tumbuhan ini berbiji dan berakar rimpang. Keladi air banyak terdapat di daerah perairan seperti sawah, tepi sungai, tepi danau, dan di daerah dekat pantai (Gambar 2.8). Klasifikasi Keladi air (Cryptocoryne ciliata) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae :Magnoliophyta :Liliopsida :Arales :Araceae : Cryptocoryne :Cryptocoryne ciliata Fischer
29
Gambar 2.8 Cryptocoryne ciliata (Suhono dkk, 2010) 8. Epipremnum (Marga Tapanawa) Marga ini beranggotakan 20 jenis, salah satunya adalah Tapanawa emas (Epipremnum pinnatum aureum) dengan morfologi tapanawa ini merambati pohon, daun berbentuk jantung dan berwarna hijau bercoreng kuning, tongkol bunga berbentuk silindris, buah berukuran kecil dan berbiji. Tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Marga ini merupakan tumbuhan epifit. Tumbuhan ini mendiami hutan-hutan basah tropis yang lembab (Gambar2.9). Klasifikasi Epipremnum pinnatum aureum berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingkom Devisi Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Angiospermae : Alismatales : Araceae : Epipremnum : E. pinnatum aureum (Linden & Andre)
29
Gambar 2.9 E. pinnatum aureum (Suhono dkk, 2010). 9. Homalomena (Marga Turiang) Marga ini terdiri atas 110 jenis, salah satunya Turiang (Homalomena cordata) yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan obat. Morfologi tumbuhan ini yaitu, batang berwarna coklat kemerahan, pada batang terdapat akar serabut, daunnya berpelepah pada pangkalnya. Daun berbentuk jantung dengan warna hijau atau hijau kecokelatan dan mengkilap. Ukuran panjang daun 15 - 25 cm. Daun bertangkai cukup panjang 15 - 30 cm. Bunga berupa tongkol dengan seludang berwarna cokelat kemerahan. Buahnya berbentuk bulat telur dengan warna merah atau kuning dan buah berisi 1 - 5 biji (Gambar 2.10). Klasifikasi Homalomena cordata berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
:Plantae :Magnoliophyta :Liliopsida :Arales : Araceae : Homalomena : Homalomena cordata Schott.
29
Gambar 2.10 Homalomena cordata (Suhono dkk, 2010). 10. Lasia (Marga Sampi) Marga ini hanya terdiri 2 jenis, salah satunya Sampi (Lasia spinosa). Morfologi tumbuhan ini batang berduri, daun berwarna hijau dan bervariatif, berbentuk segi tiga runcing atau seperti mata tombak, bunga bertongkol, buah berbentuk mirip piramid berujung lancip. Panjang daun 65 - 30 cm. Panjang tangkai tongkol bunga sekitar 45 cm. Seludang tongkol bunga berwarna merah kehitaman dibagian luarnya, sedangkan dibagian dalam berwarna kuning muda dengan panjang 18 - 35 cm. Bunga bertongkol berkelamin ganda. Buah berbentuk piramid berujung lancip dengan ukuran 1,5x1 cm. Buah berisi biji. Jenis tumbuhan ini merupakan tumbuhan rawa yang umumnya tumbuh liar di daerah berair di sekitar sawah dan tepi sungai (Gambar 2.11). Klasifikasi Lasia spinosa berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
:Plantae :Magnoliophyta :Liliopsida :Arales : Araceae : Lasia : Lasia spinosa (L.) Thwaites
29
Gambar 2.11 Lasia spinosa (Suhono dkk, 2010). 11. Monstera (Marga Monstera) Marga ini memiliki sekitar 10 jenis, salah satunya Monstera enak (Monstera deliciosa). Morfologi tumbuhan ini adalah daunnya berbentuk bulat telur atau lonjong dengan cangap-cangap disisi daunnya. Bertongkol bunga yang berisi bunga jantan dan betina. Buah berukuran 1 - 2 cm, berbentuk bulat telur sampai lonjong yang duduk pada tongkol buah. Tumbuhan ini tumbuh dengan membelit dan memanjat pada batang pohon-pohon besar (Gambar 2.12). Klasifikasi
Monstera
enak
(Monstera
deliciosa)
kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Devisi Kelas Ordo Family Genus Spesies
: Plantae : Angiospermae : Monocotiledonae : Alismatales : Araceae : Monstera : Monstera deliciosa
berdasarkan
29
Gambar 2.12 Monstera deliciosa (Suhono dkk, 2010)
12. Philodendron (Marga Dendrum) Marga ini terdiri dari 500 jenis, salah satunya adalah Dendrum (Philodendron selloum) dengan morfologi, berbatang nampak jelas, dapat mencapai 4 m. Batang memiliki bekas-bekas daun yang telah gugur. Batang tidak berzat kayu dan berwarna cokelat. Daun mempunyai tangkai yang panjang, terkadang ditutupi sisik-sisik. Bentuk daun bervariasi seperti melonjong, menjantung, berwarna hijau dengan panjang mencapai 1 m lebih, lembaran daun tebal dengan tangkai bersaluran diatasnya, daun muda dibungkus oleh seludang daun. Tumbuhan ini tumbuh pada tanah berhumus yang sedikit lembab (Gambar 2.13). Klasifikasi Philodendron selloum berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
:Plantae :Magnoliophyta :Liliopsida :Arales : Araceae : Philodendron : Philodendron selloum Koch.
