BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Memahami bukan sekedar tahu tetapi dapat menjelaskan atau menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) dan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2007) 2.2 Pengertian Sikap Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) dalam buku Allport, sikap mempunyai 3 komponen pokok : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan :
Universitas Sumatera Utara
1. Menerima Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespons Merespons artinya memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan . 3. Menghargai Menghargai berarti memberikan respons yang positif terhadap stimulus dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung Jawab Bertanggung jawab merupakan bagian dari sikap yang paling tinggi yang berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko(Notoatmodjo, 2007). Respon sikap dapat di kalsifikasikan menjadi 3 yaitu: kognitif, afektif dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang menggambarkan persepsi dan informasi
tentang
obyek
sikap.
Respon
afektif
adalah
respon
yang
menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pengertian Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan : 1. Respons Terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator tindakan tingkat pertama. 2. Mekanisme Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat kedua. 3. Adopsi Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik dan selanjutnya dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung , yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Bahaya Menurut Ridley (2008), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/kelukaan. Hazard (bahaya) merupakan suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadinya suatu kecelakaan terhadap pekerja, bahan-bahan atau lingkungan (Rijanto, 2011). Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja. Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja. Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem atau prosedur (Ramli, 2010). Bahaya kesehatan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau dari waktu ke waktu. WHO (1999) telah mengindentifikasi langkah-langkah utama dalam penilaian bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakteristik risiko, penilaian paparan, dan estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan bantuan orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah kesehatan di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009). 2.4.1 Jenis Bahaya Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cidera fatal. Kita tidak dapat mencegah
Universitas Sumatera Utara
berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik. Ramli (2010) mengklasifikasi jenis bahaya sebagai berikut: a.
Bahaya Mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, memompa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas. b.
Bahaya Listrik Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik. c.
Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain : a. Bising dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran b. Tekanan c. Getaran d. Suhu panas atau dingin
Universitas Sumatera Utara
e. Cahaya atau penerangan f. Radiasi dari radioaktif, sinar ultraviolet atau infra merah d. Bahan kimia Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain : a.
Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)
b.
Iritasi, oleh bahan kimia yang meiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya
c.
Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, batubara dan lainnya
d.
Polusi dan pencemaran lingkungan Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik, bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat kronis dalam jangka waktu yang panjang
e.
Bahaya Biologis Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan di tempat kerja dapat berasal dari semua komponen kerja berupa : 1.
Bahaya tubuh pekerja (somatic hazard) Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan kerja. Contohnya seorang pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain di sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan ini, berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan.
2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard) Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja. Contohnya adalah mode rambut panjang di ruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher). 3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard) berupa faktor fisik, kimia, dan biologi. Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam penyakit akibat kerja).
Universitas Sumatera Utara
Bahaya fisik berpotensi menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan faktor fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain : a. Bahaya mekanik Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian. b. Bising Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat menganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar atau stasiun, hingga area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian
Universitas Sumatera Utara
perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya. c. Getar atau vibrasi Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuloskeletal, keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin dipunggungnya dan pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan, contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar ditangannya adalah mereka yang menggunakan alat tangan getar atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja. d. Suhu ekstrem panas Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya. e. Cahaya Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka
Universitas Sumatera Utara
pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua visual display terminal pekerja berpotensi mengalami insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memerhatikan kecukupan cahaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja yang menggunakan seperti komputer dan televisi. f.
Tekanan Tekanan hiperbarik adalah tekanan yang melebihi 1 atm/BAR, sering
dialami oleh orang yang berada
di bawah permukaan laut, semakin dalam
lokasinya semakin tinggi tekanannya. Efek dari tekanan hiperbarik adalah barotitis dan barotrauma yang dapat menimbulkan kerusakan telinga tengah dan paru. Pekerja berisiko terpajan tekanan hiperbarik adalah mereka yang bekerja di bawah laut, seperti penyelam, pemelihara atau pengambil mutiara, pemelihara kapal laut, tim penyelamat (rescue team), dan pekerja konstruksi bawah laut. g.
