BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Definisi Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan sebagian dari aktiva perusahaan yang digunakan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari. Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-1) memberi definisi sebagai berikut “ Aset tetap adalah aset berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode “. Definisi aktiva tetap yang diberikan oleh Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess (2005 : 492) “ Aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanent, yang dapat disebut juga dengan aktiva berwujud (tangible assets) “. Mulyadi (2002 : 179) menyatakan “ aktiva tetap sebagai kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan bukan untuk dijual kembali “. Pendapat Muhammad Fakhri (2004 : 23-2) “ aktiva tetap perusahaan adalah aktiva tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak “. Dari keempat penulis diatas pendapat mengenai aktiva tetap disimpulkan bahwa aktiva tetap yang sering disebut sebagai property, plant, and equipment mempunyai wujud, dapat dinilai, dimiliki dan digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasional normal perusahaaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali, biasanya mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode akuntansi, dan aktiva tetap ini merupakan kekayaan milik perusahaan dan juga merupakan objek pajak. 2. Penggolongan Aktiva Tetap Menurut pendapat Harahap (2002 : 22) “ aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut, antara lain : (a) sudut substansi; (b) sudut penyusutan; dan (c) berdasarkan jenis “. Untuk memahami pendapat ini penulis akan menjelaskan secara rinci yaitu: a. Sudut substansi, aktiva tetap digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Tangible assets atau aktiva berwujud, seperti lahan, mesin, gedung atau bangunan, dan peralatan. 2. Intangible assets atau aktiva tak berwujud, seperti HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), goodwill-patents, copyright, hak cipta, francise, trade mark dan lain-lain. b. Dari sudut penyusutan, aktiva tetap digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Depreciated plants assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan, seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan jembatan. 2.Undepreciated plants assets, yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan, seperti lahan untuk bangunan, bukan tanah lokasi tambang.
c. Berdasarkan jenis, aktiva tetap dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Lahan Lahan adalah bidang tanah terhampar, baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. dalam akuntansi apabila ada lahan
yang
didirikan
bangunan
diatasnya
harus
dipisahkan
pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus untuk bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan, dan lain-lain maka dapat digabungkan dengan nilai lahan. 2. Mesin Mesin termasuk peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan, seperti penggerak mesin, turbin, tangki dan lain-lain.
3. Bangunan gedung Gedung adalah bangunan yang bediri di atas bumi ini, pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu, demikian juga bangunan kantor, pabrik, gudang dan lain-lain. 4. Peralatan Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang, dan lain-lain.
5. Kendaraan Semua kendaraan alat pengangkut seperti : truk, grader, traktor, forklit, buldoser, mobil, sepeda motor, bus karyawan dan lain-lain. 6. Perabot Jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan, lemari, kursi, meja, filing cabinet, dan lain-lain. 7. Sarana dan Prasarana Adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, parit beton dan lain-lain. 3.
Perolehan Aktiva Tetap Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-4) menyatakan “ suatu aset
tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan “. Dengan kata lain biaya perolehan aktiva tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat terjadinya. Biaya perolehan aktiva tetap tersebut yaitu : a. Harga perolehannya, seperti bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi potongan pembelian dan potonganpotongan lainnya pada saat barang tersebut diperoleh perusahaan. b. Biaya yang dapat dibagi secara langsung untuk membawa aktiva ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aktiva siap digunakan sesuai dengan keinginan dan tujuan manajemen.