29
Gambar 2.13 Philodendron selloum (Suhono dkk, 2010). 13. Pothos (Marga Klabangan) Marga ini terdiri atas 70 jenis tumbuhan, salah satunya adalah Klabangan (Pothos scandens L.) dengan morfologi, batang klabangan berliku-liku dengan panjang mencapai 5 - 20 m. Daun berbentuk lanset berwarna hijau dan bertangkai. Tumbuh memanjat dan menjalar dengan membelit pada batang tanaman maupun dinding berbatu dengan bantuan akar lekatnya. Batang pada tiap tangkai daunnya berbuku-buku dan pada tiap buku tumbuh akar lekatnya. Bunga berupa tongkol, tongkol berukuran kecil dan berwarna kuning, berseludang, seludang berwarna hijau. Buah lonjong berukuran 7 - 15 mm. Biji kecil dan fertil. Tumbuhan ini banyak tumbuh liar di hutan-hutan Indonesia (Gambar 2.14). Klasifikasi Klabangan (Pothos scandens L.) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arales : Araceae : Pothos : Pothos scandens L.
29
Gambar 2. 14 Pothos scandens (Shono dkk, 2010). 14. Rhaphidophora (Marga Tapanawa tairis) Marga ini memiliki sekitar 120 jenis, yang merupakan jenis-jenis merambat. Salah satunya Tapanawa tairis (Rhaphidophora korthalsii). Morfologi jenis ini yaitu daunnya berbentuk bulat telur, menempel langsung pada batang pohon dan berselang seling. Helaian daun dewasa akan terpecah-pecah menyerupai bentuk daun majemuk, padahal daunnya merupakan daun tunggal. Panjang daun 94 x 14 cm dengan lebar 1 - 10 cm. Bunga bertongkol dan berseludang, seludang berfungsi melindungi bakal buah. Bunga biasa muncul pada ujung tunas batang dengan jumlah satu sampai beberapa perbungaan. Anggota marga ini merupakan jenis-jenis yang merambat dan tumbuh di daerah hutan pantai sampai di hutan pegunungan 20 – 1.700 m dpl (Gambar 2.15). Klasifikasi Tapanawa tairis (Rhaphidophora korthalsii) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arales : Araceae : Rhaphidophora : Rhaphidophora aurea
29
Gambar 2.15 Rhaphidophora aurea (Shono dkk, 2010) 15. Schismatoglottis (Marga Selempat) Marga ini memiliki 120 jenis, salah satunya Selempat (Schismatoglottis calyptrata). Morfologi tumbuhan ini tangkai daun dengan panjang sekitar 50 cm berwarna hijau, helaian daunnya mempunyai panjang 13 - 25 cm, pada bagian dekat tangkai daun lebih melebar dan lebar daun 7 - 18 cm. Warna dan corak daun beragam, mulai dari hijau polos sampai dengan hijau yang dikombinasikan dengan garis putih berbentuk pita memanjang dikedua sisi daun. Bunga tongkol dan seludang. Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang lembab, di lantai hutan yang basah dan terkadang pada bebatuan di aliran sungai (Gambar 2.16). Klasifikasi
Selempat
(Schismatoglottis
calyptrata)
kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arales : Araceae : Schismatoglottis : Schismatoglottis calyptrata Z et M.