Radiasi pengion Radiasi pengion antara lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma,
sinar X, dan neutron. Pekerja berisiko terpajan radiasi pengion adalah mereka yang bekerja dengan alat atau mesin yang menggunakan sinar yang memancarkan radiasi pengion, seperti radiografer di bagian radiologi suatu klinik atau rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit, pekerja di laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainnya. Efek buruk dari radiasi pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan perkembangan janin. h.
Radiasi bukan pengion (gelombang elektromagnetik) Radiasi bukan pengion dapat menimbulkan kelainan kulit dan mata.
Radiasi bukan pengion merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dengan gelombang yang panjang (> 100 nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga pancaran energinya tidak cukup kuat untuk mengionisasi atom sel tubuh yang dilaluinya. Contoh penghasil radiasi bukan pengion antara lain sinar inframerah (infrared), microwase, ultra-sound, video display terminal (VDT), sinar ultraviolet, ponsel dan sinar laser. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan atau lokasi kerjanya berdekatan dengan mesin atau peralatan yang mengeluarkan gelombang elektromagnetik, misalnya tukang las, operator telepon, operator VDT. Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal, sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahan kimia dapat merupakan suatu zat toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun
Universitas Sumatera Utara
bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha adalah sebagai berikut : a.
Logam berat Banyak logam berat yang digunakan di berbagai tempat kerja, jarang dalam bentuk murni namun dalam bentuk senyawa seperti timbal, merkuri, kadmium, krom, cobalt, arsen, aluminium, berilium, nikel, dan mangan. Sebagai contoh timbal banyak digunakan di industri baterai, kabel, insektisida, dan cat.
b.
Solvent/ Pelarut organik Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti
hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat,
benzena
toluena,
xylena,
formaldehid,
aseton,
tetraklorokarbon,
trikloretilen, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan untuk : a)
Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia
b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghacur pengendapan di bidang waste dan water treatment c)
Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas dari asam sulfat
d) Mengencerkan cat, tinta, perekat
Universitas Sumatera Utara
e)
Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin
f)
Mencuci pakaian cara kering (dry clean)
g) Sebagai bahan pemutih h) Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi c.
Gas dan uap Gas dan uap di udara di tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi
lokal, sensitisasi, dan yang toksik. Gas asphyxiants menimbulkan tubuh kekurangan oksigen (normal 20%), ada dua jenis yang berbeda cara kerjanya, yaitu gas simple asphyxiants dan gas chemical asphyxiants. Gas simple asphyxiants menggantikan oksigen secara fisik, seperti karbon dioksida, nitrogen, gas inert seperti helium, argon, neon; gas hidrokarbon alifatik dengan bobot molekul rendah (C1 sampai dengan C4) seperti gas metana, etana, propana, dan butana. Gas chemical asphyxiants melalui reaksi kimia atau menghambat transportasi oksigen, seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, dan hidrogen sulfida. Faktor biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri (Tuberkolosis, Bruselosis< Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasit (Hookworm, Malaria). 4.
Bahaya ergonomik (ergonomic hazard) berupa faktor postur janggal, beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi. Bahaya ergonomik yang dimaksud
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work stasion. 5.
Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan budaya kerja (work culture hazard). Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai larut malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.
Menurut Harrianto (2008), bahaya kerja terdiri dari : 1.
Bahaya kimiawi Bahan kimia menjadi berbahaya bagi manusia, terutama, karena potensi
toksisitasnya. Tanpa memperhitungkan potensi toksisitasnya, bahan kimia juga dapat disebut bahaya kerja bila bahan kimia tersebut dapat menimbulkan kecelakaan di tempat kerja, misalnya ledakan, kebakaran, dan lain-lain. Bahaya kimiawi meliputi konsentrasi uap, gas, atau aerosol dalam bentuk debu atau fume yang berlebihan di lingkungan kerja. Para pekerja dapat terpajan oleh bahaya kimiawi ini dengan cara inhalasi, absorsi melalui kulit,per oral, mata, atau dengan cara mengiritasi kulit. 2.
