BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perancangan Lansekap 2.1.1 Definisi Lansekap Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar, elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980 dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika (Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari sifat karakter sebagian permukaan bumi Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lansekap mencakup semua elemen pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan (artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya (termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian – pengertian beberapa ahli diatas dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu
Universitas Sumatera Utara
perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam, baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.
2.1.2 Elemen Lansekap Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemenelemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di sebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat dibedakan berdasarkan karakter menjadi : 1) Material Lunak (soft material) Terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di perhatikan. 2) Material Keras (hard material) Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti : tanah, batuan, pekerasan/paving, jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya. Ashihara (dalam Susanti, 2000) di dalam bukunya membagi elemen lansekap ke dalam tiga bagian :
Universitas Sumatera Utara
1) Hard Material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan pergola 2) Soft Material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya 3) Street Furniture : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman, lampu taman, kolam, dan sebagainya Menurut Hakim (1993) pembagian elemen lansekap didasari oleh unsur tata hijau dalamnya, yaitu : A. Elemen Keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan adalah fungsi dan estetika (Hakim & Utomo 2003). 1. Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu pemakaian pada siang atau malam hari 2. Estetika, yaitu bentuk desain, ukuran/patokan umum, material (bentuk, tekstur, dan warna), keamanan konstruksi, pola (pattern) B. Elemen Lunak (soft material) yang berupa tanaman. Pemilihan jenis tanaman didasari oleh fungsi dan peletakan tanaman. Adapun fungsi tanaman terbagi sebagai berikut : a. Pengendali Pandangan - Menahan silau yang berasal dari matahari, lampu, pantulan sinar dari perkerasan - Membatasi Ruang, sebagai dinding (border), atap (canopy dari bentuk pohon dan pergola) dan lantai (rumput dan ground cover) - Membentuk kesan “privacy”
Universitas Sumatera Utara
- Menghalangi pandangan dari hal – hal yang tidak menyenangkan seperti sampah, galian, pembangunan, dan sebagainya. b. Pembatas Fisik - Mengendalikan
pergerakan
manusia
dan
hewan,
sebagai
penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan c. Pengendali Iklim - Menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkannya sehingga menghasilkan suhu yang lebih rendah - Menahan,
menyerap,
dan
mengalirkan
angin
dengan
memperhatikan tinggi, bentuk, jenis, dan kepadatan/lebar. - Mengendalikan kelembaban d. Pengendali Suara - Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan. Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif menyerap kebisingan. e. Penyaring Bau dan Debu f. Pemberi Udara Segar g. Pencegah Erosi - Mengikat tanah sehingga memperkokoh tanah dan tahan terhadap aliran air di dalam tanah dan tiupan angin. - Menahan air hujan agar tidak langsung ke atas tanah h. Habitat Hewan
Universitas Sumatera Utara
-
Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan bagi hewan dan sebagai tempat perlindungan hewan i. Nilai Estetis
-
Menambah kualitas lingkungan dari segi warna, bentuk, tekstur, dan skala
-
Meningkatkan nilai estetis taman dengan kombinasi beberapa tanaman dan juga elemen lansekap lainnya
-
Menciptakan pola (pattern) bayangan pada dinding, lantai dan sebagainya yang dapat berubah-ubah akibat dipengaruhi angin dan waktu.
-
Menciptakan suatu pemandangan yang menarik dari pola bayangan tanaman dan refleksi dari air yang ada di kolam
-
Mempertinggi kualitas lingkungan dengan memilih dan menempatkan beberapa jenis tanaman saja dan mengelompokkannya
2.2 Teori Perkembangan Anak Dalam penelitian tesis Weaver (2000) perkembangan anak dibagi ke dalam empat aspek. Rumusan tahapan perkembangan anak usia 7 – 12 tahun adalah sebagai berikut : 1) Perkembangan Fisik -
Pertumbuhan perlahan dan terus – menerus.
-
Keterampilan motorik lebih halus dan terkoordinasi.
Universitas Sumatera Utara
-
Mampu olah raga fisik dan atletik berupa bersepeda, berenang, skating, bermain baseball, tenis, basket, dan lain - lain.
-
Pengendalian yang lebih atas tubuh, memungkinkan anak untuk duduk dan memperhatikan dalam beberapa waktu.