berdasarkan
29
Gambar 2.16 Schismatoglottis calyptrata (Suhono dkk, 2010)
16. Scindapsus (Marga Silver vine) Marga ini memiliki 36 jenis, salah satunya adalah Silver vine (Scindapsus pictus). Tumbuhan ini merambat, daunnya berwarna hijau tua keabu-abuan dengan bercak-bercak berwarna putih keperakan yang tersebar tidak beraturan dipermukaan daun. Daun tidak terlalu besar, berbentuk seperti hati dengan ukuran 25 x 15 cm. Tangkai daun relatif lebih pendek dari helaian daunnya, pada sisi bagian atas terdapat alur menyerupai saluran. Marga ini merupakan tumbuhan merambat dan terkadang menjalar di atas bebatuan, sering dijumpai di hutanhutan lembab atau kering (Gambar 2.17). Klasifikasi Silver vine (Scindapsus pictus) berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arales : Araceae : Scindapsus : Scindapsus pictus Hassk.
29
Gambar 2.17 Scindapsus pictus (Suhono dkk, 2010). 17. Spathiphyllum (Marga Tundak) Marga ini memiliki 36 jenis, salah satunya Tundak (Spathiphyllum commutatum). Morfologi tumbuhan ini yaitu memiliki daun yang berbentuk lonjong sampai agak lanset. Lembaran daunnya tebal, kaku dan mengkilap. Daun berwarna hijau tua dengan ukuran 40 - 90 cm, tinggi tumbuhan ini 0,5 - 1,5 m. Batang pendek dan terkubur dalam tanah. Tangkai-tangkai daunnya seolah-olah tumbuh langsung dari tanah. Berumbi kecil, dari umbi keluar akar rimpang yang kemudian tumbuh anakan. Bunga tongkol berwarna putih dengan seludang tongkol bunga juga berwarna putih. Tongkol bunga berisi bunga-bunga kecil yang berkelamin ganda. Buah berbiji sedikit. Tumbuhan ini dapat ditemukan mulai dari daerah pantai sampai pegunungan 5 – 1.200 m dpl (Gambar 2.18). Klasifikasi
Tundak
(Spathiphyllum
commutatum)
kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Plantae :Magnoliophyta :Liliopsida :Arales :Araceae :Spathiphyllum : Spathiphyllum cannifolium
berdasarkan
29
Gambar 2.18 Spathiphyllum cannifolium (Suhono dkk, 2010) 18. Typhonium (Marga Keladi Tikus) Marga ini terdiri atas 89 jenis, salah satunya Keladi tikus (Typhonium flagelliforme) dengan morfologi, daun berbentuk jantung dengan ujung daun lancip dan pangkal daunnya bertakik. Batang tidak tampak karena tangkai daun langsung tumbuh dari umbi yang terkubur dalam tanah. Ukuran panjang daun 4 10 cm dan berwarna hijau. Tangkai daun panjang, berukuran 5 - 25 cm. Bunga tongkol berbentuk silindris berwarna putih kekuningan dengan panjang 5 - 20 cm. Seludang berwarna hijau kekuningan.Buah berwarna hijau keputihan. Buah buni mengandug 1 - 2 biji. Tumbuhan ini juga memiliki umbi dan akar rimpang Tumbuhan ini bnyak tumbuh di daerah pantai, di tepi sungai, sawah, tepi saluran irigasi dan di tepi jalan (Gambar 2.19). Klasifikasi Typhonium flagelliforme berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Dicotyledonae : Arales : Araceae : Typhonium : Typhonium flagelliforme (Lodd.) BL
29
Gambar 2.19 Typhonium flagelliforme (Suhono dkk, 2010). 19. Xanthosoma (Marga Kimpul) Marga ini terdiri atas 50 jenis, salah satunya adalah Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) merupakan tumbuhan menahun dengan morfologi, daun berbentuk seperti jantung berwarna hijau, letak tangkai daun kimpul berada di dekat pangkal daun dan berumbi, umbinya dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Tumbunan ini hidup dengan merumpundengan akar rimpang yang mengeluarkan tunas-tunas disekitar tanaman induknya (Gambar 2.20). Klasifikasi Xanthosoma sagittifolium berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae :Spermatophyta :Monocotyledoneae :Arales :Araceae :Xanthosoma : Xanthosoma sagittifolium L.
29
Gambar 2.20 Xanthosoma sagittifolium L. (Suhono dkk, 2010).