Bahaya fisik Bahaya fisik mencakup kebisingan, vibrasi, suhu lingkungan kerja terlalu ekstrem (terlalu panas/dingin), radiasi, dan tekanan udara.
3.
Bahaya biologis Bahaya kerja biologi yaitu gangguan kesehatan/penyakit-penyakit yang didapat dari tempat kerja akibat terpajan oleh mikroorganisme seperti virus,
Universitas Sumatera Utara
bakteri, jamur, parasit dan lain-lain. Berdasarkan cara transmisinya pada manusia, mikroorganisme tersebut dapat digolongkan menjadi: 1) Bahaya kerja biologi akibat kontak dengan individu yang terinfeksi, atau kontak dengan sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh manusia yang terinfeksi, misalnya hepatitis, AIDS, tuberkolosis, dan lain-lain. Keterpajanan biasanya pada para tenaga kesehatan dan petugas laboratorium. 2) Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat penularan dari binatang yang menginfeksi manusia secara langsung, atau melalui kontak dengan sekresi, ekskresi, atau jaringan tubuh binatang yang terinfeksi, atau melalui transmisi vektor intervertebrata seperti nyamuk, kutu, dan lain-lain, misalnya leptospirosis, antraks, toksoplasmosis, dan lain-lain. Keterpajanan ini biasanya terjadi pada petani, penyayang binatang, perawat binatang peliharaan, perawat binatang percobaan, dan pekerja konstruksi. 3) Bahan kerja biologi yang terjadi akibat polusi udara yang mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit. Keterpajanan ini biasanya terjadi pada pekerja kantor yang menggunakan AC sentral, tenaga pembersih cerobong asap pabrik, dan pabrik-pabrik yang menghasilakan debu kerja. Terdiri dari: a.
Inhalation fever (demam inhalasi) yaitu penyakit akibat pemajananpolusi udara yang berat, sifatnya non-alergik misalnya, metal fume fever, polymer fume fever, organic dusts fever, dan legionelosis.
b.
Penyakit alergi akibat pemajanan polusi udara, misalnya asma akibat kerja, dan pneumonitis hipersensitivitas.
Universitas Sumatera Utara
4.
Bahaya ergonomis Ergonomi bertujuan untuk mengurangi kelelahan (fatigue) atau ketidaknyamanan (discomfort) dengan cara mendesain tugas/alat bantu kerja sesuai dengan kapasitas kerja individu pekerja. Sebaliknya, istilah human factor lebih menitikberatkan pada konteks hubungan manusia dengan mesin/peralatannya, yang berarti bagaimana perilaku pekerja dalam interaksinya dengan peralatan, tempat kerja, dan lingkungan kerjanya. Human factor bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan individu pekerja (human error) dengan memperhatikan ukuran pekerja dan keamampuan relatif fisiknya (keterbatasan-keterbatasannya) terhadap desain tempat kerja dan peralatannya. Pada dasarnya, ergonomi dapat dibagi menjadi 3 kelompok spesialisasi
ilmu, yaitu: 1) Ergonomi fisik, yang meliputi sikap kerja, aktivitas mengangkat beban, gerakan repetatif, penyakit muskuloskeletal akibat kerja, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja. 2) Ergonomi kognitif, yang meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan,
penampilan
keterampilan
kerja,
interaksi
manusia-mesin,
pelatihan yang berhubungan dengan sistem perencanaan pekerja. 3) Ergonomi organisasi, meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja, kerja sama tim kerja, perencanaan partisipasi kerja, ergonomi komunitas, paradigma kerja yang baru, pola kerja jarak jauh dan manajemen kualitas kerja.
Universitas Sumatera Utara
5.