-
Menguasai keterampilan motorik halus, seperti mengikat tali sepatu, mengancing baju, menulis huruf kursif (tegak bersambung), dan mengetik.
-
Bisa menggunakan tangan secara mandiri/bebas.
-
Dapat bekerja pada detail kerajinan halus dan memainkan alat musik.
2) Perkambangan Bahasa -
Memori dan logika lebih baik.
-
Kosa kata, sintaks, dan tata bahasa terus meningkat.
-
Lebih terampil dalam belajar membaca dan menulis.
3) Perkembangan Kognitif -
Dapat menerapkan cara/tindakan logis untuk masalah yang berhubungan dengan dunia nyata secara pribadi
-
Memahami konservasi (pemeliharaan atau perlindungan), kemampuan mempertimbangkan, dan perubahan
-
Dapat mengurutkan dan mengelompokkan
-
Memiliki pemahaman yang baik tentang angka
-
Dapat mempelajari aturan dalam sebuah permainan, tetapi hanya dapat menggunakan satu langkah pada satu waktu (tidak bisa melihat kemungkinan langkah ke depan)
4) Perkembangan Sosial/Psikologi
Universitas Sumatera Utara
-
Harga diri yang meningkat
-
Rasa percaya diri yang berkembang
-
Teman sebaya menjadi sangat penting
-
Pola pertemanan mulai muncul
2.2.1 Karakteristik Anak Sekolah Dasar Pada umumnya anak dengan usia antara 6 – 12 tahun menjalani tahapan awal dalam pendidikan yaitu menjadi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri. Karakter menurut KBBI adalah watak, tabiat atau sifat-sifat kejiwaan. Poedjawijatna (2003) mengatakan karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Karakteristik siswa adalah merupakan semua watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalah kehidupannya setiap saat. Perbuatan manusia tidak akan lepas dari kondrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa dipungkiri bentuk dan karakter siswa juga berbeda-beda (Hanurawan, 2007). Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Sumantri dan Sukmadinata (dalam Wardani, 2012), yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3) senang bekerja dalam kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung 1. Senang bermain. Karakteristik ini mengharuskan pihak yang melaksanakan kegiatan pendidikan menggunakan kegiatan pembelajaran yang sarat dengan unsur permainan didalamnya, terutama untuk siswa kelas rendah (1 – 3). Pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
sebaiknya menggunakan metode yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal belajar sebaiknya di susun dengan bergantian antara pelajaran yang serius seperti matematika, agama, dengan pelajaran yang sarat dengan unsur permainan seperti olah raga, keterampilan dan seni budaya. 2. Senang bergerak. Berdasarkan perkembangan fisik menurut Weaver (2000) anak hanya dapat duduk diam dan memperhatikan beberapa waktu saja, oleh karena itu sebaiknya merancang metode belajar yang memungkinkan anak untuk berpindah atau bergerak. Anak–anak yang disuruh untuk duduk diam untuk waktu yang lama akan merasakannya sebagai siksaan. Rata-rata anak menghabiskan 40 menit/hari di halaman sekolah untuk melakukan aktifitas fisik (Dessing, et.al, 2013). Sebagian besar permainan anak–anak membutuhkan pergerakan yang signifikan, seperti berkejar-kejaran, menangkap bola, dan sebagainya. 3. Anak senang bekerja dalam kelompok. Masa pencapaian perkembangan anak 6 – 12 tahun juga ditandai dengan teman sebaya menjadi sangat penting. Dalam pertemanannya dengan teman– teman
sebaya,
anak
belajar
proses
sosialisasi.
Aktifitas–aktifitas
yang
berkelompok juga mulai sering muncul dalam kegiatan sehari–harinya seperti dalam hal belajar dan bermain. 4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Dilihat dari teori perkembangan kognitif, dari apa yang dipelajari di sekolah, anak dapat menghubungkan logika/konsep baru dengan logika/konsep lama. Berdasarkan hal ini, anak akan memahami pemeliharaan atau perlimdungan,
Universitas Sumatera Utara
mampu mempertimbangkan dan dapat membentuk konsep – konsep mengenai angka, ruang, waktu, dan sebagainya. Bagi anak penjelasan/teori mengenai sesuatu akan lebih dimengerti jika dilakukan sendiri atau mempraktekannya. 2.3 Kompetensi Pendidikan Sekolah Dasar Pendidikan di sekolah dasar harus melayani kebutuhan pendidikan anak agar
dapat
mengembangkan
potensi
anak
secara
maksimal.