c. Biaya pembongkaran, pemindahan pemasangan aktiva tetap dan restorasi aktiva tetap tersebut. Untuk mendapatkan aktiva tetap perusahaan dapat melakukan dengan beberapa cara. Menurut penulis Gunadi (2005 : 48) adalah sebagai berikut: Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti melalui pembelian (tunai, kredit atau angsuran), capital lease, pertukaran (sekuritas atau aktiva yang lain), sebagai penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah atau pemberian, dan penyerahan karena selesainya masa kontrak-bangun-serah (built-operate and transfer) Untuk lebih jelasnya peulis akan mengartikan secara rinci dari kutipan diatas: a. Pembelian Dalam Standar Akuntansi Keuangan dinyatakan bahwa “ aktiva tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat dengan harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi untuk menempatkan aktiva itu pada kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan “. Namun tidak demikian dengan ketentuan pajak, perolehan aktiva tetap diakui tergantung dari status hubungan antara pembeli dan penjual sebagaimana dinyatakan Gunadi (2005 : 49) “ dalam ketentuan perpajakan, tergantung dari status hubungan antara penjual dan pembeli, sehubungan dengan pihak yang terlibat dalam transaksi pembelian aktiva dipisahkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan yang tidak “. Selanjutnya dijelaskan “harga beli aktiva antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa (misalnya penjual memiliki paling sedikit 25% saham badan pembeli) dapat dihitung kembali sesuai dengan nilai pasar (wajar)”.
Maksud dari kutipan diatas adalah hubungan pembeli dan penjual dikaitkan adanya hubungan istimewa dan ini ada terkait kepemilikan saham pada perusahaan yang bersangkutan. b. Capital Lease Sewa guna usaha modal, atau sering disebut dengan lease modal (capital lease) merupakan perjanjian dengan pemberian hak kepada lease untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor (penyewa) untuk jangka waktu tertentu dengan membayar sejumlah uang. Akuntansi komersial menyatakan pendapat bahwa pada hakikatnya lease modal merupakan pembelian aktiva. Penulis Gunadi (2005 : 50) memberi pendapat sebagai berikut : Sesuai dengan ketentuan perpajakan jumlah yang dibayar pada saat pengambilalihan aktiva dari lessor merupakan nilai kapitalisasi aktiva dimaksud, sedangkan pengeluaran lease sebelum itu diperlakukan sebagai pengeluaran sewa seperti yang berlaku dalam operating lease c. Pertukaran Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aktiva non moneter (baik sejenis atau bukan) atau sekuritas (obligasi atau saham sendiri). Dalam hal perolehan aktiva dengan cara pertukaran, akuntansi pajak tidak mengatur secara rinci apakah pertukaran dengan aktiva atau dengan sekuritas bukan terbitan perusahaan sendiri. Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan menyatakan “ baik harta yang dilepas maupun diterima dihitung berdasarkan jumlah yang seharusnya diterima atau dikeluarkan berdasarkan harga pasar “. d. Pembangunan sendiri
Praktek akuntansi komersial menyatakan aktiva yang diperoleh dengan cara membangun sendiri akan dicatat sebesar harga perolehaanya, meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membangun aktiva tersebut hingga siap dipergunakan. e. Hibah atau pemberian Akuntansi komersial menghitung harga pasar aktiva yang diperoleh dari hibah, bantuan, atau pembelian sebagai harga perolehan. Menurut akuntansi pajak yaitu melalui Undang-undang PPh pasal 10 ayat (4) menyatakan: (a) harta yang diperoleh karena hibah, bantuan, atau pemberian yang diterima oleh badan keagamaan, sosial, pendidikan dan pengusaha kecil yang memenuhi persyaratan tertentu (tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pemberi dan penerima) harus dinilai sejumlah nilai buku dari pemberi; dan (b) harta juga dinilai menurut harga pasar. Ketentuan diatas mengharuskan penerima harta mencatat perkiraan modal hibah dikredit sebesar nilai buku aktiva, sedangkan untuk pemberian yang tidak memenuhi kualifikasi akan dinilai menurut harga pasar yang berlaku. 4. Penyusutan Aktiva Tetap a. Definisi Penyusutan Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-2) bahwa "penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”. Seuai dengan kutipan diatas bahwa angka penyusutan suatu aktiva sesuai umur aktiva tersebut. Perusahaan menghitung jumlah penuyusutan dari aktiva yang dimiliknya agar tercapainya prinsip pengaitan (matching
principle), yaitu mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan biaya dari barang-barang dan jasa yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan serta memperhitungkan penurunan kegiatan aktiva tetap kerena pemakaian sesuai dengan umur yang ditetapkan sesuai standar akuntansi keuangan.