Bahaya psikologis Terjadinya gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik yang buruk
telah lama diketahui, juga telah pula dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang tidak memadai, seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan, merupakan faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja. Akan tetapi, beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan tersebut tidak murni faktor fisik saja, tetapi juga disertai unsur psikologis. Ketika ada hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan insiden penyakit penyumbatan pembuluh darah jantung pada pekerja kantoran dan buruh pabrik, yang membuktikan bahwa perbedaan jenis pekerjaan menimbulkan gangguan kesehatan yang berbeda pula. Bahaya psikologis termasuk komunikasi yang tidak adekuat, konflik antarpersonal,
konflik
dengan
tujuan
akhir
perusahaan,
terhambatnya
pengembangan pribadi, kurangnya kekuasaan dan/atau sumber daya untuk penyelesaian masalah pekerjaan, beban tugas yang terlalu padat atau sangat kurang, kerja lembur atau shift malam, lingkungan tempat kerja yang kurang memadai. 2.4.2 Sumber Informasi Bahaya Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melalukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, dan keselamatan bahan (material safety data sheet).
Universitas Sumatera Utara
1.
Kejadian kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adlah melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa. Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya:
Lokasi kejadian
Peralatan atau alat kerja
Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan
Data-data korban berkaitan dengan usia, pengalaman, pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya.
Waktu kejadian
Bagian badan yang cedera
Keparahan kejadian
2. Kecenderungan kejadian Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan cara mempelajari kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada ditempat kerja (Ramli, 2010). Menurut Harrianto (2008), sumber informasi bahaya kerja, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1.
MSDS (material safety data sheet) atau hazard data sheet yaitu lembaran khusus yang selalu disertakan pada produk zat kimia dasar, untuk memberikan informasi tentang;
a.
Identifikasi: nama produk, bentuk fisik (mis: bubuk, cairan, dan lain-lain), warna produk, bau produk, dan sebagainya.
b.
Penyuplai resmi: nama, alamat, nomor telepon darurat orang yang dapat dihubungi.
c.
Komposisi: nama kimia, No.CAS (chemical abstracts series), sinonim, formulasi, nilai ambang batas pajanan, ketidak murnian.
d.
Data fisik; titik didih, tekanan uap, gravitasi, dan titik lebur.
e.
Gangguan kesehatan: efek jangka panjang dan jangka pendekdarin inhalasi, kontak pada kulit, per oral, per injeksi, kontak pada mata, tanda deteksi dini dari pajanan yang berlebihan.
f.
Tata cara penanganan bila zat kimia tumpah.
g. Tata cara pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan. h. Peringatan terhadap bahaya kebakaran. i. Rekomendasi perlindungan perorangan. j. Tata cara penyimpanan, anjuran pengemasan, dan pembuatan label. k. Data reaktivitas, seperti stabilitas, dekomposisi, interaksi dengan zat kimia lain. l. Peringatan khusus, dan lain-lain. 2. Referensi tentang kesehatan dan keselamatan kerja dapat dicari pada buletin organisasi kesehatan kerja international (seperti AIHA[American Industrial Hygiene Association], buletin ILO (International Labor Organization).
Universitas Sumatera Utara
3. Informasi dari pabrik pembuat mesin dan peralatan kerja mengenai bahaya kerja ynag diakibatkan oleh produk mereka. 4. Informasi tentang gangguan kesehatan akibat pekerjaan dan kecelakaan kerja dapat dicari di biro statistik kesehatan pemerintah dan balai hiperkes. Informasi ini berguna untuk memprediksi kecenderungan gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja pada suatu waktu di suatu tempat untuk mengupayakan pencegahan yang lebih akurat. 5. Standar atau aturan praktik. Menurut Anizar (2009) bahaya yang mungkin terjadi dilantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah: 1. Tertimpa benda keras dan berat 2. Tertusuk atau terpotong benda tajam 3. Terjatuh dari tempat tinggi 4. Terbakar atau terkena aliran listrik 5. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan 6. Rusak pendengaran karena kebisingan 7. Rusak penglihatan karena cahaya berlebihan 8. Terkena radiasi, dan lain-lain a.
Kerangka Pikir Karyawan 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan
Bahaya di tempat kerja
Universitas Sumatera Utara