Dalam
menyelenggarakan pendidikan, sekolah dasar memiliki indikator atau tolak ukur yang dinilai dari kompetensi dasar peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang telah di tentukan. Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi kelulusan mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Benyamin Bloom pada tahun 1956 mengemukakan tiga tujuan pendidikan, yang disebut Taksonomi Bloom, tersebut yaitu afektif sebagai ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, kognitif sebagai ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) atau pengetahuan, dan psikomotorik sebagai ranah yang berkaitan dengan keterampilan dan berhubungan dengan aktifitas fisik.
No
Table 2.1 Karateristik Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kelompok Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai Mata Pelajaran
1
Agama dan Akhlak Mulia
Pendidikan Agama
Afektif dan Kognitif
2
Kewarganegaraan dan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaraan
Afektif dan Kognitif
3
Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Penjas Orkes
Psikomotorik, Afektif, dan Kognitif
Universitas Sumatera Utara
4
Estetika
Seni Budaya
Afektif dan Psikomotorik
5
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Matematika IPA, IPS, Bahasa ,TIK
Afektif, Kognitif, dan/atau Psikomotorik
(Sumber : Depdiknas, 2009) Dari segi sarana dan prasarana sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 mengenai sarana dan prasarana untuk sekolah dasar mensyaratkan adanya tempat bermain/berolahraga. Tempat tersebut, yang berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara dan kegiatan ekstrakurikuler, berupa ruang terbuka yang sebagian di tanami pohon penghijau. Termpat tersebut juga dilengkapi dengan sarana, seperti tiang bendera beserta benderanya, peralatan bola voli, peralatan senam, peralatan atletik, perlengkapan seni budaya, peralatan keterampilan, pengeras suara dan tape recorder. 2.4. Hubungan Desain Lansekap dengan Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Tingkat aktifitas fisik anak – anak di halaman sekolah lebih tinggi dari pada aktifitas di bagian sekolah yang lain dalam satu hari (Dessing, et. al, 2013). Lansekap memiliki kesempatan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung cara – cara belajar anak. Weaver (2000) merumuskan aspek dari perancangan lansekap pendidikan apa saja yang dapat di terapkan untuk mengakomodasi bermain anak dalam mendukung perkembangan anak (lihat tabel 2.1). Usia 7 – 12 tahun merupakan usia sekolah dasar yang sesuai untuk evaluasi di pemukiman
Universitas Sumatera Utara
Jamestown. Dari tabel 2.1, aspek - aspek yang dapat di akomodasi oleh desain lansekap adalah : 1) Aksesibiliti, bagi anak aksesibilitas berarti aman di lalui dan bebas penghalang/rintangan, membuatnya menjadi mudah di mengerti oleh anak. (Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Aksesibiliti (Sumber : Weaver, 2000)
2) Gambar dan penanda, dapat melampaui kata–kata yang tertulis, seperti gambar yang menceritakan sebuah cerita, kata–kata sederhana ataupun detail. (Gambar 2.2)
Gambar 2.2 Gambar dan Penanda (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
3) Kemampuan Memanipulasi, beberapa aspek lansekap harus memungkinkan anak – anak untuk mengubah secara manual apa yg ingin mereka ciptakan
Universitas Sumatera Utara
seperti bak pasir, tumbuhan, mainan kecil dan peralatan lainnya. (Gambar 2.3)
Gambar 2.3 Kemampuan Memanipulasi (Sumber : Let The Children Play, 2011)