Jenis aktiva yang dapat disusutkan adalah : 1) Aktiva tersebut digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi 2) Mempunyai masa manfaat yang terbatas bukan selamanya 3) Digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi. Ketentuan perpajakan mengatur masalah penyusutan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa: Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, managih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut Menurut penulis yang bernama Waluyo (2006 : 122) menyebutkan bahwa : Persyaratan aktiva tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi : 1) Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud; 2) Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;
3) Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan Sedangkan penulis lain yaitu : Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess (2005 : 497) “ tiga faktor harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode, yaitu (a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan, dan (c) estimasi nilai pada akhir umur manfaat “. Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghitung besarnya penyusutan suatu aktiva adalah : 1) Aktiva yang disusutkan adalah yang berwujud. 2) Biaya awal aktiva tetap, sering disebut dengan biaya perolehan, adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. 3) Umur manfaat, atau umur aktiva, yaitu umur aktiva dalam usaha. 4) Estimasi nilai pada akhir umur manfaat, sering disebut dengan nilai sisa atau nilai residu setelah aktiva full depreciated. b. Metode Penyusutan Metode penyusutan aktiva tetap dapat diterapkan dengan berbagai metode, baik menurut akuntansi komersial maupun ketentuan perpajakan. Metode-metode tersebut harus digunakan secara sistematis dan diterapkan secara konsisten untuk memperoleh jumlah yang dapat disusutkan dan dialokasikan ke periode akuntansi selama masa manfaat aktiva tersebut.
Buku Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria adalah sebagai berikut : Beberapa metode penyusutan dapat dijelaskan sebagai berikut: • Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation) b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): i. Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) ii. Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method) • Berdasarkan penggunaan : a. Metode-jam-jasa (service-hour-method) b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) • Berdasarkan kriteria lainnya : a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-compositemethod) b. Metode-anuitas (annuity-method) c. Sistem-persediaan (inventory-system)
Masa manfaat menurut PSAK No.17 (2007 : 17.2) adalah : •
“Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau
•
Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan,
tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari aktiva terbagi tiga istilah yang dikenal untuk jenis aktiva yang berbeda yaitu : 1. Penyusutan Istilah penyusutan digunakan terhadap aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contohnya gedung, pabrik, dan lain-lain. 2. Amortisasi
Istilah amortisasi digunakan terhadap aktiva tidak berwujud, misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan. 3. Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulangulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual dan tidak dapat diperbaiki lagi, contoh tambang batu bara, tambang, galian batu dan lain-lain. Ketiga istilah diatas tidak bisa dipindahkan antara satu dengan yang lain, karena sedang menjadi ketentuan bahwa istilah amortisasi hanya untuk aktiva tak berwujud semikian seterusnya. Untuk melihat semua keterangan diatas dapat diakui ada 3 faktor yang diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan setiap periode akuntansi, yaitu : 1) Harga perolehan aktiva Harga perolehan aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan agar dapat dipakai atau dikenal dengan istilah sejarah nilai belinya. 2) Nilai residual atau nilai sisa suatu aktiva Nilai sisa adalah nilai yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi atau full depreciated.
3) Masa manfaat aktiva Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 17.2) dalam PSAK No.17 “masa manfaat adalah: a. Periode
suatu
aktiva
yang
diharapkan
digunakan
oleh
perusahaan, Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut dengan sitilah depreciation 2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam dikenal dengan depletion 3. Untuk aktiva tidak berwujud disebut amortization istilahnya depreciation, diterjemahkan dengan depresiasi atau penyusutan, depletion diterjemahkan dengan deplesi sedangkan amortization diterjemahkan dengan amortisasi.
5. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap Selama penggunaan aktiva tetap berbagai biaya yang harus dikeluarkan agar dapat berjalan dengan harapan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan,
biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dan berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan perusahaan tersebut. Kesalahan dalam pengelompokan biaya bisa mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengklasifikasian biaya. Untuk itu perlu pengetahuan tentang taksiran umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang pengeluaran pemeliharaan dan perbaikan. Penulis Zaki Baridwan (2004 : 272) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah : a. Pengeluaran Modal (capital expenditure) Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi). b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure) Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya. 6. Penarikan Aktiva Tetap Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya baik secara normal
maupun
secara
terpaksa.