2.1.2 Peran Araceae Keberadaan tumbuhan bawah seperti Araceae di lantai hutan dapat berfungsi
sebagai
penahan air hujan dan
aliran permukaan
sehingga
meminimalkan bahaya erosi. Daun-daun tumbuhan dan herba menyaring teriknya sinar matahari sehingga hanya sebagian sinar matahari yang sampai pada lahan terbuka, dan dengan penyaringan sinar matahari tersebut maka suhu udara dan tanah tidak terlalu tinggi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah (Dahlan, 2011). Selain fungsi ekologi, Araceae ini memiliki peran atau manfaat bagi masyarakat antara lain sebagai tanaman hias, seperti Aglaonema, Alocasia, Anthurium, Homalomena, Schismatoglottis, Epipremnum, Monstera dan Philodendron. Jenis-jenis marga tersebut telah lama dibudidayakan secara komersial baik sebagai tanaman hias indoor maupun outdoor. Sebagai obatobatan, seperti Arisaema, Lasia, Homalomena dan Typhoniumkhusunya daun dan akarnya yang berfungsi untuk mengobati encok, bengkak, dan sakit perut. Sebagai bahan makanan yaitu pada bagian umbinya, seperti Colocasia, Xanthosoma,
29
Alocasia, Amorphophallus dan Cyrtosperma. Umbi dari jenis-jenis tersebut memiliki nilai gizi karbohidrat yang tinggi, protein dan sedikit lemak (Sudarsono, 2009). 2.1.2 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Tumbuhan Famili Araceae Faktor lingkungan sangat mempengaruhi keberadaan suatu spesies karena merupakan prasyarat tumbuhan tersebut untuk dan berkembang. Seperti yang dikemukakan (Katili dalam Sulingo, 2012) agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik, masing-masing spesies membutuhkan persyaratan tumbuh yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya efesiensi alokasi energi untuk pertumbuhannya. Komposisi
dari
keanekaragaman
jenis
tumbuhan
bawah
sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban yang relatif tinggi, suhu udara berkisar 25 – 300C, pH tanah 5 – 7,5, tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Pada komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang oleh lapisan-lapisan tajuk pohon yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya, sedangkan cahaya matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi (Gusmaylina dalam Nirwani, 2011). 2.2 Identifikasi Tumbuhan Identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas suatu tumbuhan dalam hal ini meliputi penentuan nama yang benar dan tempat
29
yang tepat dalam sistem klasifikasi. Dari banyaknya tumbuhan yang ada di bumi ini, tentu ada yang telah kita kenal dan ada pula yang tidak kita kenal, dan yang kita kenal belum tentu orang lain mengenalnya begitu juga sebaliknya. Bahkan mungkin ada tumbuhan di dunia ini yang belum diketahui identitasnya oleh dunia ilmu pengetahuan. Menurut Tjitrosoepomo (2005) ada dua kemungkinan yang akan di hadapi oleh setiap orang yang akan mengidentifikasikan suatu tumbuhan yaitu: 1. Tumbuhan yang akan ia identifikasikan itu belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, jadi belum ada nama ilmiahnya, juga belum ditentukan tumbuhan itu berturut-turut dimasukkan dalam kategori yang mana. 2. Tumbuhan yang akan ia identifikasikan itu sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, sudah ditentukan nama dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen yang riil, baik spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam bejana yang berisi cairan pengawet, seperti formalin atau alkohol. Tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, pelaku identifikasi biasanya membuat deskripsi di samping gambar-gambar terinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya yang atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan berturut-turut ke atas dimasukkan kategori yang mana (marga, suku, bangsa, dan kelas serta divisinya). Penentuan nama jenis dan tingkatan
takson
harus
(Tjitrosoepomo, 2005).
sesuai
dengan
ketentuan
yang
telah
berlaku
29
Selanjutnya menurut Tjitrosoepomo (2005) untuk mengidentifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal, tetapi telah diketahui oleh dunia ilmu pengetahuan ada beberapa sarana yang dapat digunakan antara lain: a. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan kita, dengan membawa spesimen tumbuhan yang ingin kita ketahui identitasnya kepada seorang ahli tersebut. b. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan. c. Mencocokkan dengan deskripsi dan gambar-gambar yang ada dalam bukubuku flora atau monografi yang dianggap sesuai. d. Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan. e. Penggunaan lembar identifikasi jenis yaitu gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama, klasifikasi, deskripsi dan keterangan-ketrengan lain yang berhubungan dengan jenis yang bersangkutan.