4) Stimulasi Panca Indra, anak – anak belajar dengan baik ketika mereka menikmati dalam menyelidiki dunia dengan panca indra mereka sendiri (Fowler, 1993 dalam Weaver, 2000). Juga berinteraksi dengan elemen elemen yang mereka nyaman terhadapnya. (Gambar 2.4)
Gambar 2.4 Stimulasi Panca Indra (Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Potensi Hubungan antara Pertimbangan Desain, Konsep Perkembangan dan Bermain
•
•
Ruang yang Tidak Terdefinisi Retret dan Poin yang Dipisah
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Berbagai Ukuran Sosial
•
Interaksi Sosial
• •
•
•
•
•
•
•
Bukti Penyelesaian Misteri & Rasa Ingin Tahu
•
Pemecahan Masalah Harga Diri & Identitas
Bermain dengan Berkelompok
•
Bermain Paralel
Perkembangan Sosial/Psikologi
Bermain dengan Aturan
Permainan yang Dramatik/Simbo -lik
Keterampilan Bahasa Permainan Praktek yang Fungsional Pemainan yang konstuktif
•
Lingkungan Alam
Keanekaragaman Lansekap Landmark yang permanen Kelanjutan dari Pengalaman
Perkembangan Kognitif
Bermain Sendiri/Pasangan
Berbagai Skala (untuk item dibangun)
Motorik Halus
Motorik Kasar
Perkembangan Fisik
•
•
• •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
• •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pengalaman Ruang
•
•
Tantangan yang Meluluskan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tantangan yang Aman
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Stimulasi Panca Indra
•
•
•
•
•
•
•
Kemampuan Memanipulasi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Gambar dan Penanda Aksesibiliti
•
Keterangan: • = Berhubungan
•
•
•
•
•
(Sumber : Waever, 2000)
Universitas Sumatera Utara
•
5) Tantangan yang Aman, tantangan adalah resiko yang dapat dilihat oleh anak dan memilih untuk dilakukan atau tidak. Anak – anak harus mengambil resiko untuk menantang keterampilan dan keberanian mereka. (Play For All Guidelines, 1992 dalam Weaver, 2000). (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Tantangan yang Aman (Sumber : Physical Education, 2009)
6) Tantangan yang Meluluskan, tantangan yang aman harus ideal bagi anak dan memiliki beberapa level kesulitan untuk setiap kegiatannya seperti balok/papan keseimbangan dan jaring kargo dengan berbagi ketinggian. (Gambar 2.6)
Gambar 2.6 Tantangan yang Meluluskan (Sumber : Physical Education, 2009)
Universitas Sumatera Utara
7) Pengalaman Ruang, lansekap harus menyediakan bagian yang melatih anak mengenai tempat, seperti diatas/dibawah, didalam/diluar, ke atas/ke bawah, kanan/kiri, kedalaman, dan arah. Jenis elemen ruang adalah tempat yang tinggi untuk melihat berbagai kegiatan, ruang dengan ukuran yang berbeda untuk merangkak, naik, turun, melewati sesuatu, tempat untuk jatuh, melompat dan mendarat dengan aman dan serangkaian pengalaman mendaki. (Gambar 2.7)
Gambar 2.7 Pengalaman Ruang (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
8) Mistery & Rasa Ingin Tahu, membiarkan anak – anak bertanya – tanya apa yang ada di depan atau di sudut untuk menambah pengalamannya. (Gambar 2.8)
Gambar 2.8 Misteri dan Rasa Ingin Tahu (Sumber : Acar, 2013)
Universitas Sumatera Utara
9) Bukti Penyelesaian, penyelesaian yang dapat dibuktikan secara visual seperti memanjat sesuatu yang tinggi, dapat dilihat semua orang, suatu tanda pada titik penyelesaian seperti bell atau lonceng, atau dapat melihat sesuatu yang hanya bisa dilihat dari ketinggian (Play For All Guidelines, 1992 dalam Weaver 2000). (Gambar 2.9)
Gambar 2.9 Bukti Penyelesaian (Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
10) Kelanjutan Pengalaman, memberikan kesempatan bagi anak untuk melanjutkan pengalamannya dari rumah ke sekolah, seperti permainan puzzle, buku mewarnai harus tersedia. (Gambar 2.10)
Gambar 2.10 Kelanjutan Pengalaman (Sumber : Physical Education, 2009)