Aktiva
tetap
yang
dihentikan
penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa umurnya, aktiva tetap rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi oleh perusahaan.
Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap beroperasi ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2007 : 16.2) : “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”. Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh langsung terhadap proses produksi, untuk penggantian aktiva dengan yang baru tersebut. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah : a. Meng-up date kan buku perusahaan Total jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya transaksi penarikan itu harus tercatat. b. Eliminasi Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditarik. Beberapa hal yang penting dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva tetap adalah :
a.
Aktiva tetap dibuang saja Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet total
penyusutan sampai saat penyingkirannya. Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva tersebut. b. Aktiva tetap dapat dijual Penyusutan yang terjadi selama periode antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat dengan tanggal penjualan, nilai sisa aktiva tersebut jika selisih dengan harga jual dapat dihitung laba atau rugi. c. Aktiva tetap dapat ditukar Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan melalui pertukaran. d. Dipakai di luar operasi normal perusahaan Aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : Tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk bangungan di atasnya.
e. Aktiva tetap di non-aktifkab atau parkir Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-laima dengan, di neraca perusahaan dengan nilai nol yaitu harga dengan penyusutan atau dibulatkan Rp1. 7. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca Perusahaan
Menurut Buku Standar Akuntasi Keuangan (2007 : 1.3) laporan keuangan tersebut yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a. b. c. d. e.
Neraca; Laporan laba rugi; Laporan perubahan ekuitas; Laporan arus kas; Catatan atas laporan keuangan. Secara umum Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan
keuangan yaitu pada komponen neraca dan berada pada sisi aktiva sedangkan. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : 1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global: 2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuagan. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing; 3. Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”
Tabel 2.1 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT ABC Neraca Per 31 Desember 20xy (Rp) Aktiva
Passiva
Aktiva Lancar
Kewajiban
Kas
Rp. xxx
Jangka Pendek
Rp. xxx
Persediaan
Rp. xxx
Piutang Usaha
Rp. xxx
Jangka Panjang
Rp. xxx
Asuransi dibayar di Muka Rp. xxx Sewa dibayar di Muka
Rp. xxx
Ekuitas
Total Aktiva Lancar
Rp. xxx
Investasi
Rp. xxx
Commond Stock Agio Commond Stock
Rp. xxx Rp. xxx
Aktiva Tetap Tanah Gedung
Rp. xxx Rp. xxx
A/p gedung
Rp. xxx
Peralatan
Rp. xxx
A/p peralatan
Rp. xxx
Mesin
Rp. xxx
Total Aktiva Tetap
Rp. xxx
Aktiva tak berwujud
Rp. xxx
Aktiva lain-lain
Rp. xxx
Total aktiva
Rp. xxx
Preferen Stock
Rp. xxx
Agio Preferen Stock
Rp. xxx
Laba ditahan
Rp. xxx
Total Passiva
Jumlah Kewajiban, Ekuitas dan Laba ditahan
Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi PT ABC Laporan laba rugi 01 Januari s/d 31 Desember 20XX Penjualan Penjualan return Penjualan Discount Penjualan bersih Harga pokok penjualan Raw material 01 Januari Pembelian raw material Pembelian return Pembelian discount Fright in Pembelian NET Raw material avalable for use
Rp. xxx
Rp XXX (Rp XXX ) ( Rp XXX) Rp XXX Rp XXX Rp XXX (Rp XXX) (Rp XXX) +/Rp XXX Rp XXX +/+ Rp XXX
Rp. xxx
Raw material 31 Desember Raw material use Direct labour Over head total Total biaya publikasi Work in proses 01 Januari
Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX
Work in proses 31 Desember Harga pokok produksi Finish good 01 Januari Finish good 31 Desember Harga pokok penjualan Gross profit Total biaya operasi Laba operasi Pendapatan lain-lain Biaya lain-lain Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak
-/-
+/+ + + Rp XXX -/Rp XXX Rp XXX -/Rp XXX Rp XXX (Rp XXX) +/Rp XXX Rp XXX Rp XXX
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama
Judul Penelitian
Perumusan Masalah
Hasil Penelitian
Ernie M.