Universitas Sumatera Utara
11) Landmark yang Permanen, memberikan keakraban, keamanan dan identitas. Menjadi focal point dan sebagai orienatasi atau penanda arah bagi anak – anak. (Gambar 2.11)
Gambar 2.11 Landmark yang Permanen (Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
12) Keanekaragaman dalam Lanskap, karena kebutuhan seiring perkembangan anak selalu berubah – ubah, lansekap harus dapat mengakomodasinya. Menyusun ulang, memutar atau memindakan elemen – elemen taman adalah salah satu cara agar lanskap menjadi tetap “baru” bagi anak – anak. (Gambar 2.12)
Gambar 2.12 Keanekaragaman dalam Lanskap (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
13) Interaksi Sosial, elemen lansekap yang mendorong interaksi sosial untuk kelompok yang berbeda ukuran harus disediakan. Contohnya meliputi bangku
Universitas Sumatera Utara
yang berkelompok, daerah duduk yang tertutup, dan tempat kecil yang terlindungi. (Gambar 2.13)
Gambar 2.13 Interaksi Sosial (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
14) Berbagai Ukuran Ruang Sosial, merekomendasikan ruang dalam lansekap dengan furniture ukuran anak – anak, serta area privat, semi-privat, dan publik bagi anak – anak untuk berinteraksi. (Gambar 2.14)
2.14 Berbagai Ukuran Ruang Sosial (Sumber : Boston Schoolyard Initiative, 2010)
15) Retret dan Titik Pemisah, memberikan tempat bagi anak – anak untuk, memikirikan mimpi mereka, menjauh dari tekanan luar, atau menonton sebuah kelompok bermain dari kejauhan, jika mereka memilih untuk tidak ikut – ikutan. (Gambar 2.15)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.15 Retret dan Titik Pemisah (Sumber : New Jersey School Outdoor Area Working Group, 2007)
16) Ruang yang Tidak Terdefinisi, bidang yang tidak memiliki tujuan tertentu dapat menjadi apa pun yang diinginkan anak, sehingga mendorong imajinasinya dalam bermain. Ruang terbuka harus cukup besar, bahkan untuk menampung permainan yang paling enerjik sekalipun. 17) Lingkungan Alam, anak – anak sebaiknya harus dapat berdekatan dengan berbagai vegetasi dan satwa liar di habitatnya. (Gambar 2.16)
Gambar 2.16 Lingkungan Alam (Sumber : Acar, 2013)
18) Berbagai Skala (untuk item buatan), unsur pendukung lansekap harus menggunakan item dengan skala anak – anak. Contohnya tempat duduk dan pancuran air minum. Di lingkungan sekolah penting bahwa segala furnitur dapat di akses oleh anak – anak dari segala ketinggian.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kriteria Desain Lanskap Sekolah Dasar Sebuah organisasi yang memperhatikan fasilitas pada ruang luar sekolah dasar
umum
tahun
2010
di
Columbia,
21st
Century
School
Fund,
mengidentifikasikan elemen kunci dari halaman sekolah yang sehat, aman dan kaya akan ilmu. Kualitas halaman sekolah merupakan tempat yang sangat penting bagi sekolah dasar karena aktifitas di ruang luar sangat penting untuk pertumbuhan, kesehatan, pendidikan dan kesenangan anak-anak (21st Century School Fund, 2011) (Gambar 2.17). Halaman sekolah yang baik di dukung oleh beberapa hal, yaitu perkembangan anak yang sehat, pembelajaran yang berkualitas, pemenuhan kebutuhan komunitas dan lingkungan yang berkelanjutan.
Gambar 2.17 Pelajar di Halaman Sekolah yang Baik (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.5.1 Perkembangan Anak yang Sehat Area luar ruangan yang menarik mendukung pertumbuhan yang sehat dengan menyediakan berbagai cara untuk mendorong anak-anak untuk terlibat dalam permainan yang berhubungan dengan panca indra, permainan sosial, permainan yang berhubungan dengan khayalan, gerakan yang aktif dan menjelajahi lingkungan alami.
Universitas Sumatera Utara
a. Permainan yang Berhubungan dengan Panca Indra Anak-anak
menikmati
ketika
mereka
menggunakan
sentuhan,
penglihatan, penciuman, rasa dan pendengaran saat mereka bermain dengan aktif. Berbagai peralatan bermain yang berbeda, tekstur permukaan, pohon, semak dan tanaman mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka. (Gambar 2.18)
Gambar 2.18 Area Bak Pasir (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
b. Permainan Sosial Permainan sosial yang tidak serius sangat penting untuk perkembangan yang sehat. Permainan kreatif dengan “aturan-anak” yang dinegosiasikan dan bentuk kerja sama yang sama pentingnya dengan olahraga tim yang teroganisir. (Gambar 2.19)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.19 Waktu Bermain yang Bebas (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
c. Permainan yang Berhubungan dengan Khayalan Tempat yang mengajak anak-anak dalam permainan fantasy dapat meningkatkan keterampilan seperti kreaktivitas, komunikasi dan pemecahan masalah. Halaman sekolah dapat menciptakan permainan imajiner dengan fitur yang dapat memunculkan imajinasi tetapi tidak terlalu di rancang, meninggalkan banyak ruang dan material untuk improvisasi. (Gambar 2.20)
Gambar 2.20 Fitur-fitur untuk Memanjat atau Tempat Duduk (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
d. Gerakan yang Aktif Akibat tingkat obesitas di kalangan anak-anak semakin meningkat, waktu bermain dengan aktif menjadi sangat penting. Guru akan lebih sering
Universitas Sumatera Utara
membawa anak-anak ke luar ruangan ketika halaman sekolah menarik untuk dikunjungi. Selain jenis permukaan yang kasar untuk kegiatan lompat tali dan basket, penting untuk memiliki daerah berumput untuk olah raga lapangan yang terorganisir atau hanya permainan yang tidak serius. (Gambar 2.21)
Gambar 2.21 Permainan Ayunan (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
e. Menjelajahi Lingkungan Alami Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai jenis rumput, semak, tanaman, serangga, pohon dan bahan-bahan alami yang ditanam dengan sebaik-baiknya di halaman sekolah. (Gambar 2.22)
Gambar 2.22 Kebun Bunga Liar dan Rak-rak Tanaman (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Pembelajaran yang Berkualitas Kegiatan di luar ruangan dapat memperluas pengalaman belajar dan mendorong permainan yang tidak terstruktur dan interaksi sosial. Ruang luar harus di gunakan secara teratur untuk kegiatan-kegiatan kelas di ruang luar, pendekatan ilmu lingkungan, kebun sekolah dan pembelajaran mengenai gizi dan pendidikan jasmani. Kegiatan di luar ruangan juga berkontribusi terhadap pembelajaran dangan meningkatkan fokus dan perhatian anak-anak setelah mereka kembali ke dalam ruangan. a. Pembelajaran di Luar Ruang Ruang kelas di luar dibutuhkan untuk berbagai kegiatan yang dibimbing oleh guru yang membutuhkan ruangan lebar dan tidak sesuai untuk di dalam ruangan, seperti percobaan sains, proyek seni atau pembelajaran langsung ilmu lingkungan. Siswa juga menikmatin memiliki tempat yang tenang untuk membaca dengan bebas, menulis atau menggambar. Ruang di luar dapat juga menampung kegiatan acara theater dan drama yang tidak terencana. (Gambar 2.23)
Gambar 2.23 Ruang Kelas di Luar (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Universitas Sumatera Utara
b. Ilmu Lingkungan Pengajaran ilmu lingkungan yang efektif sering berisi tentang pengalaman ruang luar yang rumit. Hanya ada beberapa contoh yang mempelajari perkembangan tanaman atau pengamatan serangga atau pembelajaran tentang erosi. (Gambar 2.24)
Gambar 2.24 Pelajaran Pembiakan Lebah (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
c. Pendidikan Fisik Ruang atletik yang baik merupakan komponen penting sekolah. Berpartisipasi dalam olahraga yang teroganisir dapat menguntungkan bagi anak-anak karena dapat membangun pondasi yang menyehatkan untuk hidupnya kelak. Permainan dengan tim yang teroganisir memberikan nilai lebih yang dapat digunakan anak di tempat bekerjanya saat mereka dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25 Jalur Lari Kecil dan Lapangan Voly (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
d. Kebun Sayur Sekolah Kebun sekolah adalah cara yang menyenangkan untuk anak-anak dan keluarga untuk menghargai bagaimana makanan tumbuh. Ketika anak memiliki kesempatan untuk menanam dan memanen buah-buahan dan sayuran, mereka mendapatkan pembelajaran langsung mengenai gizi dan mulai memahami pentingnya pertanian. (Gambar 2.26)
Gambar 2.26 Memelihara Rak-rak Kebun dengan Gang yang Lebar (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
e. Desain Tempat Bermain untuk Semua Kalangan Berbagai kegiatan di halaman sekolah sangat penting bagi semua anak, termasuk anak-anak dengan cacat fisik. Area bermain dan ruang kelas di luar ruangan yang di rancang dengan jalur lebar, ayunan khusus dan pelataran
Universitas Sumatera Utara
dengan perbedaan jarak yang rendah dapat menampung semua anak. (Gambar 2.27)
Gambar 2.27 Area Bermain yang Mudah di Akses (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.5.3 Pemenuhan Kebutuhan Komunitas Halaman sekolah yang berkualitas tinggi dapat berkontribusi terhadap pemenuhan
kebutuhan
komunitas
masyarakat.