Analisa
Apakah penggunaan, Kebijakan perusahaan dalam
Tampubolon
Pengunaan,
penghentian
Tahun
Penghentian
tetap
Penelitian:
Aktiva Tetap Dan
penyajiannya dalam expenditure dalam hal biaya
(2005)
Penyajiannya
laporan
Dalam Laporan
telah sesuai dengan yaitu
Keuangan Pada
PSAK No.16
aktiva menentukan dan expenditure
capital atau
renenue
keuangan pemeliharaan dan perawatan,
mengelompokkan
dengan dan
PT. Musim Mas
pemeliharaan
aktiva
Medan
perusahaan dalam 4 bagian. Dalam
menghitung
penyusutan
perusahaan
Ginting
menggunakan metode Garis
Tahun
Lurus.
Penelitian :
Perlakuan
(2006)
Akuntansi Aktiva tetapsesuai dengan
etap sesuai dengan standar
Tetap
Standar
Standar akuntansi keuangan
Pada
Akuntansi
dan
Ramot Nurlela
aktiva Perlakuan akuntansi aktiva
Akuntansi
PT.Perkebunan
cara menciptakan perusahaan
NusantaraIII
dalam
(persero)Medan
memperoleh nilai aktiva di
memakai
dan
suatu perusahaan.
Tahun Bagaimana
Penelitian: Pengakuan Dan
perlakuan Akuntansi Pada
Pengukuran
dalam hal pengakuan pengakuan
Aktiva Tetap
dan
pengukuran dilakukan
Pada Perusahaan
aktiva
tetap
Jasa Angkutan
perusahaan
Darat Antar Kota
angkutan darat Antar pencatatan
Antar Propinsi Di
Kota Antar Propinsi akuntansi selama penggunaan
Yulinda
Lingkungan
di lingkungan Dinas aktiva
Tarigan
Dinas
Perhubungan
sempurna
Tahun
Perhubungan
Medan-Sumatera
kesulitan.
Penelitian:
Medan-Sumatera
Utara
(2010)
Utara
perlakuan.
(2004)
dan
Perlakuan
belakang
proses
awal oleh
yang
perusahaan
pada terhadap bus-busnya sudah jasa memadai,
namun
tetap
dan
proses perlakuan
yang
belum
menimbulkan
apakah
Aktiva Tetap yang diterapkan
Menjelaskan mengenai
dasarnya,
latar pada PT. Coca Cola Bottling masalah
perlakuan Company Indonesia Medan
Akuntansi Aktiva apakah Teap dan Metode akuntansi Penyusutan yang tetap Sesuai
aktiva
dan
telah sesuai dengan Standar
metode
dengan penyusutan pada PT.
Akuntansi Keuangan yang
Standar
Coca Cola Bottling mengidentifikasi sebagai
Akuntansi
Company Indonesia
Keuangan
Pada Medan telah sesuai
PT.
Cola dengan
Coca
Standar
aktiva tetap tidak berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai perusahaan, untuk
Bottling
Akuntansi
Company
Keuangan.
tidak dijual dengan masa
Indonesia Medan. manfaat lebih dari 1 tahun.
B. Kerangka Konseptual Untuk menyelesaikan permasalahan yang tertuang di dalam skripsi ini, penulis
akan
menguraikan
alur
berfikir
dalam
permasalahan
sebagai
berikut: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
Perolehan Aktiva Tetap
Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap
Penyusutan Aktiva Tetap Kebijakan Akuntansi Penarikan Aktiva Tetap
Penyajian Aktiva Tetap di dalam Laporan Keuangan sesuai SAK
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis 2011 Kebijakan akuntansi aktiva tetap merupakan kebijakan dalam pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan perusahaan untuk menentukan : a.
Cara mendapatkan aktiva tetap
b. Kebijakan pengeluaran aktiva tetap c. Metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan
d. Penarikan aktiva tetap e. Berbagai pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap f. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16 dan PSAK No.17.