Halaman
tersebut
dapat
menyediakan ruang hijau, matahari, keteduhan dan habitat alami yang menyenangkan bagi masyarakat sekitar yang dekat dengan sekolah. Sekolah penting sebagai dengan taman masyarakat, kebun masyarakat dan tempat pertemuan masyarakat sekitar. (Gambar 2.28) Halaman sekolah dasar adalah sebuah cerminan dari sebagian besar lingkungan sekitar. Tempat tersebut sering berfungsi sebagai pusat untuk kegiatan masyarakat dengan menggunakannya setelah pulang sekolah atau akhir pekan, menyediakan ruang terbuka publik untuk anak-anak, remaja dan masyarakat dari segala usia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.28 Latihan Baseball di Minggu Sore (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Halaman sekolah yang terawat dapat menarik pengguna yang bertanggung jawab dalam membantu memastikan keselamatan publik. Sekolah dengan daerah bermain di luar yang terlihat dari jalan secara tidak langsung dapat diawasi oleh lingkungan sekitar dan menjadi tempat yang aman. (Gambar 2.29)
Gambar 2.29 Pohon Peneduh Tempat Bermain (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
Halaman sekolah adalah komponen inti yang penting dalam infrastruktur sebuah kota. Hal tersebut di sebabkan tersedianya ruang terbuka publik di daerah perkotaan yang padat perkembangannya, seperti meningkatkan kualitas udara, menyediakan kesempatan untuk berekreasi dan hingga dapat meningkatkan taraf hidup. (Gambar 2.30)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.30 Deretan Rumah, Jalan dan Area Parkir di Sekitar Sekolah (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.5.4 Lingkungan yang Berkelanjutan Masyarakat bisa meningkatkan halaman sekolah dengan merancang proses untuk menciptakan dan memelihara halaman sekolah yang berkualitas. Halaman sekolah yang berkualitas tinggi muncul bersamaan ketika orang tua, guru dan anggota masyarakat menanamkan niat untuk meningkatkan sekolah beserta lingkungannya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan menilai sekolah yang ada, membayangkan kualitas halaman sekolah yang ingin di capai, mengembangkan dan merencanakan halaman sekolah yang berkualitas dengan master plan, melaksanakannya, dan memelihara halaman sekolah yang telah di bangun bersama-sama. Pemeliharaan yang terorganisir dapat di lakukan oleh masyarakat itu sendiri atau dengan bantuan relawan yang telah dikoordinasi. (Gambar 2.31)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.31 Menanam Pohon di Tempat Baru (Sumber : 21st Century School Fund, 2011)
2.6 Kesimpulan Dari kajian literatur di dapat bahwa beberapa kualitas elemen lansekap yang dapat mengakomodasi akifitas anak di sekolah dasar untuk mendukung perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan sosial anak dapat dilihat dari jenis material keras dan lunak yang ada di lingkungan sekolahnya, seperti gambar dan penanda, elemen yang digunakan untuk bermain, elemen yang menambah kreatifitas dan elemen yang mendorong interaksi sosial, seperti jenis perabot/ruang luar yang digunakan untuk beraktifitas, ukuran perabot/ruang luar, letak dan bentuk perabot.
Universitas Sumatera Utara